Ayat
Terjemahan Per Kata
عَٰلِيَهُمۡ
mereka memakai
ثِيَابُ
pakaian
سُندُسٍ
sutera halus
خُضۡرٞ
yang hijau
وَإِسۡتَبۡرَقٞۖ
dan sutera tebal
وَحُلُّوٓاْ
dan mereka diberi perhiasan
أَسَاوِرَ
gelang-gelang
مِن
dari
فِضَّةٖ
perak
وَسَقَىٰهُمۡ
dan memberi minum mereka
رَبُّهُمۡ
Tuhan mereka
شَرَابٗا
minuman
طَهُورًا
suci/bersih
عَٰلِيَهُمۡ
mereka memakai
ثِيَابُ
pakaian
سُندُسٍ
sutera halus
خُضۡرٞ
yang hijau
وَإِسۡتَبۡرَقٞۖ
dan sutera tebal
وَحُلُّوٓاْ
dan mereka diberi perhiasan
أَسَاوِرَ
gelang-gelang
مِن
dari
فِضَّةٖ
perak
وَسَقَىٰهُمۡ
dan memberi minum mereka
رَبُّهُمۡ
Tuhan mereka
شَرَابٗا
minuman
طَهُورًا
suci/bersih
Terjemahan
Mereka berpakaian sutra halus yang hijau, sutra tebal, dan memakai gelang perak. Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang suci.
Tafsir
(Pakaian luar mereka) dinashabkan karena menjadi Zharaf, dan menjadi Khabar dari Mubtada sesudahnya. Menurut qiraat lain dibaca 'Aaliyhim karena dianggap menjadi Mubtada sedangkan lafal sesudahnya menjadi Khabarnya, dan Dhamir Muttashilnya kembali kepada Ma'thuf 'Alaih (dari sutera halus) terbuat daripadanya (yang hijau) dibaca Rafa' yakni Khudhrun (dan sutera tebal) dibaca Jaar yakni Istabraqin artinya, sutera yang tebal. Yakni pakaian bagian luar mereka terbuat dari sutera halus, sedangkan bagian dalamnya terbuat dari sutera tebal. Menurut suatu qiraat dibaca Khudhrin Waistabraqun; menurut qiraat lainnya dibaca Khudhrun Waistabraqun; dan menurut suatu qiraat lain lagi dibaca Khudrin Waistabraqin (dan mereka diberi perhiasan dari gelang-gelang perak) tetapi pada ayat lainnya disebutkan terbuat dari emas; hal ini menunjukkan bahwa mereka diberi perhiasan yang terbuat dari emas dan perak secara berbarengan, tetapi terpisah-pisah (dan Rabb mereka memberikan kepada mereka minuman yang bersih) atau sangat bersih, berbeda dengan keadaan khamar di dunia.
Tafsir Surat Al-Insan: 13-22
dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan-dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang menggigit. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda.
Apabila kamu melihat mereka. kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal, dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan).
Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan perihal ahli surga dan kenikmatan abadi yang diperoleh mereka serta keutamaan yang besar yang dilimpahkan Allah bagi mereka. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan. (Al-Insan: 13) Pembahasan mengenai hal ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Ash-Shaffat dan juga perbedaan pendapat sehubungan dengan cara mereka bersandar, apakah bersandar atau berbaring atau bersila atau duduk dengan mantap. Dan bahwa yang dimaksud dengan dipan-dipan ialah pelaminan-pelaminan yang berkelambu. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang menggigit. (Al-Insan: 13) Artinya, di tempat mereka tidak ada panas yang terik dan tidak pula dingin yang menusuk tulang, melainkan cuacanya sedang dan selamanya demikian; mereka tidak man berpindah tempat darinya untuk selama-lamanya.
Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka. (Al-Insan: 14) Yakni ranting-rantingnya dekat dengan mereka. dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14) Manakala seseorang dari mereka ingin memetik buahnya, maka buahnya itu mendekat kepadanya dari rantingnya yang tinggi seakan-akan buah itu tunduk patuh kepadanya. Seperti yang digambarkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan buah-buahan kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. (Ar-Rahman: 54) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Buah-buahannya dekat. (Al-Haqqah: 23) Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. (Al-Insan: 14) Yakni jika ia berdiri, maka buah itu naik dengan kadar tertentu; apabila ia duduk, maka buah itu turun hingga ia dapat memetiknya, dan apabila ia berbaring, maka buah itu turun lebih rendah lagi agar ia dapat memetiknya.
