Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
هَٰٓؤُلَآءِ
mereka itu
يُحِبُّونَ
mereka mencintai
ٱلۡعَاجِلَةَ
cepat-cepat/kehidupan
وَيَذَرُونَ
dan mereka meninggalkan
وَرَآءَهُمۡ
di belakang mereka
يَوۡمٗا
hari
ثَقِيلٗا
yang berat
إِنَّ
sesungguhnya
هَٰٓؤُلَآءِ
mereka itu
يُحِبُّونَ
mereka mencintai
ٱلۡعَاجِلَةَ
cepat-cepat/kehidupan
وَيَذَرُونَ
dan mereka meninggalkan
وَرَآءَهُمۡ
di belakang mereka
يَوۡمٗا
hari
ثَقِيلٗا
yang berat
Terjemahan
Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) itu mencintai kehidupan dunia dan meninggalkan di belakang mereka hari yang berat (akhirat).
Tafsir
(Sesungguhnya mereka menyukai kehidupan dunia) (dan mereka tidak mempedulikan hari yang berat) yaitu hari yang penuh dengan penderitaan, yakni hari kiamat. Maksudnya, mereka tidak beramal untuk menyambut kedatangannya.
Tafsir Surat Al-Insan: 23-31
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur'an kepadamu (wahai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka. Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang, dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada sebagian yang panjang di malam hari. Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat). Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka, apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.
Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya), niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Dia memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih. Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan karunia yang telah dilimpahkan-Nya kepada Rasul-Nya melalui Al-Qur'an yang telah Dia turunkan kepadanya: Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu. (Al-Insan: 24) Sebagaimana Aku telah muliakan kamu melalui Al-Qur'an yang Kuturunkan kepadamu, maka bersabarlah dalam menghadapi ketetapan dan takdir-Nya, dan ketahuilah bahwa Dia akan mengaturmu dengan pengaturan yang terbaik.
dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka. (Al-Insan: 24) Yakni janganlah kamu menaati orang-orang kafir dan orang-orang munafik, karena mereka pasti menghalang-halangi penyampaian apa yang diturunkan kepadamu. Tetapi sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan bertawakallah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah akan memelihara dirimu dari gangguan manusia. ‘Ashim artinya orang yang durhaka dalam perbuatannya, yakni pendosa; dan al-kafur artinya orang yang kafir (ingkar kepada kebenaran).
Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. (Al-Insan: 25) Yaitu di permulaan siang hari dan di penghujungnya. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari. (Al-Insan: 26) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79) Dan firman-Nya: Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) pada seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdaa itu, Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (Al-Muzzammil: 1-4) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, mengingkari orang-orang kafir dan orang-orang lainnya yang serupa dengan mereka dalam menyukai keduniaan dan mengejarnya serta meninggalkan bekal di hari akhirat di belakang mereka tanpa mempedulikannya: Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak mempedulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat). (Al-Insan: 27) Maksudnya, hari kiamat.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka. (Al-Insan; 28) Ibnu Abbas dan Mujahid serta yang lainnya mengatakan bahwa Kami telah menguatkan tubuh mereka. apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka. (Al-Insan: 28) Yakni apabila Kami menghendaki, Kami bangkitkan mereka di hari kiamat dan Kami ganti mereka dengan mengembalikan mereka dalam ciptaan yang baru. Ini merupakan dalil yang menunjukkan adanya hari berbangkit. melalui penyebutan penciptaan yang pertama. Ibnu Zaid dan Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala: apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka. (Al-Insan: 28) Yaitu apabila Kami menghendaki, bisa saja Kami mengganti mereka dengan kaum yang lain selain mereka, yang hal ini berarti semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu).
Dan adalah Allah Mahakuasa berbuat demikian. (An-Nisa: 133) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah. (Ibrahim: 19-20) Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan. (Al-Insan: 29) Artinya, surat ini adalah peringatan. maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya), niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Al-Insan: 29) Yaitu jalanTuhannya. Barang siapa yang menghendaki demikian, niscaya dia mengambil petunjuk dari Al-Qur'an. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: Apakah kemudaratannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian. (An-Nisa: 39), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt: Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. (Al-Insan: 30) Yakni tiada seorang pun yang mampu memberi petunjuk kepada dirinya, dan tiada (pula mampu) memasukkan iman ke dalam hatinya, dan tiada (pula mampu mendatangkan) manfaat bagi dirinya. kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Insan: 30) Allah Maha Mengetahui tentang siapa yang berhak mendapat hidayah, lalu dia memudahkan baginya menempuh jalan hidayah dan melancarkan baginya semua sarana yang menuju ke arahnya.
