Ayat
Terjemahan Per Kata
فَبِأَيِّ
maka yang manakah
حَدِيثِ
perkataan
بَعۡدَهُۥ
sesudahnya (Al Qur'an)
يُؤۡمِنُونَ
mereka akan beriman
فَبِأَيِّ
maka yang manakah
حَدِيثِ
perkataan
بَعۡدَهُۥ
sesudahnya (Al Qur'an)
يُؤۡمِنُونَ
mereka akan beriman
Terjemahan
Maka, pada perkataan manakah sesudahnya (Al-Qur’an) mereka akan beriman?
Tafsir
(Maka kepada perkataan apakah sesudah ini) sesudah Al-Qur'an ini (mereka akan beriman?) maksudnya, tidak mungkin mereka akan beriman kepada kitab-kitab Allah lainnya sesudah mereka mendustakannya, karena di dalam Al-Qur'an terkandung unsur I'jaz atau mukjizat yang tidak terdapat pada kitab-kitab Allah lainnya.
Tafsir Surat Al-Mursalat: 41-50
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata air-mata air. Dan (mendapat) bnah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini. (Dikatakan kepada mereka), "Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan." Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Dikatakan kepada orang-orang kafir), "Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa." Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Dan apabila dikatakan kepada mereka.Rukuklah.
niscaya mereka tidak mau rukuk. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Maka kepada ajaran manakah (selain Al-Qur'an) ini mereka akan beriman? Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan perihal hamba-hamba-Nya yang bertakwa, yaitu mereka yang menyembah-Nya, menunaikan semua yang diwajibkan oleh-Nya, serta meninggalkan semua yang diharamkan-Nya. Bahwa sesungguhnya mereka di hari kiamat berada di dalam surga-surga yang banyak mata airnya. Berbeda dengan keadaan orang-orang yang celaka, mereka di hari kiamat berada di dalam naungan yahmum, yaitu asap hitam yang busuk baunya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini. (Al-Mursalat: 42) Yakni berbagai macam buah-buahan; apa pun yang mereka ingini, pasti mereka dapati. (Dikatakan kepada mereka), "Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan." (Al-Mursalat: 43) Dikatakan hal ini kepada mereka sebagai penghormatan dan perlakuan yang baik kepada mereka. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala dalam ayat berikutnya yang merupakan kalimat baru menyebutkan: Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Mursalat: 44) Maksudnya, inilah balasan Kami terhadap orang-orang yang telah berbuat baik. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 45) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: (Dikatakan kepada orang-orang kafir), "Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa. (Al-Mursalat: 46) Khitab atau pembicaraan ini ditujukan kepada orang-orang yang mendustakan hari kiamat dan perintah ini adalah perintah yang mengandung arti peringatan dan ancaman.
Karena itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: (Dikatakan kepada orang-orang kafir), "Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek " (Al-Mursalat: 46) Yaitu dalam masa yang pendek, tidak lama. Betapa pun panjangnya usia di dunia, bila dibandingkan dengan akhirat, amatlah pendek dan bukan apa-apa. sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa. (Al-Mursalat: 46) Kemudian kalian akan digiring ke dalam neraka Jahanam, yang telah disebutkan di atas. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 47) Semakna dengan firman-Nya: Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: "Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak beruntung." (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kamilah mereka kembali.
kemudian Kami rasakan kepada mereka siksa yang berat disebabkan kekafiran mereka. (Yunus: 69-70) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Rukuklah. niscaya mereka tidak mau rukuk. (Al-Mursalat: 48) Yakni apabila mereka yang bodoh dari kalangan orang-orang kafir itu diperintahkan agar menjadi orang-orang yang shalat bersama jamaah, mereka menolak dan bersikap sombong. Karena itulah maka disebutkan oleh firman selanjutnya: Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 49) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka kepada ajaran manakah (selain Al-Qur'an) ini mereka akan beriman? (Al-Mursalat: 50) Yaitu bilamana mereka tidak mau beriman kepada Al-Qur'an ini, maka perkataan apakah yang mereka imani? Semakna dengan firman-Nya: maka dengan perkataan mana lagi mereka akan beriman setelah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya? (Al-Jatsiyah: 6) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ismail ibnu Umayyah; ia pernah mendengar seorang lelaki Badui mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah apabila membaca surat Al-Mursalat, lalu bacaannya sampai pada firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka kepada ajaran manakah (selain Al-Qur'an) ini mereka akan beriman? (Al-Mursalat: 50) Selanjutnya lelaki Badui yang meriwayatkan hadits ini kepada Ismail ibnu Umayyah mengatakan.Bila bacaanmu sampai kepada ayat tersebut, hendaklah kamu ucapkan.Aku beriman kepada Allah dan juga kepada Al-Qur'an yang diturunkan oleh-Nya'." Hadits ini telah kami kemukakan dalam tafsir surat Al-Qiyamah.
