Ayat
Terjemahan Per Kata
إِلَّا
kecuali
مَنِ
siapa/orang
ٱرۡتَضَىٰ
Dia meridhai
مِن
dari
رَّسُولٖ
rasul
فَإِنَّهُۥ
maka sesungguhnya Dia
يَسۡلُكُ
menjalankan/mengadakan
مِنۢ
dari
بَيۡنِ
antara
يَدَيۡهِ
kedua tangannya/hadapannya
وَمِنۡ
dan dari
خَلۡفِهِۦ
belakangnya
رَصَدٗا
pengintai/penjaga
إِلَّا
kecuali
مَنِ
siapa/orang
ٱرۡتَضَىٰ
Dia meridhai
مِن
dari
رَّسُولٖ
rasul
فَإِنَّهُۥ
maka sesungguhnya Dia
يَسۡلُكُ
menjalankan/mengadakan
مِنۢ
dari
بَيۡنِ
antara
يَدَيۡهِ
kedua tangannya/hadapannya
وَمِنۡ
dan dari
خَلۡفِهِۦ
belakangnya
رَصَدٗا
pengintai/penjaga
Terjemahan
kecuali kepada rasul yang diridai-Nya. Sesungguhnya Dia menempatkan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya.
Tafsir
(Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia) di samping Dia memperhatikan hal yang gaib kepada Rasul-Nya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya sebagai mukjizat bagi rasul itu (mengadakan) menjadikan dan memberlakukan (di muka) rasul itu (dan di belakangnya penjaga-penjaga) yang terdiri dari malaikat-malaikat untuk menjaganya, hingga rasul itu dapat menyampaikan hal tersebut, di antara sejumlah wahyu-wahyu-Nya kepada manusia.
Tafsir Surat Al-Jinn: 25-28
Katakanlah, "Aku tidak mengetahui, apakah azab yang diancamkan kepadamu itu dekat ataukah Tuhanku menjadikan bagi (kedatangan) azab itu masa yang panjang? (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedangkan (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu per satu.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk mengatakan kepada manusia bahwa sesungguhnya tiada pengetahuan baginya tentang waktu hari kiamat, tiada seorang pun yang mengetahui apakah kiamat itu sudah dekat waktunya ataukah masih jauh. Katakanlah, "Aku tidak mengetahui, apakah azab yang diancamkan kepadamu itu dekat ataukah Tuhanku menjadikan bagi (kedatangan)nya masa yang panjang." (Al-Jin: 25) Yaitu masa yang masih panjang. Di dalam ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa hadits yang banyak beredar di kalangan orang-orang bodoh yaitu yang menyebutkan bahwa Nabi ﷺ tidak dikebumikan di bawah tanah merupakan hadits yang dusta, tidak ada asalnya, dan tidak kami lihat pada sesuatu pun dari kitab-kitab hadits yang menyebutnya.
Bahkan beliau pernah ditanya tentang saat hari kiamat, maka beliau tidak menjawab. Dan ketika Jibril menampakkan diri kepadanya dalam rupa seorang Badui, lalu di antara pertanyaan yang diajukannya menyebutkan, "Ceritakanlah kepadaku, wahai Muhammad, tentang hari kiamat." Maka Nabi ﷺ menjawab: Tidaklah orang yang ditanya mengenainya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya. Dan ketika ada seorang Badui bertanya kepadanya dengan suara yang lantang, "Wahai Muhammad, bilakah kiamat terjadi?" Maka Nabi ﷺ menjawab: ". Celakalah kamu, lalu apakah yang telah engkau persiapkan untuknya, sesungguhnya ia (hari kiamat) pasti akan terjadi. Lalu lelaki Badui itu menjawab, "Adapun mengenai diriku, sesungguhnya aku belum dapat mempersiapkan untuk menyambutnya dengan banyak shalat, tidak pula dengan banyak puasa, tetapi aku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Maka engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.
