Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
هَٰذِهِۦ
ini
تَذۡكِرَةٞۖ
peringatan
فَمَن
maka barang siapa
شَآءَ
menghendaki
ٱتَّخَذَ
ia mengambil
إِلَىٰ
kepada
رَبِّهِۦ
Tuhannya
سَبِيلًا
jalan
إِنَّ
sesungguhnya
هَٰذِهِۦ
ini
تَذۡكِرَةٞۖ
peringatan
فَمَن
maka barang siapa
شَآءَ
menghendaki
ٱتَّخَذَ
ia mengambil
إِلَىٰ
kepada
رَبِّهِۦ
Tuhannya
سَبِيلًا
jalan
Terjemahan
Sesungguhnya ini adalah peringatan. Siapa yang berkehendak niscaya mengambil jalan (yang lurus) kepada Tuhannya.
Tafsir
(Sesungguhnya ini) yaitu ayat-ayat yang memperingatkan ini (adalah suatu peringatan) suatu nasihat bagi semua makhluk. (Maka barang siapa yang menghendaki niscaya ia menempuh jalan kepada Rabbnya) menempuh jalan yang menyampaikan kepada-Nya, yaitu melalui iman dan taat kepada-Nya.
Tafsir Surat Al-Muzzammil: 19-20
Sesungguhnya ini adalah suatu peringatan. Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan (yang menyampaikannya) kepada Tuhannya. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an.
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang lain berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang haik, Dan kebaikan apa sajayang kamuperbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (baksan)-JVya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.
Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Sesungguhnya ini. (Al-Muzzammil: 19) Yaitu surat ini. adalah suatu peringatan. (Al-Muzzammil: !9) Ayat ini merupakan peringatan bagi orang-orang yang berakal. Karena itu, disebutkan dalam firman berikutnya: Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan (yang menyampaikannya) kepada Tuhannya. (Al-Muzzammil: 19) Maksudnya, dari mereka yang dikehendaki oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk mendapat hidayah-Nya. Seperti yang dijelaskan di dalam surat lain melalui firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Insan: 30) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam ayat selanjutnya: Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. (Al-Muzzainmil: 20) Yakni adakalanya kurang dari dua pertiga, dan adakalanya kurang dari seperduanya, demikianlah seterusnya tanpa kamu sengaja.
Tetapi memang kamu tidak mampu menunaikan qiyamul lail yang diperintahkan kepadamu dengan sepenuhnya, mengingat pelaksanaannya terasa berat olehmu. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. (Al-Muzzammil: 20) Yaitu adakalanya antara siang dan malam hari sama panjangnya, dan adakalanya malam hari mengambil sebagian waktu siang hari sehingga lebih panjang daripada siang hari. Demikian pula sebaliknya, terkadang siang lebih panjang daripada malam hari karena sebagian waktunya diambil oleh siang hari.
Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu. (Al-Muzzammil: 20) Yakni tidak dapat menentukan batas waktu kefarduan yang diwajibkan oleh Allah kepadamu dalam qiyamul lail. karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an. (Al-Muzzammil: 20) Maksudnya, tanpa batasan waktu. Tetapi kerjakanlah shalat lail menurut kemampuanmu dan yang mudah olehmu untuk dikerjakan. Dalam ayat ini shalat diungkapkan dengan kata-kata bacaan Al-Qur'an, yang berarti salatlah apa yang mudah bagimu untuk dikerjakan tanpa batasan waktu.
Hal yang semakna disebutkan di dalam surat Al-Isra melalui firman-Nya: dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu. (Al-Isra: 110) Yaitu bacaan Al-Qur'an dalam salatmu. dan janganlah pula merendahkannya. (Al-Isra: 110) Murid-murid Imam Abu Hanifah menyimpulkan dari makna ayat ini, yaitu firman Allah subhanahu wa ta’ala: karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an. (Al-Muzzammil: 20) Bahwa tidak wajib menentukan bacaan Al-Fatihah dalam shalat. Bahkan seandainya seseorang membacanya atau membaca surat lainnya, sekalipun hanya satu ayat, itu sudah cukup baginya.
Dan mereka memperkuat pendapatnya dengan dalil hadits yang menceritakan seseorang yang berlaku buruk terhadap salatnya. Hadisnya terdapat di dalam kitab Shahihain, yang antara lain menyebutkan: Kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur'an. Jumhur ulama menyanggah pendapat mereka dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ubadah ibnus Samit, yang juga terdapat di dalam kitab Shahihain, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tidaksah shalat seseorang yang tidak membaca Fatihatul Kitab. Di dalam kitab Shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Setiap shalat yang tidak dibacakan padanya Ummul Al-Qur'an, maka shalat itu cacat, maka shalat itu cacat, maka shalat itu cacat, tidak sempurna.