Dia Maha Mengetahui pula tentang siapa yang berhak mendapat kesesatan, maka Dia memalingkannya dari jalan petunjuk. Semua hikmah yang puncak dan alasan yang mematahkan hujah hanyalah milik Allah belaka, dalam semua perbuatan-Nya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Insan: 30) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dia memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih. (Al-Insan: 31) Yaitu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya.
Maka barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya.
Di antara alasan utama mengapa manusia menolak dakwah karena sesungguhnya mereka, orang kafir, itu mencintai kehidupan dunia yang memang kasat mata dan cepat diraih, meskipun juga cepat musnahnya, dan meninggalkan hari yang berat yaitu hari akhirat di belakangnya. 28. Ayat ini mengingatkan manusia akan kuasa Allah dalam menciptakan makhluk dari ketiadaan. Kami telah menciptakan mereka bukan ciptaan yang sembarangan dan juga menguatkan persendian tubuh mereka padahal tadinya hanyalah air mani yang begitu lemah dan hina. Tetapi, jika Kami menghendaki untuk membinasakan mereka itupun mudah, dan kemudian Kami dapat mengganti dengan yang serupa mereka.
Dalam ayat ini, Allah mencela sikap orang kafir yang mabuk kesenangan duniawi dengan melupakan hari akhirat disebabkan mereka itu menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak mempedulikan hari berat, hari akhirat.
Memang watak orang kafir itu sebenarnya cinta dunia dan takut mati, melupakan hari akhirat dan tidak mempercayai sama sekali. Dikatakan bahwa hari akhirat itu sebagai "hari yang berat" karena begitu beratnya pertanggungjawaban manusia di hadapan Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 23
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada engkau Al-Qur'an, dengan sempurna turun"
Sesungguhnya hal ini sudahlah dimaklumi dan sejak semula Rasulullah telah mengerti akan hal itu. Tetapi maksud ayat ialah sebagai penghargaan Allah terhadap kepada Rasul yang telah Dia utus itu. Meskipun bagaimana kaumnya menolaknya tidak mau percaya kepada seruannya, tidak mau menerima dakwahnya, namun yang disampaikannya itu bukanlah karangannya sendiri, tetapi firman Allah, wahyu Ilahi. Turun kepalanya dengan teratur. Oleh sebab Allah itu adalah kemuliaan yang setinggi-tingginya, maka wahyu yang dibawakan malaikat kepada Rasul itu turun. Karena dari yang sangat tinggi kepada yang rendah. Di ujung ayat dikuatkan dengan kata-kata tanziila sebagaimana ditafsirkan oleh Ibnu Abbas, ialah turun dengan teratur, tidak sekaligus melainkan berkala-kala dalam masa 23 tahun.
Ayat 24
“Maka sobatlah engkau atas ketentuan Tuhan engkau."
Soal ketentuan Allah atau hukum Allah yang dimaksud di sini, yang Nabi ﷺ hendaklah sabar menghadapinya dan menunggunya ialah soal waktu. Sudahlah pasti bahwa kebenaran itu akan menang juga pada akhirnya. Tetapi bilakah waktunya datang kemenangan itu? Ini sangat bergantung kepada kesabaran manusia. Karena kadang- kadang, meskipun manusia telah yakin bahwa yang benar akan menang dan yang salah akan hancur, namun dia sebagai manusia, tidak sabar menunggu. Rasanya terlalu lama. Maka sebagai seorang Rasul, seorang Nabi yang memikul tanggung jawab seberat itu, Muhammad sangat memerlukan kesabaran dan tahan hati.
“Dan janganlah engkau ikuti orang-orang yang berdosa atau yang kafir di kalangan mereka."