Anas mengatakan bahwa maka kaum muslim amat gembira dengan hadits ini, tiada sesuatu pun yang lebih menggembirakan mereka selain hadits ini. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mada, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Jubair, telah menceritakan kepadaku Abu Bakar ibnu Abu Maryam, dari ‘Atha’ ibnu Abu Rabah, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a,, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Wahai manusia, jika kamu berakal, buatlah persiapan unluk dirimu dalam menghadapi kematian.
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya apa yang diancamkan kepadamu benar-benar pasti terjadi (yakni hari kiamat). Abu Dawud di dalam akhir Kitabul Malahim mengatakan: telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Sahl, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Mu'awiyah ibnuSaleh, dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari ayahnya, dari Abu Sa'labah Al-Khusyani yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tiada yang menghalangi Allah untnk menghisab umat ini selama setengah hari.
Abu Dawud meriwayatkannya secara munfarid. Kemudian Abu Dawud mengatakan: ". telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Usman, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepadaku Safwan, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Sa' id ibnu Abu Waqqas, dari Nabi ﷺ bahwa beliau ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya aku benar-benar berharap semoga tiada yang menghalangi umat ini di hadapan Tuhan mereka, jangan sampai Dia menangguhkan (hisab) mereka (lebih) dari setengah hari. Lalu ditanyakan kepada Sa'd, "Berapa lamakah setengah hari di sisi Tuhan?" Sa'd menjawab, "Lima ratus tahun." Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud secara munfarid.' Firman Allah subhanahu wa ta’ala: (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu, kecuali kepada rasul yang diridai-Nya. (Al-Jin: 26-27) Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 255) Demikian pula disebutkan dalam surat ini bahwa sesungguhnya Dia mengetahui semua yang gaib dan yang nyata, dan sesungguhnya Dia tidak memperlihatkan sesuatu pun dari ilmu-Nya kepada seseorang dari makhluk-Nya kecuali sebatas apa yang diperlihatkan oleh Dia kepadanya.
Karena itu, maka disebutkan dalam firman-Nya: (Dia adalah Tuhan) Yang Mengelahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu, kecuali kepada rasul yang diridai-Nya. (Al-Jin: 26-27) Hal ini mencakup utusan dari kalangan manusia dan malaikat. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan: maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (Al-Jin: 27) Yakni Allah memberikan kekhususan kepadanya dengan kawalan para malaikat yang menjaganya atas perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala Para malaikat itu mengawal dia berikut wahyu Allah yang ada padanya. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedangkan (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu per satu. (Al-Jin: 28) Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan damir yang terdapat di dalam firman-Nya, "Liya 'lama, yakni kepada siapa merujuk? Menurut suatu pendapat, damir ini kembali kepada Nabi ﷺ Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Ya'qub Al-Qummi, dari Ja'far, dari Sa' id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya: (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu, kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (Al-Jin: 26-27) Yakni empat malaikat penjaga yang menemani malaikat Jibril.
Supaya dia (rasul) mengetahui. (Al-Jin: 28) Artinya, supaya Muhammad mengetahui. bahwa sesungguhnya utusan-utusan itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedangkan (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu per satu. (Al-Jin: 28) Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal ini melalui hadits Ya'qub Al-Qummi dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Adh-Dhahhak, As-Suddi, dan Yazid ibnu Abu Habib. Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Supaya dia mengetahui bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya. (Al-Jin: 28) Bahwa supaya Muhammad Nabi Allah mengetahui bahwa utusan-utusan itu telah menyampaikan risalah Allah kepadanya dan bahwa para malaikat telah menjaga dan membelanya.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir. Pendapat yang lainnya mengatakan hal yang lain, seperti yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman Allah Swt: Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (Al-Jin: 27) Yakni para malaikat yang mengawal dan memelihara Nabi ﷺ dari gangguan setan, sehingga orang-orang yang Nabi ﷺ diutus kepada mereka jelas atas duduk perkaranya. Demikian itu di saat Rasul ﷺ berkata agar orang-orang musyrik mengetahui bahwa para utusan malaikat itu telah menyampaikan kepadanya risalah-risalah Tuhan mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abu Najih, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Supaya dia mengetahui bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya. (Al-Jin: 28) Mujahid mengatakan bahwa makna ayat ialah supaya orang yang mendustakan rasul-rasul mengetahui bahwa para malaikat itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya.
