Ayat
Terjemahan Per Kata
فَٱلۡفَٰرِقَٰتِ
lalu yang membedakan/memisahkan
فَرۡقٗا
sebeda-bedanya
فَٱلۡفَٰرِقَٰتِ
lalu yang membedakan/memisahkan
فَرۡقٗا
sebeda-bedanya
Terjemahan
dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang baik dan yang buruk) dengan sejelas-jelasnya,
Tafsir
(Dan demi yang membedakan sejelas-jelasnya) maksudnya, demi ayat-ayat Al-Qur'an yang membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, serta yang membedakan antara perkara yang halal dan perkara yang haram.
Tafsir Surat Al-Mursalat: 1-15
Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya, dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang batil) dengan sejelas-jelasnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi. Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan, dan apabila langit telah dibelah, dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu, dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka). (Niscaya dikatakan kepada mereka), "Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?" Sampai hari keputusan. Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Sahl Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan ibnu Syaqiq, telah menceritakan kepadaku Al-Husain ibnu Waqid, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan. (Al-Mursalat: 1) Yakni malaikat-malaikat. Telah diriwayatkan pula dari Masruq, Abud Duha, Mujahid dalam suatu riwayatnya, As-Suddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas.
Dan diriwayatkan dari Abu Saleh, bahwa ia mengatakan sehubungan dengan makna mursalat, yaitu para rasul. Tetapi menurut riwayat lain yang juga darinya disebutkan para malaikat. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Saleh dalam lafal al-'asifat (para malaikat penggiring angin), an-nasyirat (para malaikat penyebar hujan), al-fariqal (para malaikat pembeda hak dan batil), dan al-mulqiyat (para malaikat penyampai wahyu). Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahi!, dari Muslim Al-Batin, dari Abul Abidain yang mengatakan bahwa aku pernah bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang makna mursalat 'urfan, artinya angin.
Hal yang sama dikatakan olehnya sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya. (Al-Mursalat: 2-3) Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah angin. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan AbuSaleh menurut riwayat yang bersumber darinya. Tetapi Ibnu Jarir bersikap diam sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan. (Al-Mursalat: 1) Bahwa apakah makna yang dimaksud adalah malaikat-malaikat yang diutus membawa kebaikan, ataukah yang seperti rambut kuda yang sebagian darinya mengiringi sebagian yang lain, ataukah yang dimaksud adalah angin apabila bertiup sedikit demi sedikit? Tetapi ia memastikan bahwa yang dimaksud dengan 'asifat adalah angin yang bertiup dengan kencang, sama dengan pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud dan para pengikutnya.
Dan di antara orang yang berpendapat sama sehubungan dengan 'asifat 'asfa ialah Ali ibnu Abu Talib dan As-Suddi; tetapi bersikap diam terhadap an-nasyirat, apakah makna yang dimaksud adalah para malaikat ataukah angin, sama dengan sebelumnya. Diriwayatkan dari Abu Saleh, bahwa an-nasyirati nasyran ialah hujan. Tetapi pendapat yang jelas menyebutkan bahwa al-mursalat adalah angin, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya: Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan). (Al-Hijr:22) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya. (Al-A'raf: 57) Demikian pula al-'asifat artinya angin.
Dikatakan 'asafatir riyahu artinya angin telah bertiup dengan kencangnya sehingga menimbulkan suara. Begitu pula an-nasyirat artinya angin yang menggiring awan di ufuk langit menurut apa yang dikehendaki oleh Tuhannya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang batil) dengan sejelas-jelasnya, dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan. (Al-Mursalat: 4-6) Yakni para malaikat, menurut Ibnu Mas'ud. Ibnu Abbas, Masruq, Mujahid, Qatadah. Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Suddi, dan Ats-Tsauri. Tidak ada perbedaan di sini, karena sesungguhnya para malaikat turun dengan membawa perintah Allah kepada rasul-rasul-(Nya) untuk membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, antara petunjuk dan kesesatan, dan antara perkara halal dan haram.
Dan para malaikat itu menyampaikan wahyu kepada para rasul yang di dalamnya mengandung alasan terhadap makhluk dan sekaligus peringatan bagi mereka akan siksa Allah jika mereka menentang perintah-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi. (Al-Mursalat: 7) Inilah objek dari sumpah-sumpah di atas, yakni sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepadamu yaitu terjadinya kiamat, peniupan sangkakala, dibangkitkannya semua makhluk dan dihimpunkan-Nya semua orang yang terdahulu dan yang terkemudian dalam suatu lapangan untuk menerima pembalasannya masing-masing; jika baik, maka balasannya baik; dan jika buruk, maka balasannya buruk pula semuanya itu pasti terjadi dan tidak terelakkan lagi.