Demikianlah akhir tafsir surat Al-Mursalat. Segala puji dan karunia hanyalah milik Allah, dan hanya kepada-Nya kami memohon taufik dan pemeliharaan. Ini adalah akhir dari juz ke-29."
Sudah berulang kali Al-Qur'an menasihati dan memperingatkan mereka, namun tetap saja mereka menolak, maka kepada ajaran mana-kah selain Al-Qur'an ini mereka akan beriman' Pasti tidak ada lagi, karena Al-Qur'an dalah kitab petunjuk yang paling sempurna. 1. Saat Nabi Muhammad diutus, kaum kafir Mekah bertanya-tanya tentang diri Nabi, dakwah, dan ajarannya, salah satunya adalah perihal hari kebangkitan. Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya di antara mereka'
Sebagai penutup dari dua ayat terakhir ini, Allah mengulang kembali kutukan-Nya terhadap orang-orang yang mendustakan perintah dan larangan-Nya. Kecelakaan besar bagi orang yang mendustakan karena tidak patuh kepada perintah-Nya dan tidak mau meninggalkan larangan-Nya.
Setelah mencela orang kafir dengan sangat keras agar mengikuti agama yang benar, maka Allah mengakhiri surah ini dengan menegaskan bahwa orang-orang musyrik itu sama sekali tidak mau mendengarkan nasihat para dai yang mengajak mereka untuk mengikuti ajaran Ilahi bagi kepentingan kehidupan mereka di dunia dan akhirat. Allah mengatakan, "Maka kepada perkataan apakah selain Al-Qur'an mereka akan beriman?" Jadi dengan keterangan-keterangan Al-Qur'an yang begitu jelas dan mudah dimengerti disertai dengan bukti-bukti yang jelas, mereka tidak juga mau beriman, maka manakah lagi kebenaran yang mampu membawa mereka kepada petunjuk Ilahi?"
Dari ayat terakhir ini jelaslah bahwa Allah telah menetapkan ajaran Al-Qur'an tentang dunia dan akhirat yang menghimpun sekalian keterangan yang ada, lengkap dengan segala seluk-beluknya sebagai alasan yang kuat. Dengan demikian, Al-Qur'an satu-satunya kitab suci yang dikenal manusia yang mengandung keterangan yang begitu jelas dan lengkap. Hanya manusia tidak mau beriman menjelang ajal datang mencabut kehidupannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 46
“Makanlah dan bersenang-senanglah sejenak."
Makan minum dan bersenang-senang, melepaskan kehendak nafsu selama di dunia ini, pada hakikatnya semua itu hanyalah sejenak. Walaupun usia manusia sampai misalnya seratus tahun, namun makan minum dan bersenang-senang itu hanya sejenak, sangat sedikit sekali. Namun kesusahan dan kesulitan yang dihadapi jauh lebih lama daripada masa sejenak itu. Hidup di dunia ini dengan persiapan-persiapan menghadapinya, yang diberikan Allah kepada manusia sangatlah sedikit. Misalkan enak-enak makan minum. Keenakan itu hanya dirasakan seketika perut masih lapar. Kalau telah kenyang dia tidak enak lagi. Dan keenakan makan minum itu hanya dirasakan bila badan sehat. Kalau badan sakit, betapa pun enaknya makanan, tidaklah diterima oleh selera. Apatah lagi kalau badan telah tua. Oleh sebab itu maka selama masih di dunia ini juga segala makanan dan minuman atau kesenangan dan dalam rumah tangga, hanyalah sejenak waktu saja. Dan semuanya itu tidak ada artinya jika dibanding dengan adzab siksaan yang akan engkau terima di akhirat, karena
“Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang durhaka."
Maka tidaklah ada artinya lagi kese- nanganmu yang sejenak itu dibandingkan dengan adzab siksaan yang akan kamu terima, karena hidupmu itu kosong dari kebajikan.