Akan tetapi, pendapat ini masih perlu diteliti kebenarannya. Al-Bagawi mengatakan bahwa Ya'qub membaca firman-Nya, "Liya 'lama, menjadi liyu'lima dengan memakai dhammah, artinya supaya dipermaklumatkan kepada manusia bahwa rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya. Dapat pula ditakwilkan bahwa damir yang ada pada lafal liya 'lama kembali (merujuk) kepada Allah subhanahu wa ta’ala Ini menurut suatu pendapat yang diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi di dalam kitab Zadul Masir. Dengan demikian, makna ayat ialah bahwa Allah memelihara rasul-rasul-Nya dengan pengawalan para malaikat yang menjaganya agar mereka dapat menunaikan risalah-risalah-Nya, juga memelihara wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada mereka.
Supaya Dia mengetahui (dengan pengetahuan yang nyata) bahwa mereka telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya. Dan ini berarti semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikut Rasul dan siapa yang membelot. (Al-Baqarah: 143) Dan semakna dengan firman-Nya: Dan supaya Allah benar-benar mengetahui (dengan nyata) orang-orang yang beriman, dan supaya Dia benar-benar mengetahui (dengan nyata) orang-orang yang munafik. (Al-'Ankabut: 11) Dan masih banyak ayat lainnya yang menunjukkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui segala sesuatu sebelum kejadiaiinya dan ini merupakan suatu kepastian. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: sedangkan (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu per satu. (Al-Jin: 28)"
Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya yaitu dari golongan malaikat maupun manusia. Apabila Allah hendak memperlihatkan yang gaib kepada rasul-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga malaikat di depan dan di belakangnya. 28. Tujuan Allah melakukan penjagaan itu agar Dia mengetahui bahwa rasul-rasul itu sungguh telah menyampaikan risalah Tuhannya, sedang sebenarnya dengan ilmu dan Kuasa-Nya meliputi secara rinci apa yang ada pada diri mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu dan tidak satu pun yang luput dari pengetahuan-Nya.
Selanjutnya Allah mengungkapkan bahwa para rasul yang memperoleh keridaan-Nya sehingga dapat menyaksikan alam gaib, dijaga oleh malaikat Hafadhah dengan penjagaan yang sangat ketat. Dengan penjagaan itu, godaan setan, jin, dan para pengacau lainnya tidak sampai kepada mereka, sehingga para rasul itu dapat menyampaikan wahyu-wahyu Allah menurut aslinya. Mereka juga dijaga dari rongrongan setan-setan manusia sehingga mereka selamat dari bahaya dan kemudaratan manusia.
Adh-ahhak berkata, "Allah tidak mengutus seorang rasul kecuali baginya telah disiapkan pengawal-pengawal dari malaikat untuk menjaganya dari setan-setan yang datang dalam bentuk rupa malaikat. Bila setan-setan itu datang, maka pengawalnya mengingatkannya agar hati-hati karena yang datang itu setan, dan bila yang menemui rasul itu malaikat, maka pengawal berkata, "Ini adalah utusan Tuhanmu."
Pengawal-pengawal itu adalah malaikat yang bertugas menjaga kekuatan lahir dan batin para rasul dan untuk memelihara mereka dari bisikan-bisikan setan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Sampai kepada ayat 20 boleh dikatakan bahwa kisah tentang jin-jin yang mendengar Al-Qur'an lalu beriman kepada Rasul dan cerita tentang percakapan mereka telah selesai. Yang jadi hikmah tertinggi dari turunnya surah al-Jinn ini ialah untuk membuktikan kepada kaum Quraisy yang masih musyrik itu bahwa meskipun mereka tidak mau menerima seruan dan dakwah Nabi, namun bangsa jin yang halus itu ada yang baru sekali mereka dengar, mereka pun terus beriman dan terus pula mengajak kawannya yang lain supaya turut beriman. Maka banyaklah kata hikmah terungkap dalam pengislaman makhluk yang halus itu.
