Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَا
dan tidak
جَعَلۡنَآ
Kami jadikan
أَصۡحَٰبَ
penghuni/penjaga
ٱلنَّارِ
neraka
إِلَّا
kecuali
مَلَٰٓئِكَةٗۖ
malaikat
وَمَا
dan tidak
جَعَلۡنَا
Kami jadikan
عِدَّتَهُمۡ
bilangan mereka
إِلَّا
kecuali
فِتۡنَةٗ
fitnah/cobaan
لِّلَّذِينَ
bagi orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
لِيَسۡتَيۡقِنَ
supaya meyakini
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
أُوتُواْ
(mereka) diberi
ٱلۡكِتَٰبَ
Kitab
وَيَزۡدَادَ
dan bertambah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُوٓاْ
beriman
إِيمَٰنٗا
keimanan
وَلَا
dan tidak
يَرۡتَابَ
ragu-ragu
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
أُوتُواْ
(mereka) diberi
ٱلۡكِتَٰبَ
Kitab
وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ
dan orang-orang yang beriman
وَلِيَقُولَ
dan supaya mengatakan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
فِي
dalam
قُلُوبِهِم
hati mereka
مَّرَضٞ
penyakit
وَٱلۡكَٰفِرُونَ
dan orang-orang kafir
مَاذَآ
apakah
أَرَادَ
menghendaki
ٱللَّهُ
Allah
بِهَٰذَا
dengan ini
مَثَلٗاۚ
perumpamaan
كَذَٰلِكَ
demikianlah
يُضِلُّ
menyesatkan
ٱللَّهُ
Allah
مَن
siapa/orang
يَشَآءُ
Dia kehendaki
وَيَهۡدِي
dan Dia memberi petunjuk
مَن
siapa/orang
يَشَآءُۚ
Dia kehendaki
وَمَا
dan tidak
يَعۡلَمُ
mengetahui
جُنُودَ
bala tentara
رَبِّكَ
Tuhanmu
إِلَّا
kecuali
هُوَۚ
Dia
وَمَا
dan tidaklah
هِيَ
ia
إِلَّا
kecuali
ذِكۡرَىٰ
peringatan
لِلۡبَشَرِ
bagi manusia
وَمَا
dan tidak
جَعَلۡنَآ
Kami jadikan
أَصۡحَٰبَ
penghuni/penjaga
ٱلنَّارِ
neraka
إِلَّا
kecuali
مَلَٰٓئِكَةٗۖ
malaikat
وَمَا
dan tidak
جَعَلۡنَا
Kami jadikan
عِدَّتَهُمۡ
bilangan mereka
إِلَّا
kecuali
فِتۡنَةٗ
fitnah/cobaan
لِّلَّذِينَ
bagi orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
لِيَسۡتَيۡقِنَ
supaya meyakini
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
أُوتُواْ
(mereka) diberi
ٱلۡكِتَٰبَ
Kitab
وَيَزۡدَادَ
dan bertambah
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُوٓاْ
beriman
إِيمَٰنٗا
keimanan
وَلَا
dan tidak
يَرۡتَابَ
ragu-ragu
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
أُوتُواْ
(mereka) diberi
ٱلۡكِتَٰبَ
Kitab
وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ
dan orang-orang yang beriman
وَلِيَقُولَ
dan supaya mengatakan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
فِي
dalam
قُلُوبِهِم
hati mereka
مَّرَضٞ
penyakit
وَٱلۡكَٰفِرُونَ
dan orang-orang kafir
مَاذَآ
apakah
أَرَادَ
menghendaki
ٱللَّهُ
Allah
بِهَٰذَا
dengan ini
مَثَلٗاۚ
perumpamaan
كَذَٰلِكَ
demikianlah
يُضِلُّ
menyesatkan
ٱللَّهُ
Allah
مَن
siapa/orang
يَشَآءُ
Dia kehendaki
وَيَهۡدِي
dan Dia memberi petunjuk
مَن
siapa/orang
يَشَآءُۚ
Dia kehendaki
وَمَا
dan tidak
يَعۡلَمُ
mengetahui
جُنُودَ
bala tentara
رَبِّكَ
Tuhanmu
إِلَّا
kecuali
هُوَۚ
Dia
وَمَا
dan tidaklah
هِيَ
ia
إِلَّا
kecuali
ذِكۡرَىٰ
peringatan
لِلۡبَشَرِ
bagi manusia
Terjemahan
Kami tidak menjadikan para penjaga neraka, kecuali para malaikat dan Kami tidak menentukan bilangan mereka itu, kecuali sebagai cobaan bagi orang-orang kafir. (Yang demikian itu) agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin, orang yang beriman bertambah imannya, orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, serta orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (berkata,) “Apakah yang dikehendaki Allah dengan (bilangan) ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki (berdasarkan kecenderungan dan pilihan mereka sendiri) dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapan mereka untuk menerima petunjuk). Tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri. Ia (neraka Saqar itu) tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia.
