Ayat
Terjemahan Per Kata
وَيۡلٞ
kecelakaan
يَوۡمَئِذٖ
pada hari itu
لِّلۡمُكَذِّبِينَ
bagi orang-orang yang mendustakan
وَيۡلٞ
kecelakaan
يَوۡمَئِذٖ
pada hari itu
لِّلۡمُكَذِّبِينَ
bagi orang-orang yang mendustakan
Terjemahan
Celakalah pada hari itu para pendusta (kebenaran).
Tafsir
(Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.).
Tafsir Surat Al-Mursalat: 29-40
(Dikatakan kepada mereka pada hari kiamat), "Pergilah kamu mendapatkan azab yang dahulunya kamu mendustakannya. Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai tiga cabang, yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka. Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. Seolah-olah ia iringan unta yang kuning. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka mengemukakan alasan agar mereka dimaafkan. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Ini adalah hari keputusan; (pada hari ini) Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang yang terdahulu. Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menceritakan keadaan orang-orang kafir yang mendustakan hari berbangkit, hari pembalasan, dan adanya surga dan neraka. bahwa kelak di hari kiamat dikatakan kepada mereka: Pergilah kamu mendapatkan azab yang dahulunya kamu mendustakannya. Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai tiga cabang. (Al-Mursalat: 29-30) Yaitu nyala api neraka apabila meninggi dan naik disertai dengan asapnya, maka karena kuat dan kerasnya api neraka sehingga seakan-akan mempunyai tiga cabang, yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka. (Al-Mursalat: 31) Naungan asap yang membarengi nyala api, ia tidak melindungi, dan juga tidak menolak nyala api neraka, yakni tidak dapat melindungi mereka dari panasnya nyala api neraka.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. (Al-Mursalat: 32) Yakni percikan apinya beterbangan, yang besar dan tingginya bagaikan istana. Ibnu Mas'ud mengatakan seperti benteng-benteng pertahanan. Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Malikdari Zaid ibnu Aslamtelah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah seperti akar-akar pohon. Seolah-olah ia iringan unta yang kuning. (Al-Mursalat: 33) Bahwa makna yang dimaksud ialah seperti iringan unta yang berbulu hitam, menurut Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Adh-Dhahhak serta dipilih oleh Ibnu Jarir.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya: iringan unta yang kuning. (Al-Mursalat: 33) Yaitu seperti tambang-tambang perahu, Diriwayatkan pula dari ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan firman-Nya: iringan unta yang kuning (Al-Mursalat: 33) lempengan-lempengan tembaga. Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Ali. telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepadaku Sufyan, dari Abdur Rahman ibnu Abis yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. (Al-Mursalat: 32) Bahwa kami mengambil sebuah balok kayu yang panjangnya lebih dari tiga hasta, lalu kami memancangkannya untuk tiang bangunan maka itu kami namakan qasr.
Seolah-olah ia iringan unta yang kuning. (Al-Mursalat: 33) Yakni tambang-tambang perahu, lalu dikumpulkan hingga bentuknya seperti (setinggi) orang yang pertengahan tingginya. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 34) Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Ini adalah hari yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu). (Al-Mursalat: 35) Artinya, mereka sama sekali tidak dapat berbicara. dan tidak diizinkan kepada mereka mengemukakan alasan agar mereka dimaafkan. (Al-Mursalat: 36) Yakni mereka tidak mampu berbicara dan tidak diizinkan berbicara mengungkapkan alasan mereka, bahkan hujah telah ditegakkan atas mereka, dan keputusan Tuhan telah ditetapkan atas diri mereka karena perbuatan zalim mereka, karenanya mereka tidak dapat berbicara.
Di padang mahsyar keadaan bermacam-macam, dan Allah subhanahu wa ta’ala adakalanya menceritakan suatu keadaan darinya dan adakalanya menceritakan keadaan yang lainnya. Hal ini untuk menunjukkan kerasnya kengerian dan keguncangan yang terjadi di padang mahsyar pada hari itu. Karena itulah maka sesudah menceritakan tiap fase dari keadaan-keadaan tersebut, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 37) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Ini adalah hari keputusan (pada hari ini) Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang yang terdahulu. Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku. (Al-Mursalat: 38-39) Ini merupakan khitab atau pembicaraan dari Tuhan Yang Maha Pencipta ditujukan kepada hamba-hamba-Nya.
