Ayat

Terjemahan Per Kata
وَنَادَىٰٓ
dan berseru
أَصۡحَٰبُ
penghuni
ٱلۡأَعۡرَافِ
A'raf
رِجَالٗا
beberapa orang laki-laki
يَعۡرِفُونَهُم
mereka mengenalnya
بِسِيمَىٰهُمۡ
dengan tanda-tanda mereka
قَالُواْ
mereka berkata
مَآ
tidak
أَغۡنَىٰ
mencukupi/memberi manfaat
عَنكُمۡ
dari kalian
جَمۡعُكُمۡ
kamu kumpulkan
وَمَا
dan apa
كُنتُمۡ
kalian adalah
تَسۡتَكۡبِرُونَ
kamu sombongkan
وَنَادَىٰٓ
dan berseru
أَصۡحَٰبُ
penghuni
ٱلۡأَعۡرَافِ
A'raf
رِجَالٗا
beberapa orang laki-laki
يَعۡرِفُونَهُم
mereka mengenalnya
بِسِيمَىٰهُمۡ
dengan tanda-tanda mereka
قَالُواْ
mereka berkata
مَآ
tidak
أَغۡنَىٰ
mencukupi/memberi manfaat
عَنكُمۡ
dari kalian
جَمۡعُكُمۡ
kamu kumpulkan
وَمَا
dan apa
كُنتُمۡ
kalian adalah
تَسۡتَكۡبِرُونَ
kamu sombongkan
Terjemahan

Orang-orang di atas tempat yang tertinggi (al-a‘rāf) menyeru orang-orang yang mereka kenal dengan tanda-tanda (khusus) sambil berkata, “Tidak ada manfaatnya bagimu (harta) yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan.
Tafsir

(Dan orang-orang yang di atas Al-A`raaf memanggil beberapa orang pemuka-pemuka) penduduk neraka (yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan, "Tidaklah memberi manfaat kepadamu) dapat menyelamatkanmu dari neraka (apa yang kamu kumpulkan) yakni harta benda atau banyaknya bilangan kamu (dan apa yang selalu kamu sombongkan itu.") yaitu kepongahanmu tidak mau beriman, kemudian orang-orang yang di atas Al-A`raaf bertanya kepada penghuni neraka seraya memberi isyarat kepada orang-orang Islam yang lemah.
Tafsir Surat Al-A'raf: 48-49
Dan orang-orang di atas A'rāf (tempat yang tertinggi) menyeru orang-orang yang mereka kenal dengan tanda-tandanya sambil berkata, "Harta yang kalian kumpulkan dan apa yang kalian sombongkan, (ternyata) tidak ada manfaatnya untuk kalian.
“Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah (ketika kamu hidup di dunia), bahwa mereka tidak akan diberi rahmat oleh Allah?” (Allah berfirman,) “Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu juga tidak akan bersedih.”
Ayat 48
Allah berfirman memberitahukan mengenai celaan keras, yang disampaikan oleh penghuni A'raf terhadap pemimpin-pemimpin orang musyrik yang mereka kenal melalui tanda-tandanya dalam neraka.
“Harta yang kalian kumpulkan dan apa yang kalian sombongkan, (ternyata) tidak ada manfaatnya untuk kalian.” (Al-A'raf: 48)
Artinya, banyaknya harta kalian, jumlah kalian dan besarnya golongan kalian, tidak dapat menyelamatkan kalian dari azab Allah. Akan tetapi kalian akan menuju ke tempat di mana kalian mendapat azab dan pembalasan seperti yang kalian rasakan sekarang.
Ayat 49
“Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah (ketika kamu hidup di dunia), bahwa mereka tidak akan diberi rahmat oleh Allah?” (Al-A'raf: 49)
Menurut Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas, yang dimaksud adalah penduduk A'raf.
“Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu juga tidak akan bersedih.” (Al-A'raf: 49)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sa'd, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku pamanku, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka mengatakan,
“Harta yang kalian kumpulkan tidaklah memberi manfaat kepada kalian.” (Al-A'raf: 48), hingga akhir ayat.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa setelah penduduk A'raf berkata kepada mereka sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, mereka harus mengatakannya (yakni penduduk A'raf berkata kepada ahli surga dan ahli neraka).