Tafsir
(Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan malaikat) yakni mereka tidak akan dapat dilawan, tidak sebagaimana yang diduga oleh orang-orang kafir (dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka) yang sembilan belas itu (melainkan untuk jadi cobaan) atau membawa kepada kesesatan (bagi orang-orang kafir) seumpamanya mereka mengatakan, mengapa jumlah malaikat-malaikat penjaga neraka itu hanya sembilan belas? (supaya menjadi yakin) menjadi tambah jelas (orang-orang yang diberi Alkitab) artinya, supaya orang-orang Yahudi yakin akan kebenaran Nabi ﷺ yang telah menyatakan bahwa jumlah mereka sembilan belas malaikat, dan ini sesuai dengan keterangan yang terdapat di dalam kitab mereka (dan supaya orang-orang yang beriman bertambah) yaitu, orang-orang yang beriman dari kalangan ahli kitab (imannya) kepercayaannya, karena apa yang dijelaskan oleh Nabi ﷺ itu sesuai dan cocok dengan keterangan yang terdapat di dalam Kitab mereka (dan supaya orang-orang yang diberi Alkitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu) yaitu orang-orang yang beriman bukan dari kalangan mereka; tentang bilangan malaikat-malaikat penjaga neraka itu (dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit) berupa keragu-raguan; mereka berada di Madinah (dan orang-orang kafir mengatakan) yaitu orang-orang kafir Mekah: ("Apakah yang dikehendaki Allah dengan hal ini) yakni bilangan ini (sebagai suatu perumpamaan?") mereka menamakannya sebagai perumpamaan, karena hal itu amat aneh didengar oleh mereka. Lafal Matsalan berkedudukan sebagai Haal atau kata keterangan keadaan. (Demikianlah) sebagaimana disesatkan-Nya orang yang tidak mempercayai bilangan ini, dan diberi-Nya petunjuk orang yang percaya kepada-Nya (Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu) yaitu malaikat-malaikat tentang kekuatan dan kemampuan mereka (melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain) neraka itu (hanyalah peringatan bagi manusia.).
Tafsir Surat Al-Mudatsir: 31-37
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang~orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan), "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan? Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. Sekali-kali tidak, demi bulan, dan malam ketika telah berlalu, dan subuh apabila mulai terang. Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang amat besar, sebagai ancaman bagi manusia (yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka. (Al-Muddatstsir: 31) As-hab arti bahasanya para pemilik, dan makna yang dimaksud adalah para penjaga neraka.
melainkan dari malaikat. (Al-Muddatstsir: 31) Yakni terdiri dari para malaikat Zabaniyah (jura siksa) yang kasar lagi keras, yang demikian itu merupakan jawaban terhadap orang-orang musyrik Quraisy, ketika diceritakan kepada mereka bilangan para penjaga neraka. Maka Abu Jahal berkata, "Wahai golongan orang-orang Quraisy, tidakkah setiap sepuluh orang dari kalian mampu mengalahkan seseorang dari mereka, maka pastilah kamu dapat mengalahkan mereka?" Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu, melainkan dari malaikat. (Al-Muddatstsir: 31) Yaitu kasar penampilannya, mereka tidak dapat dilawan dan tidak terkalahkan.
Menurut suatu pendapat, ada seseorang dari mereka yang dikenal dengan sebutan Abul Asydin, yang nama aslinya Kaldah ibnu Usaid ibnu Khalaf. Ia berkata, "Wahai golongan orang-orang Quraisy, serahkanlah dua orang dari para penjaga neraka itu kepadaku, sedangkan yang sisanya yaitu tujuh belas orang kuserahkan kepada kalian untuk menanganinya." Ia katakan demikian karena merasa yakin dengan kekuatan dirinya yang hebat.
Tersebutlah bahwa kekuatan yang dimilikinya menurut kisah mereka sangat hebat, dia berdiri di atas hamparan kulit sapi, lalu kulit sapi itu ditarik oleh sepuluh orang untuk mereka ambil dari bawah telapak kakinya. Ternyata kulit sapi itu robek, sedangkan si Kaldah tidak bergeming sedikit pun dari tempat pijakannya. As-Suhaili mengatakan bahwa si Kaldahlah yang pernah menantang Rasulullah ﷺ untuk bergulat, dan ia mengatakan, "Jika engkau mengalahkan aku, maka aku akan beriman kepadamu." Maka Nabi ﷺ memenuhi tantangannya dan ternyata beliau dapat membantingnya berkali-kali, tetapi Kaldah tidak juga mau beriman.
