Ayat
Terjemahan Per Kata
لَهُم
bagi mereka
مِّن
dari
جَهَنَّمَ
neraka jahanam
مِهَادٞ
tempat tidur
وَمِن
dan dari
فَوۡقِهِمۡ
atas mereka
غَوَاشٖۚ
tutup/selimut
وَكَذَٰلِكَ
dan demikianlah
نَجۡزِي
Kami memberi balasan
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang dzalim
لَهُم
bagi mereka
مِّن
dari
جَهَنَّمَ
neraka jahanam
مِهَادٞ
tempat tidur
وَمِن
dan dari
فَوۡقِهِمۡ
atas mereka
غَوَاشٖۚ
tutup/selimut
وَكَذَٰلِكَ
dan demikianlah
نَجۡزِي
Kami memberi balasan
ٱلظَّـٰلِمِينَ
orang-orang dzalim
Terjemahan
Bagi mereka (disediakan) alas tidur dari (api neraka) Jahanam dan di atas mereka ada selimut (dari api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim.
Tafsir
(Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka) alas untuk tidur (dan di atas mereka ada selimut) penutup dari api neraka; ghawaasyin bentuk jamak dari kata ghaasyiyah, sedangkan tanwinnya adalah merupakan pergantian dari ya yang telah dibuang. (Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim).
Tafsir Surat Al-A'raf: 40-41
Sesungguhnya (bagi) orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat durhaka.
Bagi mereka (disediakan) alas tidur dari (api neraka) Jahanam dan di atas mereka ada selimut (dari api neraka). Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim.
Ayat 40
Firman Allah ﷻ: “Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit.” (Al-A'raf: 40)
Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah tiada suatu amal saleh pun yang diterima dan tiada suatu doa pun bagi mereka yang dinaikkan ke langit. Demikianlah menurut Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair, dan menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi dan Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas. Hal yang sama dikatakan oleh riwayat Ats-Tsauri, dari Al-Laits, dari ‘Atha’, dari Ibnu Abbas.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah tidak dibukakan pintu-pintu langit bagi arwah mereka. Demikianlah menurut riwayat Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas, juga dikatakan oleh As-Suddi serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Pendapat ini diperkuat oleh apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal (yaitu Ibnu Amr), dari Zazan, dari Al-Barra, bahwa Rasulullah ﷺ pernah menceritakan perihal pencabutan nyawa orang yang ahli maksiat. Lalu rohnya dibawa naik ke langit, dan mereka (para malaikat) yang membawanya melewati segolongan malaikat, maka malaikat yang melihatnya mengatakan, "Siapakah yang rohnya seburuk itu?" Maka para malaikat yang membawanya menjawab, "Rohnya si Jahat anu," dengan menyebut nama julukannya yang paling buruk ketika di dunia.
Setelah mereka sampai di pintu langit dengan roh tersebut, mereka minta izin untuk dibukakan pintu bagi roh tersebut. Namun roh itu tidak diizinkan masuk, dan pintu langit tidak dibukakan untuknya. Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya:
“Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit. (Al-A'raf: 40), hingga akhir ayat.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Dan hadits ini merupakan sebagian dari hadits aslinya yang cukup panjang, diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, Imam An-Nasai, dan Imam Ibnu Majah melalui berbagai jalur dari Al-Minhal ibnu Amr dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini secara panjang lebar. Untuk itu ia mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Zazan, dari Al-Barra ibnu Azib yang menceritakan, kami berangkat bersama Rasulullah ﷺ untuk mengantarkan jenazah seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ketika kami sampai di kuburan dan jenazah sudah dimasukkan ke dalam liang lahad, maka Rasulullah ﷺ duduk, kami pun duduk pula di sekitarnya seakan-akan ada burung di atas kepala kami, sedangkan di tangan Rasulullah ﷺ terdapat setangkai kayu yang ia ketuk-ketukkan ke tanah. Lalu beliau ﷺ mengangkat kepalanya dan bersabda: “Mohon perlindunganlah kalian kepada Allah dari azab kubur!” Ucapan ini dikatakannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau ﷺ bersabda: Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila ajalnya di dunia telah tiba dan akan menghadap ke akhirat, maka turunlah kepadanya para malaikat dengan wajah yang putih bersinar seperti matahari.