Tampak pula dalam rentetan ayat ini bahwa tidaklah semua diketahui oleh Nabi bahwa ada makhluk halus yang beriman kepadanya. Setelah Allah memberitahu dengan perantaraan wahyu barulah Nabi mengetahuinya. Dan dapatlah pula diketahui bahwasanya perjuangan bangsa jin menegakkan kebenaran atau hendak menuju jalan lurus kepada Allah lama juga sulitnya dengan yang ditempuh oleh manusia. Sehingga Allah pun menjanjikan bagi barangsiapa yang beristiqamah, tetap teguh dan kuat, tidak berganjak dan tidak menyimpang dari tujuan semula, bahwa Allah akan memberinya air yang segar, air yang jernih dan sejuk, sebagai obat haus dari perjalanan yang payah dan melelahkan menegakkan kebenaran.
Sekarang pada ayat 20 kembalilah Allah menyuruh Rasul-Nya menjelaskan pendirian, yang dikemukakannya di hadapan orang- orang masih musyrik itu,
Ayat 20
“Katakanlah" —Ya Muhammad!—
“Yang aku seru hanya Tuhanku." Aku tidak dapat menyeru yang lain. Sebab yang lain itu tidak lebih tidak kurang, hanya makhluk semacam aku jua.
“Dan tidaklah aku mempersekutukan dengan Dia sesuatu jua pun."
Artinya, bahwa bagaimanapun kalian menyakiti aku, menghalang-halangi langkahku dan membujuk merayu aku agar berdamai dengan kalian, lalu bersama-sama menyembah dan memuja berhala yang kalian sembah dan puja, namun aku tidaklah dapat mengubah pendirianku dan mengkhianati isi hatiku. Aku tidak dapat mempersekutukan yang lain dengan Allah. Untuk menegakkan pendirian itu aku bersedia menerima apa saja yang hendak kalian timpakan ke atas diriku.
Kadang-kadang datanglah tantangan yang sudah melewati batas dan mereka yang masih musyrik itu. Sampai pernah mereka mengatakan kalau memang berhala yang kami sembah ini salah, apa hukuman yang akan engkau jatuhkan kepada kami? Apakah engkau sanggup membinasakan kami? Tantangan ini disuruh jawab oleh Allah,
Ayat 21
“Katakanlah, “Sesungguhnya aku tidaklah kuasa untuk mendatangkan kepada kamu, baik kemudharatan dan tidak pula yang menyenangkan."
Keyakinan tauhid memang begitu. Di dalam kepercayaan yang demikian teguhnya kepada Allah dia selalu mengakui bahwa dirinya tidak apa-apa, dirinya tidak dapat berbuat, buat menurunkan bahaya kepada yang menantangnya dan tidak pula dapat memberikan upah atau penghargaan kepada yang beriman kepadanya, itu adalah urusan Allah semata-mata. Bagaimanapun dia ditantang supaya suka memperlihatkan kekuasaan namun dia mengakui terus terang bahwa dia adalah manusia sebagai orang-orang yang didatanginya dan didakwahinya itu jua.
Janganlah kalian sampai menantang aku meminta ketentuan, karena aku tidak ada kuasa apa-apa, baik untuk membawa bahaya bagi kalian atau untuk membela kalian. Sedangkan diriku sendiri tidaklah aku dapat menangkis jika Allah menghendaki sesuatu atas diriku.
Ayat 22
“Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini, tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari Allah."