Dia berfirman kepada mereka: Ini adalah hari keputusan; (pada hari ini) Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang yang terdahulu. (Al-Mursalat: 38) Yakni Dia mengumpulkan mereka dengan kekuasaan-Nya dalam suatu lapangan yang amat luas, suara seruan terdengar oleh mereka semua, dan pandangan mata mereka dapat melihat mereka semuanya (tiada sesuatu pun yang menghalang-halangi pandangan mereka). Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Jika kamu mempunyai tipu daya. maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku. (Al-Mursalat: 39) Ini merupakan ancaman yang keras dan peringatan yang sangat tegas.
Dengan kata lain, jika kamu mempunyai kemampuan untuk dapat melepaskan diri dari genggaman kekuasaan-Ku dan menyelamatkan diri dari hukum-Ku, maka lakukanlah, karena Sesungguhnya kamu tidak akan mampu melakukannya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. (Ar-Rahman: 33) Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman: dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikitpun. (Hud: 57) Di dalam sebuah hadits disebutkan: Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak akan dapat berbuat sesuatu yang memberi manfaat kepada-Ku dan tidak akan (pula) dapat berbuat sesuatu yang menimpakan mudarat terhadap-Ku.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Munzir At-Tarifi Al-Audi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Abdur Rahman, dari Hassan ibnu Abul Mukhariq, dari Abu Abdullah Al-Jadali yang mengatakan bahwa aku datang ke Baitul Maqdis. tiba-tiba aku bersua dengan Ubadah ibnus Samit dan Abdullah ibnu Amr serta Ka'bul Ahbar, mereka sedang berbincang-bincang di dalam Baitul Maqdis.
Ubadah mengatakan, bahwa apabila hari kiamat terjadi, maka Allah mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian dalam satu lapangan yang amat luas. Tiada sesuatu pun yang menghalangi pandangan mereka dan suara seruan terdengar oleh mereka semuanya. Lalu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Ini adalah hari keputusan; (pada hari ini) Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang yang terdahulu. Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku. (Al-Mursalat: 38-39) Pada hari ini tiada seorang pun yang sewenang-wenang lagi pengingkar, dan tiada satu setan pembangkang pun yang selamat dari azab-Ku.
Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa sesungguhnya kami pernah mendengar hadits tentang hari itu. bahwa di hari itu keluarlah leher neraka, lalu pergi hingga sampai di hadapan manusia. kemudian berseru, "Wahai manusia, sesungguhnya aku dikirimkan untuk menangkap tiga macam orang. Aku lebih mengetahui tentang mereka daripada seorang ayah kepada anaknya dan daripada seorang saudara kepada saudaranya; tiada suatu dosa pun dari mereka yang tersembunyi dariku, dan tiada sesuatu pun dari mereka yang tidak kelihatan olehku.
Yaitu orang yang menjadikan Tuhan lain berserta Allah, tiap orang yang sewenang-wenang lagi pengingkar, dan semua setan pembangkang." Lalu leher neraka membelit mereka dan mencampakkan mereka ke dalam neraka sebelum hisab dilakukan dalam jarak masa empat puluh tahun."
32-34. Kedahsyatan lain dari siksa neraka dijelaskan pada ayat ini,. Sungguh, neraka itu menyemburkan bunga api sebesar dan setinggi istana, seakan-akan iring-iringan unta yang kuning dalam bentuk dan warnanya. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan kebenaran. 35-37. Bagi yang mendustakan azab Allah tersebut, maka ayat ini menguraikan tentang kepastian datangnya azab tersebut. Inilah hari yaitu hari Kiamat, saat mereka tidak dapat berbicara pada waktu dan tempat-tempat tertentu, dan tidak diizinkan kepada mereka mengemukakan alasan agar mereka dimaafkan. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan kebenaran.
Allah menyebutkan pula bahwa neraka itu selalu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana ke seluruh penjuru. Allah mengumpamakan gejolak api neraka Jahanam yang sangat dahsyat itu dengan unta kuning yang sangat banyak dan bergerak cepat. Allah mengulangi lagi ancamannya bahwa kecelakaan bagi orang yang mendustakan karena mereka tidak dapat mengelakkan diri dari siksaan yang begitu hebat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Pada ayat-ayat ini mulailah dijelaskan celaka besar yang akan diderita oleh orang-orang yang mendustakan.
Ayat 29
“… kamu kepada apa yang selama ini kamu dustakan."
