Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالَ
dan berkata
نُوحٞ
Nuh
رَّبِّ
ya Tuhanku
لَا
jangan
تَذَرۡ
Engkau tinggalkan/biarkan
عَلَى
diatas
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
مِنَ
dari
ٱلۡكَٰفِرِينَ
orang-orang kafir
دَيَّارًا
menetap
وَقَالَ
dan berkata
نُوحٞ
Nuh
رَّبِّ
ya Tuhanku
لَا
jangan
تَذَرۡ
Engkau tinggalkan/biarkan
عَلَى
diatas
ٱلۡأَرۡضِ
bumi
مِنَ
dari
ٱلۡكَٰفِرِينَ
orang-orang kafir
دَيَّارًا
menetap
Terjemahan
Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.
Tafsir
(Nuh berkata, "Ya Rabbku! Janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi) bertempat tinggal, makna yang dimaksud ialah jangan biarkan seorang pun di antara mereka.
Tafsir Surat Nuh: 25-28
Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan, lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. Nuh berkata, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di anta orang-orang kafir tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.
Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman, dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan. Firman Allah Swt: Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka. (Nuh: 25) Menurut qiraat lain dibaca khatayahum. mereka ditenggelamkan. (Nuh: 25) Yakni karena dosa-dosa mereka yang terlalu banyak dan pembangkangan serta tekad mereka yang tetap pada kekafiran mereka dan menentang rasul mereka.
Mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke dalam neraka. (Nuh: 25) Mereka dipindahkan dari arus air banjir besar ke panasnya api neraka. maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. (Nuh: 25) Yaitu tiada bagi mereka seorang penolong pun, tiada penyelamat, tiada peiindung bagi mereka dari azab Allah subhanahu wa ta’ala Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah subhanahu wa ta’ala: Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang. (Hud: 43) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Nuh berkata, "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (Nuh: 26) Maksudnya, janganlah Engkau biarkan di muka bumi ini seorang pun dari mereka dan jangan pula suatu tempat tinggal pun bagi mereka.
Lafal dayyaran termasuk ungkapan yang mengukuhkan nafi, menurut Adh-Dhahhak artinya sebuah tempat tinggal pun (bagi mereka). As-Suddi mengatakan bahwa ad-dayyar artinya orang yang menghuni rumah. Maka Allah memperkenankan doanya dan membinasakan semua manusia yang ada di muka bumi dari kalangan orang-orang kafir hingga anak Nuh sendiri yang memisahkan diri dari ayahnya dan bergabung dengan kaumnya dalam kekafiran. Anaknya itu mengatakan seperti yang diceritakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala melalui firman-Nya: Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah.
Nuh berkata, "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang." Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (Hud: 43) Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Yunus ibnu Abdul A'la membacakan kepadaku bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Syabib ibnu Sa'id, dari Abul Jauza, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Seandainya Allah mengasihani seseorang dari kaum Nuh, tentulah Allah mengasihani seorang wanita yang ketika melihat air bah datang ia menggendong anaknya dan menaiki bukit.
Dan setelah air bah mencapai bukit, ia naikkan anaknya ke pundaknya. Dan ketika air mencapai pundaknya, ia letakkan anaknya di atas kepalanya. Dan ketika air mencapai kepalanya, ia mengangkat anaknya dengan kedua tangannya. Seandainya Allah mengasihani seseorang dari mereka, tentulah Dia mengasihani wanita ini. Hadits ini gharib, tetapi semua perawinya berpredikat tsiqat. Akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala menyelamatkan orang-orang yang ada di dalam bahtera bersama Nuh a.s., yaitu mereka yang beriman kepadanya, dan Allah telah memerintahkan kepada Nuh a.s.
sebelumnya untuk menaikkan mereka ke dalam bahteranya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu. (Nuh: 27) Yakni sesungguhnya jika Engkau membiarkan seseorang dari mereka tetap hidup, niscaya dia akan menyesatkan hamba-hamba-Mu yang Engkau ciptakan sesudah mereka. dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. (Nuh: 27) Yaitu durhaka dalam sepak terjangnya lagi kafir hatinya.
