Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱتَّخَذُواْ
(mereka) mengambil/menjadikan
دِينَهُمۡ
agama mereka
لَهۡوٗا
senda gurau
وَلَعِبٗا
dan main-main
وَغَرَّتۡهُمُ
dan telah menipu mereka
ٱلۡحَيَوٰةُ
kehidupan
ٱلدُّنۡيَاۚ
dunia
فَٱلۡيَوۡمَ
maka pada hari itu
نَنسَىٰهُمۡ
Kami melupakan mereka
كَمَا
sebagaimana
نَسُواْ
mereka melupakan
لِقَآءَ
pertemuan
يَوۡمِهِمۡ
hari mereka
هَٰذَا
ini
وَمَا
dan apa
كَانُواْ
mereka adalah
بِـَٔايَٰتِنَا
dengan ayat-ayat Kami
يَجۡحَدُونَ
mereka mengingkari
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱتَّخَذُواْ
(mereka) mengambil/menjadikan
دِينَهُمۡ
agama mereka
لَهۡوٗا
senda gurau
وَلَعِبٗا
dan main-main
وَغَرَّتۡهُمُ
dan telah menipu mereka
ٱلۡحَيَوٰةُ
kehidupan
ٱلدُّنۡيَاۚ
dunia
فَٱلۡيَوۡمَ
maka pada hari itu
نَنسَىٰهُمۡ
Kami melupakan mereka
كَمَا
sebagaimana
نَسُواْ
mereka melupakan
لِقَآءَ
pertemuan
يَوۡمِهِمۡ
hari mereka
هَٰذَا
ini
وَمَا
dan apa
كَانُواْ
mereka adalah
بِـَٔايَٰتِنَا
dengan ayat-ayat Kami
يَجۡحَدُونَ
mereka mengingkari
Terjemahan
(Mereka adalah) orang-orang yang menjadikan agamanya sebagai kelengahan dan permainan serta mereka telah tertipu oleh kehidupan dunia. Maka, pada hari ini (Kiamat), Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan pertemuan hari ini dan karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.
Tafsir
(Yaitu orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-mainan dan senda-gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari ini, hari kiamat, Kami melupakan mereka) Kami membiarkan mereka di dalam neraka (sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini) di mana mereka mengabaikan beramal baik untuk menghadapinya (dan sebagaimana mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami) sebagaimana mereka telah berlaku ingkar terhadapnya.
Tafsir Surat Al-A'raf: 50-51
Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepada kalian." Mereka (penghuni surga) menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu bagi orang-orang kafir.”
(Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.
Ayat 50
Allah menceritakan perihal kehinaan penghuni ahli neraka dan permintaan mereka akan makanan dan minuman kepada ahli surga. Mereka tidak diperkenankan apa yang mereka minta. Dengan kata lain, permintaan mereka ditolak.
As-Suddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, ‘Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepada kalian’." (Al-A'raf: 50)
Yang dimaksud dengan rezeki dalam ayat ini ialah makanan. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa penghuni neraka meminta kepada penghuni surga agar diberi makanan dan minuman.
Ats-Tsauri meriwayatkan dari Usman As-Saqafi, dari Sa'id ibnu Jubair sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa seseorang memanggil ayahnya atau saudaranya, lalu ia berseru kepadanya, "Sesungguhnya aku sekarang terbakar, maka berikanlah kepadaku sedikit air." Maka dikatakan kepada mereka (ahli surga), "Jawablah mereka," maka ahli surga menjawab mereka seperti yang disebut oleh Firman-Nya:
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu bagi orang-orang kafir.” (Al-A'raf: 50) Telah diriwayatkan pula melalui jalur lain dari Sa'id, dari Ibnu Abbas hal yang semisal.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu bagi orang-orang kafir.” (Al-A'raf: 50)
Yakni makanan dan minuman surga diharamkan bagi orang-orang kafir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Musa ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Abu Musa As-Saffar ketika di rumah Amr ibnu Muslim. Ia mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas, "Sedekah apakah yang lebih afdal?" Ibnu Abbas menjawab bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Sedekah yang paling utama ialah berupa air. Tidakkah engkau mendengar ucapan ahli neraka ketika mereka meminta tolong kepada ahli surga, mereka mengatakan, ‘Limpahkanlah kepada kami sebagian dari air atau sedikit dari apa yang direzekikan oleh Allah kepada kalian’.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh yang menceritakan bahwa di saat Abu Thalib sedang sakit berat, orang-orang (Quraisy) berkata kepadanya, "Sebaiknya engkau suruh keponakanmu ini (yakni Nabi ﷺ) membawa setangkai buah anggur dari surga, mudah-mudahan dapat menyembuhkanmu." Utusan Abu Thalib datang menghadap Nabi ﷺ, yang saat itu sedang bersama Abu Bakar.
