Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
وَعَمِلُواْ
dan mereka berbuat/beramal
ٱلصَّـٰلِحَٰتِ
kebajikan
لَا
tidak
نُكَلِّفُ
Kami memaksakan
نَفۡسًا
seseorang
إِلَّا
kecuali
وُسۡعَهَآ
kesanggupannya
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
أَصۡحَٰبُ
penghuni
ٱلۡجَنَّةِۖ
surga
هُمۡ
mereka
فِيهَا
didalamnya
خَٰلِدُونَ
mereka kekal
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
وَعَمِلُواْ
dan mereka berbuat/beramal
ٱلصَّـٰلِحَٰتِ
kebajikan
لَا
tidak
نُكَلِّفُ
Kami memaksakan
نَفۡسًا
seseorang
إِلَّا
kecuali
وُسۡعَهَآ
kesanggupannya
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
أَصۡحَٰبُ
penghuni
ٱلۡجَنَّةِۖ
surga
هُمۡ
mereka
فِيهَا
didalamnya
خَٰلِدُونَ
mereka kekal
Terjemahan
(Adapun) orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.
Tafsir
(Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh) menjadi mubtada, sedangkan firman Allah ﷻ (Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya) sesuai kemampuannya dalam beramal; ini adalah jumlah mu'taridhah antara mubtada dan khabarnya, sedangkan khabarnya ialah (mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya).
Tafsir Surat Al-A'raf: 42-43
Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan kebajikan, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka, mengalir di bawah mereka sungai-sungai, dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukan kami. Sesungguhnya Rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran." Diserukan kepada mereka, "Itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, karena apa yang telah kamu kerjakan."
Ayat 42
Setelah Allah ﷻ menjelaskan keadaan orang-orang yang celaka, maka penjelasan-Nya beralih menceritakan keadaan orang-orang yang berbahagia. Untuk itu Allah ﷻ berfirman:
“Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan kebajikan.” (Al-A'raf: 42)
Yaitu hatinya beriman dan seluruh anggota tubuhnya mengerjakan amal-amal yang saleh.
Ayat ini merupakan lawan kata dari apa yang disebutkan oleh firman Allah ﷻ sebelumnya, yaitu:
“Sesungguhnya (bagi) orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya.” (Al-A'raf: 40)
Kemudian Allah mengingatkan bahwa iman dan pengamatannya adalah mudah karena Allah ﷻ telah berfirman:
“Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya. Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka.” (Al-A'raf: 42-43)
Maksudnya dendam kesumat, seperti yang disebutkan di dalam kitab Shahih Bukhari melalui hadits Qatadah dari Abul Mutawakkil An-Naji, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Apabila orang-orang mukmin selamat dari neraka, mereka ditahan di atas sebuah jembatan yang terletak di antara surga dan neraka. Lalu dilakukanlah hukuman qisas berkenaan dengan penzaliman yang terjadi di antara mereka ketika di dunia.
Setelah mereka dibersihkan dan disucikan (dari hal tersebut), barulah mereka diizinkan untuk memasuki surga. Demi Zat yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya seseorang di antara mereka lebih memiliki pemahaman tentang kedudukan dan tempat tinggalnya yang berada di Surga daripada tempat tinggalnya sewaktu di dunia.” (HR. Al-Bukhari).
As-Suddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka, mengalir di bawah mereka sungai-sungai.” (Al-A'raf: 43), hingga akhir ayat.
Sesungguhnya ahli surga itu apabila memasuki surga, maka mereka menjumpai di dekat pintu surga sebuah pohon yang pada akarnya terdapat dua mata air. Kemudian mereka minum dari salah satu mata air itu, sehingga semua dendam dan kebencian di hati mereka lenyap, minuman ini dinamakan minuman kesucian. Kemudian mereka mandi dari mata air yang lainnya, maka mengalirlah ke dalam tubuh mereka kesegaran yang penuh dengan kenikmatan, sehingga diri mereka tidak merasa lelah dan pucat lagi untuk selama-lamanya.
