Ayat
Terjemahan Per Kata
وَبَنَيۡنَا
dan Kami bina
فَوۡقَكُمۡ
di atas kamu
سَبۡعٗا
tujuh
شِدَادٗا
kuat/kokoh
وَبَنَيۡنَا
dan Kami bina
فَوۡقَكُمۡ
di atas kamu
سَبۡعٗا
tujuh
شِدَادٗا
kuat/kokoh
Terjemahan
Kami membangun tujuh (langit) yang kukuh di atasmu.
Tafsir
(Dan Kami bina di atas kalian tujuh lapis) maksudnya langit yang berlapis tujuh (yang kokoh) lafal Syidaadan adalah bentuk jamak dari lafal Syadidatun, artinya sangat kuat lagi sangat rapi yang tidak terpengaruh oleh berlalunya zaman.
Tafsir Surat An-Naba': 1-16
Tentang apakah mereka saling bertanya? Tentang berita yang besar, yang mereka perselisihkan tentang ini. Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui, kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui. Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak? Dan Kami jadikan kalian berpasang-pasangan, dan Kami jadikan tidur kalian untuk istirahat, dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, dan Kami bangun di atas kalian tujuh buah (langit) yang kokoh, dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari), dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, dan kebun-kebun yang lebat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, mengingkari orang-orang musyrik karena mereka saling bertanya tentang hari kiamat dengan rasa tidak percaya akan kejadiannya. Tentang apakah mereka saling bertanya? Tentang berita yang besar. (An-Naba: 1-2) Yakni apakah yang dipertanyakan mereka? Tentang hari kiamat, yaitu berita yang besar, yakni berita yang amat besar, amat mengerikan, lagi amat mengejutkan. Qatadah dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan berita besar ini ialah kebangkitan sesudah mati. Mujahid mengatakannya Al-Qur'an, tetapi yang jelas adalah pendapat yang pertama, karena dalam firman berikutnya disebutkan: yang mereka perselisihkan tentang ini. (An-Naba: 3) Manusia dalam hal ini ada dua macam, ada yang beriman kepadanya dan ada yang kafir.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman berikutnya mengancam orang-orang yang ingkar dengan adanya hari kiamat. Sekali-kali tidak, kelak mereka akan mengetahui, kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui. (An-Naba: 4-5) Ini merupakan peringatan yang tegas dan ancaman yang keras. Kemudian Allah menjelaskan tentang kekuasaan-Nya yang besar melalui ciptaan-Nya terhadap segala sesuatu yang besar lagi menakjubkan, yang semuanya itu menunjukkan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, termasuk masalah hari berbangkit dan lain-lainnya. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? (An-Naba: 6) Maksudnya, telah dihamparkan-Nya dan dijadikan-Nya layak untuk dihuni oleh makhluk-Nya, lagi tetap, tenang, dan kokoh.
dan gunung-gunung sebagai pasak? (An-Naba: 7) Dia menjadikan pada bumi pasak-pasak untuk menstabilkan dan mengokohkannya serta memantapkannya sehingga bumi menjadi tenang dan tidak mengguncangkan orang-orang dan makhluk yang ada di atasnya. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: dan Kami jadikan kalian berpasang-pasangan. (An-Naba: 8) Yaitu dari jenis laki-laki dan perempuan, masing-masing dapat bersenang-senang dengan lawan jenisnya, dan karenanya maka berkembanglah keturunan mereka. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian rasa kasih dan sayang. (Ar-Rum:21) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan Kami jadikan tidur kalian untuk istirahat. (An-Naba: 9) Yakni istirahat dari gerak agar tubuh kalian menjadi segar kembali setelah banyak melakukan aktiyitas dalam rangka mencari upaya penghidupan di sepanjang siang hari.