Yang demikian itulah maksud dari firman-Nya: semudah-mudahnya (Al-Insan: 14) Qatadah mengatakan bahwa tiada duri dan tiada jarak yang menghambat tangan mereka dari memetiknya. Mujahid mengatakan bahwa tanah surga itu dari perak dan pasirnya minyak kesturi, dan batang pepohonannya dari emas dan perak, dahan-dahan serta ranting-rantingnya dari mutiara basah, zabarjad, yaqut, dan perak; sedangkan buah-buahannya beraneka ragam. Maka barang siapa yang makan dari buahnya dengan duduk, tidak terganggu; barang siapa yang memakannya sambil berdiri, tidak terganggu; dan barang siapa yang memakan darinya sambil berbaring, tidak terganggu (dari memetiknya).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala. (Al-Insan: 15) Yaitu berkeliling mengitari mereka pelayan-pelayan surga dengan membawa bejana-bejana yang berisikan makanan terbuat dari perak, juga piala-piala atau gelas-gelas minuman. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak. (Al-Insan: 15-16) Lafal yang pertama di-nasab-kan karena menjadi khabar kana, yakni kanat qawarira. Sedangkan yang kedua di-nasab-kan adakalanya karena menjadi badal atau tamyiz, karena dijelaskan oleh firman-Nya: (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak. (Al-Insan: 16) Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan Al-Basri, dan selain mereka yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa seputih perak dan sebening kaca, dan memang qawarir itu tiada lain terbuat dari kaca.
Gelas-gelas di surga terbuat dari perak, sekalipun demikian tampak transparan; bagian dalamnya dapat terlihat dari bagian luarnya, dan hal seperti ini tiada persamaannya di dunia. Ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ismail, dari seorang lelaki, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa di dalam surga tiada sesuatu pun melainkan hal yang serupa pernah diberikan kepadamu di dunia, kecuali botol-botol (gelas-gelas) dari perak.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan: 16) Yakni sesuai dengan ukuran pemiliknya, tidak lebih dan tidak kurang, bahkan memang disediakan untuknya dan diukur sesuai dengan selera pemiliknya. Demikianlah makna pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Abu Saleh, Qatadah, Ibnu Abza, Abdullah ibnu Ubaid ibnu Umair, Qatadah, Asy-Sya'bi, dan Ibnu Zaid, juga dikatakan oleh Ibnu Jarir dan selainnya yang bukan hanya seorang.
Hal ini menunjukkan perhatian yang sangat dan penghormatan yang tiada taranya bagi pemiliknya. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. (Al-Insan: 16) Yaitu diukur sebesar telapak tangan; hal yang sama dikatakan oleh Ar-Rabi' ibnu Anas. Adh-Dhahhak mengatakan bahwa sesuai dengan ukuran telapak tangan pelayan. Pendapat ini tidak bertentangan dengan pendapat yang pertama, karena sesungguhnya gelas-gelas itu besar dan kadarnya telah diukur dengan pas untuk kepuasan pemiliknya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Al-Insan: 17) Yakni mereka diberi minuman. Yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang yang bertakwa. Di dalam gelas-gelas itu terdapat minuman khamr surga. yang campurannya adalah jahe. (Al-Insan: 17) Terkadang minuman mereka diberi campuran kafur yang rasanya sejuk, dan terkadang diberi campuran dengan jahe yang rasanya hangat, sehingga rasanya beragam. Orang-orang yang bertakwa dari kalangan ahli surga diberi minuman yang adakalanya dicampur dengan kafur, adakalanya pula dicampur dengan jahe.
Adapun bagi kaum Muqarrabun dari kalangan penduduk surga, maka minuman mereka murni tanpa campuran, seperti yang telah dikatakan oleh Qatadah dan selainnya yang bukan hanya seorang. Dalam pembahasan yang terdahulu telah disebutkan firman-Nya: (yaitu) mata air (dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum. (Al-Insan: 6) Dan dalam ayat ini disebutkan: (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabila. (Al-Insan: 18) Yakni zanzabil itu adalah sebuah mata air di dalam surga diberi nama salsabila- Ikrimah mengatakan, bahwa salsabila nama sebuah mata air di dalam surga.