Di dalam kitab Shahih Muslim disebutkan dari Ibnu Khuzaimah, dari Abu Hurairah secara marfu': Tidak cukup shalat seseorang yang tidak membaca Ummul Al-Qur'an. Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang lain berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah, dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah. (Al-Muzzammil: 20) Yakni Allah mengetahui bahwa di antara umat ini ada orang-orang mempunyai 'uzur dalam meninggalkan qiyamul lail, seperti karena sakit hingga tidak mampu mengerjakannya, juga orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan di muka bumi karena mencari sebagian dari karunia Allah dengan bekerja dan berdagang, dan orang-orang yang lainnya sedang sibuk dengan urusan yang lebih penting bagi mereka, yaitu berjihad di jalan Allah subhanahu wa ta’ala Ayat inidan bahkan surat inisecara keseluruhan adalah Makkiyyah.
dan saat itu peperangan masih belum disyariatkan. Dan hal ini merupakan salah satu dari bukti kenabian yang paling besar, yaitu menyangkut pemberitaan kejadian yang akan datang. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an. (AL-Muzzammil: 20) Artinya, kerjakanlah shalat dengan membaca apa yang mudah dari Al-Qur'an bagimu. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Abu Raja alias Muhammad yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Al-Hasan, "'Wahai Abu Sa'id, bagaimanakah pendapatmu tentang seorang lelaki yang hafal Al-Qur'an di luar kepalanya, lalu ia tidak membacanya dalam shalat malam hari kecuali hanya shalat fardu saja?" Al-Hasan menjawab, "Berarti ia menjadikan Al-Qur'an hanya sebagai bantal tidurnya, semoga Allah melaknat orang yang seperti itu." Al-Hasan melanjutkan, bahwa Allah telah berfirman sehubungan dengan seorang hamba yang saleh: Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya. (Yusuf: 68) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui (nya). (Al-An'am: 91) Aku bertanya, "Wahai Abu Sa'id, Allah telah berfirman: karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an. (Al-Muzzammil: 20) Al-Hasan menjawab, "Benar, sekalipun hanya lima ayat." Ini jelas menggambarkan pendapat Al-Hasan, bahwa dia mempunyai pendapat yang mewajibkan bagi orang yang hafal Al-Qur'an membacanya dalam qiyamullail, sekalipun hanya dengan beberapa ayat darinya.
Karena itulah disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya mengenai seseorang yang tidur sampai pagi hari. Maka beliau ﷺ menjawab: Dia adalah orang yang setan telah mengencingi telinganya. Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud dari hadits ini ialah orang yang meninggalkan shalat fardu karena bangun kesiangan. Menurut pendapat yang lain, karena meninggalkan qiyamul lail, Di dalam kitab sunan disebutkan: Salat witirlah, wahai ahli Al-Qur'an! Di dalam hadits yang lain disebutkan: Barangsiapa yang tidak shalat witir, bukan termasuk golongan kami. Dan yang lebih aneh dari semuanya itu adalah sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Bakar ibnu Abdul Aziz, salah seorang yang bermazhab Hambali, ia mengatakan bahwa qiyam bulam Ramadan hukumnya wajib; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sa'id Farqadul Hadrad, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad alias Muhammad ibnu Yusuf Az-Zubaidi, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Tawus (salah seorang putra Tawus), dari ayahnya, dari Tawus, dari Ibnu Abbas, dari Nabi sehubungan dengan makna firman-Nya: karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an. (Al-Muzzammil: 20) Maka Nabi ﷺ bersabda: Seratus ayat. Hadits ini gharib sekali, kami belum pernah melihatnya selain dalam mu'jam Imam Ath-Thabarani rahimahullah. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. (Al-Muzzammil: 20) Yakni dirikanlah shalat wajib dan tunaikanlah zakat yang fardu.
Dalam ayat ini terkandung dalil bagi orang yang mengatakan bahwa perintah wajib zakat diturunkan di Mekah, tetapi kadar-kadar nisab yang harus dikeluarkan masih belum dijelaskan dengan rinci kecuali hanya di Madinah; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah serta selain mereka yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf telah mengatakan bahwa Sesungguhnya ayat ini telah me-mansukh (merevisi) hukum yang pada mulanya Allah mewajibkan qiyamul lail atas kaum muslim.