Jika Allah hendak mendatangkan bahaya kepada diriku, tidak seorang pun yang dapat melindungiku dari bahaya itu. Sebab tidak ada satu kekuatan pun pada makhluk untuk menangkis kehendak dari Yang Mahakuasa.
“Dan sekali-kali tidaklah akan kudapat selain Dia tempat bersembunyi."
Kalau di suku kata pertama dikatakan bahwa tidak seorang pun dapat melindungi, ialah supaya jangan ada terkhayal dalam ingatan bahwa akan ada makhluk yang kuat menantang Allah. Di ujung ayat disebutkan bahwa tempat berlindung atau tempat bersembunyi melindungkan diri dari murka Allah hanyalah kembali kepada Allah jua. Lari menghampirinya untuk mengelakkan murkanya. Tobat berarti kembali. Maka janganlah lari ke tempat.jauh, karena tidak ada yang jauh dari bawah kekuasaan Allah. Lebih baik meniarap, sujud, tunduk menekur ke bawah cerpu Allah memohon ampun dan maghfirah. Inilah yang diajarkan Nabi kepada mereka yang selama ini berkeras kepala itu.
Ayat 23
“Kecuali hanya menyampaikan daripada Allah dan tugas-tugas yang Dia amanahkan. "
Oleh sebab itu telah dijelaskan oleh Nabi ﷺ bahwa kewajiban beliau buat menghukum orang, bukan mengutuk orang, bukan memurkai yang durhaka. Kewajiban beliau hanya dua, yaitu pertama ialah balaagh, menyampaikan. Disebut juga tabligh. Kedua ialah melaksanakan tugas-tugas atau mission, yaitu inti sari yang akan ditablighkan itu, menunjukkan contoh dan teladan dengan perbuatan, yang bertabligh adalah satu di antaranya. Di sinilah bertemu empat misi, empat risalah yang wajib lengkap pada seorang rasul. Yaitu shiddiq (jujur], amanah (setia menyampaikan pesan), tabligh (menyampaikan), dan fathanah (bijaksana). Kesatuan dari yang empat inilah risalah atau misi yang jadi kemestian seorang Rasul. Mustahil dia pendusta, atau khianat, atau menyembunyikan sebagian dari wahyu, atau goblok, tidak mengetahui keadaan manusia yang didatanginya.
“Dan barangsiapa yang mendurhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya untuk mereka adalah api neraka Jahannam." Sebagai hukuman atas keras kepala batunya menolak seruan kebenaran.
“Dalam keadaan kekal mereka di dalamnya selama-lamanya."
Karena jiwa mereka sudah terlalu kotor, laksana sehelai kain bagus yang sudah terlalu lama terbenam di dalam luluk atau lumpur. Meskipun kemudian telah dapat dikeluarkan, namun kalau dicuci bagaimanapun dengan sabun dalam air jernih yang tergenang, dia tidak dapat bersih lagi sebab luluk lumpur dosa itu telah jadi satu dengan tiap-tiap helai benangnya.
Ayat 24
“Sehingga apabila telah mereka lihat kelak apa yang dijanjikan kepada mereka itu."
Yaitu adzab api neraka Jahannam yang dijanjikan itu. “Maka akan mereka ketahuilah siapa yang paling lemah penolongnya." Walaupun waktu di dunia dia merasai banyak penolong, banyak pembantu dan banyak pengawal. Di neraka kelak tidak seorang jua pun penolong, pembantu dan pengawal itu yang muncul.
“Dan siapa yang lebih kecil bilangannya."
Hayunan kata dari ayat ini ialah memberi ingat kaum musyrikin atau penantang Kebenaran Allah yang dibawa Rasul, yang membangga karena dia berkuasa, mempunyai banyak penolong dan pembela, dan membanggakan karena banyak pengikut yang setia. Kalau sudah mendekam dalam penjara neraka, mana lagi pembela? Mana lagi banyak teman dan banyak pengikut? Jangankan di akhirat! Sedangkan di dunia, seorang yang berkuasa besar di kala mulanya, apabila terbukti bersalah melanggar undang-undang negara, lalu dihukum dan dipenjarakan, siapa lagi yang akan menolong sampai di sana? Banyak kali dialami bahwa manusia memuja-muja hanyalah sementara “tampuk masih bergetah" kalau tampuk sudah layu, satu lalat pun tidak akan hinggap lagi.
