Ayat

Terjemahan Per Kata
يَوۡمَ
hari
يَقُومُ
berdiri
ٱلرُّوحُ
ruh
وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ
dan malaikat
صَفّٗاۖ
berbaris
لَّا
tidak
يَتَكَلَّمُونَ
merekaberkata-kata
إِلَّا
kecuali
مَنۡ
siapa/orang
أَذِنَ
memberi izin
لَهُ
kepadanya
ٱلرَّحۡمَٰنُ
Yang Maha Pengasih
وَقَالَ
dan berkata
صَوَابٗا
yang benar
يَوۡمَ
hari
يَقُومُ
berdiri
ٱلرُّوحُ
ruh
وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ
dan malaikat
صَفّٗاۖ
berbaris
لَّا
tidak
يَتَكَلَّمُونَ
merekaberkata-kata
إِلَّا
kecuali
مَنۡ
siapa/orang
أَذِنَ
memberi izin
لَهُ
kepadanya
ٱلرَّحۡمَٰنُ
Yang Maha Pengasih
وَقَالَ
dan berkata
صَوَابٗا
yang benar
Terjemahan

Pada hari ketika Rūḥ dan malaikat berdiri bersaf-saf. Mereka tidak berbicara, kecuali yang diizinkan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih dan dia mengatakan yang benar.
Tafsir

(Pada hari itu) lafal Yauma merupakan Zharaf bagi lafal Laa Yamlikuuna (ketika ruh berdiri) yakni malaikat Jibril atau bala tentara Allah ﷻ (dan para malaikat dengan bershaf-shaf) lafal Shaffan menjadi Haal artinya dalam keadaan berbaris bershaf-shaf (mereka tidak berkata-kata) yakni makhluk semuanya (kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah) untuk berbicara (dan ia mengucapkan) perkataan (yang benar) mereka terdiri dari orang-orang yang beriman dan para Malaikat, seumpamanya mereka memberikan syafaat kepada orang-orang yang diridai oleh-Nya untuk mendapatkan syafaat.
Tafsir Surat An-Naba': 37-40
Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia. Pada hari, ketika roh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah hari yang pasti terjadi.
Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian (wahai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang kebesaran dan keagungan-Nya, bahwa sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang menguasai langit dan bumi serta semua yang ada pada keduanya dan semua yang ada di antara keduanya.
Dan bahwa sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang rahmat-Nya mencakup segala sesuatu. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia. (An-Naba: 37) Yakni tiada seorang pun yang mampu memulai berbicara kepada-Nya kecuali dengan seizin-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.(Al-Baqarah: 255) Semakna pula dengan firman-Nya yang lain, yaitu: Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya. (Hud: 105) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Pada hari ketika roh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata. (An-Naba: 38) Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini; ada beberapa pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Pertama, menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan roh adalah arwah Bani Adam (anak-anak Adam). Kedua, mereka adalah anak-anak Adam, menurut Al-Hasan dan Qatadah. Qatadah mengatakan bahwa hal ini merupakan sesuatu yang disembunyikan oleh Ibnu Abbas. Ketiga, mengatakan bahwa mereka adalah suatu makhluk Allah yang bentuknya seperti Bani Adam, tetapi mereka bukan malaikat dan bukan pula manusia, mereka juga makan dan minum.
Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Abu Saleh, dan Al-A'masy. Keempat, menyebutkan bahwa dia adalah Jibril. Ini menurut apa yang dikatakan oleh Asy-Sya'bi, Sa'id ibnu Jubair, dan Adh-Dhahhak. Hal ini berdalilkan dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala yang menyebutkan: dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. (Asy-Syu'ara: 193 194). Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa Ar-Ruh adalah malaikat yang paling mulia dan paling dekat dengan Allah subhanahu wa ta’ala Serta penyampai wahyu. Kelima, bahwa yang dimaksud dengan Ar-Ruh adalah Al-Qur'an. Ini menurut Ibnu Zaid, yang berarti semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. (Asy-Syura: 52), hingga akhir ayat.
Keenam, mengatakan bahwa Ar-Ruh adalah malaikat yang besarnya sama dengan seluruh makhluk bila digabungkan menjadi satu. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari ketika Ruh berdiri. (An-Naba: 38), Bahwa makna yang dimaksud dengan Ruh ialah malaikat yang paling besar tubuhnya. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Rawwad ibnul Jarrah, dari Abu Hamzah, dari Asy-Sya'bi, dari Alqamah, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Ar-Ruh berada di langit yang keempat, dia lebih besar daripada semua langit, semua gunung, dan semua malaikat; setiap harinya ia bertasbih kepada Allah sebanyak dua belas ribu kali tasbih.