Demikian itu dikatakan oleh Nuh a.s. atas dasar pengalamannya dengan mereka dan dia tinggal bersama mereka dalam kurun waktu yang cukup lama, yaitu sembilan ratus lima puluh tahun. Kemudian Nabi Nuh a.s. menutup doanya dengan memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala: Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman. (Nuh: 28) Menurut Adh-Dhahhak, yang dimaksud dengan rumahku ialah masjidku.
Akan tetapi, tidak mengapa jika ayat ditakwilkan sesuai dengan makna lahiriahnya. Yaitu bahwa dia mendoakan bagi setiap orang yang masuk ke dalam rumahnya dalam keadaan beriman. -: :- ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepada kami Salim ibnu Gailan, bahwa Al-Walid ibnu Qais At-Tajibi pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Abu Sa'id Al-Khudri atau dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id, bahwa Abu Sa'id pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Janganlah kamu berteman kecuali dengan orang mukmin, dan janganlah makan makananmu kecuali orang yang bertakwa.
Imam Abu Dawud dan, Imam At-Tirmidzi meriwayatkan hadits ini melalui Abdullah ibnul Mubarak, dari Haiwah ibnu Syuraih dengan sanad yang sama. Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa sesungguhnya kami mengenal hadits ini hanya melalui jalur ini saja. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. (Nuh: 28) Ini merupakan doa untuk segenap orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, yang hal ini mencakup orang yang masih hidup dari kalangan mereka dan juga orang yang sudah mati.
Karena itulah maka disunatkan membaca doa seperti ini karena mengikut kepada jejak Nabi Nuh a.s. dan mengamalkan apa yang disebutkan di dalam atsar-atsar dan doa-doa yang terkenal lagi dianjurkan oleh syariat. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan. (Nuh: 28) As-Suddi mengatakan bahwa makna tabaran ialah kebinasaan. Sedangkan menurut Mujahid, artinya kerugian, yakni di dunia dan akhirat."
Ayat ini merekam kembali doa Nabi Nuh. Dan Nuh berkata, 'Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan, seorang pun di antara orang-orang kafir yang sudah mendarah daging dan mantap kekafirannya itu tinggal di atas bumi. 27. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal hidup di bumi, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu yang taat kepada-Mu, dan jika Engkau biarkan mereka tinggal di bumi mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat yaitu selalu berbuat maksiat dan tidak tahu bersyukur kepada-Mu.
Pada waktu terjadinya banjir itu, Nabi Nuh berdoa kepada Allah agar Dia memusnahkan seluruh orang-orang kafir dengan menenggelamkan mereka. Permohonan Nuh ini dikabulkan Allah.
Alasan Nabi Nuh berdoa kepada Allah agar memusnahkan seluruh orang-orang kafir adalah:
1. Jika di antara mereka ada yang dibiarkan hidup, mereka tetap akan berusaha menyesatkan manusia.
2. Jika di antara mereka ada yang dibiarkan hidup, mereka akan menurunkan anak-anak yang kafir pula dan akan berusaha menjadikan orang-orang lain menjadi kafir.
Nabi Nuh berkesimpulan bahwa orang-orang kafir yang berada di zamannya itu tidak mungkin lagi akan beriman. Kesimpulannya ini didasarkan pada pengalamannya menyeru mereka selama 950 tahun. Oleh karena itulah, dia berdoa kepada Tuhan agar seluruh orang kafir itu ditenggelamkan tanpa meninggalkan seorang pun di antara mereka.
