Ayat

Terjemahan Per Kata
وَأَنَّا
dan bahwasannya kami
مِنَّا
sebagian dari kami
ٱلصَّـٰلِحُونَ
orang-orang yang saleh
وَمِنَّا
dan sebagian dari kami
دُونَ
tidak
ذَٰلِكَۖ
demikian
كُنَّا
adalah kami
طَرَآئِقَ
jalan-jalan
قِدَدٗا
berbeda-beda
وَأَنَّا
dan bahwasannya kami
مِنَّا
sebagian dari kami
ٱلصَّـٰلِحُونَ
orang-orang yang saleh
وَمِنَّا
dan sebagian dari kami
دُونَ
tidak
ذَٰلِكَۖ
demikian
كُنَّا
adalah kami
طَرَآئِقَ
jalan-jalan
قِدَدٗا
berbeda-beda
Terjemahan

Sesungguhnya di antara kami ada yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda.
Tafsir

(Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh) sesudah mendengarkan Al-Qur'an ini (dan di antara kami ada pula yang tidak demikian halnya) ada kaum yang tidak saleh. (Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda) terdiri dari golongan yang berbeda-beda; ada yang muslim dan ada pula yang kafir.
Tafsir Surat Al-Jinn: 11-17
Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. Dan sesungguhnya kami mengetahui, bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (dari-Nya) dengan lari. Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. Dan sesungguhnya di antara kami ada Orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran.
Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahanam. Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dengan melaluinya. Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menceritakan perihal jin, bahwa mereka mengatakan tentang diri mereka yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. (Al-Jin: 11) Yakni tidak saleh. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda-. (Al-Jin: 11) Maksudnya, berbeda-beda pendapat dan jalannya serta berpecah belah. Ibnu Abbas dan Mujahid serta bukan hanya seorang yang lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah kami menempuhjalan yang berbeda-beda. (Al-Jin: 11) Yaitu di antara kami ada yang beriman dan ada pula yang kafir.
Ahmad ibnu Sulaiman An-Najjad di dalam kitab Amali-nya. mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Aslam ibnu Sahl Bahasyal, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Sulaiman alias Abusy Sya'sa Al-Hadrami guru Imam Muslim, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-A'masy mengatakan bahwa pernah ada jin datang kepada kami, lalu aku bertanya kepadanya, "Makanan apakah yang paling engkau sukai?" Jin itu menjawab, "Nasi." Maka aku suguhkan kepadanya nasi, dan aku melihat suapan nasi diangkat, tetapi aku tidak melihat sesosok tubuh pun.
Dan aku bertanya pula kepadanya, "Apakah di kalangan kalian terdapat aliran-aliran seperti yang ada pada kami?" Jin itu menjawab, "Ya." Aku bertanya, "Lalu siapakah kalangan Rafidah di antara kalian?" Jin menjawab, "Yang paling terburuk di antara kami." Aku kemukakan sanad atsar ini kepada guru kami Al-Hafidzh Abul Hajjaj Al-Muzani, maka ia menjawab bahwa sanad ini shahih sampai kepada Al-A'masy.
Al-Hafidzh Ibnu Asakir di dalam biografi Al-Abbas ibnu Ahmad Ad-Dimasyqi menyebutkan bahwa Al-Abbas pernah mendengar jin mendendangkan syair berikut di malam hari ketika ia berada di rumahnya, yaitu sebagai berikut:
Hati ini telah dipenuhi oleh rasa cinta sehingga terbelenggu ke mana pun pergi, baik ke arah barat maupun ke arah timur, karena tergila-gila dengan cinta kepada Allah, padahal Allah adalah Tuhannya; hati ini bergantung kepada Allah, bukan kepada makhluk.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan sesungguhnya kami mengetahui, bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi, dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (dari-Nya) dengan lari. (Al-Jin: 12) Yakni kami mengetahui bahwa kekuasaan Allah menguasai diri kami dan sesungguhnya kami tidak dapat menyelamatkan diri di bumi ini dari kekuasaan Allah, sekalipun kami lari dengan sekuat kami. Karena sesungguhnya Dia berkuasa atas kami, tiada seorang pun yang dapat menghalang-halangi-Nya dari kami.
Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya. (Al-Jin: 13) Mereka merasa bangga dengan keimanan mereka, dan memang hal ini merupakan kebanggaan dan penghormatan yang tinggi serta sifat baik yang dimiliki mereka. Mengenai ucapan mereka yang disebutkan oleh firman berikutnya: Barang siapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 13) Menurut Ibnu Abbas, Qatadah, dan selain keduanya, dia tidak akan merasa takut pahalanya dikurangi atau dibebankan kepadanya dosa orang lain.
Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya: maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya. (Thaha: 112) Firman Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan ucapan jin: Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. (Al-Jin: 14) Yaitu di antara kami ada orang yang taat dan ada pula orang yang melampaui batasan hak dan menyimpang darinya, yakni durhaka. Lafal al-qasit berbeda dengan lafal al-muqsit, karena al-muqsit artinya adil. Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. (Al-Jin: 14) Maksudnya, mencari jalan keselamatan untuk dirinya.
Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahanam. (Al-Jin: 15) Yakni bahan bakarnya yang menambah nyala api Jahanam. Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala berikutnya: Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dengan melaluinya. (Al-Jin: 16-17) Ulama tafisr berbeda pendapat mengenai makna ayat ini, ada dua pendapat di kalangan mereka. Salah satunya mengatakan, seandainya jin yang menyimpang dari kebenaran itu menempuh jalan Islam dan kembali kepada jalan kebenaran serta tetap menempuhnya.
benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). (Al-Jin: 16) Gadaqan artinya banyak, makna yang dimaksud ialah memberinya rezeki yang banyak lagi berlimpah. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam ayat lain, yaitu: Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil, dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. (Al-Maidah: 66) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala lainnya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. (Al-A'raf: 96) Dengan demikian, berarti firman Allah subhanahu wa ta’ala: Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dengan melaluinya. (Al-Jin: 17) Yakni untuk Kami uji mereka dengannya, sebagaimana yang dikatakan oleh Zaid ibnu Aslam, bahwa demikian itu agar Kami uji dan Kami coba mereka, siapakah di antara mereka yang tetap pada jalan hidayah, dan siapa di antara mereka yang murtad dan memilih jalan kesesatan? Tafsir ayat menurut orang-orang yang berpendapat demikian.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus. (Al-Jin: 16) Artinya, istiqamah dalam ketaatannya. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu. (Al-Jin: 16) Yaitu jalan agama Islam. Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, Sa'id ibnul Musayyab, ‘Atha’, As-Suddi, dan Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu. (Al-Jin: 16) Yakni seandainya mereka semuanya beriman, niscaya Kami luaskan bagi mereka rezeki Kami di dunia, Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu. (Al-Jin: 16) Maksudnya, jalan kebenaran. Hal yang sama dikatakan oleh Ad Dahhak, kemudian ia mengemukakan dalil kedua ayat yang telah disebutkan di atas untuk menguatkan pendapatnya; masing-masing dari mereka atau keseluruhannya yang berpendapat demikian mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dengan melaluinya. (Al-Jin: 17) Yaitu agar Kami beri cobaan kepada mereka dengan melaluinya.
Muqatil mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Quraisy yang kafir, ketika hujan dicegah dari mereka selama tujuh tahun. Pendapat yang kedua mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan bahwasanya jikalau mereka tetappada jalan itu. (Al-Jin: 16) Yakni jalan kesesatan. benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar. (Al-Jin: 16) sebagai istidraj dari Kami terhadap mereka, semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka.
Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Al-An'am: 44) Juga semakna dengan firman-Nya: Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Muminun: 55-56) Ini adalah pendapat Abu Mijlaz alias Lahiq ibnu Humaid, karena dia mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan bahwasanya jikalau mereka tetap pada jalan itu. (Al-Jin: 16) Yakni jalan kesesatannya.
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim. Al-Bagawi meriwayatkannya dari Ar-Rabi' ibnu Anas, Zaid ibnu Aslam, Al-Kalabi, dan Ibnu Kaisan. Alasan pendapat ini cukup masuk di akal, dan didukung pula oleh adanya firman Allah subhanahu wa ta’ala Selanjutnya yang mengatakan: Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dengan melaluinya. (Al-Jin 17) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya. niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat. (Al-Jin: 17) Yaitu siksaan yang berat, keras, lagi menyakitkan.
Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala: azab yang amat berat. (Al-Jin: 17) Yakni berat tiada henti-hentinya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Sa'dan adalah nama sebuah gunung di dalam neraka Jahanam. Diriwayatkan pula dari Sa'id ibnu Jubair, bahwa Sa'dan adalah sebuah sumur yang ada di dalam neraka Jahanam."
Lebih jauh para jin itu menguraikan keadaan anggota masyarakat mereka dengan mengatakan, "Dan sesungguhnya di antara kami, kaum jin ada yang saleh yang bertakwa lagi mantap kesalehannya, dan ada pula kebalikannya yang tidak saleh bahkan durhaka dan mengajak kepada kedurhakaan. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda akibat perbedaan pandangan dan kecenderungan kami. 12. "Dan sesungguhnya kami telah menduga dan percaya setelah berpikir dan mendengar ayat-ayat Allah dan menyadari kelemahan kami, bahwa kami tidak akan mampu melepaskan diri dari kekuasaan Allah di bumi dan tidak pula dapat lari melepaskan diri dari segala ketentuan dan ketetapan-Nya. ".
Dalam keterangan selanjutnya, Allah menyatakan bahwa di antara jin-jin itu ada yang Islam, mengerjakan amal saleh, dan taat kepada Allah, tetapi ada pula yang sebaliknya, yaitu tidak beriman dan ingkar kepada perintah Allah. Jin-jin itu juga mempunyai kemauan bermacam-macam dan pendapat yang berbeda-beda, sehingga di antara mereka ada yang beriman, ada yang fasik, dan ada pula yang kafir, seperti halnya manusia.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
LANGIT DIPENUHI DENGAN PENJAGAAN
Ayat 7
“Dan sesungguhnya mereka menyangka, sebagaimana kamu pun menyangka bahwa sekali-kali tidaklah akan dibangkitkan Allah seorang jua pun."
Dalam ayat ini diterangkanlah bahwa di kalangan jin itu ada juga terdapat yang kafir sebagai di kalangan manusia, yaitu mereka yang tidak percaya bahwa kelak manusia akan dibangkitkan di hari Kiamat. Tentu saja di kalangan jin mungkin ada yang tidak mempercayai itu, atau manusia sendiri tidak dapat memikirkan bagaimana jin akan dibangkitkan kembali, padahal jin tidak bertubuh jasmani sebagai manusia. Mereka adalah semacam makhluk halus yang tidak kelihatan. Bagaimana mereka akan mati? Dan kalau mereka tidak akan mati, bagaimana mereka akan berbangkit?
Allah menceritakan dalam wahyu ini, untuk menjadi pengajaran bagi kaum Quraisy yang selalu menantang Nabi Muhammad ﷺ. Padahal tidak mau percaya akan hari berbangkit itu adalah salah satu penghambat bagi manusia akan berbuat baik, sebagaimana juga bagi jin.
Ayat 8
“Dan sesungguhnya kami, telah kami sentuh langit itu."
Maksud jin menyentuh langit, ialah bahwa jin itu telah sampai juga terbang ke tempat yang tinggi, ke lawang langit, karena hendak mengetahui rahasia yang tersembunyi di langit, mencoba hendak mengetahuinya untuk melebihkan pengetahuannya dari manusia, atau untuk diajarkannya atau diberitahukannya kepada manusia-manusia yang selalu membuat hubungan dengan jin seperti disebut dalam ayat 6 di atas tadi.
Tetapi apa yang mereka temui?
“Maka kami dapati dia dipenuhi dengan penjagaan yang kuat dan panah api."
Rupanya langit itu mempunyai penjaga-penjaga yang kuat. Masing-masing mempunyai panah dan api. Itulah batu-batu meteor yang kelihatan bertebaran di angkasa luar! Tiap-tiap si jin. terutama jin jahat yang mencoba mendekati dinding langit, tiap itu pula penjaga yang kuat itu bertindak memanahnya, sehingga tidak dapat mendekat lagi.
Ayat 9
“Dan sesungguhnya kami menduduki daripadanya."