Dan As-Suhaili mengatakan bahwa Ibnu Ishaq menisbatkan kisah pergulatan ini kepada Rukanah ibnu Abdu Yazid ibnu Hasyim ibnul Muttalib. Menurut saya, tidak ada pertentangan di antara apa yang disebutkan oleh keduanya karena barangkali keduanya terjadi; dan hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir. (Al-Muddatstsir: 31) Yakni sesungguhnya Kami sebutkan bilangan mereka sembilan belas hanyalah untuk menguji manusia.
supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin. (Al-Muddatstsir: 31) Yaitu agar mereka mengetahui bahwa Rasul ini adalah benar dan mengatakan hal yang sesuai dengan apa yang ada pada mereka dari kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada para nabi sebelumnya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan supaya orang yang beriman bertambah imannya. (Al-Muddatstsir: 31) Yakni di samping iman yang telah ada pada mereka melalui apa yang mereka saksikan sendiri, bahwa berita yang disampaikan oleh Nabi mereka adalah benar.
dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin ita tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. (Al-Muddatstsir: 31) Maksudnya, orang-orang munafik. dan orang-orang kafir (mengatakan), 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan? (Al-Muddatstsir: 31) Mereka mengatakan, "Apakah hikmah yang terkandung di balik penyebutan bilangan tersebut?" Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Muddatstsir: 31) Yakni dengan adanya cobaan dan ujian seperti ini, maka akan bertambah kuatlah iman di dalam hati sebagian kaum dan akan bertambah goyahlah keimanan pada sebagian yang lainnya.
Hanya pada Allah-lah terdapat hikmah yang tiada taranya dan alasan yang mematikan hujah lawan. Firman Allah Swt: Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (Al-Muddatstsir: 31) Tiada seorang pun yang mengetahui jumlah mereka dan berapa banyaknya mereka kecuali hanya Allah sendiri, supaya tidak ada orang yang mempunyai dugaan bahwa mereka berjumlah sembilan belas malaikat saja. Sebagaimana yang dikatakan oleh segolongan orang-orang yang sesat dari kalangan para failasuf Yunani dan orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan penganut kedua agama (Yahudi dan Nasrani).
Ketika mereka mendengar ayat ini, maka mereka bermaksud menakwilkannya dengan pengertian sepuluh akal dan sembilan jiwa, yang hal ini merupakan buat-buatan mereka sendiri, tetapi mereka tidak mampu membuktikan kebenaran dari hipotesisnya. Mereka hanya memahami permulaan dari ayat ini, tetapi kafir dengan bagian terakhirnya, yaitu firman Allah subhanahu wa ta’ala Yang mengatakan: Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (Al-Muddatstsir: 31) Di dalam hadits Isra yang diriwayatkan di dalam kitab Shahihain dan kitab hadits lainnya telah disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda sehubungan dengan gambaran tentang Baitul Ma'mur yang ada di langit lapis ketujuh: Dan ternyata Baitul Ma'mur itu setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat yang tidak kembali lagi kepadanya untuk selama-lamanya.
". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Ibrahim ibnu Muhajir, dari Mujahid, dari Muwarraq, dari Abu Dzar yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Sesungguhnya aku telah melihat apa yang tidak kamu lihat dan aku telah mendengar apa yang tidak kamu dengar. Langit berderak dan sepantasnya bagi langit berderak karena tiada suatu tempat pun darinya selebar empat buah jari melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang sujud.
Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian benar-benar sedikit tertawa dan banyak menangis, dan tidak mau bersenang-senang dengan wanita di atas peraduan, dan niscaya kamu akan keluar ke lempat-tempat yang tinggi untuk meminta tolong dan berseru kepada Allah subhanahu wa ta’ala Maka Abu Dzar memberikan komentarnya, "Demi Allah, (setelah mendengar hadits ini) ia benar-benar menginginkan seandainya dirinya berupa pohon yang dicabut (yakni makhluk yang tidak bernyawa)." Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadits Israil. Dan Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib, dan hal yang sama telah diriwayatkan dari Abu Dzar secara mauquf.
Al-Hafidzh Abul Qasim At-Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Arafah Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Urwah ibnu Marwan Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Amr, dari Abdul Karim ibnu Malik, dari ‘Atha’ ibnu Abu Rabah, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Tiada suatu tempat pun, baik selebar telapak kaki, atau selebar sejengkal, atau selebar telapak tangan di langit yang ketujuh, melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang berdiri atau malaikat yang sedang sujud atau malaikat yang sedang rukuk.
Dan apabila hari kiamat terjadi, mereka semuanya mengatakan, "Mahasuci Engkau, kami tidak menyembah-Mu dengan penyembahan yang sebenar-benarnya, hanya saja kami tidak pernah mempersekutukan Engkau dengan sesuatu pun. Muhammad ibnu Nasr Al-Marwazi di dalam Kitabus shalat-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Zurarah, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab, dari ‘Atha’, dari Sa'id, dari Qatadah, dari Safwan ibnu Muharriz, dari Hakim ibnu Hizam yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah ﷺ ada bersama para sahabatnya, tiba-tiba beliau bertanya, "Apakah kalian mendengar apa yang kudengar?" Mereka menjawab, "Kami tidak mendengar sesuatu pun." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Aku mendengar suara langit berderak, dan tidaklah langit dicela bila berderak, karena tiada sejengkal tempat pun padanya melainkan ada malaikat yang sedang rukuk atau sedang sujud.