Pada ayat yang lain, Allah berfirman:
Dan Kami menolongnya dari orang-orang yang telah mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang jahat, maka Kami tenggelamkan mereka semuanya. (al-Anbiya'/21: 77).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 26
“Dan berkata Nuh, “Ya Tuhanku! Janganlah Engkau biarkan di atas bumi, untuk orang yang kafir itu, suatu tempat tinggal pun."
Dari karena sangat kecewa Nabi Nuh melihat kedurhakaan kaumnya di waktu itu, beliau memohonkan kepada Allah agar mereka musnah semua, jangan seorang pun tinggal hidup. Karena hidup pun mereka tidak ada akan gunanya. Ada juga diberi arti “Dayyara" itu ialah orang yang tinggal. Bukan rumah tempat tinggal, melainkan orang yang tinggal. Sebab ahli tafsir as-Suddi memberi arti dayyaran itu ialah penghuni rumah, dengan demikian segala manusia tidak beriman, biarlah habis musnah semuanya. Permohonan beliau dikabulkan Allah sehingga putra beliau sendiri, karena tidak mau beriman telah termasuk orang yang tenggelam juga.
Sebabnya maka sampai demikian permohonan Nabi Nuh disebutkan pada ayat yang berikutnya,
Ayat 27
“Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka terus."
Artinya jika tidak dijatuhkan kepada mereka hukum yang setimpal, hingga ada di antara kafir itu di waktu itu yang masih tinggal hidup. “Niscaya akan mereka sesatkan hamba-hamba Engkau" sebab tidak ada hukuman. Mereka tidak juga akan merasa bersalah dan orang lain yang akan datang di belakang mereka pun akan meniru contoh teladan yang sangat buruk itu.
“Dan tidaklah mereka akan menurunkan anak-anak, kecuali orang-orang yang durhaka lagi kafir juga."
Kalau mereka masih tinggal hidup, hukuman tidak ada, mereka masih akan tetap merasa tidak bersalah apa-apa dan tidak ada seorang utusan Allah di belakang hari yang akan diacuhkan orang. Anak-anak keturunan pun akan mencemooh dan kebenaran tidak akan kelihatan kemenangannya.
Permohonan itu dikabulkan Allah dan memang, meskipun habis musnah kaum Nabi Nuh itu dan manusia yang datang di belakang hari adalah keturunan daripada orang-orang yang beriman kepada Nabi Nuh yang turut ikut serta di dalam bahtera besar itu, namun umat-umat manusia yang datang di belakang, meskipun tidak semuanya juga yang mau beriman, namun yang mengikut nabi telah ada pegangan yang akan dijadikan keyakinan, bahkan sampai kepada masa kita sekarang ini. Sebab telah kita saksikan bahwa adzab siksa Allah atas kedurhakaan itu macam-macam saja corak ragamnya. Seumpama kedurhakaan manusia dalam abad kedua puluh ini. Adakah datang adzab Allah?
Pikirkanlah dengan saksama. Bukankah adzab siksa Allah namanya jika manusia di dalam kemajuan ilmu pengetahuannya bukan kebahagiaan yang mereka dapati, melainkan kesengsaraan hidup dan kehilangan kepercayaan di antara satu bangsa dengan lain bangsa? Bukankah adzab namanya kalau baru setengah abad saja, abad kedua puluh ini telah dua kali terjadi peperangan yang amat dahsyat berjuta orang yang mati, sehingga mungkin lebih banyak daripada orang yang tenggelam di zaman taufan Nabi Nuh?
Kemudian itu berdoalah Nabi Nuh,
Ayat 28
“Ya Tuhanku! Ampunilah untukku."
