Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱصۡبِرۡ
dan bersabarlah
عَلَىٰ
atas
مَا
apa
يَقُولُونَ
mereka katakan
وَٱهۡجُرۡهُمۡ
dan pindahlah/jauhilah mereka
هَجۡرٗا
pindah
جَمِيلٗا
yang baik
وَٱصۡبِرۡ
dan bersabarlah
عَلَىٰ
atas
مَا
apa
يَقُولُونَ
mereka katakan
وَٱهۡجُرۡهُمۡ
dan pindahlah/jauhilah mereka
هَجۡرٗا
pindah
جَمِيلٗا
yang baik
Terjemahan
Bersabarlah (Nabi Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.
Tafsir
(Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan) bersabarlah kamu di dalam menghadapi gangguan orang-orang kafir Mekah (dan jauhilah mereka dengan cara yang baik) tanpa keluh-kesah; ayat ini diturunkan sebelum ada perintah memerangi mereka.
Tafsir Surat Al-Muzzammil: 10-18
Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar. Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala. Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih. Pada hari bumi dan gunung-gunung berguncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir beterbangan.
Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (wahai orang kafir Mekah) seorang rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang rasul kepada Firaun. Maka Firaun mendurhakai rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat. Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban. Langit (pun) menjadi pecah belah pada hari itu karena Allah. Adalah janji-Nya itu pasti terlaksana.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk bersabar terhadap ucapan orang-orang yang mendustakannya dari kalangan orang-orang yang kurang akalnya dari kaumnya, dan hendaklah dia menjauhi mereka dengan cara yang baik, yaitu dengan cara yang tidak tercela. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya yang isinya mengandung ancaman terhadap orang-orang kafir dari kalangan kaumnya, dan Dia adalah Tuhan Yang Mahabesar, tiada sesuatu pun yang dapat bertahan terhadap murka-Nya: Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan. (Al-Muzzammil: 11) Yakni biarkanlah Aku saja yang akan bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, padahal mereka adalah orang-orang yang hidup mewah dan mempunyai harta yang banyak.
Seharusnya mereka lebih taat ketimbang orang lain, mengingat mereka mempunyai semua sarananya dan dapat menunaikan hak-hak yang tidak dimiliki oleh selain mereka. dan beri tangguhlah mereka barang sebentar. (Al-Muzzammil: 11) Yakni barang sedikit waktu. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24) Karena itulah disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: Karena Sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat. (Al-Muzzammil: 12) Yang dimaksud dengan ankalan ialah belenggu-belenggu, menurut Ibnu Abbas, Ikrimah,Tawus, Muhammad ibnu Ka'b, Abdullah ibnu Buraidah, Abu Imran Al-Juni, Abu Mijiaz, Adh-Dhahhak, Hammad ibnu Abu Sulaiman, Qatadah, As-Suddi, Ibnul Mubarak, dan Ats-Tsauri serta selain mereka.
dan neraka yang bernyala-nyala. (Al-Muzzammil: 12) Yaitu yang apinya menyala-nyala dengan hebatnya. dan makanan yang menyumbat di tenggorokan. (Al-Muzzammil: 13) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah makanan yang tertahan di tenggorokan, tidak dapat masuk, dan tidak dapat pula keluar. dan azab yang pedih. Pada hari bumi dan gunung-gunung berguncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan. (Al-Muzzammil: 13-14) Bumi dan gunung-gunung mengalami gempa yang amat dahsyat sehingga jadilah gunung-gunung itu seperti tumpukan-tumpukan pasir, yang sebelumnya berupa batu-batu besar.