Abi Ishaq meriwayatkan dari ‘Ashim, dari Amirul Muminin Ali ibnu Abu Thalib hal yang semisal dengan atsar di atas, seperti yang akan dikemukakan nanti dalam tafsir firman-Nya: “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga secara berombongan.” (Az-Zumar: 73)
Qatadah mengatakan, Ali mengatakan bahwa sesungguhnya ia benar-benar berharap semoga dirinya, Usman, Talhah, dan Az-Zubair termasuk orang-orang yang disebut oleh Allah ﷻ di dalam firman-Nya:
“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka,” (Al-A'raf: 43). Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Israil yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan berkata bahwa Ali pernah mengatakan, "Berkenaan dengan kami ahli Badar, demi Allah, ayat berikut diturunkan," yaitu firman-Nya:
“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka.” (Al-A'raf: 43)
Imam An-Nasai dan Ibnu Murdawaih meriwayatkan yang lafaznya berdasarkan apa yang ada pada Ibnu Murdawaih, melalui hadits Abu Bakar Ibnu Ayyasy, dari Al-A'masy ibnu Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
Semua ahli surga dapat melihat kedudukannya di neraka, lalu ia mengatakan, "Seandainya jika Allah tidak memberikan petunjuk kepada saya..." maka ucapan itu merupakan ungkapan rasa syukurnya. Dan semua ahli neraka dapat melihat kedudukannya di surga, lalu ia mengatakan, "Seandainya Allah memberikan petunjuk kepada saya..." maka ucapan itu merupakan ungkapan rasa penyesalannya. Ketika mereka tidak ditempatkan di neraka, tetapi dimasukkan ke dalam surga, maka diserukan kepada mereka, "Apa yang kalian peroleh sekarang disebabkan amal perbuatan yang telah kalian kerjakan. Yakni berkat amal perbuatan saleh kalian. Kalian telah mencapai rahmat dan masuk surga berkat amal perbuatan mereka. Kemudian kalian menempati tempat kedudukan masing-masing sesuai dengan amal perbuatan kebaikan kalian."
Demikian berdasarkan apa yang disebutkan di dalam kitab Shahihain, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Ketahuilah oleh kalian tidak seorang pun dari kalian dapat masuk surga hanya karena amal perbuatannya semata. Para sahabat kemudian bertanya, "Tidakkah demikian juga bagi Anda, wahai Rasulullah?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Benar, demikian pula bagi saya, kecuali jika Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya.”
Pada ayat ini, Allah menerangkan tentang amal saleh serta ganjaran bagi orang yang melakukannya. Dan adapun orang-orang yang beriman, membenarkan Allah dan Rasul-Nya, meyakini kebenaran wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad, serta mengerjakan kebajikan dengan begitu ringannya dan tidak merasa terbebani, karena Kami sedikit pun tidak akan membebani seseorang untuk melakukan perintah dan menjauhi larangan melainkan menurut kadar kesanggupannya. Mereka, yaitu orang-orang yang beriman dan membuktikan keimanannya dengan melakukan amal kebajikan tanpa merasa terbebani, itulah penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
Berbeda dengan penghuni neraka yang saling mengutuk, penghuni surga hidup dengan hati yang bersih seperti digambarkan pada ayat ini. Dan Kami mencabut rasa dendam dari dalam dada mereka. Kemudian termasuk kesempurnaan nikmat yang mereka peroleh di surga adalah tempat tinggal yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Dan ketika hendak memasuki surga, mereka, penduduk surga, berkata, Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami untuk beramal saleh di dunia dan teguh untuk memegang ajaran-Nya sehingga kami mendapatkan nikmat masuk ke dalam surga ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk untuk menempuh jalan yang lurus ini sekiranya Allah tidak menunjukkan kami. Sesungguhnya rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran, yakni dengan membawa berita gembira bagi yang senantiasa mengikuti perintahnya, dan peringatan bagi orang yang menentangnya. Kini di surga kami menemukan dalam bentuk nyata apa yang mereka sampaikan itu. Dengan penuh penghormatan diserukan kepada mereka, Wahai orang yang bertakwa, itulah surga yang telah diwariskan kepadamu, karena apa, yakni amal saleh, yang telah kamu kerjakan.
Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang beriman dan beramal saleh sesuai dengan kesanggupannya akan menjadi penghuni surga. Hal ini sebagai balasan mereka mengimani Allah dan membenarkan kerasulan Nabi Muhammad, yang telah menyampaikan wahyu dan ajaran agama, dengan penuh ketaatan mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, mereka tidak akan dikeluarkan dari surga dan segala kenikmatan yang ada tidak akan dicabut untuk selama-lamanya.
Allah tidak akan memikulkan kewajiban kepada seseorang melainkan sesuai kesanggupannya. Semua perintah dan larangan Allah, tidak berat dan tidak pula memberatkan. Amal saleh yang akan menjadikan seseorang sebagai penghuni surga adalah mudah, tidak sulit dan tidak susah. Agama Islam adalah agama yang mudah dikerjakan, bukan agama yang berat. Mudah dikerjakan oleh laki-laki - perempuan, tua - muda, dan orang sehat - orang sakit, bahkan mudah dikerjakan oleh semua lapisan masyarakat, kapanpun di mana pun mereka berada.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Sekarang, diterangkanlah yang sebaliknya, yaitu orang yang beriman dengan beramal saleh.
Ayat 42
“Dan, orang-orang yang beriman dan ben-amat saleh."
Sebagaimana telah kita ketahui, iman atau kepercayaan, dasar sebagai Muslim ialah percaya akan Allah dan percaya pula akan hari kemudian, yakni bahwa hidup tidaklah habis hingga ini saja. Lantaran kepercayaan yang demikian, mereka pun mengikutinya dengan amal-amal perbuatan yang saleh, yang baik. Sebab, itulah yang akan menjadi bekal ke akhirat kelak. Selain diperingatkan bahwasanya iman tidak terpisah dari amal. Iman mesti membuahkan amal. Amal berarti berusaha, bekerja, tidak berhenti tangan, bergiat terus sehingga umur di dunia itu tidak dibiarkan pergi dengan percuma. Maka, sebelum Allah meneruskan janjinya, diselangi-Nya dengan kata, “Tidak Kami memberati suatu diri melainkan sekadar kesanggupannya." Disuruh mengisi hidup dengan amal, tetapi asal yang sesuai dengan kesanggupan dan kemampuan, tidak memikul beban berat yang tidak sesuai dengan daya dan tenaga. Seumpama beramal ibadah mengerjakan shalat menyembah Allah. Yang diwajibkan hanya lima waktu sehari semalam, dan satu kali shalat pukul rata 10 menit, letakkanlah ditambah dengan doa barang 10 menit pula, menjadi dalam sehari shalat yang 24 jam hanya satu jam jumlah buat shalat dan yang 23 jam bolehlah dipergunakan untuk amal yang lain. Tidaklah orang diperintahkan shalat saja terus-menerus. Sebab yang demikian itu tidak akan sanggup manusia memikulnya. Bekerja dan berusahalah seperti biasa, istirahatlah pada waktu istirahat, tidurlah pada waktu tidur, untuk mengambil tenaga yang baru. Kalau terus-menerus saja tentu lekas badan lelah. Demikian juga mengeluarkan harta benda untuk menegakkan jalan Allah, keluarkanlah sekadar kesanggupan dan kemampuan, Allah tidak memerintahkan mengeluarkan harta itu melebihi dari kesanggupan dan kemampuan maka iman hendaklah selalu bertambah teguh. Karena, apabila iman itu telah ber-tambah mendalam, daerah kesanggupan pun bertambah luas. Seumpama pada suatu hari Rasulullah ﷺ meminta agar sahabat-sahabat beliau mengurbankan harta benda mereka menurut kesanggupan masing-masing. Ada sahabat yang memberikan sekadarnya, ada yang memberikan seperempat, dan ada pula yang memberikan separuh hartanya. Karena semuanya mengeluarkan harta menurut kesanggupan, karena kesanggupan itu pun dituntun oleh iman. Tiba-tiba, Sayyidiria Abu Bakar ash-Shiddiq memberikan seluruh hartanya, “Telah engkau serahkan semuanya, wahai Abu Bakar! Apakah lagi yang tinggal padamu?" Sayyidiria Abu Bakar menjawab, “Aku masih mempunyai kekayaan besar, yaitu Allah dan Rasul-Nya."