Yaitu daripada langit itu. “Tempat-tempat duduk untuk mendengar." Dalam ayat ini dipahamkan bahwa karena tidak berhasil mendekati ke tepi dinding langit, mereka menyediakan tempat-tempat duduk buat mendengar dari jauh apa gerak di langit. Malah setengah ahli tafsir menyatakan bahwa jin, iblis atau setan itu mencoba mendengarkan suara qalam Ilahi seketika menuliskan iradah
Allah yang akan mengeluarkan Kalimat kutil Karena jin. iblis, setan dan ‘ifrit itu masih berusaha hendak memengaruhi manusia, apatah lagi mereka ada mempunyai “agen-agen", yaitu dukun-dukun dan tukang-tukang tenung. Tetapi apa pula jadinya usaha mereka itu? Mereka mengaku terus terang bahwa keadaan telah berubah sekarang. Sambungan kata mereka dikisahkan Allah demikian.
“Tetapi barangsiapa yang mendengar sekarang, niscaya akan didapatinya panah-panah api mengintai."
Bilakah yang mereka katakan sekarang itu?
Menurut catatan al-Qurthubi dalam tafsirnya ialah bahwa al-Kalbi menafsirkan yang dimaksud dengan sekarang itu ialah sejak Nabi Muhammad diutus Allah menjadi Rasul. Usaha jin, iblis, setan dan ‘ifrit hendak mendekati langit, atau menyediakan tempat duduk buat mendengar-dengarkan rahasia langit itu sudah tidak dapat lagi. Kalau dahulu tidak dapat sampai ke tepi dindingnya, se-karang dari jauh saja pun sudah ada penjaga yang mengintip buat memanah kalau mendekat.
Abdul Malik bin Sabur mengatakan pula di zaman fitrah, kekosongan syari'at di antara Isa dengan Muhammad jalan untuk mendengar dan mengintip-ngintip ke langit itu tidaklah dijaga keras. Baru sesudah Nabi Muhammad ﷺ penjagaan itu sangat diperketat, sehingga bersihlah turunnya wahyu kepada Rasul yang suci, dibawa oleh Jibril. Rasul yang suci pula.
Ayat 10
“Dan sesungguhnya kami tidaklah mengetahui apakah yang buruk yang dikehendaki terhadap orang yang ada di bumi atau Tuhan mereka menghendaki yang baik."
Al-Qurthubi di dalam tafsirnya menyalinkan pendapat Ibnu Zaid tentang tafsir ayat ini. Menurut Ibnu Zaid ayat ini masih kisah perkataan jin-jin ketika mereka tidak dapat lagi mendekati langit, karena kerasnya penjagaan. Mereka pada mulanya belum tahu bahwa pintu buat mendengarkan berita langit sudah ditutup sama sekali dan turunnya wahyu tidak boleh diganggu oleh pengacauan Iblis. Maka oleh karena berita langit tidak bisa didengar lagi, jin-jin itu berkata sesamanya, apa gerangan sebabnya maka telah tertutup berita langit buat kita? Apakah bahaya yang akan menimpa isi bumi ataukah keadaan yang baik?
Dalam riwayat yang lain ialah bahwa meteor-meteor itu telah kelihatan di langit. Melayang dengan cepatnya, sehingga jin atau iblis yang mendekati langit tercampak tidak dapat mendekati lagi. Berita tentang sebab-sebabnya belum mereka ketahui. Maka timbullah cemas, baik di kalangan manusia ataupun di kalangan jin. Apakah agaknya yang akan terjadi di muka bumi? Yang burukkah atau yang baik. Kemudian barulah diketahui bahwa maksud Allah adalah yang baik, sebab Nabi sudah diutus. Suaranya yang lantang seketika shalat Shubuh membaca Al-Qur'an sudah kedengaran oleh jin-jin yang ada dekat di sana.
Dalam ayat terdapat cara pemakaian bahasa untuk menyucikan dan untuk menyatakan rasa hormat kepada Allah. Di suku yang pertama dikatakan atas nama Iblis dan jin-jin. “Kami tidaklah mengetahui apakah yang buruk yang dikehendaki terhadap orang yang di bumi," Di suku kata ini tidak disebutkan siapa yang menghendaki yang buruk itu, melainkan dikatakan yang dikehendaki, dibina bagi yang majhul. Sebab tidaklah layak dan tidaklah hormat kalau dikatakan, “Kami tidaklah mengetahui apakah Allah menghendaki yang buruk bagi yang di bumi." Tetapi pada suku lanjutan ayat dikatakan, “Atau Tuhan mereka menghendaki yang baik!"