Setelah itu gunung-gunung itu diledakkan dengan ledakan yang sedahsyat-dahsyatnya, sehingga tiada sesuatu pun darinya melainkan lenyap. Lalu bumi menjadi datar sama sekali, tidak ada sedikit pun padanya tempat yang tinggi dan tidak pula tempat yang rendah; semuanya rata, tiada bukit dan tiada lembah. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ditujukan kepada kaum kafir Quraisy, tetapi makna yang dimaksud terhadap seluruh manusia: Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (wahai orang kafir Mekah) seorang rasul, yang menjadi saksi terhadapmu. (Al-Muzzammil: 15) Yakni terhadap amal perbuatanmu.
sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang rasul kepada Firaun. Maka Firaun mendurhakai rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat. (Al-Muzzammil: 15-16) Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, As-Suddi, dan Ats-Tsauri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dengan siksaan yang berat. (Al-Muzzammil: 16) Maksudnya, siksaan yang keras. Maka hati-hatilah kamu, jangan mendustakan rasul ini yang akibatnya kamu akan ditimpa azab seperti azab yang menimpa Fir'aun, yang telah disiksa oleh Allah dengan siksaan dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman: Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (An-Nazi'at:25) Dan kalian lebih utama untuk mendapat kebinasaan dan kehancuran bila mendustakan rasul kalian, karena rasul kalian adalah rasul yang paling mulia dan lebih besar daripada Musa ibnu Imran. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Mujahid. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban. (Al-Muzzammil: 17) Dapat ditakwilkan bahwa lafal yauman merupakan ma'mul dari lafal tattaqima, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari qiraat Ibnu Mas'ud, yang artinya "maka bagimanakah kamu takut, wahai manusia, akan dapat memelihara dirimu jika tetap kafir kepada Allah dan mendustakan-Nya dalam menghadapi hari yang dapat menjadikan anak-anak beruban?" Dapat pula ditakwilkan sebagai ma'mul dari lafal kafartum.
Atas dasar makna yang pertama, arti ayat ialah "maka bagaimanakah kamu akan mendapat keamanan dari hari yang kegemparannya sangat dahsyat itu jika kamu tetap kafir?". Dan menurut makna yang kedua, artinya "maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir dan ingkar kepada hari kiamat?". Keduanya baik, tetapi yang lebih utama adalah pendapat yang pertama; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Maka firman Allah subhanahu wa ta’ala: kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban. (Al-Muzzammil: 17) Yakni karena kegemparan, keguncangan, dan huru-hara yang terjadi di hari itu sangat dahsyat. Yang demikian itu terjadi di saat Allah berfirman kepada Nabi Adam, "Kirimkanlah orang-orang yang akan dimasukkan ke dalam neraka !" Adam bertanya, "Berapakah jumlahnya?" Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Dari tiap seribu orang sebanyak sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang dimasukkan ke dalam neraka, sedangkan yang seorang ke dalam surga.
Imam Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ay'yub Al-Allaf, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Nafi' ibnu Yazid. telah menceritakan kepada kami Usman ibnu ‘Atha’ Al-Khurrasani, dari ayahnya, dari Ikrimah, dari ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya: Kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban. (Al-Muzzammil: 17) Lalu beliau ﷺ bersabda: Demikian itn terjadi di hari kiamat, yaitu hari yang padanya Allah berfirman kepada Adam, "Bangkitlah dan kirimkanlah dari keturunanmu orang-orang yang akan dimasukkan ke dalam neraka !" Adam bertanya, "Dari berapakah jumlah mereka, Ya Tuhanku?" Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Dari seliap seribu orang sebanyak sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang, sedangkan yang seorangnya selamat." Maka hal itu terasa berat di kalangan kaum muslim, dan Rasulullah ﷺ dapat membaca mereka, lalu beliau ﷺ melanjutkan sabdanya pada saat melihat rasa keberatan ini di wajah mereka: Sesungguhnya keturunan Adam itu banyak sekali, dan sesungguhnya Ya-juj dan Ma-juj termasuk keturunan Adam, dan sesungguhnya tidaklah mati seseorang dari mereka sebelum menebarkan dari sulbinya seribu orang anak.
Maka kiriman ke neraka itu adalah mereka dan orang-orang yang serupa dengan mereka, sedangkan surga untuk kalian. Hadits ini gharib, dan telah disebutkan keterangan mengenai hadits-hadits ini dalam permulaan tafsir surat Al-Hajj. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Langit (pun) menjadi pecah belah pada hari itu karena Allah. (Al-Muzzammil: 18) Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa hal itu terjadi karena kedahsyatan dan kegemparan yang terjadi pada hari kiamat. Di antara ulama tafsir adapula yang merujukkan damir kepada Allah, yakni karena perintah-Nya.