Mereka turun dengan membawa kain kafan dari surga dan wewangian pengawet jenazah dari surga, hingga mereka semua duduk di dekatnya sampai sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut dan duduk di dekat kepalanya, lalu malaikat maut berkata, "Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju kepada ampunan dan ridha Allah!" Nabi ﷺ melanjutkan sabdanya: Maka keluarlah rohnya, mengucur sebagaimana tetesan air yang mengalir dari mulut wadah penyiram. Kemudian malaikat maut memegangnya, dan apabila malaikat maut telah memegangnya, dan seketika itu juga, tanpa menunda sedikit pun, ia langsung mencabutnya, mengafankan, serta mewangikannya dengan kain kafan dan wewangian yang telah dibawanya. Dari roh itu terciumlah aroma wangi minyak kesturi yang paling harum di muka bumi.
Lalu mereka membawanya naik ke langit. Setiap kali mereka melewati sekelompok malaikat, para malaikat itu bertanya, "Siapakah roh yang harum ini?" Mereka menjawab, "ini adalah Si Fulan,” yakni dengan menyebutkan nama terbaiknya yang biasa dipakai untuk memanggilnya ketika di dunia. Hingga sampailah mereka ke langit yang paling rendah, lalu mereka memintakan izin masuk untuknya, dan pintu langit dibukakan untuknya.
Maka ia diiringi oleh semua malaikat penghuni setiap lapis langit untuk mengantarkannya sampai kepada lapis langit yang lainnya, hingga sampai kepada langit yang ketujuh. Maka Allah ﷻ berfirman, "Catatkanlah di dalam kitab catatan amal hamba-Ku, ini bahwa dia termasuk orang-orang penghuni surga yang tinggi dan kembalikanlah ia ke bumi, karena sesungguhnya Aku telah menciptakan mereka dari tanah, dan kepadanya Aku kembalikan mereka, serta darinya Aku keluarkan mereka di kesempatan yang lain.”
Nabi ﷺ melanjutkan kisahnya: Maka rohnya dikembalikan, lalu datanglah kepadanya dua malaikat, dan kedua malaikat itu mempersilakannya duduk. Keduanya bertanya kepadanya. Siapakah Tuhanmu? Maka ia menjawab, "Tuhanku adalah Allah.” Keduanya menanyainya lagi, "Apakah agamamu? Ia menjawab, "Agamaku Islam.” Keduanya bertanya kepadanya, "Siapakah lelaki ini yang diutus di antara kalian?” Ia menjawab, "Dia adalah utusan Allah." Kedua malaikat bertanya lagi kepadanya, "Apakah amal perbuatanmu?” Ia menjawab, "Saya membaca Kitabullah, maka saya beriman dan membenarkannya.
Maka ada suara yang menyerukan dari langit, "Benarlah apa yang dikatakan oleh hamba-Ku. Maka hamparkanlah baginya hamparan dari surga, berilah ia pakaian dari surga, dan bukakanlah baginya suatu pintu yang menghubungkan ke surga.” Maka kesegaran dan wewangian dari surga datang kepadanya serta dilapangkan baginya kuburnya hingga sejauh mata memandang.
Nabi ﷺ melanjutkan kisahnya: Dan datanglah kepadanya seorang lelaki yang berwajah tampan, berpakaian indah lagi harum baunya, lalu lelaki itu berkata, "Bergembiralah engkau dengan berita yang akan membuatmu bahagia. Inilah hari yang pernah dijanjikan kepadamu.” Ia bertanya kepada lelaki itu. “Siapakah engkau ini? Penampilanmu merupakan penampilan orang yang membawa kebaikan.” Lelaki itu menjawab, "Saya adalah amal salehmu.” Maka ia berkata. Ya Tuhanku, segerakanlah kiamat. Ya Tuhanku, segerakanlah kiamat agar aku dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan harta bendaku.
Nabi ﷺ melanjutkan kisahnya: Sesungguhnya seorang hamba yang kafir apabila ajalnya sudah habis di dunia ini dan hendak menghadap ke alam akhirat, maka turunlah kepadanya para malaikat yang berwajah hitam dengan membawa karung, lalu mereka duduk sejauh mata memandang darinya.