Ayat 25
“Katakanlah, ‘Tidaklah aku mengetahui, apakah telah dekat apa yang dijanjikan kepada kamu itu."
Tadi sudah ada ancaman, bahwa barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul akan jadi kayu api neraka Jahannam dan kekal di sana selamanya. Mereka bertanya, “Bila itu akan kejadian?" Bila adzab akan jatuh kepada kami? Atau ini hanya omong kosong saja, atau ancaman mempertakut-takuti kami yang tidak takut? Akan cepatkah kejadian itu? Maka tibalah jawaban Nabi dengan suruhan Allah bahwa beliau sendiri tidaklah tahu apakah telah dekat masa itu.
“Ataukah Tuhanku akan menjadikan adzab itu masa yang panjang lagi?"
Itu adalah ilmu Allah semata-mata. Meskipun sebagai Nabi, beliau yakin adzab siksaan itu pasti datang, namun beliau tidak mengetahui bila waktunya. Tetapi permulaan adzab telah datang kepada mereka tidak lama kemudian.
Pemimpin-pemimpin musyrikin sebagian besar tewas binasa dalam Peperangan Badar, malahan Abu Lahab mati terkejut menerima berita kekalahan.
Allah itu ialah
Ayat 26
“Yang Maha Mengetahui apa yang gaib."
Kunci kegaiban itu dipegang sendiri oleh Allah, bahkan banyak di antaranya malaikat sendiri pun tidak tahu.
“Dan tidak ada Dia menyatakan yang gaib itu kepada seorang jua pun."
Dengan ayat ini dijelaskan bahwa tidak seorang pun yang mengetahui keadaan yang gaib, tidak Nabi, tidak Rasul, tidak jin dan tidak malaikat. Rahasia yang gaib semata- mata dalam genggaman Allah. Oleh sebab itu tidaklah dapat dipercayai kalau ada seorang manusia yang mengakui dirinya bisa mengetahui yang gaib apa yang akan terjadi di belakang hari. Di dalam surah Luqmaan ayat penghabisan (ayat 34), diterangkan ada lima hal yang hakikatnya gaib bagi manusia. Pertama ilmu tentang bila akan terjadi hari Kiamat, kedua kekuasaan menurunkan hujan, ketiga pengetahuan tentang nasib anak yang masih terkandung di dalam rahim ibunya, keempat pengetahuan apa yang akan dikerjakan besok hari, meskipun telah direncanakan, dan kelima seorang pun tidak ada yang tahu di bumi mana dia akan meninggal dunia. Yang sangat mengetahui soal-soal itu dengan teliti hanyalah Allah saja!
Tetapi ada juga orang yang dikecualikan, lalu diberi agak sedikit pengetahuan tentang yang gaib.
Ayat 27
“Kecuali barangsiapa yang Dia ridhai dari Rasul."
An-Nasafi menjelaskan ayat ini dalam tafsirnya, “Artinya ialah bahwa yang diberi pengecualian ialah Rasul yang diridhai oleh Allah buat diberi pengetahuan setengah dari ilmu yang gaib." Artinya tidaklah seluruh yang gaib diberitahukan Allah kepada Rasul yang diridhai-Nya itu. Sekian ringkasan tafsiran an-Nasafi.