Mujahid mengatakan, bahwa mata air ini dinamakan salsabila karena arus airnya yang lancar dan deras. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabila. (Al-Insan: 18) Yaitu mata air yang airnya enak diminum. Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari sebagian ulama, bahwa dinamakan demikian karena airnya terasa enak di tenggorokan lagi mudah. Tetapi Ibnu Jarir sendiri memilih pendapat yang mencakup kesemuanya itu.
Firman Allah Swt: Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. (Al-Insan: 19) Maksudnya, para pelayan surga berkeliling mengitari para penghuni surga untuk melayani mereka. yang tetap muda. (Al-Insan: 19) Yakni dalam suatu keadaan yang kekal, mereka tidak berubah dari keadaan itu dan usia mereka tidak bertambah dari usia mudanya. Mengenai pendapat ulama yang menakwilkan bahwa mereka (para pelayan surga) itu memakai gelang dan pada telinga mereka terdapat anting-anting, sesungguhnya hal ini tiada lain hanyalah berdasarkan terjemahan bebasnya.
Mengingat mereka adalah anak-anak kecil dan keadaan yang seperti itulah yang pantas bagi mereka. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. (Al-Insan: 19) Artinya, jika engkau lihat mereka menyebar dalam menunaikan tugasnya melayani majikan-majikan mereka penghuni surga, jumlah mereka yang banyak serta penampilan mereka yang cerah ceria, warna mereka dan juga pakaian dan perhiasan mereka yang indah-indah, tentulah kamu mengira mereka adalah mutiara yang bertaburan.
Untuk menggambarkan keadaan mereka, tiada perumpamaan yang lebih indah selain dari mutiara yang bertaburan di tempat yang indah. Qatadah telah meriwayatkan dari Abu Ayyub, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa tiada seorang penduduk surga pun melainkan dilayani oleh seribu pelayan, masing-masing pelayan mempunyai tugas tersendiri dalam melayani tuannya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan apabila kamu melihat di sana. (Al-Insan: 20) Wahai Muhammad, jika engkau lihat keadaan di surga yang penuh dengan kenikmatan, tempat yang sangat luas dan ketinggiannya serta segala sesuatu yang mewarnai kehidupannya yang penuh dengan kemewahan dan kegembiraan.
niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. (Al-Insan: 20) Yakni kerajaan milik Allah di sana yang sangat luas dan kekuasaan yang memukaukan. Di dalam hadits shahih telah disebutkan bahwa Allah berfirman kepada orang yang paling akhir dikeluarkan dari neraka, yang berarti dia adalah orang yang paling akhir masuk surga, "Sesungguhnya bagimu di dalam surga semisal dengan dunia dan sepuluh kali lipatnya." Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan melalui hadits yang diriwayatkan melalui Suwayyir ibnu Abu Fakhitah, dari Ibnu Uma ryang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya ahli surga yang paling rendah kedudukannya bagi orang yang melihat di dalam kerajaannya diperlukan waktu dua ribu tahun; dia memandang ke bagian yang jauhnya sama dengan memandang ke bagian yang terdekatnya.
Apabila pemberian Allah kepada ahli surga yang paling rendah kedudukannya sudah seperti ini, maka tidak terbayangkan pahala yang diberikan Allah kepada ahli surga yang lebih tinggi kedudukannya. Imam Ath-Thabarani dalam bab ini telah mengetengahkan sebuah hadits yang gharib sekali, untuk itu dia mengatakan bahwa: telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ammar Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Uqbah ibnu Salim, dari Ayyub ibnu Atabah, dari ‘Atha’, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa seorang lelaki dari Habsyah datang kepada Rasulullah ﷺ, maka beliau ﷺ bersabda kepadanya, "Apa ada yang bisa saya bantu?" Lelaki itu berkata, "Wahai Rasulullah, kamu mempunyai kelebihan di atas kami berkat rupa, warna kulit, dan kenabian.
Maka bagaimanakah pendapatmu jika aku beriman kepada apa yang engkau imani dan aku beramal seperti apa yang engkau amalkan, bahwa sesungguhnya aku benar-benar akan ada bersamamu di dalam surga?" Maka Rasulullah ﷺ menjawab: Benar, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya benar-benar cahaya kulit hitamnya dapat terlihat di dalam surga dari jarak perjalanan seribu tahun. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: Barang siapa yang mengucapkan, "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, maka baginya berkat kalimah tersebut ada suatu jaminan dari Allah. Dan barang siapa yang mengucapkan, "Mahasuci Allah dan dengan memuji kepada-Nya, "maka dicatatkan baginya seratus ribu kebaikan dan duapuluh empat ribu kebaikan lainnya.
Lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah jika kami meninggal sesudah ini?" Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya seorang lelaki benar-benar datang di hari kiamat dengan membawa amal yang sekiranya diletakkan di atas sebuah gunung, niscaya gunung itu akan merasa keberatan. Lalu diletakkanlah nikmat-nikmat Allah (yang telah diberikan kepadanya sewaktu di dunia), maka hampir saja nikmat-nikmat itu menghabiskan semua (amal)nya, terkecuali bila Allah menyelimutinya dengan rahmat-Nya. Dan turunlah firman-Nya: Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa. (Al-Insan: 1) Sampai dengan firman-Nya: dan kerajaan yang besar. (Al-Insan: 20) Maka orang Habsyi itu berkata, "Sesungguhnya kedua mataku ini benar-benar dapat melihat seperti apa yang dilihat oleh kedua matamu di dalam surga." Rasulullah ﷺ menjawab, "Benar," lalu orang Habsyi itu menangis dan jatuh pingsan, kemudian meninggal dunia.
Ibnu Umar mengatakan bahwa sesungguhnya dia melihat Rasulullah ﷺ Meletakkan jenazahnya ke liang kuburnya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal. (Al-Insan: 21) Yakni pakaian penghuni surga di dalam surga adalah kain sutra, yang antara lain ialah kain sutra yang tipis seperti baju gamis dan pakaian lainnya yang dikenakan langsung ke badan; kemudian kain sutra tebal yang berkilauan karena mengkilat, yang ini dipakai di bagian luar sebagaimana biasa pakaian bagian luar.
dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak. (Al-Insan: 21) Ini merupakan gambaran orang-orang Abrar, sedangkan yang dialami oleh orang-orang Muqarrabun adalah seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutra. (Al-Hajj: 23) Setelah Allah menyebutkan gambaran lahiriah mereka yang dihiasi dengan berbagai macam pakaian dan perhiasan, lalu dalam firman berikutnya disebutkan: dan Tuhan mereka memberikan kepada mereka minuman yang bersih. (Al-Insan: 21) Maksudnya, Allah membersihkan batin mereka dari hasud, dengki, iri hati, penyakit, dan semua akhlak yang hina, seperti yang telah diriwayatkan kepada kita dari Amirul Muminin Ali ibnu Abu Talib Ia pernah mengatakan, "Apabila ahli surga sampai di depan pintu surga, maka di sana mereka menjumpai dua buah mata air, lalu seakan-akan mereka diberi ilham untuk pergi kepada kedua mata air itu.
Lalu mereka minum dari salah satu mata air itu, maka Allah melenyapkan semua penyakit yang ada di dalam perut (rongga tubuh) mereka, kemudian mereka mandi dari mata air yang satunya lagi, maka sesudahnya terpancarlah dari tubuh mereka pandangan kehidupan yang penuh dengan kenikmatan." Dengan demikian, maka Allah telah menggambarkan keadaan lahiriah dan batin mereka yang semuanya indah. Firman Allah subhanahu wa ta’ala selanjutnya: Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan). (Al-Insan: 22) Dikatakan demikian kepada mereka sebagai penghormatan dan perlakuan yang baik terhadap mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: (Kepada mereka dikatakan), "Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu. (Al-Haqqah: 24) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan diserukan kepada mereka, "Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan. (Al-A'raf:43) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan). (Al-Insan: 22) Yakni Allah subhanahu wa ta’ala memberi balasan kepadamu dari amalmu yang sedikit dengan balasan pahala yang banyak."
Hidangan dan pelayan sudah dijelaskan kini giliran dijelaskan tentang pakaian para penghuni surga. Mereka berpakaian sutera halus yang berwarna hijau dan sutera tebal dan juga memakai gelang terbuat dari perak masing-masing sesuai dengan kedudukannya, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih dan suci yang benar-benar berbeda dengan minuman selainnya. 22. Semua kenikmatan tersebut disajikan sambil dikatakan kepada mereka, "Inilah balasan untukmu, dan segala usahamu diterima dan diakui Allah dengan memberi balasan yang sempurna melebihi amal-amal kamu. ".