Ia mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Qahzaz, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'az Al-Fadl ibnu Khalid An-Nahwi, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Sulaiman Al-Bahili, bahwa ia pernah mendengar Adh-Dhahhak ibnu Muzahim menceritakan hadits berikut dari Masruq ibnul Ajda', dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Tiada suatu tempat selebar telapak kakipun di langit yang terdekat melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang sujud atau sedang berdiri. Yang demikian itu (diketahui dari) ucapan malaikat (yang disitir oleh firman-Nya), "Tiada seorangpun di antara kami (malaikat) melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu, dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan perintah Allah).
Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah)" (Ash-Shaffat: 164-166) Hadits ini marfu', tetapi gharib sekali. Kemudian ia meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Adam, dari Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Ibnu Mas'ud. Ia telah mengatakan, "'Sesungguhnya di antara lapisan-lapisan langit terdapat suatu lapisan yang tiada tempat barang sejengkal pun padanya melainkan terdapat kening malaikat (yang sedang sujud) atau kedua telapak kakinya (yang sedang berdiri)." Kemudian Ibnu Mas'ud membaca firman-Nya: Dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan perintah Allah).
Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah). (Ash-Shaffat: 165-166) Kemudian ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sayyar, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far alias Muhammad ibnu Khalid Ad-Dimasyqi yang dikenal dengan sebutan Ibnu Ummihi, telah menceritakan kepada kami Al-Mugirah ibnu Umar ibnu Atiyyah dari kalangan Bani Amr ibnu Auf, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Ayyub, dari Salim ibnu Auf, telah menceritakan kepadaku ‘Atha’ ibnu Yazid ibnu Mas'ud dari Banil Habli, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Amr ibnur Rabi', dari Bani Salim, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnul Ala, dari Bani Sa'idah, dari ayahnya Al-Ala ibnu Sa'd yang ikut dalam penaklukan Mekah dan peperangan yang sesudahnya, bahwa pada suatu hari Nabi ﷺ bersabda kepada sahabat-sahabat yang sedang duduk bersamanya, "Apakah kalian mendengar suara yang kudengar?" Mereka bertanya, "Apakah yang telah engkau dengar, wahai Rasulullah?"Nabi ﷺ bersabda: Langit berderak, dan sepantasnyalah langit berderak karena sesungguhnya tiada padanya tempat selebar telapak kaki pun melainkan ada malaikat yang sedang berdiri, atau sedang rukuk atau sedang sujud.
Dan para malaikat berkata, "Dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah). (Ash-Shaffat: 165-166) Sanad hadits ini gharib sekali. Kemudian ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Muhammad ibnu Ismail Al-Farawi, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Qudamah, dari Abdur Rahman, dari Abdullah ibnu Dinar, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Umar tiba, sedangkan shalat telah didirikan, dan di situ terdapat tiga orang yang masih duduk, di antaranya adalah Abu Jahsy Al-Laisi.
Maka Umar berkata kepada mereka, "Bangkitlah kalian dan salatlah bersama Rasulullah ﷺ!" Maka bangkitlah dua orang dari mereka, sedangkan Abu Jahsy menolak dan tidak man berdiri, serta mengatakan, "Aku tidak mau berdiri sebelum datang kepadaku seorang lelaki yang tubuhnya lebih kuat daripada aku dan lebih keras pukulannya daripada aku, lalu dia mengalahkanku dan membenamkan mukaku ke dalam pasir." Umar melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertarung dengan Abu Jahsy dan mengalahkannya serta membenamkan mukanya ke pasir, tetapi tiba-tiba datanglah Usman ibnu Affan yang memisahku darinya.
Umar keluar dalam keadaan marah hingga sampai ke tempat Rasulullah ﷺ, lalu beliau ﷺ bertanya, "Mengapa engkau, wahai Abu Hafs?" Umar menceritakan peristiwa yang baru dialaminya kepada Nabi ﷺ Maka Nabi ﷺ bersabda, "Jika Umar rela dan membelas kasihaninya, maka Allah pun demikian. Tetapi aku menginginkan seandainya saja engkau bawa ke hadapanku kepala si orang jahat itu." Maka Umar pun bangkit dan menuju ke tempat Abu Jahsy. Tetapi ketika baru beberapa Iangkah menjauh, Umar dipanggil kembali oleh Rasulullah ﷺ, dan beliau ﷺ bersabda kepadanya: Duduklah kamu, aku akan menceritakan kepadamu bahwa Allah tidak membutuhkan shalat Abu Jahsy, Allah subhanahu wa ta’ala Mahakaya daripada dia. Sesungguhnya di langit yang terdekat Allah memiliki malaikat-malaikat yang khusyuk beribadah kepada-Nya, mereka tidak pernah mengangkat kepalanya sampai hari kiamat terjadi. Dan apabila hari kiamat terjadi, barulah mereka mengangkat kepalanya, kemudian mereka mengatakan, "Wahai Tuhan kami, kami tidak menyembah Engkau dengan penyembahan yang sebenar-benarnya.