Oleh sebab menyebut buruk, nama Allah tidak disebut. Tetapi setelah menyebutkan
menghendaki yang baik, baru dinyatakan nama Allah.
Ayat 11
“Dan sesungguhnya diantara kami ada yang saleh-saleh dan di antara kami tidak demikian."
Ayat ini pun masih rangkaian dari ayat-ayat yang sebelumnya. Yaitu setelah pendekatan ke langit dijaga ketat dan meteor telah mengawal ruang angkasa dan penerobosan iblis dan jin, dan setelah kemudian mereka dengar suara Nabi Muhammad membawa Al-Qur'an dengan jahar dalam shalat Shubuh, adalah di antara mereka yang terus insaf dan tunduk kepada Allah. Itulah yang dinamai jin Islam. Mereka adalah jin-jin yang saleh, mengaku kerasulan Muhammad dan kepada mereka Nabi kita pun turut diutus. Tetapi ada pula yang tidak demikian. Artinya tidak saleh.
Lawan dari saleh ialah thalih. Saleh artinya orang baik. Thalih artinya orang yang tidak memedulikan segala peraturan. Mereka melanggar, menyeleweng dan mendurhaka. Di dalam ayat ini pun terdapat didikan memakai bahasa yang halus. Yaitu untuk menekan perasaan kepada kesalehan tidaklah layak disebut lawannya, misalnya dikatakannya “Wa minnath thatihuun" (di antara kami ada yang thalih). Sebab dengan susun kata seperti tersebut di ayat ini, jin yang membicarakannya memberikan isyarat bahwa dia sendiri adalah termasuk yang saleh. Dalam susunan bicara tidak pula dia mau menyebut kata-kata yang kurang layak, lalu disebutnya saja, di antara kami tidak demikian. Lalu diujungnya saja dengan kata,
“Sesungguhnya adalah kami menempuh jalan bersimpang siur."
Qiradan kita artikan bersimpang-siur. Tidak sama tujuan karena ada yang menuju yang baik yang diridhai Allah dan ada pula yang menuju jalan lain menurut kehendak hatinya saja. Maka jalan yang ditempuh selain jalan Allah bersimpang siurlah tujuannya, kadang-kadang sebanyak kehendak orang yang melaluinya pula.
Kata al-Qurthubi, artinya bukanlah semua jin kafir. Ada yang kafir, ada yang beriman disertai saleh dan ada yang beriman tetapi tidak saleh.
Ayat 12
“Dan sesungguhnya kami telah yakin bahwa tidaklah kami akan sanggup melepaskan diri dari Allah di muka bumi."
Artinya, bahwasanya Maha Kekuasaan Allah tidaklah kami sanggup melepaskan diri dari ikatan ketentuan Allah itu.
“Dan tidak pula sanggup akan ini."
Sehingga misalnya dibiarkan Allah kami berlepas diri, dilepaskan oleh Allah dari genggaman kebesaran-Nya, namun kami terpaksa tetap di dalam lingkungan kuasa itu juga. Kami tidak sanggup lari. Ke mana kami akan lari, padahal tidak ada suatu daerah lain pun yang di luar dan jangkauan kekuasaan Allah.
Ayat 13
“Dan sesungguhnya kami setelah kami mendengar petunjuk berimanlah kami dengan dia."
Inilah keinsafan dari jin yang Islam, yang mengakui nubuwwat Rasulullah ﷺ. Mereka mengakui bahwa setelah mereka mendengar petunjuk. Petunjuk itu ada dalam 7 ayat al-Faatihah, didengar oleh jin Nabi ﷺ menjaharkannya di waktu shalat Shubuh, langsunglah mereka beriman. “Maka barangsiapa yang beriman kepada Tuhannya, tidaklah dia akan takut kerugian," tidak takut kerugian karena pahalanya tidak akan dikurangi.
“Dan tidak pula penambahan adzab."
Artinya tidak usah dia takut akan diberatkan kepadanya kesalahan orang lain.