Kemudian dalam ayat ini diterangkan pula bahwa pakaian mereka terbuat dari sutra halus berwarna hijau, dihiasi gelang yang terbuat dari perak dan emas. Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih dan lezat cita rasanya. Sutra dan emas disebutkan secara khusus di sini karena keduanya sangat disukai manusia dan dianggap sebagai barang berharga dan simbol kemewahan. Pada ayat lain, Allah berfirman:
?Mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. (Itulah) sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang indah. (al-Kahf/18: 31)
Dibandingkan dengan kebiasaan para raja-raja di dunia ini yang memakai pakaian kebesaran bertahtakan emas dan berlian, maka kesenangan yang dinikmati dalam surga itu jauh lebih sempurna, hebat, dan nikmat, serta sifatnya kekal abadi.
Demikianlah beberapa gambaran kebahagiaan yang akan diperoleh golongan abrar di surga kelak.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 13
“Mereka duduk bertelekan di dalamnya, di atas mahligai-mahligai."
Ara'ik kita artikan mahligai-mahligai, tempat kedudukan disediakan untuk orang- orang yang dimuliakan, yang kadang-kadang disebut juga singgasana. Yang duduk ke sana tidaklah sembarang orang, sekurang-kurangnya ialah menteri-menteri besar dan orang-orang yang berjabatan tinggi. Di dalam kitab- kitab bahasa Melayu lama, selalu disebut mahligai dan singgasana sebagai tempat duduk bersandar orang yang tinggi kedudukannya. “Tidak mereka lihat padanya matahari," maksudnya di sini tidak mereka rasakan di sana panas karena cahaya matahari sebagaimana yang biasa dirasakan oleh manusia di musim panas, di negeri yang berhawa panas.
“Dan tidak pula terlalu sejuk."
Yaitu kesejukan yang biasa dirasakan di musim dingin di negeri yang mempunyai musim dingin yang sangat, sehingga salju jadi turun dan orang sangat kedinginan.
Ayat 14
“Dan dekat kepada meneka naungannya."
Artinya bahwa naungan dari kayu- kayuan yang tumbuh di dalam taman surga itu sangatlah dekat kepada mereka sehingga hawanya jadi bertambah nyaman. Maka bertambah senanglah orang-orang yang sudi berbuat kebajikan di kala hidupnya itu di dalam surga yang telah disediakan itu.
“Dan dimudahkan memetik buah semudah-mudahnya."
Qatadah menafsirkan, “Dirundukkan buah itu ke bawah, sehingga terjangkau oleh tangan sekalian orang yang berada sekelilingnya. Dapat dicapai oleh orang yang berdiri, orang yang duduk bahkan orang yang tengah berbaring sekalipun."
Ayat 15
“Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan cangkir-cangkin yang jernih laksana kaca."
Di sini diberitakan pula darihal kaca. Dari sana orang-orang yang diberi ganjaran kemuliaan karena kesudian berbuat kebajikan itu.
Ayat 16
“Kaca-kaca dari perak yang telah mereka ukur sebaik-baik ukuran."
Diukur sebaik-baik ukuran ialah supaya sesuai besarnya dengan besar atau tinggi atau rendah orang yang akan memegangnya, sehingga tidak berlebih dari ukuran dirinya dan tidak pula terkurang.
Ayat 17
“Dan diberi minum mereka di dalamnya dengan piala."
Dengan menyebutkan pula piala sebagai tempat air minum yang lain, di samping mangkuk-mangkuk dan cangkir-cangkir, dapatlah dimengerti bahwa di dalam surga itu tempat air minum bukanlah satu macam saja, sebagaimana di dunia ini pun dalam rumah-rumah tangga orang yang mampu dapat dilihat berbagai gelas, cangkir, mangkuk, cawan dan piala, yang semuanya itu digunakan untuk tempat air minum.
“Yang campurannya adalah sepedas."
Sepedas atau jahe!
Dari zaman dahulu orang Arab suka sekali meminum minuman yang dicampurkan sepedas atau jahe yang dimasak lebih dahulu dan diminum sedang panas-panas, terutama jadi minuman di musim dingin. Mereka namai syarbat yang berarti minuman. Minuman bercampur jahe (sepedas) ini dibuat oleh bangsa kita dan dipakai juga nama Arabnya lalu diindonesiakan dengan nama serbat. Dinamai oleh orang Banggali mandret!