Dalam firman berikutnya disebutkan: Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan. (Al-Mursalat: 8) Maksudnya, sinarnya lenyap. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan apabila bintang-bintang berjatuhan. (At-Takwir: 2) dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. (Al-Infitar: 2) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan apabila langit telah dibelah. (Al-Mursalat: 9) Yaitu belah, pecah, dan semua bagiannya turun serta semua sisinya melemah. dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu. (Al-Mursalat: 10) Yakni dilenyapkan sehingga tiada bekasnya sama sekali, semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya." (Thaha: 105) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka). (Al-Mursalat: 11) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna uqqitat ialah dikumpulkan.
Ibnu Zaid mengatakan, dan ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: (Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul. (Al-Maidah: 109) Dan Mujahid mengatakan, bahwa makna uqqitat ialah ditangguhkan. Menurut Ats-Tsauri, dari Mansur, dari Ibrahim, uqqitat artinya dipersiapkan seakan-akan menurutnya dianggap semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya: Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak dirugikan. (Az-Zumar: 69) Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: ("Niscaya dikatakan kepada mereka), "Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?" Sampai hari keputusan.
Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 12-15) Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, bahwa sampai kapankah para malaikat yang menjadi utusan itu ditangguhkan perkaranya, yaitu sampai hari kiamat. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala melalui firman-Nya: Karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya: sesungguhnya Allah Mahaperkasa, lagi mempunyai pembalasan, (yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (Ibrahim: 47-48) Yaitu hari keputusan. Hal yang sama disebutkan dalam surat ini, yaitu: Sampai hari keputusan. (Al-Mursalat: 13) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala bertlrman. menceritakan betapa hebatnya hari kiamat: Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 14-15) Artinya kecelakaanlah bagi mereka karena akan tertimpa azab Allah di hari kemudian. Dalam pembahasan yang lalu telah kami sebutkan sebuah hadits yang mengatakan bahwa Al-Wail adalah nama sebuah lembah di dalam neraka Jahanam. tetapi predikatnya tidak shahih."
3-4. Dan juga demi malaikat-malaikat yang menyebarkan rahmat Allah dengan seluas-luasnya, dan demi malaikat-malaikat yang membedakan antara yang baik dan yang buruk dengan pembedaan yang sejelas-jelasnya,5-6. Dan demi malaikat-malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu kepada yang dipilih Allah untuk menerimanya, wahyu tersebut diturunkan untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan bagi yang durhaka.
Allah bersumpah pula dengan para malaikat yang membedakan antara yang hak dengan yang batil dengan sejelas-jelasnya, membedakan antara petunjuk dan kesesatan.
Sebagian mufasir mengartikan al-fariqat dengan angin yang dapat membedakan mana yang membawa rahmat dan mana yang bertugas merusak manusia banyak. Dengan kata lain, angin pembawa rahmat dan angin pembawa bencana.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-MURSALAAT
(MALAIKAT-MALAIKAT YANG DIUTUS) SURAH KE-77, 50 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1-50)
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
Sebagaimana telah kita jelaskan pada Pendahuluan, tafsiran dari al-Mursalaat ini pada umumnya terdapat dua macam. Pertama golongan yang mengatakan bahwa yang dimaksud ialah malaikat. Kedua golongan yang mengatakan bahwa yang dimaksud ialah angin berembus. Keduanya ada riwayatnya yang sah dari sahabat-sahabat yang terkemuka dalam ilmu tafsir.
Al-Imam Fakhruddin ar-Razi dalam tafsir beliau menguraikan kedua tafsiran itu.
Menurut beliau,
Ayat 1
“Demi yang diutus membawa kebajikan."
ialah bahwa malaikat itu diutus Allah membawa Rahmat Ilahi.
Ayat 2
“Yang terbang dengan sekencang-kencangnya."