Abus Su'ud menjelaskan lagi dalam tafsirnya, “Maka tidaklah Allah membukakan rahasia yang gaib itu sesempurna-sempurnanya kepada Rasul yang diridhai itu sampai mencapai ‘ainal yaqin. Allah menganugerahkan kepadanya sebagian dari yang gaib yang ada sangkut pautnya dengan risalahnya." Sekian ringkasan tafsir dari Abus Su'ud ditambahkan lagi beberapa perumpamaan anugerah Allah kepada Rasul-Nya yang diridhai-Nya itu ialah seumpama terkaan Nabi Yusuf tentang makanan yang akan disediakan penjaga penjara untuknya dan untuk kedua orang pengawal raja yang lama terpenjara, atau tabir-tabir mimpi yang beliau jelaskan sejelas-jelasnya, sampai mimpi raja akan terjadi tujuh tahun subur bumi dan tujuh tahun kemarau. Dan pada Nabi kita Muhammad ﷺ dibukakan pula beberapa kali rahasia yang gaib. Misalnya tentang kematian Negus Raja Habsyi yang telah memeluk agama Islam itu, bahwa dia telah meninggal tadi malam, lalu dishalatgaibkan di Madinah oleh Nabi dan sahabat-sahabatnya pada pagi harinya. Atau pertanyaan beliau kepada pamannya, Abbas, tentang uang yang disuruhnya simpan kepada istrinya, Ummul Fadhal, seketika akan terjadi Peperangan Badar, padahal percakapan suami istri empat mata. Atau kepastian beliau bahwa orang Rum sesudah kalah berperang dengan orang Persia (Iran) ketika Nabi belum hijrah, namun dalam beberapa tahun saja sesudah itu, Rum pasti menang kembali, sehingga beliau izinkan sahabat-sahabatnya, Abu Bakar bertaruh dengan orang Quraisy tentang kemenangan Rum yang sudah pasti itu.
Lanjutan ayat mengatakan lagi,
“Maka sesungguhnya Dia mengadakan di hadapannya dan di belakangnya penjaga-penjaga."
Rasul-rasul yang telah diridhai oleh Allah itu selalu dikawal, selalu dijaga baik di mukanya atau di belakangnya. Al-Qasyani menjelaskan “Penjagaan itu, baik dari sisi Allah sendiri yang selalu menghadapkan wajah kepadanya, sesudah itu ialah Ruhul Qudus dan berbagai Nur (cahaya) Malakut, yaitu alam Malaikat dan Alam Rabbani. Ataupun dari penjagaan pada badan diri Rasul itu sendiri. Maka perangai-perangainya yang utama dan kelakuannya yang mulia disertai sinar-sinar ruhani yang timbul memancar dari dalam dirinya sendiri berkat taatnya selalu kepada Allah dan teguh setianya mengerjakan ibadah, semuanya itu menjadi pengawal bagi Rasul itu dari gangguan-gangguan jin, dan terpelihara pula lidahnya daripada keseleo, terlanjur menambah atau mengurangi wahyu yang dia terima, sehingga tidak bercampur aduk dengan waham, waswas dan khayal, hingga melancarlah wahyu itu dari makrifatnya yang yakin, maknanya yang suci, alirannya yang gaib dan kasyaf yang hakiki." Demikian al-Qasyani.
Ayat 28
“Karena Dia hendak membuktikan bahwa mereka telah menyampaikan tugas-tugas amanah dari Tuhan mereka."
Artinya dengan anugerah kelebihan yang istimewa disertai kawalan yang ketat itu, Allah hendak membuktikan atau melihat nyata bahwa Rasul-Nya yang diridhai-Nya telah melakukan tugas dengan sempurna sebagaimana yang dikehendaki Allah. “Dan Dia pun meliputi apa yang ada pada mereka." Sehingga lengkap dan langsunglah Rasul pilihan itu dalam perlindungan Allah.
“Dan Dia hitung segala sesuatu berapa bilangannya."
Sehingga tidak ada sesuatu yang bergerak yang terlepas dari hitungan Allah.
Dengan demikian sempurnalah pengawalan dan tilikan Allah kepada Rasul dan genaplah janji Allah di dalam melindungi seluruh alam ini dan sampailah Rahman dan Rahim Allah kepada hamba-Nya sekalian. Amin.