Ayat 18
“Mata air di dalamnya dinamai salsabill."
Mata air atau telaga yang jadi sumber dari air minum yang sejuk dan enak itu bernama Salsabiil. Abui Aliyah dan Muqatil menafsirkan bahwa Salsabiil ialah nama air yang dapat dialirkan dengan pipa kepada tiap-tiap rumah mereka. Air itu mengalir sejak dari pangkalnya di bawah Arsy. Dikatakan dinamai bahwa yang menamainya salsabiil itu ialah malaikat-malaikat yang mengawalnya.
Ayat 19
“Dan dikelilingi mereka itu oleh pelayan-pelayan yang tetap muda."
Disediakan diri mereka oleh Allah agar tetap muda sebab pelayan-pelayan itu bukanlah bangsa manusia, melainkan sejenis malaikat juga, sebagai jenis lain, yaitu pelayan yang perempuan yang biasa disebut bidadari. Pelayan-pelayan yang tetap muda itu, niscaya
cantik manis belaka, sehingga sifat kecantikan itu digambarkan pada lanjutan ayat,
“Apabila engkau melihat mereka, engkau sangka mereka itu mutiara yang bertaburan."
Alangkah indahnya perumpamaan ini. Laksana mutiara yang bertaburan di sana sini, di mana saja mereka berjalan, melayani ke sana kemari, menyelenggarakan dan menghormati ‘Ibaad Allah atau orang-orang yang sudi berbuat kebajikan itu kelihatan rupa yang elok, tingkah laku yang baik dan gerak-gerik yang menimbulkan kasih sayang dan rasa hormat, sesuai dengan kebesaran tempat.
Dengan ayat ini terjawablah cemooh penuh ejekan, yang selalu ditaburkan oleh musuh- musuh Islam, yang siang malam mencari dalih untuk mencari kelemahan-kelemahan dalam ajaran Islam. Mereka mengatakan bahwa di dalam Al-Qur'an terlalu banyak dibicarakan tentang anak-anak bidadari, yang berupa gadis-gadis cantik, akan jadi istri daripada orang-orang laki-laki yang masuk surga. Lalu dikatakan bahwa Islam hanya mementingkan didikan yang menimbulkan syahwat saja, penarik hati laki-laki, sedang dalam Al-Qur'an — kata mereka — tidak ada tersebut tentang anak-anak muda laki-laki. Dengan ayat ini tertolaklah cemooh yang seperti menepuk air di dulang itu. Dengan ayat ini diterangkan jelas sekali bahwa orang-orang yang mendapat ganjaran masuk surga itu dilayani, dihormati oleh pelayan-pelayan yang tetap muda. Tandanya dalam surga bukan saja ada bidadari, tetapi juga ada bidadara, atau yang biasa disebut peri atau mambang. Tetapi dalam ayat ini tidaklah disebutkan bahwa pelayan tetap muda itu bertugas juga untuk mengobati hati gadis-gadis yang tidak sempat bersuami lalu meninggal dunia. Karena pendidikan Al- Qur'an demikian halus dan tinggi, tidak mau menyinggung perasaan gadis-gadis dengan kata demikian.
Ayat 20
“Dan apabila engkau lihat lagi."
Sesudah melihat bagaimana cantik, sopan, tingkah laku dan hormat pelayan yang tetap muda itu, yang bertebaran dalam surga laksana mutiara.
“Di sana engkau lihat aneka nikmat dan kerajaan besar."
Pelayannya tetap muda dan cakap, bertebaran dalam surga laksana mutiara terserak, memberikan warna-warni yang indah; di sana sini terdapat nikmat yang tidak berkeputusan singgasana dan mahligai, tempat duduk beralaskan permadani sutra, tempat bersandar yang empuk, piala dan mangkuk dan cangkir penuh minuman yang lezat cita, kesuburan dan makanan yang cukup di dalam suatu kerajaan besar: kerajaan Allah.
Kerajaan besar. Kerajaan Allah, Kerajaan surga Jannatun Na'im.