Dan dari setiap tasbih yang dibacanya Allah menciptakan malaikat yang kelak di hari kiamat akan datang membentuk satu saf tersendiri. Pendapat ini gharib sekali. Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Aus Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Wahbullah ibnu Rauq ibnu Hubairah, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Bakr, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku ‘Atha’, dari Abdullah ibnu Abbas, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai seorang malaikat seandainya diperintahkan, "Telanlah tujuh langit dan bumi sekali telan!" Tentulah malaikat itu dapat melakukannya, dan bacaan tasbihnya ialah, "Mahasuci Engkau di mana pun Engkau berada.
Tetapi hadits ini gharib sekali, mengenai predikat marfu'-nya masih perlu diteliti. Barang kali hadits ini mauquf hanya sampai pada Ibnu Abbas saja, yang berarti bersumber dari apa yang diterimanya dari berita-berita Israiliyat; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Jarir tidak berani memutuskan dengan salah satu dari pendapat-pendapat tersebut. Tetapi menurut hemat saya, pendapat yang lebih mendekati kepada kebenaran hanya Allah jualah Yang Maha Mengetahui ialah yang mengatakan Ruh adalah Bani Adam alias manusia.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah. (An-Naba: 38) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya. (Hud: 105) Dan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih: ". Dan tiada yang berbicara di hari itu kecuali hanya para rasul. Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan ia mengucapkan kata yang benar. (An-Naba: 38) Yakni perkataan yang hak, dan termasuk perkataan yang hak ialah kalimah "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah." Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Abu Saleh dan Ikrimah.
Firman Allah Swt: Itulah hari yang pasti terjadi. (An-Naba: 39) Artinya, pasti terjadinya dan tidak terelakkan lagi. Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya. (An-Naba: 39) Yaitu jalan untuk kembali yang menghantarkan dia kepada-Nya dan yang akan ditempuhnya untuk sampai kepada-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian (wahai orang kafir) siksa yang dekat. (An-Naba: 40) Maksudnya, pada hari kiamat nanti. Dikatakan demikian karena kepastian kejadiannya telah dekat, dan sesuatu yang pasti terjadi itu tidak dapat dielakkan lagi.
pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya. (An-Naba: 40) Yakni ditampilkan di hadapannya semua amal perbuatannya, yang baiknya dan yang buruknya, yang terdahulu dan yang terkemudian. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). (Al-Kahfi: 49) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Pada hari itu diberikan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. (Al-Qiyamah: 13) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah. (An-Naba: 40) Orang kafir di hari itu berkhayal seandainya dirinya sewaktu di dunia berupa tanah dan bukan makhluk serta tidak dikeluarkan ke alam wujud.
Demikian itu terjadi ketika dia menyaksikan azab Allah terpampang di hadapannya dan ia melihat semua amal perbuatannya yang telah dicatat oleh para malaikat juru tulis amal perbuatan, yang semuanya mulia lagi bertakwa. Semua amal perbuatannya penuh dengan kerusakan dan dosa-dosa. Menurut pendapat lain, sesungguhnya orang kafir itu berkhayal demikian hanyalah setelah ia menyaksikan peradilan Allah subhanahu wa ta’ala saat menghukumi antara hewan-hewan terhadap kejadian-kejadian yang telah dilakukannya ketika di dunia dengan sesamanya.
Maka Allah memutuskan perkara di antara mereka dengan hukum-Nya yang Maha-adil yang tidak aniaya, sehingga kambing yang tidak bertanduk disuruh membalas terhadap kambing yang bertanduk yang dahulu sewaktu di dunia pernah menanduknya. Apabila peradilan telah dilakukan terhadap mereka, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada mereka, "Jadilah kamu tanah!" Maka semuanya kembali menjadi tanah. Dan saat itulah orang kafir berkata, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya: Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah. (An-Naba: 40) Yaitu menjadi hewan, lalu dikembalikan menjadi tanah.
Hal yang semakna telah disebutkan di dalam hadits sangkakala yang terkenal, sebagaimana telah disebutkan pula dalam atsar-atsar yang bersumber dari Abu Hurairah, dan Abdullah ibnu Amr serta selain keduanya."