Karena malaikat itu terjadi daripada nur (cahaya), niscaya kencanglah terbangnya, sekencang cahaya pula. Dalam surah al-Ma'arij ayat 4 telah diterangkan bahwa malaikat itu terbang (mi'raj) di ruang angkasa melalui dalam satu hari bilangan kita 50.000 tahun. Dalam surah Faathir, ayat 1 (Juz 22) dikatakan bahwa malaikat itu bersayap ada yang dua-dua, ada yang tiga-tiga dan ada yang empat-empat, itu pun menunjukkan betapa kencang bila dia terbang.
Ayat 3
“Dan yang menyebarkan seluas-luasnya."
Tersebutlah dalam riwayat bahwa ada malaikat itu yang akan menyebarkan rahmat Allah seluas-luasnya yaitu Malaikat Mikail.
Ayat 4
“Dan yang membedakan dengan sejelas-jelasnya."
Yaitu membedakan di antara yang haq dengan yang batil.
Ayat 5
“Maka yang diutus menyampaikan peringatan."
Itulah dia wahyu Ilahi yang berisi pembedaan yang hak dengan yang batil, yang benar dengan yang salah, yang diperintahkan Allah dan yang dilarang agar manusia selamat. Wahyu itu disebut juga peringatan. Al-Qur'an itu pun disebut jika peringatan.
Ayat 6
“Untuk memberi ampunan dan ancaman. "
Yaitu barangsiapa yang bersalah tetapi segera dia memohon ampun kepada Allah, niscaya dia akan diberi ampun. Barangsiapa yang salah tetapi tidak mau memperbaiki diri, diancamlah dia dengan siksaan neraka. Itu semuanya termaktub dalam wahyu, yang dibawa oleh malaikat-malaikat yang diutus itu. Inilah tafsiran ar-Razi dengan sedikit penjelasan dari kita.
Kemudian beliau tafsirkan pula menurut aliran yang kedua, yaitu bahwa yang diutus atau yang dikirim itu ialah angin.
Ayat 1
“Demi yang diutus membawa kebajikan."
Ialah angin sepoi yang datang membawa udara baru untuk menyuburkan bumi. Biasanya sesudah selesai musim dingin berganti dengan musim kembang. Angin seperti itu pun kadang-kadang mengawinkan di antara kembang di hutan, yang jantan dengan yang betina, yang menyuburkan buah.
Ayat 2
“Dan yang terbang dengan sekencang-kencangnya."
Itulah angin ribut besar yang membawa taufan baik di laut atau di darat, yang bisa saja membongkar pohon kayu betapa pun besar dan kukuhnya. Angin seperti inilah yang telah menghancurkan negeri kaum ‘Ad yang mendustakan Nabi Shalih, tujuh malam delapan hari lamanya, surah al-Haaqqah ayat 6 dan 7, juz ini juga.
Ayat 3
“Danyang menyebarkan seluas-luasnya."
Ada juga angin itu yang menyebarkan seluas-luasnya, baik menyebarkan rahmat ataupun menyebarkan adzab. Banyak penyakit menular karena dibawa oleh angin.
Ayat 4
“Maka yang membedakan dengan sejelas-jelasnya."
Maka adalah di antara angin itu, baik angin sepoi basa, ataupun angin punting beliung sekukut bulu, atau angin membawa penyakit ataupun angin membawa rahmat, semuanya itu dapat memperbedakan di antara manusia yang teguh imannya dengan yang lemah. Laksana landasan angin itu jualah jiwa manusia. Mana yang tidak kuat segeralah dia tumbang. Tetapi mana yang kuat uratnya terhunjam ke bumi, tidak ada angin yang dapat merobohkannya kalau tidak izin Allah.
Ayat 5
“Maka yang diutus menyampaikan peringatan."
Segala angin yang berembus itu pada hakikatnya adalah berisi peringatan bagi manusia, bahwa mereka tidak akan dapat bernapas di atas bumi ini kalau angin tidak ada, atau udara tidak masuk. Maka hendaklah dia ingat bahwa Allah Mahakuasa berbuat sekehendaknya atau diri manusia.
Ayat 6
“Yang memberi ampunan dan ancaman."
Ampunan akan diberikan Allah kepada barangsiapa yang mengakui kesalahan dirinya ialu memohon ampun dan tobat kepada Allah. Ancaman pun diberikan pula kepada orang yang tidak mau ingat akan karunia Allah, yang menyangka bahwa dia dapat berbuat sesuka hatinya dalam hidup ini, sehingga celaka jualah yang akan ditemuinya. Itulah tafsir dari ar-Razi kalau yang dimaksudkan dengan “sesuatu yang diutus itu" ialah angin.