Hamba-hamba Allah yang telah diperenai (dipersilakan) duduk di atas mahligainya masing-masing itu hidup laksana raja-raja besar pula. Bagaimana tidak akan dikatakan laksana raja besar, sedangkan malaikat raja bila akan masuk berziarah mengucapkan selamat datang kepadanya, selalu memulai ucapan dengan “Salaam".
“Dan malaikat masuk mendatangi mereka dari tiap-tiap pintu, (mengucapkan), “Selamat sejahteralah atas kamu, oleh karena kesabaran kamu, maka inilah yang seindah-indah kediaman terakhir." (ar-Ra d: 23-24)
Al-Kalbi mengatakan bahwa Allah mengutus malaikat sebagai utusan istimewa menyampaikan salam Allah disertai “karamah" (kemuliaan) dan bingkisan pakaian, makanan, minuman dan peralatan selengkapnya kepada Waliullah yang sedang duduk menunggu dalam istana kediamannya. Sebelum masuk malaikat utusan itu mengucapkan salam dan memohon izin masuk, itulah kerajaan besar. Demikian tafsiran al-Kalbi.
Ayat 21
“Di atas mereka adalah kain sutra halus yang hijau dan sutra tebal."
Ibnu Abbas memberi penjelasan bahwa “di atas mereka" itu berarti bahwa pakaian itu berlapis-lapis, sebelah dalam sutra hijau halus dan lapis sebelah luar sutra tebal, karena pakaian luar lebih tebal dari pakaian dalam. Maka kita umpamakanlah bahwa pakaian lapisan sebelah dalam ialah kain sutra halus berwarna hijau. Itulah ibarat gamis atau kemeja. Lapis sebelah luar sutra yang tebal, ialah umpama baju jas atau jubah. Dijelaskan pula bahwasanya di dalam surga itu laki-laki sudah diizinkan memakai kain sutra. “Dan mereka diperhiasi dengan gelang dari perak." Berkata ahli tafsir, sedangkan gelang dari perak sudah dijadikan perhiasan, apalah lagi gelang dari emas.
“Dan diberi minum mereka oleh Tuhan mereka dengan minuman yang suci bersih."
Minuman adalah amat penting. Ada minuman yang kotor atau membekaskan kotor, membuat orang jadi mabuk. Ada minuman yang membawa kesehatan dan kesegaran dan membuka pikiran. Maka minuman surga yang akan diberikan itu dijamin kebersihannya, sesuai dengan suasana surga sebagai tempat ganjaran mulia bagi makhluk yang dimuliakan.
Berkata seorang ulama bernama Thayyib al-Jamal, bahwa pada suatu hari dia shalat bermakmum di belakang gurunya, Sahi bin Abdullah bin Yunus at-Tusturi, sufi ahli sunnah yang besar itu. Sesampai bacaan pada ayat ini.
“Dan diberi minum mereka oleh Tuhan mereka dengan minuman yang suci bersih."
Kedengaran bibir dan lidahnya bergerak seperti orang minum.
Lalu sehabis shalat Thayyib al-Jamal bertanya, “Tuan Guru! Aku dengar Tuan sehabis membaca ayat ini seperti minum dan melulur air."
Lalu dia menjawab, `Demi Allah! Kalaulah tidak aku rasakan kelezatan membacanya yang sama dengan kelezatan meminumnya, tidaklah dia akan kubaca!"
Ayat 22
“Sesungguhnya ini adalah ganjaran untuk kamu."
Artinya bahwa setelah orang-orang yang sudi berbuat kebajikan semasa hidupnya itu, dan telah diangkat martabatnya lalu disebut ‘Ibaad Allah sama bersemayam di singgasana, mahligai atau istana-istana indah sebagai Waliullah di dalam kerajaan Allah, surga Jannatun Na'im, ketika itulah Allah menyampaikan penghargaan dan pujian kepada mereka, bahwa semua yang mereka nikmati ini adalah sebagai ganjaran belaka dari kepayahan mereka berjuang dan yakin memegang petunjuk Allah sepanjang hidup, yang kadang-kadang jatuh lalu tegak lagi dan maju lagi, dan terhalang lagi, namun tujuan tidak pernah lepas.
“Dan adalah usaha kamu itu disyukuri."
Tampaklah bahwa semua usaha dihargai oleh Allah dan dinilai dengan setinggi-tingginya, dan inilah semuanya bekas dari amalanmu itu kamu rasakan nikmatnya sekarang ini.