Maka Allah berfirman kepada orang-orang yang takabur (sombong) dan yang berharta banyak:
“‘Itukah orang-orang yang kamu telah bersumpah (ketika kamu hidup di dunia), bahwa mereka tidak akan diberi rahmat oleh Allah’? (Allah berfirman) ‘Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu juga tidak akan bersedih’.” (Al-A'raf: 49)
Huzaifah mengatakan, sesungguhnya penduduk A'raf adalah suatu kaum yang amal kebaikan dan amal keburukannya seimbang. Amal keburukannya menghalanginya untuk masuk surga, sedangkan amal baiknya menyelamatkannya dari neraka, maka mereka ditempatkan di A'raf sehingga mereka mengetahui semua orang melalui tanda-tandanya.
Setelah Allah selesai dari memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Nya, maka diizinkan bagi mereka untuk mencari syafaat. Lalu mereka datang kepada Adam dan mengatakan, "Wahai Adam, engkau adalah bapak kami semua, maka mohonkanlah syafaat bagi kami kepada Tuhanmu." Adam menjawab, "Tahukah kamu bahwa ada seseorang yang diciptakan oleh Allah dengan tangan (kekuasaan)-Nya sendiri serta Allah telah meniupkan sebagian dari roh (ciptaan)-Nya ke dalam tubuhnya, dan rahmat-Nya terhadap dia mendahului murka-Nya, dan para malaikat sujud kepadanya selain dari saya?" Mereka menjawab, "Tidak tahu." Adam berkata, "Saya tidak mengetahui keadaan Allah, maka saya tidak dapat memintakan syafaat buat kalian, sebaiknya datanglah kalian kepada anakku, yaitu Ibrahim."
Mereka datang kepada Nabi Ibrahim dan meminta kepadanya agar memintakan syafaat buat mereka kepada Tuhan mereka. Ibrahim berkata, "Tahukah kalian bahwa ada seseorang yang dijadikan oleh Allah sebagai kekasih-Nya? Tahukah kalian bahwa ada seseorang yang dibakar kaumnya dengan api demi membela Allah selain dari saya?" Mereka menjawab. Tidak tahu." Nabi Ibrahim menjawab, "Saya tidak mengetahui keadaan-Nya, maka saya tidak dapat memintakan syafaat buat kalian, tetapi sebaiknya datangilah anakku Musa oleh kalian." Mereka datang kepada Nabi Musa a.s.
Musa a.s. berkata, "Tahukah kalian bahwa ada seseorang yang diajak berbicara oleh Allah secara langsung dan didekatkan kepada-Nya dalam munajatnya selain saya?" Mereka menjawab, "Tidak tahu." Musa a.s. berkata, "Saya tidak mengetahui keadaan-Nya, maka saya tidak dapat memintakan syafaat buat kalian, tetapi sebaiknya datanglah kalian kepada Isa."
Mereka datang kepada Isa a.s. dan berkata kepadanya, "Mohonkanlah syafaat bagi kami kepada Tuhanmu." Isa berkata, "Tahukah kalian bahwa ada seseorang diciptakan oleh Allah tanpa seorang ayah?" Mereka menjawab, "Tidak tahu." Isa berkata, "Tahukah kalian bahwa ada seseorang yang dapat menyembuhkan orang buta dan orang yang berpenyakit supak serta dapat menghidupkan orang-orang yang telah mati dengan seizin Allah, selain saya?" Mereka menjawab, “Tidak tahu." Maka Isa berkata, "Saya hanya membela diri saya sendiri, saya tidak mengetahui keadaan-Nya, maka saya tidak dapat memohonkan syafaat buat kalian. Tetapi sebaiknya datanglah kalian kepada Muhammad ﷺ."
Lalu mereka datang kepada Muhammad. Maka saya mengusapkan tangan ke dada, kemudian saya katakan, "Sayalah orang yang dapat memohonkan syafaat untuk kalian." Kemudian saya berjalan hingga sampai di hadapan Arasy, lalu saya datang kepada Tuhan saya. Maka Dia membukakan bagi saya pujian yang sama sekali belum pernah didengar oleh seorang manusia mana pun. Lalu saya bersujud dan dikatakan Tuhan berkata, "Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu. Mintalah, niscaya engkau diberi apa yang engkau minta. Dan berilah syafaat, niscaya diizinkan bagimu!"