Tersebut di dalam kitab-kitab tafsir dan sejarah menurut apa yang diriwayatkan oleh Muqatil bahwa dua orang pemuka Quraisy yang sangat menolak dakwah Nabi ﷺ dan mempertahankan kemusyrikan itu, Utbah bin Rabi'ah dan Walid bin Mughirah pernah mendatangi Nabi ﷺ. Datang keduanya ialah membujuk Nabi agar berhenti dari melakukan dakwah ini. Apabila dia berhenti melakukan dakwah ini, perdamaian akan terjadi. Sebab hati mereka tidak akan disakitkan lagi. Hantaman dan caci makiannya kepada berhala yang mereka sembah itu sangatlah menyinggung perasaan dan dapat menghilangkan rasa hormat orang kepada mereka. Padahal mereka sebagai pemuka-pemuka Quraisy adalah keseganan bangsa Arab seluruhnya.
Utbah bin Rabi'ah membujuk, bila Nabi berhenti dari melakukan dakwah ini dia bersedia menerima beliau sebagai menantunya. Akan dikawinkan dengan anak perempuannya. Dia membanggakan bahwa anak perempuannya adalah salah seorang gadis tercantik dalam kalangan Quraisy. Dan untuk perkawinan itu Muhammad tidak usah memikirkan membayar mahar (mas kawin).
Walid bin Mughirah menawarkan pula, “Jika engkau melakukan pekerjaanmu yang telah ditolak mentah-mentah oleh seluruh pemuka kaummu ini adalah karena engkau kekurangan harta, maka aku akan menyediakan bagimu berapa harta yang engkau perlukan." Maka menurut riwayat Muqatil itu sesudah Rasulullah disuruh sabar menunggu keputusan dari Allah, apa yang dilakukan Allah terhadap kaum yang menolak seruan yang tidak lain maksudnya hanyalah untuk kebahagiaan mereka itu, diingatkan Allah agar jangan diikuti kehendak mereka, yang seorang adalah orang yang berdosa karena bujukannya kepada Nabi agar menghentikan dakwahnya, dengan menjanjikan upah seorang gadis cantik adalah satu perbuatan dosa yang hina sekali. Sebab tidak timbul dari hati yang jujur. Dan Al-Walid yang hendak membeli Nabi dengan uangnya asal mau berhenti berdakwah, adalah seorang yang kafuur, yang nyata-nyata menolak kebenaran dan kedua orang ini sama saja hinanya di hadapan Allah.
Orang yang berdosa, ialah dosa karena perbuatannya dan orang yang kafir ialah karena telah menolak sejak dari hati jiwanya.
Ar-Razi dalam tafsirnya menimbulkan suatu pertanyaan, “Sudah jelas bahwa Nabi ﷺ sekali-kali tidak akan menuruti bujukan orang yang berdosa atau orang yang kafir itu, tetapi mengapa masih ada larangan Allah lagi? Lalu beliau memberikan jawabannya, “Maksudnya ialah untuk memberi penjelasan kepada manusia bahwa mereka perlu selalu diberi ingat dan diberi petunjuk, karena manusia itu mempunyai syahwat yang kalau diperturutkan bisa membawanya kepada kerusakan. Dan kalau seseorang amat memerlukan bimbingan taufiq dan bantuan dari Allah, maka Rasulullah orang yang lebih utama mendapat bimbingan itu, karena dia adalah ma'shum; artinya selalu dipelihara dan dijaga Allah. Kalau ini sudah diketahui, mereka pun perlulah mendekatkan diri kepada Allah dan memohon kepada-Nya agar dipelihara dari pengaruh syuhbat dan syahwat.` Demikian ujar ar-Razi.
Tetapi meskipun dalam sebab-sebab turun ayat seperti yang dikatakan Muqatil itu, yaitu Utbah bin Rabi'ah yang membujuk Nabi kita dengan gadis cantik dan Walid bin Mughirah yang membujuk beliau dengan harta, lalu yang pertama dikatakan orang yang berdosa dan yang kedua disebut orang yang kafuur, namun ayat ini akan berlaku terus untuk selamanya, bagi barangsiapa yang meneruskan dakwah menerima pusaka dari nabi-nabi, yaitu ulama-ulama Islam yang berjuang dengan tulus ikhlas menggerakkan agamanya. Orang-orang berdosa dan orang- orang yang tidak mau percaya kepada agama akan membujuk dengan berbagai bujukan agar dia meninggalkan perjuangan. Maka pegangan mereka tentu pegangan Nabi ﷺ ini pula.
Untuk menguatkan jiwa menghadapi perjuangan dan untuk meneguhkan hati dan melatih kesabaran, datanglah ayat Allah selanjutnya,
Ayat 25
“Dan sebutlah nama Tuhan engkau pagi dan petang."