Kemudian datanglah malaikat maut yang langsung duduk di dekat kepalanya. Lalu malaikat maut berkata, "Wahai jiwa yang jahat, keluarlah engkau menuju kepada kemurkaan dan kemarahan Allah"
Nabi ﷺ melanjutkan kisahnya: Maka rohnya bercerai-berai keseluruh tubuhnya (bersembunyi), kemudian malaikat maut mencabutnya sebagaimana seseorang mencabut besi pemanggang daging dari kain wol yang basah. Malaikat maut mencabut rohnya. Dan setelah mencabutnya, maka mereka tidak membiarkan roh itu berada di tangan malaikat maut barang sekejap pun, melainkan langsung mereka masukkan ke dalam karung tersebut, dan tercium darinya bau bangkai yang paling busuk di muka bumi ini.
Kemudian mereka membawanya naik, Setiap kali mereka bertemu dengan sekelompok malaikat, para malaikat itu bertanya, "Siapakah yang memiliki roh yang buruk ini?” Mereka menjawab, "Si Fulan bin Fulan,” dengan menyebut nama panggilan terburuknya ketika di dunia, hingga sampailah roh itu ke langit yang paling bawah. Kemudian dimintakan izin untuk naik, tetapi pintu langit tidak dibukakan untuknya.Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya:
“Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum.” (Al-A'raf: 40)
Maka Allah ﷻ berfirman, "Catatkanlah pada kitab catatan amalnya bahwa dia dimasukkan ke dalam Sijjin bagian bumi yang paling dasar!" Lalu rohnya dilemparkan dengan kasar (ke tempat tersebut). Kemudian Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya:
“Dan barang siapa mempersekutukan Allah dengan sesuatu, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Al-Hajj: 31)
Maka dikembalikanlah rohnya ke dalam jasadnya dan datang kepadanya dua malaikat yang langsung mendudukkannya. Kedua malaikat itu bertanya kepadanya, "Siapakah Tuhanmu? Ia hanya mengatakan, "Ha, ha, tidak tahu.” Keduanya bertanya kepadanya, "Apakah agamamu? Ia menjawab, "Ha, ha, tidak tahu." Kedua malaikat bertanya kepadanya, "Siapakah lelaki yang diutus di kalangan kalian ini? Ia menjawab, "Ha, ha, tidak tahu.”
Maka terdengarlah suara dari langit menyerukan, "Hamba-Ku telah berdusta, maka siapkanlah untuknya tempat di neraka, dan bukakanlah baginya sebuah pintu yang menuju ke neraka." Neraka yang panas dan anginnya yang menyengat datang menghampiri, menyempitkan tempat tinggal (kuburan)nya sehingga tulang-tulangnya hancur berantakan. Kemudian datanglah seorang lelaki yang buruk rupanya, buruk pakaiannya lagi busuk baunya seraya berkata, "Rasakanlah apa yang akan membuatmu tersiksa.”
Hari ini adalah hari yang pernah dijanjikan kepadamu. Maka ia bertanya, "Siapakah kamu?” Penampilanmu merupakan penampilan orang yang membawa kejahatan. Lelaki itu menjawab, "Saya adalah amal burukmu.” Maka ia berkata, "Ya Tuhan, janganlah Engkau jadikan hari kiamat."
Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Yunus ibnu Khabbab, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Zazan, dari Al-Barra ibnu Azib yang menceritakan: Kami berangkat bersama Rasulullah ﷺ untuk menjenguk jenazah seseorang. Kemudian di dalam hadits ini disebutkan hal yang semisal dengan hadits di atas. Tetapi di dalam hadits ini disebutkan bahwa: “Apabila rohnya keluar (dari tubuhnya), maka semua malaikat yang terdapat di antara langit dan bumi memohonkan rahmat baginya, begitu pula semua malaikat yang di langit (berikutnya). Dan dibukakan baginya semua pintu langit. Semua penghuni pintu (langit) pun mendoakan agar Allah ﷻ menaikkan rohnya ke langit berikutnya.
Di bagian akhir dari hadits ini disebutkan bahwa: “Kemudian ditugaskan kepada malaikat yang amat bengis untuk menghukum. Malaikat itu tidak memandang, tidak mendengar, dan tidak berbicara, sementara tangannya memegang sebuah cemeti. Cemeti itu begitu kuat jika seandainya dipukulkan ke gunung, gunung itu akan menjadi debu.