Hal seperti ini telah diterangkan di dalam tafsir surat Al-Furqan. dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. (An-Naba: 10) yang menutupi semua manusia dengan kegelapannya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan malam apabila menutupinya. (Asy-Syams: 4) Dan ucapan seorang penyair yang mengatakan dalam salah satu bait syairnya, "Dan manakala malam mulai menggelarkan kain penutupnya, maka seluruh semesta menjadi gelap." Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. (An-Naba: 10) Maksudnya, ketenangan.
dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. (An-Naba: 11) Kami menjadikannya terang benderang agar manusia dapat melakukan aktiyitasnya untuk mencari upaya penghidupan dengan bekerja, berniaga, dan melakukan urusan lainnya. Firman Allah Swt: dan Kami bangun di atas kalian tujuh buah (langit) yang kokoh. (An-Naba: 12) Yaitu tujuh lapis langit dengan segala keluasannya, ketinggiannya, kekokohannya, dan kerapiannya serta hiasannya yang dipenuhi dengan bintang-bintang, baik yang tetap maupun yang beredar. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan: dan Kami jadikan pelita yang amat terang. (An-Naba: 13) Yakni matahari yang menerangi semesta alam, yang cahayanya menerangi seluruh penduduk bumi.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah. (An-Naba: 14) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan al-mu'sirat ialah angin. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Abu Dawud Al-Hafari, dari Sufyan, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami turunkan dari awan. (An-Naba: 14) Bahwa makna yang dimaksud ialah dari angin.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Qatadah, Muqatil, Al-Kalabi, Zaid ibnu Aslam, dan putranya (yaitu Abdur Rahman), semuanya mengatakan bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan mu'sirat ialah angin. Dikatakan demikian karena anginlah yang meniup awan yang mengandung air, hingga awan itu menurunkan kandungan airnya dan terjadilah hujan. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya, "Al-mu'shirat," bahwa makna yang dimaksud ialah awan yang mengandung air hujan.
Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Abul Aliyah, Adh-Dhahhak, Al-Hasan, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Ats-Tsauri, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir. Al-Farra mengatakan bahwa musirat ialah awan yang mengandung air dan masih belum diturunkan, sebagaimana yang dikatakan terhadap seorang wanita yang musir artinya 'bilamana masa haidny tiba, sedangkan sebelum itu ia tidak pernah haid'. Diriwayatkan pula dari Al-Hasan dan Qatadah, bahwa minal musirat artinya dari langit, tetapi pendapat ini gharib.
Dan yang jelas adalah pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan musirat ialah awan yang mengandung air, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya. (Ar-Rum: 48) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: air yang banyak tercurah. (An-Naba: 14) Mujahid, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa sajjajan artinya tercurah.
Ats-Tsauri mengatakan berturut-turut. Ibnu Zaid mengatakan banyak. Ibnu Jarir mengatakan bahwa tidak diketahui dalam pembicaraan orang Arab untuk menggambarkan hal yang banyak memakai kata as-sajj, melainkan menunjukkan pengertian curahan yang berturut-turut. Termasuk ke dalam pengertian ini sabda Nabi ﷺ yang mengatakan: Haji yang paling afdal ialah yang banyak debunya dan banyak mengalirkan darah kurban. Yakni mengalirkan darah hewan kurban. Menurut hemat saya, demikian pula dalam hadits wanita yang mustahadah (keputihan) saat Rasulullah ﷺ bersabda, kepadanya, "Aku anjurkan kamu memakai penyumbat dari katun." Maka wanita itu menjawab, "Wahai Rasulullah, darah itu lebih banyak daripada yang engkau perkirakan, sesungguhnya ia mengalir dengan sederas-derasnya." Hal ini menunjukkan adanya penggunaan kata as-sajj untuk menunjukkan pengertian curahan yang berturut-turut lagi banyak; hanya Allah jualah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, dan kebun-kebun yang lebat? (An-Naba: 15-16) Yaitu agar melalui air yang banyak, baik, bermanfaat, lagi mengandung berkah ini Kami tumbuhkan biji-bijian untuk manusia dan hewan, dan Kami tumbuhkan pula sayur-sayuran yang dapat dimakan secara mentah, Kami tumbuhkan pula taman-taman dan kebun-kebun yang menghasilkan berbagai macam buah-buahan yang beraneka ragam rasa dan baunya, yang adakalanya kesemuanya itu dapat dijumpai dalam satu kawasan tanah.