Di sini tepatlah dapat dipasangkan hadits Rasulullah ﷺ yang dirawikan oleh Muslim daripada Abu Hurairah, bahwa Nabi ﷺ berkata,
“Dunia adalah penjara bagi orang yang beriman dan surga bagi orang yang kafir." (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Orang yang beriman terpenjaralah selera dan hawa nafsunya selama masih di dunia ini. Banyak pekerjaan yang terlarang mereka mengerjakannya. Banyak makanan yang tidak boleh mereka makan dan minuman yang tidak boleh mereka minum. Dan mereka bersenang-senang dalam waktu yang sangat terbatas. Misalnya jika sudah terdengar adzan, mereka sudah mesti menghentikan pekerjaan lain, dan wajib shalat. Sebab itu mereka terpenjara.
Tetapi orang yang kafir, sehingga dunia ini sajalah surganya, tidak lebih. Dan itu hanya sebentar saja. Jika dibandingkan dengan adzab dan celaka yang Akan dideritanya di akhirat kelak, apa yang didapatnya di dunia ini sudahlah surga baginya. Padahal itu hanya sejenak saja, qaliilan, sedikit sekali. Sesudah itu kelak adzab terus-ineneruslah yang akan dideritanya karena besar dosanya dan besar kedurhakaannya kepada Allah.
Hidupmu di dunia hanya mementingkan dirimu sendiri.
Ayat 47
“Celaka besanlah pada hani itu bagi orang-orang yang mendustakan."
Setengah dari sebab yang sangat penting makanya orang-orang yang demikian mendapat celaka besar di akhirat disebutkan pada ayat selanjutnya,
Ayat 48
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ruku lah", mereka tidak ruku'."
Ruku di sini mempunyai dua arti. Pertama berarti shalat. Sebab shalat di dalam Islam mempunyai ruku' sebagai salah satu rukunnya. Kedua dengan arti tunduk, disuruh patuh dan tunduk kepada Allah, dia tidak mau patuh. Dia masih berkeras kepala juga. Tetapi kedua arti itu pun dapat digabungkan kembali jadi satu. Bagaimanapun seseorang mengakui tunduk kepada Allah, percaya adanya Allah, namun kaiau dia tidak mau mengerjakan shalat lima waktu, belumlah terbukti ketundukannya itu. Apa keberatannya mengerjakan shalat, yang ruku' termasuk salah satu rukunnya, kalau memang dia mengakui percaya kepada Allah? Tepatlah apa yang kemudiannya difirmankan Allah,
“Dan mohonkanlah pertolongan dengan sabar dan shalat; dan sesungguhnya shalat itu amatberat, kecuali bagi orang yang khusyu'." (al- Baqarah: 45)
Padahal kepada Allah itu tidaklah cukup sehingga percaya bahwa Dia ada saja. Kepercayaan iktikad yang benar dalam hati, ucapan yang jujur dengan lidah dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh dalam perbuatan. Kalau tidak demikian, masihlah termasuk pada mendustakan.
Ayat 49
“Celaka besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan."
Di dalam surah al-Muddatstsir yang telah lalu, di ayat 42 sudah ada pertanyaan. “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat."
Akhirnya tibalah ayat terakhir dari surah al-Mursalaat ini.
Ayat 50
“Maka benang mana perkataan lagikah sesudah itu kamu akan percaya?"
Artinya, sesudah begitu jelas terperinci Allah menurunkan wahyu-Nya di dalam sebuah surah, surah al-Mursalaat, ataupun di dalam sebuah Al-Qur'an seutuhnya, kamu sudah diberi keterangan, malahan berkali-kati sudah dijelaskan bahwa orang yang mendustakan akan menderita celaka besar di dalam neraka wailun; kalau tidak juga kamu mau mengerti, dengan cara apa lagi kamu akan diberi pengertian?
Menurut riwayat dari Ibnu Abi Hatim, yang diterima dengan sanadnya daripada Abu Hurairah, bilamana imam sudah sampai bacaannya kepada ujung surah al-Mursalaat ini, “Fa bi ayyihaditsin ba'dahuyu'minun"maka sunnahlah makmum membaca sambutannya,
“Aku percaya kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan."
Selesai Tafsir Surah al-Mursalaat.