Menyebut nama Allah atau dzikr, yang dimaksudkan utama ialah shalat.
Ayat 26
“Dan pada sebagian malam hendaklah engkau sujud kepada-Nya."
Dalam ayat 25 dan pangkal ayat 26 ini telah tercakup waktu shalat yang lima. Di ayat 25 disebutkan agar menyebut nama Aliah pagi dan petang. Pagi ialah waktu Shubuh. Petang ialah waktu Zhuhur dan Ashar. Sebab masuknya waktu Zhuhur ialah setelah tergelincir matahari (zawaal) atau lepas tengah hari dan itu telah disebut setelah petang. Di pangkal ayat 26 dikatakan, “dan pada sebagian malam hendaklah engkau sujud kepadanya," ialah waktu Maghrib dan Isya. Kemudian ditambahkan pada lanjutan ayat,
“Dan ucapkanlah tasbih terhadap-Nya pada malam yang panjang."
Yang dimaksud mengucapkan tasbih pada malam yang panjang ialah shalat tahajjud atau qiyamul lail. Beberapa ayat yang lain, terutama sebuah surah khusus al-Muzzammil adalah anjuran shalat tahajjud. Dalam surah al-Israa' ayat 79 terang-terang disebut tentang tahajjud. Tambah larut malam tambah penting artinya bangun tahajjud. Sehingga beberapa ulama berpendapat bahwa bagi umat Muhammad tahajjud tidak wajib lagi setelah diganti dengan shalat lima waktu, tetapi bagi Nabi sendiri tetap wajib.
Shalat lima waktu ditambah dengan tahajjud di malam yang panjang itu adalah alat penting bagi memperkaya jiwa dan memperteguh hati di dalam menghadapi tugas berat melakukan dakwah. Oleh sebab itu maka sesudah Nabi disuruh sabar menunggu keputusan Allah dan dilarang mengikuti kehendak orang yang berdosa atau orang kafir, ibadah shalat atau dzikir inilah yang disuruh sangat pentingkan kepada Nabi.
Sebab rasa dekat kepada Allah itulah sumber kekuatan sejati bagi manusia. Terutama di dalam melakukan tugas yang bertanggung jawab seperti itu.
Ayat 27
“Sesungguhnya orang-orang itu lebih suka kepada yang cepat dapat."
Orang-orang yang membujuk agar Nabi meninggalkan perjuangan dan melakukan dakwah, sampai bujukan itu dengan kesediaan memberikan anak gadis cantik atau memberi harta benda berapa diperlukan adalah orang-orang yang lebih menyukai yang cepat dapat. Yang cepat dapatnya adalah dunia, dan cepat pula hilangnya. Mereka hanya memperhitungkan keuntungan yang sekarang. Mereka tidak memikirkan masa depan.
“Dan mereka abaikan di belakang mereka hari yang benar."
Oleh karena yang diharapkan oleh mereka hanya semata-mata kemegahan dunia, mereka tidak peduli apakah untuk mencapai dunia itu mereka menempuh jalan yang salah. Misalnya asal mendapat kekayaan untuk sekarang. Mereka tidak memedulikan apakah sumber harta itu dari yang halal atau dari yang haram. Orang-orang Quraisy di zaman itu suka meminjamkan uang kepada orang yang sangat memerlukan, tetapi dengan mengenakan riba, yaitu bunga uang yang berlipat ganda. Yang mereka ingat hanya keuntungan dari bunga uang itu saja. Mereka abaikan, atau tidak mereka pedulikan bahwa di akhirat kelak segala yang kita kerjakan di dunia ini akan diperhitungkan dengan sangat teliti di hadapan Allah. Mereka tidak peduli jika hidup mereka itu penuh dengan dosa. Mereka abaikan hari akhirat yang di sana akan timbul pemeriksaan yang sangat berat.
Ayat 28
“Kamilah yang menciptakan mereka dan Kami kuatkan pensendian mereka."
Mereka berebut-rebut mengejar dunia yang cepatdapat dan cepathabis. Tetapi mereka lupa siapa yang menjadikan dan menciptakan mereka. Mereka lupa kepada Allah yang telah menyiapkan persediaan mereka. Yang telah memberi mereka kesehatan buat hidup. Memberi mereka rezeki untuk dimakan. Tidak mereka ingat akan hari depan.
“Dan jika Kami mau, niscaya Kami ganti mereka dengan orang-orang yang serupa mereka, benar-benar penggantian."