Karena itulah maka disebutkan alfafan, yang menurut Ibnu Abbas dan lain-lainnya artinya lebat. Hal ini berarti sama dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (Ar-Ra'd: 4)"
Dan bukankah Kami telah pula membangun di atas kamu tujuh langit yang kukuh, padahal tidak kau jumpai tiang-tiang yang menyangganya' Tidak kamu dapati keretakan di langit itu agar dapat menjadi atap kuat yang menanungi penghuni bumi. 13. Dan bukankah Kami juga telah menjadikan matahari dengan sinarnya yang kuat sebagai pelita yang terang-benderang' Cahayanya yang terang, panasnya yang menyebar, dan bergesernya posisi matahari di langit dari musim ke musim membawa maanfaat sangat banyak bagi kehidupan manusia.
Ketujuh, Allah membangun di atas manusia tujuh langit yang kokoh tanpa memiliki tiang dan tunduk kepada hukum Allah.
Secara ilmiah, tujuh langit yang kokoh kemungkinan dapat diartikan dengan lapisan-lapisan atmosfer yang dekat dengan bumi ini, seperti: (1) Troposphere (Troposfer), (2) Tropopause (Tropopaus), (3) Stratosphere (Stratosfer), (4) Stratopause (Stratopaus), (5) Mesosphere (Mesosfer), (6) Mesopause (Mesopause), dan (7) Thermosphere (Termosfer). Pembagian ini berdasarkan temperatur (suhu) dari lapisan-lapisan atmosfer dan jaraknya dari permukaan bumi. Kekokohan lapisan-lapisan tersebut, dalam pengertian kokoh dalam menyelimuti bola bumi kita, karena adanya gaya gravitasi bumi. (lihat pula telaah ilmiah dalam Surah ar-Ra'd/13:2, Juz-13). Pada telaah ilmiah Surah ar-Ra'd/13: 2 tersebut, pembagian lapisan atmosfer sedikit berbeda dengan yang dijelaskan pada telaah ilmiah ini, di mana Ionosfer dan Eksosfer disatukan dalam Termosfer.
Namun apabila pengertian tujuh langit ini dikaitkan dengan Mi'raj Rasulullah Muhammad saw, tampak kurang tepat. Tujuh langit dalam Surah an-Naba'/78: 12 ini mungkin dapat diartikan sebagai Tujuh Dimensi Ruang-Waktu dalam Kaluza-Klein Theory (KKT). Seperti dinyatakan dalam fisika bahwa terdapat empat (4) Gaya Fundamental yang ada di jagad raya ini, yaitu Gaya Elektromagnetik, Gaya Nuklir Lemah, Gaya Nuklir Kuat, dan Gaya Gravitasi. Jika keempat gaya ini terbentuk dari Ledakan Besar (Big Bang) dari suatu Singularity, maka mestinya keempat gaya ini dahulunya 'menyatu sebagai Satu Gaya Tunggal (Grand Unified Force), ini yang dikenal dalam Grand Unified Theory (GUT, Teori Ketersatuan Agung?). KKT menjelaskan bahwa untuk dapat menerangkan ketersatuan gaya-gaya yang empat itu, maka adanya geometri ruang-waktu yang kita berada di dalamnya sekarang ini tidaklah cukup. Geometri ruang-waktu yang kita berada di dalamnya sekarang ini hanya mampu menjelaskan sedikit tentang gaya-gaya Elektromagnetik dan dalam beberapa hal Gaya Gravitasi. Untuk bisa menjelaskan keempat gaya tersebut, maka KKT menyatakan harus ada tujuh dimensi ruang-waktu (time-space dimensions) yang lain. Dengan demikian bersama empat dimensi yang sudah dikenal, yaitu: garis, bidang, ruang dan waktu; maka total dimensi ada sebelas (11) dimensi. Pernyataan ini berbasiskan pada perhitungan Matematika-Fisika. Berbasiskan pada KKT ini, para saintis telah mampu pula menghitung 'garis tengah salah satu dimensi ruang-waktu itu, yaitu sebesar 10-32 cm, jadi dimensi itu sangat kecil sekali. Dengan demikian, tidaklah mungkin dengan instrument yang ada sekarang ini kita dapat menembus tujuh dimensi ruang-waktu yang lain itu. Kaluza-Klein Theory telah memberikan gambaran adanya Tujuh Dimensi Ruang-Waktu, yang kesemuanya ini akan mengokohkan geometri jagad-raya dengan empat gaya-gaya fundamentalnya. Mungkinkah tujuh langit yang kokoh tersebut adalah tujuh dimensi ruang-waktu menurut Kaluza-Klein Theory ? Wallahu a'lam bis-sawab.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AN-NABA'
(BERITA)
SURAH KE-78, 40 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
BERITA YANG BESAR!