Pendapat ini diriwayatkan dari Mujahid dan Ibnu Abbas, tetapi diniiai kurang kuat. mengingat dalam konteks yang sebelumnya tidak disebut-sebut nama Allah. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Adalah janji-Nya itu pasti terlaksana. (Al-Muzzammil: 18) Artinya, janji Allah yang menyatakan akan terjadinya hari kiamat itu pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan lagi."
Di samping berusaha sungguh-sungguh dan berserah diri kepada Allah, modal sukses dalam menyampaikan dakwah adalah sabar. Inilah yang ditegaskan dalam ayat ini. Dan bersabarlah wahai Nabi Muhammad terhadap apa saja yang mereka katakan yang menyakitimu dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik sehingga mereka tidak merasa bahwa engkau memusuhi mereka dan menaruh dendam terhadap mereka. 11-13. Setelah segala cara ditempuh untuk mengajak kaum musyrik beriman, ternyata mereka tetap musyrik, maka tidak perlu berkecil hati, karena Allah yang akan membalas mereka. Dan biarkanlah Aku yang bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan, yang memiliki segala kenikmatan hidup, dan berilah mereka penangguhan sebentar saja, karena sungguh, di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat yang akan mengikat mereka dan api neraka yang menyala-nyala, dan mereka juga diberi makanan tetapi ada makanan yang apabila dimakan akan menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya sabar dan menahan diri menghadapi orang-orang musyrik yang melontarkan kata-kata yang tidak senonoh terhadap dirinya dan Tuhannya, karena kesabaran membawa kepada tercapainya cita-cita. Allah juga memerintahkan supaya Muhammad ﷺ memutuskan pergaulan dengan orang-orang yang seperti itu dengan bijaksana tanpa melontarkan cercaan terhadap mereka. Dalam ayat lain, Allah berfirman:
Apabila engkau (Muhammad) melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka hingga mereka beralih ke pembicaraan lain. (al-An'am/6: 68)
Dan firman-Nya:
Maka tinggalkanlah (Muhammad) orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan dia hanya menginginkan kehidupan dunia. (an-Najm/53: 29)
Allah juga berfirman:
Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya. (an-Nisa'/4: 63)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 10
“Dan bersabarlah engkau atas apa yang mereka katakan itu."
Macam-macamlah kata-kata yang dilontarkan oleh kaum musyrikin itu terhadap Nabi ﷺ untuk melepaskan rasa dendam dan benci. Dituduh gila, dituduh tukang sihir, dituduh tukang tenung, dan sebagainya. Maka disuruh Allah-lah Nabi bersabar, jangan naik darah, hendaklah berkepala dingin mendengarkan kata-kata demikian. Karena jika kesabaran hilang, pedoman jalan yang akan ditempuh atau rencana yang tengah diperbuat akan gagal semua tersebab hilang kesabaran. Sabar adalah satu syarat mutlak bagi seorang Nabi atau seorang pemimpin yang ingin berhasil dalam perjuangannya.
“Dan hijrahlah dari mereka dengan hijrah yang indah."
Hijrah yang dimaksud di sini belumlah hijrah negeri, khususnya belum hijrah ke Madinah. Hijrah di sini ialah dengan jalan menjauhi mereka, jangan dirapatkan pergaulan dengan mereka. Jika mereka memaki-maki atau mencela, berkata yang tidak bertanggung jawab, sambutlah dengan sabar dan jangan dibalas dengan sikap kasar pula. Hijrah yang indah ialah membalas sikap mereka yang kasar itu dengan budi yang luhur, dengan akhlak yang tinggi. Tentang keluhuran budi itu telah ada pengakuan Allah atas Rasul-Nya pada ayat 4 dari surah al-Qalam yang telah kita uraikan terlebih dahulu. Lantaran itu bagaimanapun sakitnya telinga mendengarkan caci maki mereka, janganlah Nabi menghadapi mereka, jauhi saja mereka.