Setelah Allah memperingatkan ini datanglah lanjutan firman,
“Adalah meieka itu penghuni singa. Mereka akan kekal di dalamnya."
Berimanlah dan beramallah. Perbuatlah amal sekadar tenaga yang ada, tidak usah dilebihi. Yang akan menentukan kapasitas tenaga itu ialah iman itu sendiri. Lemah iman, niscaya tenaga akan luntur. Dan kalau iman bertambah mendalam, yang berat bagi orang lain, adalah barang ringan saja bagi seorang Mukmin. Di sini ditegaskan bahwa Mukmin yang beramal itu akan kekal dalam surga.
Inilah yang pernah diperingatkan seorang sufi yang masyhur, yaitu Syekh Abu Madyan bahwa nikmat yang akan diterima di surga, apalagi akan kekal di dalamnya, adalah anugerah yang pada hakikatnya tidaklah sepadan dengan amal yang diperbuat manusia sendiri.
Bagaimana Syekh Abu Madyan tidak akan berkata demikian. Umur kita di dunia ini sa-ngatlah singkat dibandirigkan dengan panjangnya umur dunia setelah kita mati. Dan, kita disuruh beramal hanya sekadar kesanggupan pula, tidak usah berlebih. Padahal kelak akan dimasukkan ke dalam surga dan kekal di dalamnya. Kekal, tidak ada ujung sehingga tidak dapat dibandirigkan sedikit juga dengan sebutir pasir amal yang kita perbuat itu.
Kemudian Allah terangkan lagi satu hal yang amat penting.
Ayat 43
“Dan Kami cabut apa yang ada di dalam dada mereka dari rasa dengki."
Firman Allah sepatah ini hendaklah direnungkan baik-baik. Karena, di dalam berlomba menegakkan iman dan beramal saleh, kadang-kadang terjadilah perbenturan yang tadiriya tidak disengaja, maklum kiranya di dalam masyarakat dan pergaulan hidup. Iman sama-sama ada, amal pun sama-sama ada, tetapi karena perputaran roda hidup, terjadi saja selisih yang tidak diingini.
Sebagaimana kerap kali terjadi, timbul perpecahan karena berbeda pendapat, padahal orangnya bersahabat karib. Adapun perhitungan Allah amat berbeda dengan yang disangka-sangka manusia. Mungkinkah dua orang yang bermusuhan ketika hidup karena perbedaan pendapat, sampai ada benci dan dengki, keduanya dengan karunia Allah sama-sama masuk ke surga. Terbukalah pintu surga, soal perselisihan pendapat di dunia telah habis, keduanya sama-sama masuk surga, dan dari hati keduanya sama-sama hilanglah rasa benci dan dengki atau seumpama ambisi-ambisi dan nafsu kekuasaan politik di kala hidup. Sebab, keadaan sudah berubah.
Kata setengah ahli tafsir dan riwayat Sayyidiria Ali bin Abi Thalib ketika ditanyai orang tentang ayat ini telah menjawab dengan terharu, “Moga-moga kami bersama saudaraku Zubair dan Talhah dan lain-lain sama diberi perkenan oleh Allah masuk ke dalam surga!" Di saat itu habislah sudah segala rasa prasangka. Demikian karena mereka meninggal di dalam peperangan mereka menyokong Aisyah melawan Sayyidiria Ali dalam peperangan Waqf atul Jamal “Perang Berunta" (karena Siti Aisyah mengendarai unta) yang terkenal itu, seperti yang pernah tersebut di dalam hadits,
“Mengalir dari bawahnya sungal-sungai." Demikian itulah keadaan di dalam surga dengan serba-serbi kesuburannya."Dan, mereka berkata, ‘Sekalian puji untuk Allah yang telah menunjuki kita untuk ini dan tidaklah kita mendapat petunjuk kalau tidaklah Allah yang menunjuki kita.'"