Tetapi mereka berbeda pendapat tentang jarak tenggang masa di antara kedua hukum tersebut, ada beberapa pendapat mengenainya di kalangan mereka. Di dalam kitab Shahihain telah disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ menjawab lelaki tersebut melalui sabdanya: Lima kali shalat dalam sehari semalam. Lelaki itu bertanya, "Apakah ada shalat lain yang diwajibkan atas diriku?" Rasulullah ﷺ menjawab: Tidak ada. terkecuali jika kamu hendak shalat sunat. Adapun firman Allah Swt: berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. (Al-Muzzammil: 20) Yaitu dalam bentuk sedekah-sedekah, karena sesungguhnya Allah akan membalasnya dengan balasan yang terbaik dan berlimpah.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. (Al-Baqarah: 245) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. (Al-Muzzammil: 20) Yakni semua sedekah yang kamu keluarkan dari tangan kalian, pahalanya akan kalian peroleh, dan hal ini lebih baik daripada harta yang kamu simpan buat dirimu sendiri di dunia.
Al-Hafidzh Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dari Ibrahim ibnul Haris ibnu Suwaid yang mengatakan bahwa Abdullah pernah berkata bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda, "Siapakah di antara kamu yang hartanya lebih ia cintai daripada harta ahli warisnya?" Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, tiada seorang pun dari kami melainkan hartanya lebih disukainya ketimbang harta ahli warisnya." Rasulullah'ﷺ bersabda, "Jelaskanlah alasan kalian!" Mereka menjawab, "Kami tidak mengetahui selain itu, ya Rasulullah." Rasulullah ﷺ menjawab: Sesungguhnya harta seseorang dari kamu hanyalah apa yang dia gunakan dan harta ahli warisnya adalah yang dia simpan.
Imam Bukhari meriwayatkan hadits ini melalui Hafs ibnu Gayyas, dan Imam An-Nasai meriwayatkannya melalui Abu Mu'awiyah, keduanya dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Selanjutnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Muzzammil: 20) Artinya, perbanyaklah berzikir kepada-Nya dan memohon ampun kepada-Nya dalam semua urusanmu, karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada siapa yang memohon ampun kepada-Nya."
Setelah ancaman disampaikan Al-Qur'an kembali menegaskan bahwa sungguh, ayat-ayat Al-Qur'an ini adalah peringatan sekaligus petunjuk. Barangsiapa menghendaki kebaikan, niscaya dia mengambil jalan yang lurus kepada Tuhannya. 20. Jalan lurus menuju Tuhan mungkin dirasakan berat bagi sementara orang, maka ayat ini memberi petunjuk solusinya. Sesungguhnya Tuhanmu senantiasa mengetahui bahwa engkau, wahai Nabi Muhammad, terkadang berdiri untuk mengerjakan salat kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersamamu yaitu para sahabat yang mengikutimu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu secara pasti dan rinci dalam melaksanakan salat, maka Dia memberi keringanan kepadamu menyangkut apa yang telah ditetapkan-Nya sebelum ini, karena itu bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit sehingga akan sulit melaksanakan salat malam seperti yang diperintahkan, dan ada juga yang berjalan di bumi yaitu bepergian jauh untuk mencari sebagian karunia Allah baik urusan perniagaan atau menuntut ilmu. dan Allah mengetahui juga akan ada yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur'an dan laksanakanlah salat secara baik dan berkesinambungan, tunaikanlah zakat secara sempurna dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik yaitu segala pemberian di jalan Allah di luar kewajiban zakat. Kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh balasan-nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan di samping amalan tersebut maka mohonlah ampunan kepada Allah. sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Allah menegaskan bahwa sesungguhnya hal-hal yang lalu yang mengungkapkan berbagai hal tentang siksaan yang disediakan Allah bagi orang yang mendustakan-Nya, dan bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan diri dari azab-Nya, merupakan pengajaran atau peringatan, khususnya bagi orang yang ingin kembali kepada jalan Tuhannya.
Menempuh jalan kepada Tuhan berarti mengimani-Nya, mengerjakan perbuatan yang bersifat menaati-Nya, serta menundukkan diri kepada-Nya. Itulah upaya seseorang untuk mencapai mardhatillah (keridaan Allah). Itulah jalan hidup yang lurus dan kokoh.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 10
“Dan bersabarlah engkau atas apa yang mereka katakan itu."
Macam-macamlah kata-kata yang dilontarkan oleh kaum musyrikin itu terhadap Nabi ﷺ untuk melepaskan rasa dendam dan benci. Dituduh gila, dituduh tukang sihir, dituduh tukang tenung, dan sebagainya. Maka disuruh Allah-lah Nabi bersabar, jangan naik darah, hendaklah berkepala dingin mendengarkan kata-kata demikian. Karena jika kesabaran hilang, pedoman jalan yang akan ditempuh atau rencana yang tengah diperbuat akan gagal semua tersebab hilang kesabaran. Sabar adalah satu syarat mutlak bagi seorang Nabi atau seorang pemimpin yang ingin berhasil dalam perjuangannya.