Dan pada langit yang kedua Allah mempunyai malaikat-malaikat yang selalu sujud, mereka tidak pernah mengangkat kepalanya sebelum hari kiamat terjadi. Dan apabila hari kiamat terjadi, mereka baru mengangkat kepalanya, lalu berkata, "Mahasuci Engkau, Tuhan kami; kami tidak menyembah Engkau dengan penyembahan yang sebenar-benarnya." Maka Umar bertanya, "Wahai Rasulullah, doa apakah yang mereka ucapkan?" Rasulullah ﷺ menjawab: Adapun malaikat penduduk langit yang terdekat, mereka mengucapkan, "Mahasuci Tuhan Yang memiliki Kerajaan bumi dan Kerajaan langit.
Adapun yang diucapkan oleh penduduk langit yang kedua ialah, "Mahasuci Tuhan Yang memiliki Keagungan dan Keperkasaan." Adapun penduduk langit yang ketiga, mereka mengatakan, "Mahasuci Tuhan Yang Hidup Kekal, Yang tidak akan mati. Maka bacalah pula olehmu, wahai Umar, dalam salatmu. Umar bertanya, "Wahai Rasulullah, lalu bagaimanakah dengan doa-doa yang telah engkau ajarkan kepadaku untuk mengucapkannya dalam salatku?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Sesekali ucapkanlah doa ini, dan pada kesempatan lain ucapkan doa itu!" Tersebutlah bahwa doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ kepadanya ialah: Aku berlindung kepada sifat pemaaf-Mu dari siksaan-Mu, dan aku berlindung kepada rida-Mu dari murka-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab-Mu, Mahaagung Zat-Mu.
Hadits ini gharib sekali, bahkan boleh dikatakan munkar dan sangat parah predikat munkar-nya. Ishaq Al-Farawi diambil riwayatnya oleh Imam Bukhari. Ibnu Hayyan menyebutkan di dalam golongan perawi yang berpredikat siqah, tetapi Abu Dawud, An-An-Nasai, Al-Uqaili, dan Ad-Daruqutni menilainya lemah. Abu Hatim Ar-Razi mengatakan tentangnya, bahwa dia adalah seorang yang sangat jujur, hanya saja menjadi tuna netra; barangkali dia menulis kitabnya dengan mengimlakannya, sedangkan yang menulisnya orang lain, tetapi semua kitabnya shahih.
Tetapi di lain waktu Abu Hatim Ar-Razi mengatakan bahwa dia adalah orang yang mudtarib, dan mengenai gurunya yang bernama Abdul Malik ibnu Qudamah masih dibicarakan oleh Abu Qatadah Al-Jumahi. Tetapi anehnya yang dilakukan oleh Imam Muhammad ibnu Nasr, mengapa dia meriwayatkan darinya tanpa membicarakan perihalnya, tidak pula memperkenalkan tentang keadaannya, dan tidak pula menyinggung kelemahan sebagian perawinya.
Hanya saja dia telah meriwayatkannya melalui jalur lain dari Sa'id ibnu Jubair secara mursal dengan lafal yang semisal, juga melalui jalur lain dari Al-Hasan Al-Basri secara mursal dengan lafal yang mendekatinya. Kemudian Muhammad ibnu Nasr mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Qahzaz, telah menceritakan kepada kami An-Nadr, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Mansuryang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Addi ibnu Artah mengatakan dalam khotbahnya di atas mimbar Mada'in, bahwa ia pernah mendengar seseorang dari sahabat Rasulullah ﷺ menceritakan hadits berikut dari Rasulullah ﷺ Yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat-malaikat yang sendi-sendi tubuhnya bergetar karena takut kepada-Nya, tiada setetes air mata pun yang dikeluarkan oleh seseorang dari mereka melainkan jatuh mengenai malaikat lainnya yang sedang shalat.
Dan sesungguhnya di antara mereka terdapat malaikat-malaikat yang selalu sujud sejak Allah menciptakan langit dan bumi, mereka tidak pernah mengangkat kepalanya dan tidak akan mereka angkal kepalanya sampai hari kiamat. Dan sesungguhnya di antara mereka terdapat malaikat-malaikat yang sedang rukuk dan tidak pernah mengangkat kepalanya sejak Allah menciptakan langit dan bumi, dan mereka tidak akan mengangkat kepalanya sampai hari kiamat.
Apabila mereka mengangkat kepalanya, mereka memandang ke arah Zat Allah subhanahu wa ta’ala, lalu berkata, "Mahasuci Engkau, kami tidak menyembah Engkau dengan penyembahan yang sebenar-benarnya. Sanad hadits ini tidak mengandung cela. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. (Al-Muddatstsir: 31) Mujahid dan yang lain mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Saqar itu. (Al-Muddatstsir: 31) Yakni neraka yang telah digambarkan di atas.