Maka Abu Bakar berkata (kepada utusan tersebut), "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan makanan dan minuman surga atas orang-orang kafir." Kemudian Allah ﷻ menggambarkan perihal orang-orang kafir, yaitu tentang pegangan hidup mereka di dunia,Mereka menjadikan agama sebagai permainan dan senda gurau, serta terpedaya dengan kemewahan dunia, sehingga mereka melupakan perintah untuk beramal demi kehidupan di akhirat.
Ayat 51
Firman Allah ﷻ: “Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini.” (Al-A'raf: 51)
Maksudnya, mereka diperlakukan seperti orang-orang yang terlupakan sebagai balasan karena mereka melupakan Allah. Karena sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang samar dan tersembunyi dari pengetahuan Allah dan tiada sesuatu pun yang terlupakan oleh-Nya. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu melalui firman-Nya:
“Di dalam sebuah kitab, Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa.” (Thaha: 52)
Sesungguhnya Allah ﷻ mengatakan demikian sebagai balasan yang setimpal terhadap mereka. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu melalui firman-Nya:
“Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.” (At-Taubah: 67)
Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepada kamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (Thaha: 126)
“Dan dikatakan (kepada mereka),’Pada hari ini Kami melupakan kalian sebagaimana kalian telah melupakan pertemuan (dengan) hari kalian ini.” (Al-Jatsiyah: 34)
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
“ Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini.” (Al-A'raf: 51)
Bahwa Allah melupakan kebaikan untuk mereka, tetapi tidak melupakan keburukan buat mereka.
Menurut riwayat Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas, maksudnya yaitu Kami tinggalkan mereka sebagaimana mereka telah melupakan pertemuan-pertemuan mereka dengan hari ini. Menurut Mujahid, Kami biarkan mereka di dalam neraka. Menurut As-Suddi, Kami biarkan mereka tidak mendapat rahmat karena mereka telah melupakan beramal untuk menyambut pertemuan mereka dengan hari ini.
Di dalam hadits shahih disebutkan bahwa Allah berfirman kepada seorang hamba di hari kiamat. "Bukankah Aku telah menikahkanmu, bukankah Aku telah memuliakanmu, bukankah Aku telah menundukkan bagimu kuda dan unta, dan Aku memberikan kamu untuk memimpin dan bertempat tinggal?" Hamba itu menjawab, "Benar." Allah berfirman, "Apakah kamu menduga bahwa engkau akan bertemu dengan-Ku pada hari ini?" Si hamba menjawab, "Tidak." Maka Allah ﷻ berfirman, "Maka pada hari ini Aku melupakanmu sebagaimana kamu telah melupakan Aku." (HR. Muslim dalam kitab [bab] az-Zuhud)
Yaitu orang-orang yang semasa hidupnya di dunia mengaku beragama tetapi mereka menjadikan agamanya sebagai permainan dan sendagurau, dan mereka telah tertipu dan tenggelam oleh buaian kenikmatan kehidupan dunia sehingga mereka hanya mengikuti hawa nafsu, bersenang-senang dan bergembira tanpa mempedulikan halal dan haram, yang hak dan yang batil. Maka pada hari ini, hari Kiamat, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka dahulu melupakan, yakni mengingkari, pertemuan hari ini, dan karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami.
Pada ayat yang lalu diterangkan tentang keadaan penghuni surga, neraka, dan A'ra'f, dan juga dialog antara mereka yang dapat dijadikan pelajaran dan peringatan agar manusia terhindar dari penyesalan dan mendapat petunjuk kepada jalan yang benar. Pada ayat-ayat ini diterangkan tentang kitab Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia, dan diterangkan pula bagaimana akibat orang-orang yang menentang dan mendustakannya pada hari Kiamat. Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab yang agung, yaitu Al-Qur'an, kepada mereka yang Kami jelaskan beragam bukti yang mudah dipahami, dan penjelasan itu atas dasar pengetahuan Kami yang sangat luas, mantap, dan menyeluruh sehingga tidak ada kekurangan dan kelemahannya. Kitab itu benar-benar sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Ayat ini menerangkan, siapakah orang kafir yang telah diharamkan Allah minum dan makan makanan yang diberikan kepada penghuni surga. Mereka itulah orang-orang yang semasa hidup di dunia, mengaku beragama tapi hanya sekadar berolok-olok dan bermain-main saja. Mereka tidak beragama dengan maksud untuk mensucikan jiwanya dan untuk mendapatkan pahala di sisi Allah di akhirat nanti. Mereka beragama hanya sekadar nama saja, tetapi amal perbuatan mereka bertentangan dengan ajaran agama. Malahan kadang-kadang mereka menjadi penghalang berlakunya ajaran agama dalam masyarakat.