Maka saya mengangkat kepala saya, kemudian Tuhan memuji saya, lalu saya menyungkur bersujud, dan dikatakan kepada saya, "Angkatlah kepalamu. Mintalah apa yang engkau minta, niscaya permintaanmu akan dikabulkan. Dan berilah syafaat, niscaya syafaatmu akan diperkenankan." Saya mengangkat kepala saya dan mengatakan, "Wahai Tuhanku, selamatkanlah umatku." Allah berfirman, "Aku akan menyelamatkan mereka untukmu, mereka adalah bagianmu." Maka, tidak ada nabi atau malaikat terdekat yang tidak merasa iri dengan kedudukanku, yang disebut Maqamul Mahmud.
Kemudian saya bawa mereka ke surga dan saya meminta izin untuk dibuka, maka dibukalah pintu surga untuk saya dan untuk mereka. Selanjutnya mereka dibawa ke sebuah sungai yang dikenal dengan nama Nahrul Hayawan (Sungai kehidupan). Kedua tepi sungai itu terbuat dari batangan emas yang dihiasi dengan mutiara, sedangkan tanahnya dari minyak kasturi, dan batu kerikilnya adalah batu yaqut. Mereka mandi di dalam sungai itu.
Setelah mandi, mereka kembali dengan penampilan yang bersih dan harum, seperti penduduk surga. Mereka bersinar seperti bintang-bintang yang bercahaya, namun di dada mereka terdapat tanda putih yang merupakan pengenal mereka sebagai orang-orang miskin surga.
Dan orang-orang di atas A'ra'f, yaitu tempat yang tertinggi, menyeru penghuni neraka yang dahulu mendustakan ayat Allah dan Rasul-Nya dan senantiasa membanggakan harta bendanya, penghuni neraka tersebut adalah orang-orang yang mereka kenal dengan tanda-tandanya, mereka berkata, Wahai penghuni neraka, rasakanlah pedihnya azab Allah. Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang kamu sombongkan ketika di dunia, ternyata tidak ada manfaatnya sedikit pun buat kamu. Ketika pembicaraan tentang golongan mukmin yang dulu mereka anggap lemah, miskin, dan hina, penghuni A'ra'f mengajukan pertanyaan dengan nada mencela dan menghina, Wahai penghuni neraka! Itukah orang-orang yang kamu telah berani bersumpah, berlagak sombong, dan menghina mereka bahwa mereka tidak akan mendapat rahmat Allah' Kenyataannya sekarang, merekalah yang beruntung dan mendapatkan rahmat Allah. Kemudian sesudah percakapan itu Allah mempersilakan penghuni A'ra'f masuk ke dalam surga, sesudah tertahan sementara di tempat itu. Allah berfirman, Masuklah kamu ke dalam surga! Tidak ada rasa takut padamu dan kamu tidak pula akan bersedih hati.
.
Ayat ini menerangkan dialog penghuni A'raf dengan penghuni neraka yang terdiri dari orang-orang yang sombong dan takabur pada masa hidup di dunia. Orang-orang yang merasa mulia karena kekayaan dan hartanya yang banyak, merasa bangga hidup di dunia, memandang hina terhadap orang-orang mukmin yang miskin dan lemah, yaitu lemah kekuatan dan lemah kedudukan, dan sedikit pengikutnya. Mereka selalu membanggakan, bahwa siapa yang hidup kaya dan mulia, serta berkuasa di dunia, itulah orang-orang yang akan berbahagia di akhirat dan terhindar dari azab Allah. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
Dan setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, "Kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan." Dan mereka berkata, "Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (dari pada kamu) dan kami tidak akan diazab." (Saba/34: 34-35)
Penghuni A'raf mengenali mereka dengan tanda-tanda yang ada pada mereka, seperti yang bermuka hitam dan berdebu serta tanda-tanda yang dapat dikenal semasa hidup di dunia, seperti pemimpin Quraisy dan golongan-golongannya yang menjadi musuh Islam, dan selalu menindas dan menganiaya orang-orang Islam, di antaranya Abu Jahal, Walid bin Mugirah, Ash bin Wail dan lain-lain. Penghuni A'raf mengatakan kepada mereka, "Tidakkah dapat menolongmu dari siksaan api neraka harta kekayaanmu yang banyak, kesombonganmu terhadap orang-orang mukmin yang kamu anggap lemah. Tidak adakah faedah dan pahala yang kamu harapkan, sehingga kamu terlepas dari siksa yang pedih.".
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
AL-A'RAAF (BENTENG TINGGI)
Ayat 46
“Dan, di antara keduanya ada dinding."