Kemudian malaikat itu memukulnya sekali pukul, sehingga jadilah ia debu. Lalu Allah menghidupkannya kembali seperti semula, kemudian malaikat itu memukulnya lagi, maka menjeritlah ia dengan jeritan yang dapat didengar oleh segala sesuatu kecuali jin dan manusia. Al-Barra ibnu Azib melanjutkan kisahnya, bahwa kemudian dibukakan baginya sebuah pintu dari neraka dan diperlihatkan baginya hamparan api neraka.
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam An-Nasai, Imam Ibnu Majah, dan Ibnu Jarir yang lafal hadits berikut menurut apa yang ada pada Ibnu Jarir disebutkan melalui hadits Muhammad ibnu Amr ibnu ‘Atha’, dari Sa'id ibnu Yasar, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Mayat selalu dihadiri oleh para malaikat. Apabila mayat itu adalah seorang lelaki yang saleh, maka mereka berkata, "Keluarlah wahai jiwa yang tenang, yang berada di dalam jasad yang baik. Keluarlah engkau dalam keadaan terpuji dan bergembiralah engkau dengan peristirahatan, wewangian, dan Tuhan yang tidak murka. Para malaikat selalu mengucapkan demikian hingga rohnya diangkat naik ke langit.”
Kemudian dimintakan izin naik baginya, maka ditanyakan, "Siapakah orang ini?” Mereka (para malaikat yang mengantarnya) mengatakan, "Si Fulan." Maka dijawab, "Selamat datang dengan jiwa yang baik yang dahulu berada di dalam tubuh yang baik. Masuklah engkau dalam keadaan terpuji, dan bergembiralah dengan tempat peristirahatan, wewangian, dan Tuhan yang tidak murka.” Dan dikatakan hal tersebut hingga sampai ke langit yang padanya ada Allah ﷻ.
Apabila lelaki itu orang yang jahat, maka mereka (para malaikat) mengatakan, "Keluarlah wahai jiwa yang buruk yang berasal dari tubuh yang buruk. Keluarlah engkau dalam keadaan tercela dan rasakanlah air panas yang mendidih dan air yang sangat dingin serta berbagai macam azab yang lain yang serupa." Ucapan itu dikatakan kepadanya terus-menerus hingga keluar (dari tubuhnya), kemudian dibawa naik ke langit.
Lalu dimintakan izin masuk untuknya, dan ditanyakan, "Siapakah orang ini? Mereka menjawab, "Si Fulan." Mereka berkata, "Tidak ada ucapan selamat datang bagi jiwa yang buruk yang berasal dari tubuh yang buruk, kembalilah engkau dalam keadaan tercela. Karena sesungguhnya tidak akan dibukakan untukmu semua pintu langit." Kemudian rohnya dilepaskan di antara langit dan bumi, dan pada akhirnya kembali ke kubur(nya).
Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
“Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit.” (Al-A'raf: 40)
Yakni tidak akan dibukakan bagi amal-amal mereka, tidak pula bagi arwah mereka. Pendapat ini menggabungkan pengertian di antara dua pendapat.
Firman Allah ﷻ: “Dan mereka tidak akan masuk surga sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum.” (Al-A'raf: 40)
Demikianlah menurut qiraat jumhur ulama, dan mereka menafsirkannya bahwa yang dimaksud dengan al-jamal ialah unta. Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-jamal ialah anak unta. Menurut riwayat yang lain yaitu unta jantan.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah hingga unta masuk ke lubang jarum (yakni mustahil). Hal yang sama dikatakan oleh Abul Aliyah dan Adh-Dhahhak. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah dan Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Mujahid dan Ikrimah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas membacanya dengan bacaan berikut: “Al-jummalu”, yang artinya tambang yang kasar masuk ke dalam lubang jarum. Inilah yang dipilih oleh Sa'id ibnu Jubair.
Di dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Ibnu Abbas membacanya “hatta yalijal jamalu,” yakni tambang penambat perahu (tambang yang kuat, besar, lagi kasar).