Mereka sudah tenggelam dalam buaian kenikmatan hidup di dunia. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu, bersenang-senang dan bergembira dengan tidak memperdulikan halal haram, yang hak dan yang batil. Mereka tidak seperti orang-orang beriman, menjadikan dunia ibarat kebun untuk dapat ditanami dengan kebaikan-kebaikan yang hasilnya dapat dipetik nanti di akhirat. Karena sudah terbenam dalam gelombang keduniawian, dibuai dan diayun oleh kesenangan sementara, sedang kesenangan yang selama-lamanya mereka lupakan. Pantas kalau pada hari Kiamat Allah melupakan mereka, tidak menolong mereka, karena semasa hidup di dunia mereka lupa kepada Allah, seolah-olah mereka tidak akan pulang ke kampung yang abadi. Maka pada hari Kiamat Allah membiarkan mereka dalam api neraka yang menyala-nyala, karena mereka tidak mau berbuat amal saleh semasa hidup di dunia, tidak percaya akan hari akhirat dan mereka selalu membantah dan mendustakan ayat-ayat Allah yang disampaikan oleh Rasul-rasul-Nya bahkan mereka menentang Rasul-rasul Allah itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Telah selesai Allah menerangkan betapa kesudahan orang-orang yang berdiri di benteng al-A'raaf itu dan duduklah ahli surga di dalam surga dan ahli neraka di dalam neraka, menderita adzab dari segala kezaliman kala hidup di dunia, lalu Allah menceritakan lagi,
Ayat 50
“Dan, menyerulah ahli neraka itu kepada ahli sunga, luangkanlah kepada kami dari ain atau dari apa-apa yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada kamu.'"
Dengan keterangan ini dapatlah kita pahami bahwa ada kemungkinan menuangkan air dari surga ke neraka akan jadi minuman orang yang sengsara kena adzab itu dan yang telah dahulu sangat mereka harapkan ialah bantuan air sejuk. Ditambah dengan makanan yang lain pun syukur. Namun, airlah yang sangat mereka rindui sebab minuman mereka di neraka ialah zaqum dan hamim. Malah bercampur nanah atau air menggelegak atau mendidih. Menurut Ibnu Abbas, seorang ahli neraka menyeru saudaranya ahli surga, mohon diberi air, sebab sudah hangus perutnya.
“Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kedua-duanya itu atas orang-orang yang kafir."
Artinya, bukanlah ahli surga tidak mau memperkenankan permohonan itu, baik me-nuangkan air maupun memberikan makanan yang lain, yaitu nikmat yang mereka terima dari Allah di dalam surga. Cuma mereka tidak bisa memberikan sebab keduanya itu telah diharamkan Allah, tidak boleh diberikan kepada orang-orang yang kafir. Arti kafir di sini ialah orang-orang yang di kala hidup di dunia, tidak mau menerima, bahkan mendustakan, baik dengan mulut maupun dengan perbuatan, segala perintah dan larangan Allah. Oleh sebab itu, malahan yang ada di dunia. Kemudian, diterangkan lagi bagaimana kafir mereka,
Ayat 51
“(Yaitu) orang yang telah mengambil agama jadi kesia-siaan dan permainan dan mereka telah diperdayakan oleh kehidupan dunia."
Itulah macam kekufuran yang menyebabkan mereka masuk neraka sehingga haram meminum air sejuk minuman orang surga dan haram memakan makanan mereka.