Yaitu bahwa di antara ahli surga dan ahli neraka atau di antara surga dan neraka itu ada diridirig pembatas. Sungguh pun ada pembatas, tetapi kedua sisinya dapat untuk bercakap-cakap. Bagaimana dan apa pembatas itu tidak wajib kita ketahui, hanya wajib mengimaninya. Akal kita pun dengan sendirinya dapat menerima bahwa tempat yang mulia dan bahagia pasti ada batas dengan tempat siksaan dan sengsara, “Dan, di atas benteng itu ada beberapa laki-laki." Benteng kita jadikan arti dari al-A'raaf. Maka dapat kita pahamkan daripada ayat bahwasanya pada diridirig pembatas surga dan neraka itu ada benteng tinggi, atau yang biasa diriamai pun tinggi, yang orang dapat berdiri di tempat itu, lepas penglihatan matanya ke jurusan surga dan ke jurusan neraka. Di sana berdiri beberapa orang laki-laki atau banyak laki-laki. Sebab, rijaalun adalah jamak (kata menunjukkan banyak) dan rajulun: seorang laki-laki. Kata ahli tafsir, di benteng tinggi itu berdirilah banyak orang laki-laki dan tentu ada juga perempuan, yang tersekat di sana karena amal mereka jua."Yang mereka mengenal akan tiap-tiap seseorang dengan tanda masing-masing." Artinya, orang-orang yang berdiri di atas benteng A'raf itu dapat melihat orang-orang yang akan masuk ke dalam surga atau ke dalam neraka itu karena mereka melalui jalan di bawah benteng itu dapat mengenal wajah mereka sehingga lantaran melihat wajah itu saja, mereka sudah tahu ke jurusan mana mereka akan pergi, sebab tanda itu ada pada muka mereka. Di dalam surah ‘Abasa ayat 38-40 telah ditunjukkan betapa rupanya wajah orang yang akan masuk surga, berseri-seri, tertawa dan bersuka ria. Dan wajah ahli neraka: berduka cita dan tertindih oleh kegelapan. Ayat 40-41. Adapun orang-orang yang berdiri di tembok A'raf itu, menurut kata terbanyak dari ahli-ahli tafsir, ialah orangyang sama berat kebaikannya dengan kesalahannya. Oleh sebab itu, mereka masih ketinggalan menunggu keputusan Allah ke mana mereka akan dimasukkan. Setelah orang-orang yang di benteng A'raf itu melihat ahli surga menuju surga."Dan menyerulah mereka kepada penghuni surga itu: bahwa selamat sejahteralah atas kamu!"
Terbayanglah di dalam ayat ini bahwa penghuni benteng A'raf mengucapkan selamat kepada orang-orang berwajah riang gembira karena sedang menuju surga itu, sebab tercapailah sudah apa yang mereka cita-citakan sejak dari dunia dan akan mereka dapatilah apa yang dijanjikan bagi mereka.
“Mereka belumlah masuk, padahal mereka amat ingin."
Dapatlah kita rasakan pada zaman sekarang ini betapa perasaan orang-orang yang masih berdiri menonton orang berduyun-duyun menuju surga itu, wajah mereka kelihatan berseri-seri, padahal awak yang menonton belum tentu ke mana nasib, perkara belum putus. Mereka ucapkan selamat sejahtera bagi ahli surga, mereka ucapkan salam karena memang negeri surga adalah Darus Salam, Negeri Kedamaian Jiwa. Melihat orang berbondong, sebagai tersebut di dalam surah az-Zumar, dengan zumaran, rombongan dari rombongan, awak pun ingin masuk dalam rombongan itu, padahal belum boleh, sebab keputusan Allah belum keluar dan sengaja ditangguhkan,
Ayat 47
“Dan apabila dipalingkan pemandangan-pemandangan mereka ke pihak ahli neraka."
Di dalam ayat ini dijelaskan, pemandangan mereka dipalingkan kepada ahli neraka, sedangkan ketika ahli surga berlalu di hadapan mereka, sengaja mereka lihat Akan tetapi, terhadap rombongan ahli-ahli neraka tidaklah sampai hati mereka melihatnya atau takut melihat wajah mereka yang kusut, muram, dan kecut itu. bahkan di dunia ini pun kadang-kadang kita tidak sampai hati melihat menentang muka orang yang keruh karena tengah susah. Mereka hanya dapat melihat wajah ahli neraka karena dengan tidak mereka sengaja, pandangan mereka dipalingkan Allah ke jurusan rombongan ahli neraka itu.