Ayat 1
“Tentang apakah mereka tanya-bertanya?" (ayat 1)
Atau soal apakah yang mereka pertengkarkan di antara sesama mereka?
Ayat 2
“Tentang satu berita besar!" (ayat 2)
Adalah satu berita besar bagi kaum Quraisy itu ketika Muhammad ﷺ, anak Abdullah, yang mereka kenal sejak dari masa kecilnya sampai masa remajanya, lalu meningkat dewasa, sehingga berusia lebih dari empat puluh tahun. Dia telah mengeluarkan suatu pendirian yang berbeda sama sekali dari yang mereka harapkan. Dia mengaku dirinya mendapat wahyu dari Allah. Mereka tanya-bertanya, berbisik-bisik hilir mudik, di Balai Darun Nadwah, tempat mereka biasa berkumpul, ataupun di sekitar pelataran Ka'bah, atau di mana saja. Inilah yang jadi berita hangat: soal Al-Qur'an yang dinamai wahyu, soal Kiamat, soal kebencian kepada penyembahan berhala.
Ayat 3
Itulah semua “Yang telah mereka perselisihkan padanya." (ayat 3)
Ayat 4
“Jangan!" Artinya, tidaklah ada perlunya dipertengkarkan atau mereka tanya-menanya dalam soal yang besar itu, karena “Ketak mereka akan tahu." (ujung ayat 4)
Tegasnya kalau mereka bertengkar atau tanya-menanya dalam persoalan yang besar itu, sehingga keputusan tidak ada, namun pada akhirnya kelak mereka pasti akan tahu juga atau segala yang mereka tanyakan itu tidak lama lagi pasti menjadi kenyataan.
Ayat 5
“Kemudian itu!" Kemudian itu diperingatkanlah untuk kesekian kalinya, “Sekali-kali jangan!" Bertengkar, bertanya-tanya juga, karena tidak akan ada faedahnya menggantang asap, mengkhayalkan kehendak yang telah ditentukan dari Allah dengan hanya meraba-raba dalam kegelapan jahil. “Kelak mereka akan tahu!" (ujung ayat 5) Segala keragu-raguan yang menimbulkan berbagai macam pertanyaan kian hari akan kian sirna, sebab Al-Qur'an kian hari akan kian jelas.
Menurut suatu riwayat yang dibawakan oleh ahli-ahli tafsir, soal yang lebih menjadi perkara yang dipertanyakan di antara mereka, lebih penting dari yang lainnya, ialah perkara kebangkitan sesudah mati atau Yaumul Ba'ats. Kesimpulan dari ayat-ayat ini ialah, pertanyaan-pertanyaan yang timbul di antara sesama kaum Quraisy itu kelak akan terjawab dengan sendirinya, karena wahyu akan turun lagi dan keterangan akan bertambah lagi, dan pembuktian pun akan diperlihatkan. Sebab itu bersedialah buat beriman.
***
ALANGKAH HEBATNYA PENCIPTAAN ALLAH
Ayat 6
“Bukankah telah Kami jadikan bumi itu terbentang?" (ayat 6)
Untuk siapa bumi itu, kalau bukan untuk kamu? Dan segala yang ada di dalamnya pun boleh kamu ambil faedahnya. Maka dalam kata-kata mihaada, yang kita artikan terbentang itu terasalah satu penyelenggaraan dan satu persilaan, ambillah faedahnya.