Mereka disuruh segera masuk ke dalam neraka yang selama hidup di dunia mereka tidak percaya bahwa adzab siksaan itu ada. Lalu diterangkan salah satu dari siksaan yang akan mereka terima.
Ayat 30
“Pengilah kepada naungan yang mempunyai tiga cabang."
Hasan al-Bishri mengatakan bahwa dia tidaklah paham apa yang dimaksud dengan naungan bercabang tiga itu. Menurut satu keterangan yang diperoleh dan disalinkan oleh ar-Razi dalam tafsirnya bahwa naungan bercabang tiga itu ialah api neraka yang datang mengelilingi orang yang kena adzab itu bercabang tiga, datang dari atas, datang dari bawah dan yang membelit diri mereka. Naungan adalah arti kiasan dari api neraka itu sendiri. Sebab dia datang bercabang tiga bukan akan menaungi dari bahaya yang lain bahkan dia sendiri yang jadi siksaan. Qatadah mengatakan bahwa naungan itu ialah asap dari api menyala itu, yang juga mengandung adzab. Asap mengepul pun adalah satu siksaan, apatah lagi kalau bercabang tiga.
Ar-Razi yang suka menghubungkan soal- soal demikian dengan pemikiran filsafat berkata, “Adzab secara demikian tidaklah jauh dari kemungkinan. Karena manusia didorong ke dalam kedurhakaan dari tiga jurusan pula. Dorongan marah dari kanannya, dorongan syahwat dari kirinya dan dorongan kekuatan setan dari dalam otaknya. Sumber dari segala kepincangan manusia baik pada aqidahnya ataupun sikap hidupnya lain tidak hanyalah dari ketiga jurusan ini. Sebab itu timbullah dari ketiga jurusan itu, tiga jurusan siksaan pula. Dan terdapat tiga kemungkinan lagi yang menghalangi ruh insan buat mencapai kesucian; yaitu angan-angan, khayal dan ragu," Tetapi Abu Muslim mengatakan bahwa naungan bercabang tiga itu adalah ketiga keadaan yang akan dijelaskan pada ayat-ayat yang datang di belakang. Yaitu
Ayat 31
“Yang tidak ada perlindungan."
Itulah cabang siksaan pertama menurut Abu Muslim langsung adzab itu mengenai diri dengan tidak ada lindungan sedikit jua pun. Kedua,
“Dan tidak pula dapat menangkis nyala api."
Ayat 32
Selain dari dinding pelindung tidak ada, alat dalam tangan sendiri pun tidak ada, “Sesungguhnya dia menyemburkan bunga api laksana balok-balok."
Inilah yang ketiga menurut Abu Muslim. Bunga api menyembur keluar, dikatakan kalqashr menurut Ibnu Abbas Al-Qashr itu ialah balok kayu-kayu besar yang disediakan oleh orang Arab untuk menghadapi musim dingin. Bila musim dingin telah datang kayu-kayu balok itu mereka potong-potong buat berdiang. Itulah yang dinamai al-Qashr. Padahal ada lagi arti yang lain daripada kalimat al-Qashr itu, yaitu istana yang besar-besar. Maka didengarkanlah selanjutnya bahwa api itu menyembur-nyembur keluar.
Ayat 33
“Seolah-olah dianya iringan unta-unta kuning."
Diibaratkan dengan unta-unta kuning berjalan beriring-iring, muncul satu demi satu. Warna kuning adalah perumpamaan dari warna api itu. Sebab warna api memang kuning.
Tetapi penafsir yang lain memberi arti bukanlah balok-balok kayu yang menyembur keluar itu, melainkan batu-batu besar, yang besarnya menyerupai istana. Dia menyembur keluar dengan letusan. Sampai di udara dia pecah berderai, dan tiap-tiap pecahan yang datang beriring laksana unta kuning beriring- iring itu ialah gambaran dari siksaan ngeri terhadap yang mendustakan kebenaran. Supaya diperhatikan bahwa batu-batu sebesar istana yang dibangun dengan kayu, dengan batu, dengan semen dan besi, sekarang meletus dan cair hancur, dengan tidak ada alat buat menangkisnya.
Ayat 34
“Celaka besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan."
Dalam keadaan yang demikian ngerinya, adzab siksaan Allah datang dari tiga jurusan, dan tidak seorang pun yang mempunyai upaya buat menangkis, hanya dapat dielakkan di zaman sekarang ini. Tatkala masih hidup di dunia dengan memilih jalan yang benar dan yang diridhai oleh Allah.