“Mereka benkata, ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami bersama-sama kaum yang zalim."
Dengan tidak sengaja, terlihatlah rombongan ahli neraka menuju neraka. Wajah mereka kusut-masai semua, ahli A'raf pun ngeri melihat. Apalagi keputusan tentang nasib mereka sendiri, belum ditentukan. Masuk surga bersama ahli surga, meskipun besar keinginan, belum boleh. Akan masuk ke dalam neraka terasa takut. Pada saat itulah mereka menghitung-hitung diri kembali, mengingat-ingat bahwa memang banyak juga kelalaian di masa hidup, banyak juga kesalahan diperbuat, tetapi tidaklah sampai syirik atau menghambat manusia dari jalan Allah atau mem-belokkannya dari tujuannya yang lurus. Dan jantung berdebar karena keputusan belum ada itu, tidak lain sikap hanyalah berlindung kepada Allah, janganlah kiranya dimasukkan ke dalam rombongan orang-orang yang telah terang-terangan zalim itu.
Para Muslimin Budiman!
Keterangan tentang penduduk benteng A'raf ini hanya sekali ini saja tertulis di dalam surah yang diberi nama dengan namanya, tetapi dia meliputi seluruh Al-Qur'an. Maksud Allah, moga-moga dugaan hamba yang jahil ini ber-dekatlah dengan kebenaran ialah menimbulkan keinsafan bagi kita, berbuat baik janganlah ragu-ragu. Di dalam kehidupan kita di dunia ini sekali-sekali kita akan merasai suasana seperti ini. Penulis Tafsir ini telah menderita percobaan dunia, untuk dibandirigkan dengan percobaan akhirat itu, yaitu saat ditahan Pemerintah Orde Lama dalam tahanan berbulan-bulan menunggu keputusan perkara yang dituduhkan. Kerap timbul pertanyaan dalam hati, apalah kesalahanku. Terkenang orang yang berjasa berbuat baik maka inginlah diri agar termasuk ke dalam golongan itu. Dan, sesuai pula dengan bunyi ayat bahwa kita selalu berusaha agar yang buruk itu jangan dikenang-kenangkan, tetapi dia terlintas dan terkenang jua.
Itu baru kejadian di dunia, kita ambil menjadi bahan perbandirigan untuk menafsirkan suatu ayat mengenai akhirat, untuk mendekatkannya ke dalam paham. Maka, sedangkan di dunia soal yang belum putus itu lagi membuat hati jadi murung, apalagi di atas benteng A'raf melihat rombongan orang lalu, menuju tempatnya yang telah tertentu. Ayat ini menjadi pengajaran bagi kita sedang hidup ini, rupanya kembali pada maksud ayat 42 tersebut, yaitu memupuk iman dan selalu beramal, bekerja dengan sepenuh tenaga mencari dan menegakkan apa yang diridhai Allah dengan keinsafan bahwa yang dapat kita kerjakan hanyalah sekadar kemampuan yang diberikan Allah kepada kita jua. Jangan ragu dan jangan bimbang. Karena penghuni benteng A'raf, meskipun belum diadzab ataupun diberi karunia, tengah ditimpa kebimbangan karena di kala hidup dahulu ada juga kebingungan.
Ayat 48
“Dan, menyeru penghuni benteng tinggi itu kepada orang-orang laki-laki yang mereka kenal dari tanda mereka masing-masing."
Kelihatanlah oleh penghuni benteng A'raf itu wajah-wajah dari orang-orang yang akan masuk ke dalam neraka itu, yang kebetulan terpaling penglihatan mereka ke sana."Mereka berkata,
“Bukanlah tidak berfaedah kepada kamu, apa yang kamu kumpul-kumpulkan itu dan apa yang telah kamu besar-besarkan."
Dengan muka muram kusut-masai, ahli neraka menuju neraka, rombongan demi rombongan dihalaukan ke dalamnya. Kesalahan yang paling besar ialah mengumpul harta dan melagak, lalu lupa kepada Allah. Maka, bertanyalah penghuni benteng A'raaf, bagaimana nasibmu ini kawan, mana harta benda yang kamu kumpul-kumpulkan di kala hidup dahulu, tidaklah dia dapat dipergunakan menolong diri di hari ini? Dan, kala di dunia ini mereka membesar-besarkan berhala, memuja-muja sesama manusia, menyerikatkan semuanya itu dengan Allah. Sekarang kamu telah dihalau ke dalam neraka. Mana dia berhala-berhalamu itu? Mana dia yang kamu sembah selain Allah? Mengapa mereka tidak datang menolong?