Mereka lupa atau tiada peduli bahwa bagi Allah adalah mudah saja buat mengganti mereka dengan umat yang lain. Kehilangan mereka dari permukaan bumi ini, tidaklah akan merugikan Allah. Janganlah mereka menyangka bahwa Allah yang memerlukan mereka, melainkan merekalah yang memerlukan perlindungan dari Allah. Kalau Allah mau, mudah saja bagi Allah memusnahkan suatu kaum dan mudah pula menggantinya dengan kaum yang lain. Manusia tidaklah begitu penting kalau mereka tidak melakukan tugas lagi sebagai manusia yang berarti, manusia yang insaf akan guna hidupnya.
Ayat 29
“Sesungguhnya ini adalah peringatan."
Yang dimaksud ialah surah ini! Dia adalah peringatan kepada manusia agar dia berhati- hati di dalam hidup dan mengetahui sendiri ke mana dia akan menujukan langkahnya. Panjang lebar sampai beberapa ayat Allah menerangkan betapa besar nikmat karunia yang akan Dia anugerahkan di akhirat esok, betapa mulia tempat disediakan di dalam surga dengan segala macam persediaan dan sambutan. Dan di dalam beberapa ayat diterangkan pula bahaya ngeri yang akan ditemui oleh barangsiapa yang durhaka. Lain dari itu diberi pula tuntunan kepada Utusan Allah yang utama, Muhammad ﷺ agar dia sabar berjuang, teguhkan hati dan kuatkan ibadah mengingat Allah. Semuanya ini adalah peringatan.
“Maka barangsiapa yang suka, diambilnyalah jalan kepada Tuhannya."
Setelah melihat dan memerhatikan dan merenungkan bagaimana Allah menguraikan keadaan Hari Depan itu, terserahlah kepada manusia. Jalan terbuka. Kalau suka tampillah ke muka, dekatilah Allah. Itulah jalan selamat satu-satunya.
Ayat 30
“Dan tidaklah mereka akan suka, kecuali jika Allah menghendaki."
Ujung ayat ini memperingatkan manusia bahwa kekuasaan tertinggi atas manusia tetap Allah juga. Manusia diberi Allah kekuatan dan kesanggupan buat memilih sendiri, jalan mana yang akan ditempuhnya. Sungguhpun demikian Allah juga yang lebih mengetahui.
“Sesungguhnya Allah adalah Mahatahu, Mahabijaksana."
Ayat 29 seakan-akan memberikan seluruh kebebasan bagi manusia memilih ke mana jalan yang akan ditujunya. Tetapi ayat 30 seakan-akan mencabut sama sekali kebebasan memilih itu. Ayat 29 condong kepada Qadariyah, yang berpendirian bahwa manusia bebas merdeka memilih sendiri. Ayat 30 condong kepada Jabbariyah, yang mencabut kemerdekaan daripada manusia dan seluruh kekuasaan pada Allah. Tetapi kedua ayat adalah pertemuan yang seimbang di antara ikhtiar manusia dan tawakal kepada Allah. Itu sebabnya maka manusia hendaklah selalu memohon kepada Allah agar hati dibukakan, kekuatan diberi untuk maju dan diberi pula taufiq, yaitu persesuaian di antara cita-cita sebagai manusia dengan qudrat iradat, ilmu dan kebijaksanaan Allah.
Ayat 31
“Dia masukkan banangsiapa yang Dia kehendaki ke dalam nahmat-Nya."
Rahmat yang utama ketika hidup di dunia ini ialah rahmat iman dan makrifat. Rahmat kesabaran menderita untuk sampai ke ujung jalan.
“Dan akan hal orang-orang yang aniaya, Dia sediakan untuk meneka adzflb yang pedih."
Apabila dibaca seluruh surah dengan saksama, jelaslah bahwa kehendak Allah atas hamba-Nya bukanlah aniaya, hanyalah hamba juga yang selalu aniaya akan dirinya. Maka jika yang aniaya mendapat adzab dan siksaan yang pedih, adalah semata keadilan dari Allah.
Kepada Allah juga kita memohon, semoga kita dituntun langsung oleh-Nya, min ladunhu, menuju ridha-Nya, beroleh rahmat karunia iman dan makrifat di dunia, untuk memasuki surga-Nya dan melihat wajah-Nya di akhirat. Amin.
Selesai Tafsir Surah al-Insaan.