Ketika hidup di dunia dahulu kerja mereka hanya berbuat pekerjaan yang sia-sia, tidak berguna, bermain-main dengan tidak kesungguhan. Memperturutkan hawa nafsu dengan tidak terbatas, padahal usia di dunia sangat terbatas. Kehidupan itu mereka sangka hanya di dunia ini saja."Maka pada hari ini, Kami lupakanlah mereka sebagaimana mereka telah melupakan pertemuan hari mereka ini." Maka jika mereka di hari ini, hari akhirat, sengaja dilupakan, diharamkan meminum air surga dan memakan makanannya, walaupun air dan makanan itu bisa dikirimkan atau dituangkan ialah tersebab dahulu di kala di dunia mereka telah melupakan hari ini. Mungkin setengah dari mereka ada yang percaya kepada betapa hebatnya adzab orang yang durhaka di hari akhirat, tetapi kesia-siaan dan permainan, godaan hidup dunia yang singkat itu, kerap kali menyebabkan mereka lalai dan lupa.
“Dan, lantaran mereka telah tidak percaya kepada ayat-ayat Kami."
Apa yang dikatakan di kala di dunia, mereka tidak mau percaya. Peringatan tentang hebatnya hari Kiamat mereka terima lalu saja, masuk di telinga kanan, keluar di telinga kiri. Kadang-kadang mereka bantah, tidak akan ada akhirat lagi. Oleh sebab itu, jika mereka masuk neraka dan tidak boleh diberi air sejuk atau makanan yang lain, itu hanya akibat dari keingkaran dan kekufuran mereka di dunia juga.
Orang-orang yang sengaja hendak mencari pasal di dalam keterangan ayat-ayat Allah, yaitu kafir-kafir zaman modern, ada yang bertanya setelah membaca ayat ini."Apakah dengan begini Allah kamu orang Islam itu tidak kejam? Sehingga meminta seteguk air saja tidak boleh?" Maka, serupalah orang yang bertanya itu dengan orang yang hanya melihat seorang yang tengah menjalani hukuman gantung karena terang bersalah membunuh orang. Dia hanya melihat mayat tergantung, lalu mengatakan kejam dan dia tidak memikirkan orang lain yang telah mati terlebih dahulu. Dia tidak dapat memperseimbangkan di antara kasih sayang dengan keadilan. Dan, tidak sampai berpikir bahwasanya Allah menerangkan yang akan kejadian ini kelak, adalah alamat kasih sayang Allah kepada manusia, supaya manusia menjauhinya, jangan sampai berbuat demikian. Karena kalau itu diperbuat, keadilan
Allah mesti berlaku. Dalam ajaran Islam, tidak ada keraguan Allah di dalam melaksanakan sikap kasih sayang dan keadilan-Nya itu.
Ayat selanjutnya menunjukkan lagi kasih sayang Allah.
Ayat 52
“Dan sesungguhnya telah Kami datangkan kepada mereka sebuah kitab, yang telah Kami jelaskan dia dengan dasan pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang mau percaya."
Orang tidaklah datang diadzab saja. Orang tidaklah datang diharamkan saja ketika mereka meminta dituangkan air, padahal mereka sudah sangat haus. Kasih sayang Allah telah dijelaskan dari segala macam segi dan pintunya. Dikirimi kitab dan kitab diiringi oleh rasul-rasul. Rasul-rasul menerangkan maksud isi kitab.
Muhammad ﷺ menerangkan maksud Al-Qur'an. Diberi penjelasan sampai sejelas-jelasnya. Kalau isi kitab-kitab itu diikut dan dipatuhi, pasti mendapat petunjuk dan pasti mendapat rahmat. Namun, mereka tidak mau percaya. Mereka dengan perbuatan sia-sia dan main-main, lebih suka menolak petunjuk dan rahmat. Mereka masuk neraka, diharamkan minta air kiriman surga, lain tidak adalah karena pilihan mereka sendiri. Kalau mereka di akhirat dilupakan, ialah karena balasan di kala hidup di dunia mereka pun melupakan. Kalau tidak begini, balasan yang mereka terima atas kasih-sayang ditumpahkan sedemikian rupa oleh Allah, tampaklah kelemahan Allah sehingga yang kuat hanya sifat kasih sayang, niscaya Allah tidak adil, sebab orang yang berbuat baik tidak mendapat keistimewaan daripada kebaikannya.