Karena Engkaulah yang tahu dan aku tidak tahu, mungkin asal juga kealpaanku dalam tugasku yang amat berat ini dan ampuni jua. “Dan kedua ayah bundaku" yang telah mengandung aku, mengasuhku dan memelihara sampai aku dewasa dan sampai akhirnya aku menerima tugas Engkau ini. “Dan untuk orang-orang yang masuk ke dalam rumahku dalam keadaan beriman." Beliau khususkan orang yang masuk ke dalam rumah beliau dengan beriman, ialah karena di kala hidupnya ada juga yang masuk ke rumahnya, tetapi tidak dengan iman, hanya dengan benci. “Dan bagi orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan," kapan saja, di mana saja untuk masa-masa yang akan datang; hingga termasuklah kita anak cucu beliau yang datang beribu tahun pun setelah beliau kembali ke hadhirat Allah.
“Dan janganlah Engkau tambahkan untuk orang-orang yang aniaya itu selain kebinasaan."
Ada beberapa tafsir tentang doa-doa Nabi Nuh ini.
Timbul pertanyaan, mengapa Nuh memohon kepada Allah agar orang-orang yang telah nyata-nyata kafir itu jangan ada yang dibiarkan hidup lagi, agar semuanya saja dimusnahkan. Mengapa Nuh mengatakan kalau Allah biarkan saja mereka, niscaya mereka akan membuat sesat hamba-hamba Allah dan kalau mereka beranak-pinak, berketurunan, namun keturunan itu pun akan jadi orang-orang kafir jua.
Sebabnya ialah dua perkara. Pertama, Allah sendiri telah memberi peringatan kepadanya, sebagai tersebut dalam surah Huud ayat 36,
“Dan telah diwahyukan kepada Nuh bahwasanya tidak akan ada lagi yang beriman daripada kaum engkau itu, melainkan yang telah beriman juga." (Huud: 36)
Tegasnya tidak akan ada tambahan lagi. Maka itulah yang dimohonkan oleh N uh kepada Allah, agar kaumnya yang tidak akan diharap beriman lagi itu supaya dimusnahkan saja. Karena kalau mereka diberi juga kesempatan, penyakitnya akan mereka pindahkan pula kepada hamba Allah yang lain-lain, dan kalau mereka beranak, maka kepada anak-anak itu pun akan mereka pusakakan pula kepercayaan mereka yang kafir itu.
Kedua, dari pengalaman sendiri dalam kehidupan yang begitu lama. Dia sendiri pun sudah tahu dan sudah mengalami bahwa orang-orang semacam ini tiada diharapkan sembuh lagi. Obatnya hanya satu, yaitu binasakan mereka, agar jangan jadi teladan yang buruk kepada yang lain.
Tentang Nabi Nuh berdoa agar dirinya diberi ampun oleh Allah, bukanlah lantaran beliau pernah melakukan dosa besar. Nabi-nabi yang begitu dekat dirinya kepada Allah, tidaklah lantas mabuk dengan kebesarannya, nabi-nabi dan rasul-rasul selalu tawadhu, merendahkan diri kepada Allah. Apabila suatu usaha telah berhasil seorang nabi atau rasul meminta ampun kepada Allah. Ibrahim memohon ampun untuk dirinya dan untuk ayah bundanya sampai di hari Kiamat kelak (surah Ibrahiim ayat 41), Nabi Musa memohon ampun untuk dirinya dan untuk saudaranya, Nabi Harun, padahal si Samiri yang bersalah mengajak orang menyembah berhala anak sapi. Nabi Sulaiman di dalam memohon agar diberi satu kerajaan besar yang tidak akan tercapai oleh orang lain sesudahnya, terlebih dahulu meminta ampun. Malahan Nabi kita Muhammad ﷺ memohon ampun kepada Allah sampai tujuh puluh kali sehari. Orang yang berjiwa kotor ialah yang enggan meminta ampun.
Disebutkan juga dalam tafsir-tafsir tentang Nabi Nuh memohonkan ampun untuk kedua ibu bapaknya itu. Timbul pertanyaan, ‘Apakah ayah bundanya beriman kepada Allah?" Kalau tidak, mengapa Nuh memohonkan ampun bagi mereka. Ahli-ahli tafsir menjawab bahwa ayah Nuh ialah Lamak bin Matusyalakh dan ibunya Syamkhaak binti Anusy, keduanya adalah orang-orang beriman kepada Allah. Malahan imam tabi'in yang terkenal, yaitu Atha berkata bahwa jarak di antara Nuh dengan Adam adalah sepuluh bapak, dan tidak ada di antara yang sepuluh itu tidak beriman.