“Dan hijrahlah dari mereka dengan hijrah yang indah."
Hijrah yang dimaksud di sini belumlah hijrah negeri, khususnya belum hijrah ke Madinah. Hijrah di sini ialah dengan jalan menjauhi mereka, jangan dirapatkan pergaulan dengan mereka. Jika mereka memaki-maki atau mencela, berkata yang tidak bertanggung jawab, sambutlah dengan sabar dan jangan dibalas dengan sikap kasar pula. Hijrah yang indah ialah membalas sikap mereka yang kasar itu dengan budi yang luhur, dengan akhlak yang tinggi. Tentang keluhuran budi itu telah ada pengakuan Allah atas Rasul-Nya pada ayat 4 dari surah al-Qalam yang telah kita uraikan terlebih dahulu. Lantaran itu bagaimanapun sakitnya telinga mendengarkan caci maki mereka, janganlah Nabi menghadapi mereka, jauhi saja mereka.
Ayat 11
“Dan biarkanlah Aku bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu."
Janganlah engkau menuntut balas sendiri terhadap kekasaran sikap orang-orang yang mendustakan itu. Teruskan saja melakukan dakwah yang ditugaskan Allah ke atas pundakmu. Tentang menghadapi orang-orang seperti itu dan menentukan hukumnya, serahkan sajalah kepada Allah “Yang mempunyai kemewahan." Biasanya mereka berani mendustakan Rasul Allah mentang-mentang mereka kaya, mentang-mentang mereka hidup mewah penuh nikmat sehingga mereka tidak mau mengingat bahwa nikmat yang mereka gelimangi itu mereka terima dari Allah.
“Dan berilah mereka tangguh sejenak."
Artinya, biarkanlah mereka bersenang-senang, bermewah-mewah sebentar waktu. Akan berapalah lamanya dunia ini akan mereka pakai. Kemewahan itu tidak akan lama. Ada- ada saja jalannya bagi Allah untuk mencabut kembali nikmat itu kelak. Karena Allah itu Mahakuasa memutarbalikkan sesuatu. Sejauh-jauh perjalanan hidup, akhirnya akan mati. Segagah-gagah badan waktu muda, kalau umur panjang tentu akan tua. Sesehat-sehat badan, satu waktu akan sakit. Atau harta itu sendiri licin tandas, sebagaimana licin tandasnya kebun yang terbakar karena yang empunyanya bakhil semua, sebagai dijelaskan Allah dalam surah al-Qalam juga.
Ayat 12
“Sesungguhnya di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat."
Yang akan dibelenggukan kepada kaki, tangan dan leher mereka kelak, karena kekafiran dan tidak mau menerima kebenaran itu.
“Dan neraka yang bernyala-nyala."
Ke dalam neraka yang bernyala-nyala itulah mereka akan dihalaukan di kemudian hari sebagai makhluk yang hina karena penuh dengan kesalahan.
Ayat 13
“Dan makanan yang mempunyai sekangan."
Ada semacam makanan dalam neraka yang bernyala-nyala itu nanti bila dimakan dia akan tersekang di kerongkongan, masuk ke dalam perut tidak mau, dikeluarkan kembali pun tidak mau.
“Dan adzab yang pedih."
Artinya ada lagi beberapa siksaan lain yang akan mereka derita. Pada waktu itu, adzab siksaan yang akan mereka terima adalah sepadan dengan kesombongan dan besar kepala mereka di kala kedatangan Nabi.
Ayat 14
“Pada huni, yang akan bergoncang bumi dan gunung-gunung."
Karena Kiamat ketika itu telah datang.
“Dan jadilah gunung-gunung itu tumpukan pasir yang beterbangan."
Meskipun pemuka-pemuka Quraisy yang kena ancaman itu belum mendapati ketika bumi dan gunung-gunung akan bergoncang karena Kiamat, namun nasib mereka yang menantang Nabi tidak jugalah baik. Mana yang tidak tunduk menemui kematian yang sengsara disertai malu keluarga yang tinggal karena kekalahan di Perang Badar. Dan ancaman bahwa Kiamat akan datang adalah hal yang diyakini, sebab alam ini tidaklah kekal.
Kemudian itu datanglah peringatan Allah untuk mendekatkan soal ini ke dalam hati orang-orang yang kafir itu.