Tidak ada yang mampu berbicara langsung dengan Allah pada hari ketika ruh, yaitu Jibril, dan para malaikat lain yang berdiri bersaf-saf secara teratur dengan penuh tunduk dan khusyuk. Mereka, baik Jibril atau lainnya, tidak berani berkata-kata karena khidmatnya situasi saat itu, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pengasih untuk berkata kepada-Nya, dan dia hanya mengatakan sesuatu yang benar dan diridai Allah. 39. Itulah hari yang pasti terjadi sesuai janji Allah. Allah pasti menepati janji-Nya. Maka, barang siapa menghendaki agar mendapat keridaan
Allah di akhirat nanti, niscaya dia harus senantiasa menempuh jalan kembali kepada Tuhannya dengan selalu berbuat baik.
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa pada hari Kiamat itu Malaikat Jibril dan para malaikat lainnya berdiri bersaf-saf menunggu perintah Allah. Mereka tidak berkata apa pun kecuali setelah diberi izin oleh Allah Yang Maha Pemurah. Kata-kata yang mereka ucapkan pun ketika itu hanya kata-kata yang benar.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Lalu diuraikanlah di dekat penutup surah betapa keadaan Alam Malakut atau Kerajaan Allah dan kehebatan Kekuasaan Ilahi di saat itu kelak.
Ayat 38
“Di hari yang akan berdiri ruh dan Malaikat berbaris-baris."
Yang dikatakan ruh dalam ayat ini ialah Malaikat Jibril sendirinya, yang disebutkan juga Ruhul Qudus atau Ruhul Amin. Disebut dia terlebih dahulu lalu diikuti dengan menyebut malaikat yang banyak; semuanya berbaris-baris menyatakan tunduk kepada Allah,
“Tidak ada yang bercakap-cakap, kecuali siapa yang diizinkan kepadanya oleh Yang Maha Pemurah."
Demikian hebatnya, orang yang bertakwa tak berani bercakap, Ruh atau Jibril dan Malaikat yang banyak pun diam semua. Kebesaran Ilahi menyebabkan mulut terkunci, padahal nama Allah yang disebut waktu itu ialah ar-Rahman (Yang Maha Pemurah), Yang Maha Penyayang.
“Sedang dia adalah berkata yang benar." (ujung ayat 38)
Ayat 39
Untuk menghilangkan keraguan dalam hati orang yang imannya baru saja akan tumbuh, datanglah ayat yang selanjutnya,
“Yang demikian itulah hari yang benar."
Al-Yaumul Haqq, Hari Kebenaran! Hari yang tidak usah diragukan lagi, sebagaimana hidup itu sendiri adalah benar dan kenyataan, dan maut pun adalah benar dan kenyataan, dan janji-janji Allah semuanya adalah benar dan kenyataan. Semua tak usah diragukan lagi.
“Maka barangsiapa yang mau, dipilihnyalah kepada Tuhannya jalan kembali" (ujung ayat 39)
Dengan ayat ini kita disadarkan dengan halus oleh Allah, “Barangsiapa yang mau, marilah kembali ke jalan Allah! Allah masih menerima kedatangan kembali hamba-Nya yang lengah dan alpa itu."
Ayat 40
“Sesungguhnya telah Kami ancam kamu sekalian dengan adzab yang telah dekat."
Artinya, sebelum menghadapi Hari Perhitungan atau Hari Kiamat itu, ada hari yang lebih dekat lagi, pasti kamu temui dalam masa yang tidak lama lagi. Hari itu ialah hari bercerai dengan dunia fana ini, hari ketika Malaikat-Maut mengambil nyawamu,
“Di hari yang seseorang akan memandang apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya."
Maka mulailah kelihatan jelas hari-hari dan masa lampau yang telah dilalui. Segala perbuatan yang pernah diamalkan di sini, buruknya dan baiknya, bekas perbuatan tangan sendiri, semuanya kelihatan
“Dan akan berkata orang yang kafir."
Yaitu orang yang di kala hidupnya hanya menolak mentah-mentah seruan Rasul, dia melihat daftar dosa yang dia kerjakan.
“Alangkah baiknya kalau dahulu aku hanya tanah saja." (ujung ayat 40)
Timbullah sesal dan keluhan, pada saat sesal dan keluh tidak ada gunanya lagi, “Kalau aku dahulunya hanya tanah saja, kalau aku dahulunya tidak sampai jadi manusia, tidak tercatat dalam daftar kehidupan, tidaklah akan begini tekanan yang aku rasakan di alam barzakh, tidaklah akan begini tekanan yang aku rasakan di Padang Mahsyar." Sesal yang tak ada gunanya.