Kemudian beliau pun menambah pula dengan buah renungan dan pendapatnya sendiri.
Ar-Razi menguraikan bahwa dari ayat yang pertama sampai keenam sesuai benar kalau ditafsirkan bahwa yang dimaksud dengan yang diutus atau yang dikirim itu ialah Al-Qur'an. Yang dimaksud dengan yang diutus atau lebih tepat yang dikirim ialah ayat-ayat dan surah-surah dari Al-Qur'an, yang dihantarkan oleh Malaikat Jibril. Di ayat yang pertama disebutkan,
Ayat 1
“Demi yang diutus membawa kebajikan."
Ialah ayat-ayat itu sendiri. Teranglah bahwa ayat-ayat Al-Qur'an membawa kebajikan bagi manusia, karena dia telah mengeluarkan manusia daripada gelap gulita kejahilan kepada terang benderang ilmu pengetahuan. Pada ayat kedua disebut,
Ayat 2
“Yang terbang dengan sekencang-kencangnya."
ialah keadaan dari pengaruh ayat-ayat Al-Qur'an itu ke dalam hati manusia. Mula-mula angin itu berembus dengan teduh dan sepoi-sepoi membawa kesejukan. Tetapi lama-lama dia bertambah kuat, bertambah kencang dan kencang lagi, sehingga pohon-pohon yang besar pun bisa ditumbangkannya. Angin sepoi yang mula berembus ialah membawa petunjuk dan jalan selamat bagi hati manusia. Namun kemudian setelah dia bertambah besar, tumbanglah kemusyrikan dan runtuhlah daulat pertahanan kekufuran.
Seluruh agama dan seluruh kedaulatan yang mempertahankan penyebaran kepada yang selain Allah tidak bisa bangkit lagi buat mengatasi kebenaran Islam.
Ayat 3
“Dan yang menyebalkan seluas-luasnya."
Tafsirnya ialah bahwa isi ayat-ayat Al- Qur'an yang penuh hikmah dan ilmu itu benar- benar telah menyebar seluas-luasnya pada seluruh alam, masyriq dan maghrib.
Ayat 4
“Maka yang membedakan dengan sejelas- jelasnya."
Benar-benar dengan kedatangan Al-Qur'an itu jelaslah perbedaan di antara yang hak dengan yang batil, yang tauhid dengan yang kufur, inti kebenaran dengan kepalsuan. Tidak dapat diragukan dan dikacaukan lagi. Bagaimanapun orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain selalu mencoba hendak mengacaukannya.
Ayat 5
“Maka yang diutus menyampaikan peringatan."
Memanglah bahwa Al-Qur'an itu adalah peringatan, dzikir. Di dalam surah al-Hijr ayat 9,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan dzikir, dan sesungguhnya Kami tetap memeliharanya." (al-Hijr: 9)
Pada surah Shaad ayat 1 lebih jelas lagi,
“Shaad. Demi Al-Qur'an yang empunya dzikir." (Shaad: 1)
Dan beberapa ayat lagi yang lain, menunjukkan bahwa Al-Qur'an itu sendiri adalah dzikir atau peringatan.
Ayat 6
“Yang membeni ampunan dan ancaman."
Yang memberikan ampunan, atau memaafkan orang yang insaf akan kesalahannya lalu memohonkan ampun dan tobat. Dan memberikan ancaman kepada yang tidak mau insaf dari kesalahannya, lalu meneruskan, langkahnya yang salah. Di dalam Al-Qur'an ampunan dan ancaman itu selalu didapat.