Melainkan peringatan bagi manusia. (Al-Muddatstsir: 31) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Sekali-kali tidak, demi bulan, dan malam ketika telah berlalu. (Al-Muddatstsir: 32-33) Adbara artinya berpaling maksudnya berlalu. dan subuh apabila mulai terang. (Al-Muddatstsir: 34) Yaitu mulai bersinar memancarkan cahayanya. Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang amat besar. (Al-Muddatstsir: 35) Yakni salah satu dari azab yang amat besar, maksudnya neraka Saqar. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan Adh-Dhahhak serta selain mereka yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf. sebagai ancaman bagi manusia, (yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur. (Al-Muddatstsir: 36-37) Yaitu bagi siapa yang mau menerima peringatan dan menempuh jalan petunjuk yang hak; atau siapa yang mundur darinya dan berpaling serta menolaknya."
Mendengar penjaga saqar ada sembilan belas, mereka menduga sembilan belas orang, kaum musyrik dengan angkuhnya menyatakan akan mengalahkan sembilan belas penjaga tersebut. Dan yang Kami jadikan penjaga neraka itu hanya dari malaikat yang sangat kuat lagi kasar serta patuh kepada Allah, dan Kami menentukan bilangan mereka yang sembilan belas itu hanya sebagai cobaan yang dapat menyebabkan kesesatan bagi orang-orang kafir yang menganggap sepele jumlah tersebut, di sisi lain agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin karena bilangan tersebut sesuai dengan apa yang termaktub dalam kitab suci mereka, dan agar orang yang beriman bertambah imannya, agar orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu. dan agar orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir berkata,, 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan'' Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri. Dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia. 32-37. Untuk menafikan dugaan orang-orang kafir tentang kemampuan mereka menghadapi penjaga-penjaga neraka, atau untuk mengancam dan menghardik mereka yang memperolok-olokkan bilangan itu, maka Allah berfirman, Sekali-kali Tidak! Aku bersumpah demi bulan, dan demi malam ketika telah berlalu, dan demi subuh apabila mulai terang, sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang sangat besar, sebagai ancaman yang mengerikan dan sekaligus sebagai peringatan bagi manusia, yaitu bagi siapa di antara kamu yang ingin maju meraih kebajikan atau mundur sehingga enggan untuk meraihnya.
Pada permulaan ayat ini, Allah menegaskan bahwa petugas yang diangkat oleh Allah untuk mengurus urusan neraka dan memberikan siksaan kepada penghuninya adalah para malaikat. Mereka diberi kepercayaan mengatur dan mengawasinya. Mereka adalah makhluk Allah yang hebat dan perkasa serta bertindak atas perintah-Nya. Mereka bukan manusia dan bukan pula jin, sebab yang disiksa di sana adalah kedua makhluk itu. Andaikata penjaga neraka itu dari jenis manusia atau jin, tentu mereka akan kasihan dan lemah lembut kepada makhluk yang sejenis dengan mereka.
Adapun jumlah mereka yang sedikit itu (19 malaikat) dibandingkan dengan begitu luas neraka yang tiada bertepi yang harus diawasi serta puluhan miliar jin dan manusia yang mengisinya, hanyalah sekadar ujian dan cobaan bagi golongan yang tidak percaya. Sehingga mereka berkata seenaknya bahwa mereka sanggup berkelahi dengan malaikat, seperti ucapan Ibnu Kaladah di atas. Allah dengan sengaja menyebutkan jumlah yang sedikit itu agar orang kafir itu semakin congkak, sehingga berlipat-ganda pula pembalasan yang harus mereka derita.
Fitnah (cobaan) yang dimaksudkan di sini tentulah karena jumlah mereka yang terlalu sedikit. Hal itu bagi orang yang tidak percaya akan menimbulkan tanda tanya, "Bagaimana pula malaikat yang tidak sampai 20 itu sanggup mengendalikan jutaan bahkan ribuan juta jin dan manusia yang menghuni neraka? Padahal kalau mereka menyadari, sesungguhnya malaikat itu hanyalah sekadar alat belaka (atribut) yang bekerja atas perintah dan kekuasaan Allah. Biar pun hanya dua atau tiga malaikat, akan tetapi kalau Zat Yang Mahakuasa di belakangnya, pasti pekerjaan itu berjalan lancar.
Sebaliknya untuk orang yang telah diturunkan kitab (kaum Yahudi dan Nasrani) keterangan ayat ini seharusnya menambahkan keyakinan mereka akan kebenaran yang diucapkan oleh Nabi Muhammad. Sebab, jumlah yang 19 itu sesuai dengan keterangan yang mereka peroleh dalam kitab-kitab suci mereka (Taurat dan Injil). Allah sekaligus menegaskan bahwa antara kitab-kitab suci yang telah diturunkan-Nya itu tidak mungkin ada pertentangan satu sama lain. Orang beriman pasti akan bertambah yakin dengan keimanannya, sebab mereka melihat bagaimana orang ahli kitab membenarkan dan mengakui ayat Al-Qur'an, karena sesuai isinya dengan Taurat dan Injil.