Kemudian, penghuni benteng A'raf bertanya lagi kepada ahli neraka yang sedang dalam rombongan menuju nyalaan api itu,
Ayat 49
“Apakah ini orang-orang yang pernah kamu sumpahkan bahwa tidaklah Allah akan mencapaikan rahmat kepada mereka?"
Yang ditanyai ialah orang-orang zalim dan sombong, bangga dengan kekayaan dan keras mempertahankan berhala. Mereka telah merunduk hina menuju neraka. Sedangkan dalam rombongan yang pergi menuju surga, ialah orang-orang yang di kala hidup mereka pandang hina dan rendah. Seumpama Abu Jahal dan pemuka-pemuka Quraisy memandangi orang-orang, seperti Bilal, Shuhaib, Yasir dan ibunya, dan Abdullah bin Mas'ud dan lain-lain di kala hidup. Pemuka-pemuka Quraisy itu pernah mengatakan bahwa orang-orang semacam itu mana boleh mendapat rahmat Allah, mereka hanya asal budak belian atau tukang gembala kambing. Demikian juga sebagai umat Nabi Nuh yang mencerca mati dan tidak mau percaya kepadanya, sebab pengikut beliau dipandang orang-orang yang rendah dan hina. Sekarang orang-orang yang dipandang hina-dina itulah yang menuju surga. Ditunggui oleh nikmat Allah yang tidak berkeputusan, sedangkan mereka yang sombong itu dihalau masuk neraka.
Demikianlah renungan penghuni benteng A'raaf melihat rombongan demi rombongan lalu (lewat) di hadapan mereka, tetapi tentang nasib mereka sendiri belumlah ada keputusan.
Kemudian, sehabis semua rombongan masuk ke tempat ketentuan masing-masing yang ke surga menuju bahagia dan yang ke neraka menuju sengsara, duduklah termenung penduduk benteng A'raaf menunggu keputusan Allah, tentang nasib mereka. Orang lain telah diberi nilai, tetapi diri sendiri belum tentu nilai. Berapa agaknya lamanya? Wallahu a'lam. Sebab saat dan waktu itu sudah lain dari saat dan waktu dunia ini.
Menunggu dan menunggu, tiba-tiba datanglah keputusan Allah,
“Masuklah kamu ke dalam smga. Tidak ada ketakutan atas kamu dan tidaklah kamu akan berduka cita."
Maka sepahamlah sebagian besar ahli tafsir bahwa yang dimaksud dengan ketentuan Allah ini ialah penghuni benteng A'raf ini, yang tertahan beberapa lamanya di antara surga dan neraka. Memberikan penilaian atas orang lain, padahal diri sendiri belum mendapat keputusan. Ingin masuk bersama rombongan ke dalam surga, tetapi nama belum terpanggil. Takut akan dimasukkan ke dalam neraka, tetapi ketentuan Allah belum ada. Sebabnya, menurut keterangan ahli-ahli tafsir ialah karena buruk dan baik amal semasa di dunia sama berat timbangannya. Padahal, ketentuan Allah adalah Mahaadil. Jika sekiranya sedikit terlebih pada baik, tentu telah segera masuk surga dan jika terberat kepada kejahatan, tentu masuk dalam rombongan neraka. Sekarang, terdapatlah yang sama berat. Keputusan tentu ditunggu dari Allah sendiri karena ben-teng A'raaf bukanlah tempat tinggal yang tetap, Allah hanya mempunyai dua tempat ketetapan, yaitu surga dan neraka. Akhirnya Allah yang Rahman dan Rahim menjatuhkan keputusannya, penduduk benteng A'raaf yang terkatung-katung itu disuruh masuk ke dalam surga Jannatun Naim. Hilanglah segala ketakutan dan kebimbangan sebab kasih Allah mengatasi segala-galanya. Dan, tamatlah segala duka cita sebab ke dalam surga jugalah akhir kesudahan. Surga Darus Salam, negeri yang penuh aman damai dan sejahtera. Mereka masuk adalah semata-mata karena karunia Allah, yang jadi sifat Allah lagi, di samping ke-adilan-Nya.