Sekianlah ar-Razi memberikan tafsir tentang keenam ayat di permulaan surah al- Mursalaat ini. Namun beliau dengan segala hormatnya menyatakan bahwa penafsiran beliau ini adalah muhtamil (Juis) artinya besar kemungkinan bahwa demikian boleh juga ditafsirkan. Karena beliau tidak mendapati orang lain menafsirkan begitu. Malahan beliau tambah lagi dengan kemungkinan tafsir yang lain. Yaitu bahwa yang dimaksud dengan “Yang diutus" itu mungkin juga risalah yang dipikulkan Allah tugasnya ke atas pundak rasul-rasul. Yang diutus membawa kebajikan itu—kata beliau—ialah diri-diri dari rasul-rasul itu. Kedatangan mereka sebagai utusan Allah benar-benar membawa kebajikan, ibarat angin membawa kesuburan. Pokok dan kebajikan itu—kata ar-Razi selanjutnya— ialah pokok ajaran yang satu dari seluruh nabi dan rasul. Yaitu kalimat Laa Ilaha illallah, Tidak ada Tuhan melainkan Allah. Itulah anak kunci dari segala kebajikan dan yang ma'ruf. Di ayat dua yang mengatakan datang dengan kencangnya karena memang mula-mula seruan sekalian rasul itu adalah laksana angin yang berembus dengan lemah lembut juga, namun akhirnya menjadi angin besar dan hebat dan ayat 3 yang mengatakan dia tersebar seluas-luasnya, ialah bahwa ajaran nabi-nabi itu akhirnya tersebar luas di seluruh dunia ini, sehingga apa pun kemajuan yang dicapai oleh manusia, terutama dalam perkembangan budi pekerti, sopan dan santun, masih tetaplah sebagian besar karena pengaruh ajaran nabi-nabi. Tentang isi ayat 4 tentang yang diutus itu membawa perbedaan, teranglah bahwa ajaran nabi-nabi dan rasul itu membawa perbedaan di antara tauhid dan syirik, haq dan batil, benar dan salah. Tentang ayat kelima bahwa yang diutus menyampaikan peringatan, maksudnya ialah bahwa rasul-rasul itu selalu mengajak manusia supaya ingat selalu kepada Allah, Tuhan yang menciptakan mereka dan menganugerahi mereka rezeki.
Jika kita lihat pula kepada penafsiran di Indonesia, maka terdapatlah dalam Tafsir al-Furqan yang disusun oleh al-Ustadz A. Hassan, bahwa beliau menguatkan tafsir yang menyebutkan bahwa yang diutus itu ialah angin. Tetapi Terjemahan Al-Qur'an yang disusun oleh Panitia yang dibentuk oleh Departemen Agama Republik Indonesia, di sana ditafsirkan bahwa “Yang diutus" itu ialah malaikat. Adapun Tafsir Al-Qur'an susunan al-Ustadz H. Zainuddin Hamidi dan al-Ustadz Fakhruddin Hs. Beliau keduanya membawakan keempat-empat tafsiran yang dikemukakan Fakhruddin ar-Razi itu, yaitu pertama angin, kedua malaikat, ketiga ayat-ayat Al-Qur'an dan keempat rasul-rasul yang diutus Allah.
Adapun tafsir bahasa Melayu yang tertua, susunan Syekh Abdurrauf bin Ali al- Fanshuri, yang disusun dalam abad ketujuh belas, yang bernama Tafsir Turjuman al- Mustafid, tampaknya beliau lebih condong memakai tafsir yang diutus itu ialah angin. Beliau menulis, “Demi segala angin, yang berturut-turut padahal seperti galah- galah, yang mengiring setengahnya akan setengahnya, maka demi segala angin yang keras, padahalnya sangat keras, dan demi segala angin yang menurunkan hujan, dan demi segala ayat-ayat Al-Qur'an padahalnya menceraikan antara haq dan batil, maka demi segala malaikat yang menurunkan wahyu kepada segala pesuruh, disampaikan mereka itu wahyu itu segala umat akan uzur, yakni akan melepaskan diri atau akan memberi ingat akan yang ditakuti."
Dalam susun kata Syekh Abdurrauf ini, tampaknya beliau menganut paham lain yang menyatakan bahwa dari ayat pertama sampai ayat keempat memanglah angin yang berembus. Tetapi ayat yang kelima yang menurunkan peringatan, ialah malaikat.
Demikianlah tafsir dari ayat-ayat itu dari ayat kesatu sampai keenam diambil Allah menjadi sumpah untuk dijadikan peringatan bagi manusia tentang yang diutus Allah, baik malaikat ataupun angin, ataupun Al-Qur'an sendiri. Namun yang penting kita perhatikan ialah kata terakhir yang menjadi sebab “yang diutus" itu dijadikan oleh Allah menjadi sumpah. Yang jadi kata terakhir itu ialah
Ayat 7
“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti terjadi."
Bahwa pastilah terjadi hukum yang telah ditentukan oleh Allah. Yaitu bahwasanya seluruh alam ini mulanya tidak ada, kemudian diciptakan oleh Allah sampai ada. Setelah itu kelak dia akan binasa, akan fana, akan lenyap. Hanya Allah jua Yang Kekal. Maka yang dijanjikan Allah itu ialah akan datangnya hari Kiamat.