Dengan demikian, orang-orang beriman dan golongan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) yang bersifat jujur tidak meragukan lagi pengertian kalimat 19 malaikat itu. Mereka (ahli kitab) juga tidak ragu lagi bagaimana hakikat iman seorang muslim, bahkan mereka diharapkan pula dapat menjelaskan hal demikian kepada orang yang masih ragu-ragu, seperti kepada golongan munafik dan lain-lain.
Di sini disebutkan tentang ahli kitab dan munafik, padahal ayatnya diturunkan di Mekah, dan orang ahli Kitab dan munafik baru muncul setelah Rasulullah ﷺ berada di Medinah. Oleh karena itu, ayat ini harus dipandang sebagai berita gaib yang pasti akan terjadi yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad. Menceritakan yang masih gaib atau belum terwujud termasuk salah satu bentuk mukjizat Nabi seperti disebutkan dalam kitab-kitab hadis.
Bagi orang-orang yang tidak percaya kepada kebenaran yang dibawa Nabi ﷺ akan mempertanyakan kembali soal malaikat yang 19 itu. Apa sesungguhnya yang dikehendaki Allah dengan menyebutkan bilangan terlalu sedikit ini, dan kenapa tidak disebutkan 20 saja? Karena kebiasaan yang berlaku menyebut contoh/misal selalu menggunakan bilangan genap, maka perumpamaan Allah ini dipandang ganjil.
Lalu Allah menjelaskan, "Demikianlah Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dari golongan munafik dan musyrik yang selalu mempersoalkan jumlah bilangan malaikat itu. Akan tetapi, Dia pula yang memberikan petunjuk ke jalan yang benar bagi orang yang dikehendaki-Nya sehingga mereka paham dengan maksud ayat ini.
Dari keterangan ini jelaslah bagi kita bahwa perbedaan pendapat di kalangan manusia bahkan antara orang muslim adalah wajar, dan itu merupakan sunatullah. Hanya orang yang mendapat bimbingan akan memperoleh hakikat yang sebenarnya dari masalah yang dipersoalkan.
Allah kembali menegaskan kekuasaan-Nya bahwa hanya Dia yang tahu hakikat malaikat yang diperintahkan untuk mengawasi orang-orang kafir di neraka. Hanya Dia saja yang mengerti bagaimana sesungguhnya malaikat yang bertugas itu. Tidak ada seorang pun manusia yang mengerti hikmah menjadikan jumlah 19 itu. Ada yang menerangkan bahwa ayat ini turun sebagai jawaban dari ucapan Abu Jahal ketika mendengar ayat tentang penjaga neraka 19 orang itu, "Tahukah engkau bahwa Tuhan Muhammad itu cuma 19 malaikat saja penolong-Nya?" Yang jelas 19 malaikat itu dibantu oleh tentara Allah yang lain yang banyaknya tiada yang tahu melainkan Dia saja.
Ayat ini menegaskan bahwa neraka Saqar yang disertai dengan gambaran seperti diturunkan ayat di atas, merupakan peringatan bagi sekalian manusia.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 26
“Akan Aku masukkan dia ke dalam Saqar."
Lalu Allah bertanya kepada Rasul-Nya, guna menguatkan apa yang akan difirmankan Allah selanjutnya,
Ayat 27
“Adakah yang memberitahu engkau apakah Saqar itu?"
Tentu saja sebagai pertanyaan lain yang serupa itu, Allah sendiri yang akan mendatangkan jawabnya, sebab tidak ada lain saluran buat diketahui oleh Nabi Muhammad arti Saqar, melainkan Allah juga yang memberitahukan sebagaimana malaikat pun pernah menjawab ketika Allah bertanya,
“Tidak ada pengetahuan bagi kami, kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami."
Bahwa neraka Saqar itu bila dia telah membakar,
Ayat 28
“Dia tidak meninggalkan."
Artinya mana yang dibakarnya, tidaklah ada yang dibiarkannya tinggal tersisa. Semua habis dibakarnya.
“Dan tidak membiarkan."
Artinya, dan setelah semuanya dimusnahkan tidak ada yang ditinggalkan, mereka pun tidak pula dibiarkan istirahat. Adzab siksaan itu akan diulang kembali, berulang-ulang, tidak ditinggalkan tidak dibiarkan, tidak dibiarkan dan tidak ditinggalkan, tidak pernah terhenti dari siksa. Kata Ibnu Sinan, “Selama kena siksa tidak mati dan tidak pula hidup!"
Ayat 29
“Pembakar hangus kulit manusia."
Berkata Mujahid, “Kulit itu dipanggang sampai hangus, hitam laksana malam." Kata Zaid bin Aslam, “Bahkan seluruh badan."
Ayat 30
“Di atasnya ada sembilan belas."
Yaitu di dalam neraka itu adalah sembilan belas malaikat Zabaniyah yang menjaga neraka itu, supaya adzab siksaan Allah berlaku dengan pasti kepada manusia yang menerima hukumannya.