Ayat 15
“Sesungguhnya telah Kami utus kepada kamu seorang Rasul."
Peringatan kepada kaum Quraisy itu, bahwa yang datang kepada mereka ini adalah Utusan Allah, Muhammad, dibangkitkan dalam kaum keluarga mereka sendiri, bukan orang lain yang datang dari negeri lain. “Yang akan jadi saksi terhadap kamu." Artinya bahwa Rasul itu akan menjadi saksi di hadapan Allah siapa di antara kamu yang taat, patuh, dan percaya akan panggilan Rasul itu dan siapa pula yang kafir, tidak mau percaya.
“Sebagaimana telah Kami utus kepada Fir'aun seorang rasul."
Dibandingkan oleh Allah kedatangan Muhammad yang sekarang kepada kaumnya, dengan kedatangan Musa kepada Fir'aun.
Ayat 16
“Maka mendurhakalah Fir'aun terhadap rasul itu."
Ditolak, dibantahnya dan dia membanggakan diri kepada Musa, sampai Fir'aun itu mendakwakan bahwa dirinyalah yang Tuhan.
“Maka Kami siksalah dia dengan siksaan yang ngeri."
Kami tenggelamkan Fir'aun itu ke dalam dasar laut dan meninggal dia di sana bersama tentara yang mengikuti dia, dan diselamatkan Allah Musa, rasul Allah bersama rasul Allah Harun dan Bani Israil sampai ke seberang.
Dengan menyebutkan hal ini Allah memberikan peringatan bahwa kalau Fir'aun, Raja Besar bisa remuk redam kena adzab siksaan yang ngeri karena menentang Allah, niscaya mereka itu, kaum Quraisy yang masih kufur kalau masih tidak juga berubah mudah saja bagi Allah menghukumnya.
Ayat 17
“Maka berapakah kamu akan dapat memelihara diri jika kamu kafir."
Ke mana kamu akan lari? Sedangkan Fir'aun dengan tentaranya yang besar tidak dapat memelihara dirinya dari adzab Allah Ta'aala jika adzab itu datang menimpa?
“Pada hari yang menyebabkan anak-anak pun akan tumbuh uban."
Ngeri sangat hari itu kelak. Saking ngerinya, anak kecil yang belum dewasa pun bisa tumbuh uban dibuatnya. Inilah satu ungkapan melukiskan kengerian yang amat dahsyat. Sedangkan seorang yang muda belia, belum patut tumbuh uban, jika diberi tanggung jawab yang berat, bisa segera tumbuh uban, karena berpikir.
Orang bertanya kepada Abdulmalik bin Marwan yang menjadi Khalifah pada usia masih muda, padahal belum cukup tiga tahun memerintah, kepalanya sudah beruban. Lalu ada orang bertanya, “Mengapa selekas ini tumbuh uban, ya Amirul Mu'minin?" Beliau menjawab, “Naik ke atas mimbar berkhutbah tiap hari Jum'at itu menyebabkan kepalaku penuh uban."
Di zaman terdekat ini kita lihat almarhum Presiden Mesir, Jamal Abdel Nasser, lekas tumbuh uban setelah memerintah. Demikian juga Presiden Soeharto di Indonesia. Semuanya itu adalah tekanan dan tanggung jawab. Maka kalau ayat membuat perumpamaan bahwa anak kecil pun bisa tumbuh uban di hari itu, dapatlah kita kira-kirakan sendiri betapa hebatnya, sehingga tidaklah ada orang yang akan dapat berlepas diri dari kehebatan hari itu.
Ayat 18
“Langit pun jadi pecah-belah di had itu."
Dapatlah kita pahamkan dengan langit pecah-belah itu bahwa bintang-bintang tidak berjalan menurut ukuran insijam (harmonis) nya lagi. Daya tarik yang ada di antara satu bintang dengan bintang yang lain telah diputuskan, matahari telah terlepas hubungan dengan sekalian bintang yang jadi satelitnya.
“Adalah janji Allah pasti bedaku."
Artinya bahwa semuanya itu pasti terjadi, jangan dipandang enteng Kalam Allah ini.
Ayat 19
“Ini adalah suatu peringatan."
Yang datang dari Allah sendiri dan Rasul Allah adalah menyampaikan berita ini dengan jujur.
“Maka barangsiapa yang mau, niscaya ditempuhnyalah jalan kepada Tuhannya."
Sebab di ayat 17 di atas sudah dijelaskan bahwa tidak seorang pun yang akan dapat berlepas diri atau memelihara diri, atau mengelak dari datangnya hari itu, sebagaimana juga maut, tidak seorang pun yang dapat mengelakkan diri dari cengkeramannya.