Ayat 11
“Dan biarkanlah Aku bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu."
Janganlah engkau menuntut balas sendiri terhadap kekasaran sikap orang-orang yang mendustakan itu. Teruskan saja melakukan dakwah yang ditugaskan Allah ke atas pundakmu. Tentang menghadapi orang-orang seperti itu dan menentukan hukumnya, serahkan sajalah kepada Allah “Yang mempunyai kemewahan." Biasanya mereka berani mendustakan Rasul Allah mentang-mentang mereka kaya, mentang-mentang mereka hidup mewah penuh nikmat sehingga mereka tidak mau mengingat bahwa nikmat yang mereka gelimangi itu mereka terima dari Allah.
“Dan berilah mereka tangguh sejenak."
Artinya, biarkanlah mereka bersenang-senang, bermewah-mewah sebentar waktu. Akan berapalah lamanya dunia ini akan mereka pakai. Kemewahan itu tidak akan lama. Ada- ada saja jalannya bagi Allah untuk mencabut kembali nikmat itu kelak. Karena Allah itu Mahakuasa memutarbalikkan sesuatu. Sejauh-jauh perjalanan hidup, akhirnya akan mati. Segagah-gagah badan waktu muda, kalau umur panjang tentu akan tua. Sesehat-sehat badan, satu waktu akan sakit. Atau harta itu sendiri licin tandas, sebagaimana licin tandasnya kebun yang terbakar karena yang empunyanya bakhil semua, sebagai dijelaskan Allah dalam surah al-Qalam juga.
Ayat 12
“Sesungguhnya di sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat."
Yang akan dibelenggukan kepada kaki, tangan dan leher mereka kelak, karena kekafiran dan tidak mau menerima kebenaran itu.
“Dan neraka yang bernyala-nyala."
Ke dalam neraka yang bernyala-nyala itulah mereka akan dihalaukan di kemudian hari sebagai makhluk yang hina karena penuh dengan kesalahan.
Ayat 13
“Dan makanan yang mempunyai sekangan."
Ada semacam makanan dalam neraka yang bernyala-nyala itu nanti bila dimakan dia akan tersekang di kerongkongan, masuk ke dalam perut tidak mau, dikeluarkan kembali pun tidak mau.
“Dan adzab yang pedih."
Artinya ada lagi beberapa siksaan lain yang akan mereka derita. Pada waktu itu, adzab siksaan yang akan mereka terima adalah sepadan dengan kesombongan dan besar kepala mereka di kala kedatangan Nabi.
Ayat 14
“Pada huni, yang akan bergoncang bumi dan gunung-gunung."
Karena Kiamat ketika itu telah datang.
“Dan jadilah gunung-gunung itu tumpukan pasir yang beterbangan."
Meskipun pemuka-pemuka Quraisy yang kena ancaman itu belum mendapati ketika bumi dan gunung-gunung akan bergoncang karena Kiamat, namun nasib mereka yang menantang Nabi tidak jugalah baik. Mana yang tidak tunduk menemui kematian yang sengsara disertai malu keluarga yang tinggal karena kekalahan di Perang Badar. Dan ancaman bahwa Kiamat akan datang adalah hal yang diyakini, sebab alam ini tidaklah kekal.
Kemudian itu datanglah peringatan Allah untuk mendekatkan soal ini ke dalam hati orang-orang yang kafir itu.
Ayat 15
“Sesungguhnya telah Kami utus kepada kamu seorang Rasul."
Peringatan kepada kaum Quraisy itu, bahwa yang datang kepada mereka ini adalah Utusan Allah, Muhammad, dibangkitkan dalam kaum keluarga mereka sendiri, bukan orang lain yang datang dari negeri lain. “Yang akan jadi saksi terhadap kamu." Artinya bahwa Rasul itu akan menjadi saksi di hadapan Allah siapa di antara kamu yang taat, patuh, dan percaya akan panggilan Rasul itu dan siapa pula yang kafir, tidak mau percaya.