Tidaklah dipastikan oleh ayat yang lain apakah sembilan belas itu bilangan malaikatnya, atau bilangan macamnya atau bilangan barisannya. Ar-Razi, sebagai ulama tafsir yang gemar sekali menghubungkan tafsir dengan hikmah atau filsafat, menguraikan buah renungan beliau tentang bilangan sembilan belas itu.
Kata beliau, yang menyebabkan rusaknya perjalanan jiwa manusia ialah dari sebab kekuatan haiwaniyah dan thabi'iyah. Lebih dijelaskan lagi yaitu dorongan nafsu kebinatangan dan dorongan nafsu bawaan tabiat. Kekuatan dorongan kebintangan itu lima yang lahir dan lima yang batin, ditambah dengan dua lagi yaitu syahwat dan angkara murka (marah), maka berjumlahlah dia dua belas. Ditambah dengan tujuh kekuatan tabiat, yaitu daya penarik, penahan, penelan, penolak, pemberi makanan, penyubur dan pengembangbiakkan, semuanya jadi tujuh. Dijumlahkan dengan yang dua belas, menjadi sembilan belas.
Ada lagi beliau mengemukakan buah renungan yang lain. Semuanya itu boleh saja diketahui untuk menilik bagaimana perkembangan pikiran ar-Razi sebagai penafsir dan tidak pulalah mesti kita terima.
Ayat 31
“Dan tidaklah Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat."
Ini dijelaskan oleh Allah agar orang yang kafir dapat saja mencemooh seketika mendengar perkabaran yang demikian. Abu Jahal sendiri setelah mendengar bahwa malaikat itu sembilan belas banyaknya, telah berkata sambil mencemooh kepada kawan-kawannya, “Kalian bodoh semua! Muhammad mengatakan penjaga neraka itu hanya sembilan belas orang, padahal kalian begini banyak. Apakah jika sepuluh orang di antara kalian mengeroyok seorang dari penjaga itu? Kalau kalian serentak, semua kita sapu bersih sehingga tidak seorang juga yang tinggal.
Seorang kafir lagi bernama Abui Asyad bin Usaid Jumahi berkata pula, “Yang tujuh belas orang biar aku yang membersihkan, aku sapu semua! Yang berdua lagi kalian persama-samakan sampai mampus!" Abui Asyad berkata begitu, karena dia terkenal seorang yang gagah perkasa dan ditakuti orang selama ini. Maka datanglah wahyu Ilahi mengatakan bahwa penjaga yang sembilan belas itu bukanlah manusia, melainkan malaikat. “Dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka melainkan untuk cobaan bagi orang-orang kafir" sebagaimana yang telah kena pada diri Abu Jahal dan Abui Asyad itu. Dengan sombongnya mereka mengatakan bahwa mereka sanggup menewaskan malaikat-malaikat penjaga neraka itu karena merasa bahwa mereka lebih kuat. “Supaya menambah yakin orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang yang beriman." Sebab orang- orang yang diberi al-Kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani mempunyai juga pokok kepercayaan tentang adanya malaikat dan juga tentang surga dan neraka. Maka keterangan-keterangan yang diwahyukan Ilahi kepada Rasul-Nya itu akan menambah keyakinan mereka bahwa Rasul itu adalah benar. “Dan supaya berkata orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit dan arang-orang yang kafir, Apakah yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?" Maka bagi orang-orang yang hatinya berpenyakit, apa saja perumpamaan yang diperbuat Allah niscaya akan mereka bantah belaka. Sebab bagi mereka membantah itulah yang jadi pokok pendirian hidup, karena merasa diri lebih pintar. “Demikianlah disesatkan Allah barangsiapa yang Dia kehendaki dan diberi-Nya petunjuk barangsiapa yang Dia kehendaki." Kalau petunjuk akan datang, apa saja wahyu yang diturunkan Allah, dengan tidak ragu-ragu lagi mereka menyatakan ketaatan dan tidak banyak persoalan lagi. Tetapi kalau hati telah tertutup, betapa pun jelasnya ayat Allah, namun mereka akan menjauhkan diri jua adanya. “Dan tidaklah ada yang mengetahui tentara Tuhan engkau itu melainkan Dia sendiri."Mungkin Allah memberitahukan bahwa penjaga neraka Saqar itu adalah sembilan belas malaikat. Tetapi Allah tidak memberitahu berapa Zabaniyah penjaga neraka Lazha, neraka Jahannam, neraka Sa'iir dan lain-lain. Allah tidak memberitahukan berapa banyak tentara-Nya. “Dan tidaklah ada dia itu,"—yaitu berita Allah tentang neraka yang bernama dan sembilan belas malaikat jadi penjaganya —
“Melainkan peringatan bagi manusia "
Supaya manusia mematuhi perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang dan berusaha memperbaiki diri, meneguhkan ibadah dan berbuat kebajikan selama hidup di dunia ini.