Tentang beliau mendoakan dan mengutamakan orang yang masuk ke dalam rumah beliau dalam keadaan beriman, ada juga selisih tafsiran. Karena ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “rumahku" ialah masjidku. Ada yang mengatakan maksud rumahku ialah bahtera yang berlayar dengan perahuku. Hal itu tidak berlawan karena yang akan masuk ke dalam bahteranya niscayalah orang-orang yang telah biasa juga datang ke rumahnya menyatakan iman. Kalau tidak, tidaklah mereka akan beliau bawa masuk bahtera. Adapun doa beliau untuk seluruh orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, memang meratalah itu buat seluruh orang yang beriman kepada Allah di setiap masa, baik yang sebelum beliau atau yang sesudahnya kelak.
Kemudian itu setelah beliau di penutup doanya memohonkan agar kaum yang zalim tidak mau menerima kebenaran itu agar diturunkan kebinasaan saja, tambah lama tambah binasa, timbul pula pertanyaan orang, “Bagaimana dengan anak-anak kecil di bawah umur?"
Karena tentu banyak anak kecil yang turut binasa, turut tenggelam. Bagaimana dengan anak-anak yang belum dewasa itu? Belum mukallaf?
Ada ahli tafsir membuat “jalan keluar" dengan mengatakan bahwa sejak 40 tahun sebelum taufan dan air bah besar itu, perempuan-perempuan telah dimandulkan sehingga tidak ada yang beranak lagi. Sehingga seketika ditenggelamkan tidak seorang pun terdapat anak kecil.
Tetapi tafsir ini berlawanan dengan sebuah hadits riwayat lbnu Abi Hatim dengan sanadnya dari lbnu Abbas, demikian bunyinya,
“Kalau ada kaum Nuh itu yang dikasihani Allah niscaya dikasihaninyalah seorang perempuan yang seketika dilihatnya air telah naik segera digendongnya anaknya, lalu dia naik ke bukit. Setelah air sampai juga ke bukit, dinaikkannya anaknya ke atas pundaknya. Setelah air sampai ke pundaknya, dijunjungnya anaknya ke atas kepalanya. Setelah air sampai ke kepalanya, diangkatnya anaknya tinggi-tinggi. Kalau Allah hendak kasihan, niscaya diselamatkan-Nya perempuan itu." (HR Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas, hadits gharib dengan orang-orang yang tsiqat)
Namun perempuan itu tidak juga selamat. Maka yang lebih tepat adalah penafsiran dari Hasan al-Bishri. Beliau mengatakan, “Allah lebih tahu bahwa anak-anak tidaklah bersalah. Mereka turut binasa, tetapi untuk mereka tidaklah ada adzab dan siksaan."
Pendapat yang lain yang disalinkan oleh ar-Razi, “Anak-anak itu turut terbawa rendong mati tenggelam, namun untuk diri mereka tidaklah ada adzab. Bahkan bagi mereka adalah termasuk syahid. Sebab orang yang mati tenggelam termasuk mati syahid. Apatah lagi mereka anak-anak yang belum mukallaf. Tetapi bagi orang-orang tuanya adalah termasuk tambahan adzab siksaan juga. Sebab bapak-bapak dan ibu-ibu mereka menyaksikan sendiri anak-anak mereka itu mati tenggelam atau berusaha hendak melepaskan diri dari kepungan air, tidak seorang jua pun yang dapat menolong. Ayah bundanya hanya melihat dengan sedih dari jauh."
Selesai Tafsir Surah Nuuh. Alhamdulillah.