“Sebagaimana telah Kami utus kepada Fir'aun seorang rasul."
Dibandingkan oleh Allah kedatangan Muhammad yang sekarang kepada kaumnya, dengan kedatangan Musa kepada Fir'aun.
Ayat 16
“Maka mendurhakalah Fir'aun terhadap rasul itu."
Ditolak, dibantahnya dan dia membanggakan diri kepada Musa, sampai Fir'aun itu mendakwakan bahwa dirinyalah yang Tuhan.
“Maka Kami siksalah dia dengan siksaan yang ngeri."
Kami tenggelamkan Fir'aun itu ke dalam dasar laut dan meninggal dia di sana bersama tentara yang mengikuti dia, dan diselamatkan Allah Musa, rasul Allah bersama rasul Allah Harun dan Bani Israil sampai ke seberang.
Dengan menyebutkan hal ini Allah memberikan peringatan bahwa kalau Fir'aun, Raja Besar bisa remuk redam kena adzab siksaan yang ngeri karena menentang Allah, niscaya mereka itu, kaum Quraisy yang masih kufur kalau masih tidak juga berubah mudah saja bagi Allah menghukumnya.
Ayat 17
“Maka berapakah kamu akan dapat memelihara diri jika kamu kafir."
Ke mana kamu akan lari? Sedangkan Fir'aun dengan tentaranya yang besar tidak dapat memelihara dirinya dari adzab Allah Ta'aala jika adzab itu datang menimpa?
“Pada hari yang menyebabkan anak-anak pun akan tumbuh uban."
Ngeri sangat hari itu kelak. Saking ngerinya, anak kecil yang belum dewasa pun bisa tumbuh uban dibuatnya. Inilah satu ungkapan melukiskan kengerian yang amat dahsyat. Sedangkan seorang yang muda belia, belum patut tumbuh uban, jika diberi tanggung jawab yang berat, bisa segera tumbuh uban, karena berpikir.
Orang bertanya kepada Abdulmalik bin Marwan yang menjadi Khalifah pada usia masih muda, padahal belum cukup tiga tahun memerintah, kepalanya sudah beruban. Lalu ada orang bertanya, “Mengapa selekas ini tumbuh uban, ya Amirul Mu'minin?" Beliau menjawab, “Naik ke atas mimbar berkhutbah tiap hari Jum'at itu menyebabkan kepalaku penuh uban."
Di zaman terdekat ini kita lihat almarhum Presiden Mesir, Jamal Abdel Nasser, lekas tumbuh uban setelah memerintah. Demikian juga Presiden Soeharto di Indonesia. Semuanya itu adalah tekanan dan tanggung jawab. Maka kalau ayat membuat perumpamaan bahwa anak kecil pun bisa tumbuh uban di hari itu, dapatlah kita kira-kirakan sendiri betapa hebatnya, sehingga tidaklah ada orang yang akan dapat berlepas diri dari kehebatan hari itu.
Ayat 18
“Langit pun jadi pecah-belah di had itu."
Dapatlah kita pahamkan dengan langit pecah-belah itu bahwa bintang-bintang tidak berjalan menurut ukuran insijam (harmonis) nya lagi. Daya tarik yang ada di antara satu bintang dengan bintang yang lain telah diputuskan, matahari telah terlepas hubungan dengan sekalian bintang yang jadi satelitnya.
“Adalah janji Allah pasti bedaku."
Artinya bahwa semuanya itu pasti terjadi, jangan dipandang enteng Kalam Allah ini.
Ayat 19
“Ini adalah suatu peringatan."
Yang datang dari Allah sendiri dan Rasul Allah adalah menyampaikan berita ini dengan jujur.
“Maka barangsiapa yang mau, niscaya ditempuhnyalah jalan kepada Tuhannya."
Sebab di ayat 17 di atas sudah dijelaskan bahwa tidak seorang pun yang akan dapat berlepas diri atau memelihara diri, atau mengelak dari datangnya hari itu, sebagaimana juga maut, tidak seorang pun yang dapat mengelakkan diri dari cengkeramannya.