Ayat 7
“Dan gunung-gunung (sebagai) pancang-pancang." (ayat 7)
Dijelaskanlah pada ayat ini kegunaan gunung. Kalau gunung tak ada, bumi tidak akan selamat dan tidak akan terbentang dengan baik. Karena angin yang selalu berhembus keras akan membongkar urat dari kayu-kayu yang tumbuh sebagai keperluan hidup itu. Dengan adanya gunung-gunung sebagai pancang itu, kukuhlah hidup manusia.
Ayat 8
“Dan telah Kami jadikan kamu berpasang-pasangan." (ayat 8)
Berpasang-pasangan, yaitu berjantan-berbetina, berlaki-laki-berperempuan, ber- positif-bernegatif; dengan demikian itulah Allah menciptakan alam ini seluruhnya. Maka dengan demikianlah Allah Yang Mahatunggal menciptakan seluruh yang maujud dalam alam ini berpasang-pasangan. Yang berdiri sendiri hanya Allah!
Ayat 9
“Dan telah Kami jadikan tidur kamu untuk berlepas lelah." (ayat 9)
Dengan demikian tenang kembali ruhani-mu dan jasmanimu yang sibuk selalu, bagi mengumpulkan kekuatan yang baru, sehingga tidur adalah kemestian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup.
Ayat 10
“Dan telah Kami jadikan malam (sebagai) pakaian." (ayat 10)
Ketenangan diri karena nyenyak tidur untuk membangkitkan tenaga baru untuk hari esok, serupa juga dengan mengganti pakaian yang telah kumal dengan pakaian yang masih bersih.
Ayat 11
“Dan telah Kami jadikan siang untuk penghidupan." (ayat 11)
Setelah tadi malam beristirahat berlepas lelah, pagi-pagi badan dan jiwa menjadi segar. Setelah terasa segar mulailah bekerja dan bergiat lagi berjalan di atas bumi yang telah terbentang itu, mencari perbekalan buat hidup, mencari rezeki, mencari makan dan minum. Itulah yang dinamai Ma'asya, penghidupan. Dalam kata-kata susunan lain disebut juga Ma'isyah.
Ayat 12
“Dan telah Kami bangunkan di anah atas kamu tujuh yang kukuh." (ayat 12)
Maksudnya ialah langit yang tujuh lapis. Dan kita pun tahu cara pemakaian bahasa Arab, bahwa kalau disebut kalimat tujuh yang dimaksud ialah banyak! Dan semua langit itu dibina oleh Allah dengan kukuhnya. Ilmu pengetahuan manusia tentang alam telah membawa kepada keinsafan bahwa memang kukuhlah bangunan angkasa luas itu, yang mungkin telah berjuta-juta tahun lamanya diciptakan oleh Dia, Yang Mahakuasa; namun cakrawala masih tegak teguh dengan jayanya, berdiri dengan kukuhnya.
Ayat 13
“Dan telah Kami jadikan suatu pelita yang terang benderang." (ayat 13)
Pelita yang terang benderang itu, yang hanya satu, yaitu matahari telah memancarkan sinar yang terang benderang.
Ayat 14
“Dan telah Kami turunkan dari awan air yang bercucuran." (ayat 14)
Itulah hujan yang selalu menyirami bumi; yang selalu membagi-bagikan air itu untuk hidup segala yang bernyawa.
Ayat 15
“Karena akan Kami kebunkan dengan dia."
Yaitu dengan sebab bercucurannya air hujan tersebut keluarlah “Biji-biji dan tumbuh-tumbuhan." (ujung ayat 15)
Banyaklah macamnya tumbuhan yang tumbuh berasal dari bijinya. Sebelum disinggung air dia kelihatan tidak berarti apa-apa. Tetapi setelah dia kena air, timbullah dua helai daun yang tadinya tersimpul menjadi biji itu. Lain pula halnya dengan berbagai tumbuh-tumbuhan yang lain; yang akan hidup kembali setelah kena air ialah uratnya yang telah kering tadi. Air menjadikan dia basah, dan basah mengalirkan hidup pada dirinya buat menghisap air lagi yang ada tersimpan di dalam bumi.
Ayat 16
“Dan kebun-kebun yang subur." (ayat 16)