Di dalam ayat diterangkan bahwa kitab itu diturunkan dan diberi pula penjelasan. Segala masalah Al-Qur'an dijelaskan oleh Rasul, baik dengan perkataannya maupun dengan perbu-atannya. Dua puluh tiga tahun: tiga belas tahun di Mekah dan sepuluh tahun di Madiriah, bu-kanlah masa yang singkat buat memberi penjelasan. Bahkan sebagian besar ayat turun ialah karena timbul satu masalah atau menjawab satu pertanyaan. Terutama sekali di tiap-tiap keterangan ayat itu senantiasa ada penjelasan tentang Allah dan sifat-Nya, tentang tauhid dan bahaya syirik, sejelas-jelasnya. Kemudian, dijelaskan pula tentang ibadah, mulai dari wudhu sampai shalatnya. Tentang puasa, zakat, dan haji. Dan, diterangkan pula di dalam ayat bahwa penjelasan itu ialah dengan dasar ilmu pengetahuan yang diterima akal sebab dasarnya ialah ilmu. Oleh sebab itu, kalau orang mau percaya, akan dapat petunjuklah dia dari Al-Qur'an. Apabila petunjuk telah datang, niscaya rahmatlah yang akan mengiringinya sebab penjelasan-penjelasan Al-Qur'an akan memberi nur atau cahaya di dalam hati. Ilmu adalah rahmat dan bodoh adalah sengsara dan kegelapan.
Ayat 53
“Tidak ada yang mereka tunggu selain kesudahannya."
Mereka bertangguh-tangguh hendak menerima penjelasan dari kitab itu. Apakah sebabnya mereka bertangguh-tangguh, mundur-maju, atau ragu-ragu. Kebanyakan mereka ialah hendak mengetahui bagaimana akhirnya, apa kesudahannya, apa akibatnya di belakang? Dalam ayat disebut takwil, yang kita artikan dengan “kesudahan". Yang ditafsirkan Qatadah dengan “akibat", dan ditafsirkan as-Suddi dengan “beberapa akibat". Apabila timbul satu perubahan dalam masyarakat, di sini ialah perubahan besar yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ, mereka-mereka yang ragu-ragu memperkata-kan, bagaimana kesudahannya ini nanti. Apakah ajakan Muhammad ini akan berhasil, apakah kedudukan kita yang selama ini telah mulia akan runtuh karena pengaruh Muhammad bertambah besar? Mereka menunggu-nunggu kesudahan. Kesudahan ini telah bertemu. Al-Qur'an turun, Muhammad ﷺ membawa seruan, mereka menentang. Keadaan berkembang terus-menerus, daerah mereka bertambah lama bertambah sulit, pengaruh mereka bertambah lama bertambah hilang.
Masih di dunia telah bertemu kesudahan atau akibat atau takwil yang pertama, yaitu kekalahan dan gugurnya pemimpin-pemimpin yang keras kepala mempertahankan syirik itu, habis tewas orang-orang yang dianggap penting. Sekali kebenaran telah tumbuh, dia akan berkembang dan berpohon, bercabang, berdaun dan beranting, tidak ada kekuatan kecurangan yang dapat menghalanginya lagi.
Dan, akibat atau kesudahan terakhir ialah datangnya hari Kiamat ini, yang mengakibatkan yang kufur masuk neraka; meminta seteguk air saja pun tidak diberi.
“Pada hari datang kesudahannya itu, berkatalah orang-orang yang telah melupakannya terlebih dahulu itu, ‘Sesungguhnya telah datang utusan-utusan Tuhan kami dengan kebenaran."‘ Pada ayat ini diterangkan lagi bahwa pada zaman dahulu memang sengaja mereka telah melupakan seruan Rasul. Sekarang setelah berhadapan dengan adzab, baru mereka menyatakan penyesalan. Baru mereka mengaku bahwa memang utusan-utusan Allah telah datang dengan kebenaran. Sebab, Nabi Muhammad ﷺ menerangkan bahwa beliau adalah utusan Allah yang terakhir, dahulu dari dia telah diutus Allah pula berpuluh-puluh rasul. Artinya, bahwa ketauhidan yang dibawa Muhammad ﷺ sudah patut diketahui semua orang sebab sudah disampaikan juga sejak dahulu oleh nabi-nabi dan rasul-rasul. Dengan keluhan yang demikian ditam-pakkanlah oleh Allah kepada kita bahwa pada masa hidup di dunia itu sendiri pun hati kecil mereka telah mengakui memang Allah telah mengutus rasul-rasul dan seruan mereka itu telah sampai kepada mereka. Akan tetapi, mereka telah melupakannya karena telah dirintangi oleh kesia-siaan dan permainan dan terpedaya oleh kehidupan dunia yang hampa ini. Setelah berhadapan dengan adzab, barulah mereka menyesal dan keluarlah isi hati yang sebenarnya, yaitu bahwa rasul-rasul memang telah datang dengan kebenaran. Karena adzab tidak terderita lagi maka timbullah keluhan, lalu berkata, “Lantaran itu adakah penolong-penolong yang akan menolong kami, atau kami dikembalikan? Supaya akan kami amalkan, lain dari apa yang telah kami amalkan (dahulu)?" Inilah keluhan mereka, yaitu dua macam. Pertama, mencari-cari adakah agaknya orang yang akan sudi menjadi pembela mereka dan menolong di hadapan Allah? Yang disebut di dalam ayat syufa ‘aa atau advokat dan pokrol yang akan dapat membela perkara mereka di hadapan Allah? Tentu saja permohonan itu tidak akan dapat terkabul. Sebab, yang dapat dipokroli dan diadakan pembelaan di hadapan Allah ialah jika Allah sendiri tidak mengerti duduk soal.
Di muka mahkamah kehakiman dunia kita memang bisa naik bandirig kalau kita merasa hukum terlalu berat buat kita atau kita merasa dihukum tidak bersalah. Karena pengetahuan hakim dunia tidaklah lengkap mendalami segala persoalan. Dan, si pesakitan pun bisa berusaha menyembunyikan rahasia sehingga hakim tidak tahu, lalu mendapat hukuman ringan ataupun bebas, walaupun memang ada bersalah. Sebab, hakim tidak akan menjatuhkan hukuman kalau menurut pendapatnya si pesakitan tidak terang bersalah, atau terang tidak bersalah.
Malahan di dalam agama Islam sendiri, Rasulullah ﷺ merasa lebih baik kalau seorang hakim salah tafsir, lalu menjatuhkan hukuman ringan kepada seseorang, daripada salah lalu menjatuhkan hukuman yang berat. Si pesakitan boleh membela diri dan boleh mencari pembela, tetapi semuanya ini tidak akan ada di hadapan mahkamah Ilahi. Sebab, Allah tahu segala persoalan zahir dan batin dan Dia tidak akan menjatuhkan hukum dengan zalim sebab Dia tidak berkepentingan di dalam melakukan yang zalim itu. Si pesakitan tidak dapat menyembunyikan suatu kesalahan pun. Malahan di dalam surah an-Nuur ayat 24, diterangkan bahwa ketika berjawab berdakwa dengan Allah bukan orang lain yang akan tegak menjadi saksi yang turut menyalahkan kalau salah, malahan ialah mereka sendiri, tangan dan kaki mereka sendiri, semuanya turut jadi saksi.
Oleh sebab itu, di akhirat permohonan hendak meminta pembela takkan terkabul. Di samping itu mereka meminta, atau kembalikan kami ke dunia sekali lagi supaya kami amalkan amalan yang lebih baik dari amalan yang pernah kami amalkan zaman dahulu.
Itu pun suatu permintaan yang sia-sia. Sebab, Allah telah menakdirkan zaman bukan berputar ke belakang, melainkan terus ke muka. Jika manusia telah melalui maut, sebagai akhir dari kehidupan dunia dan permulaan dari kehidupan akhirat, tidaklah dapat lagi buat diulang kembali pada kehidupan dunia itu, sebagaimana orang hidup di dunia ini, tidaklah dapat kembali lagi ke dalam rahim ibunya. Berfirmanlah Allah di ujung ayat,
“Sungguh, mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah lenyap dari mereka apa-apa yang mereka ada-adakan itu."
Di sini ditegaskan Allah kembali bahwa adzab yang diterima di akhirat itu adalah kesudahan yang wajar daripada kesalahan memilih jalan hidup tatkala di dunia. Mereka di akhirat telah rugi sebab kala di dunia mereka telah merugikan diri sendiri dengan memilih jalan salah, mempersekutukan yang lain dengan Allah, sengaja melupakan seruan yang benar dari rasul, menolak ayat-ayat yang diturunkan Allah, padahal penjelasan sudah cukup. Dan, setelah akhirat datang, adzab neraka mengancam, segala apa yang mereka ada-adakan, mereka karang-karangkan di kala hidup, berhala yang disembah, benda yang di-pertuhan, manusia yang diperdewa, semua-nya telah habis, telah lenyap. Karena memang semuanya itu pada hakikatnya adalah hal yang tidak ada belaka.
Apa sebab ini diterangkan sampai pada surga dan neraka, sampal-sampai pada urusan minta seteguk air atau sesuatu makanan surga, diharamkan buat diberikan? Ialah peringatan buat kita di zaman hidup ini belaka. Kepada orang Quraisy pada masa turun ayat dan kepada seluruh manusia sampai di akhir zaman supaya elakkanlah itu semuanya dari mulai sekarang.