Ayat 41
Firman Allah ﷻ: “Bagi mereka (disediakan) alas tidur dari (api neraka) Jahanam.” (Al-A'raf: 41)
Menurut Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, makna firman-Nya: “Bagi mereka (disediakan) alas tidur dari (api neraka) Jahanam.” (Al-A'raf: 41)
Yakni tikar atau hamparan.
“Dan di atas mereka ada selimut (api neraka).” (Al-A'raf: 41) Mihad, selimut.
Hal yang sama dikatakan oleh Adh-Dhahhak ibnu Muzahim dan As-Suddi.
“Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim.” (Al-A'raf: 41)
Kemudian digambarkan keadaan mereka di neraka. Bagi mereka, yaitu orang-orang yang senantiasa kufur dan bermaksiat kepada Allah, ada balasan lainnya yaitu tikar tidur dari api neraka di bawah mereka, dan di atas mereka ada selimut dari api neraka. Dengan balasan yang demikianlah Kami memberi balasan yang pantas kepada orang-orang yang senantiasa berbuat zalim, yakni mempersekutukan Allah dan mengadaada sesuatu atas nama-Nya. Pada ayat ini, Allah menerangkan tentang amal saleh serta ganjaran bagi orang yang melakukannya. Dan adapun orang-orang yang beriman, membenarkan Allah dan Rasul-Nya, meyakini kebenaran wahyu yang dibawa oleh Nabi Muhammad, serta mengerjakan kebajikan dengan begitu ringannya dan tidak merasa terbebani, karena Kami sedikit pun tidak akan membebani seseorang untuk melakukan perintah dan menjauhi larangan melainkan menurut kadar kesanggupannya. Mereka, yaitu orang-orang yang beriman dan membuktikan keimanannya dengan melakukan amal kebajikan tanpa merasa terbebani, itulah penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
.
Ayat ini menjelaskan lagi bahwa tempat mereka dalam neraka. Mereka mendapat tikar dan selimut dari api. Firman Allah:
Dan sungguh, Jahanam meliputi orang-orang yang kafir. (at-Taubah/9: 49)
Itulah balasan yang diberikan Allah terhadap orang-orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri dan aniaya terhadap orang lain. Setiap orang kafir itu dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang aniaya.
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Setelah beberapa ayat yang telah lalu itu selalu dimulai seruan kepada anak-anak Adam supaya ingatlah manusia akan tugasnya yang mulia, yaitu khalifah Allah di bumi. Maka, setelah memulai membayangkan kesengsaraan akhirat dan kekal di neraka pada ayat 37, bagaimana lanjutan siksaan di akhirat itu bagi yang mendustakan tadi.
Ayat 37
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat kedustaan atas nama Allah."
Artinya, bermacam-macam sikap dan perbuatan aniaya diperbuat manusia di dalam bumi ini, tetapi puncak yang di atas sekali dari keaniayaan itu ialah membuat-buat atau mengarang-ngarangkan kedustaan atas nama Allah. Ini bertali dengan ujung ayat 33, yaitu berbicara di atas nama Allah barang yang tidak ada pengetahuan mereka padanya. Mereka mengakui juga percaya kepada Allah, tetapi mereka bikin-bikin saja, mereka karang-karangkan beberapa perkara dusta atas nama Allah."Atau mendustakan ayat-ayat-Nya." Keduanya ini adalah puncak-puncak kezaliman yang tidak dapat dimaafkan. Orang-orang yang menyembah berhala dan benda selain Allah itu mengaku juga bahwa Allah Esa adanya, tidak berserikat dengan yang lain, tetapi kemudiannya mereka tambahilah peraturan Allah itu dengan peraturan-peraturan yang mereka karangkan sendiri, dan mereka perbuat dusta di hadapan pengikut mereka yang bodoh bahwa upacara tambahan itu, seumpama kaum Quraisy menyembah berhala, mereka tambahkan kepada menyembah Allah menurut agama Ha-nif Nabi Ibrahim, atau pada zaman kemudian ini orang pergi dengan memuja-muja kubur keramat, sebagai tambahan dari agama yang dibawa Muhammad ﷺ, lalu dengan dusta pula mereka bahkan mengatakan bahwa yang mereka buat itu adalah peraturan dari Allah juga.
Kalau ditegur dengan dasar pokok perintah Allah, yaitu tauhid, dikemukakan berbagai ayat-ayat Allah, mereka pun dustakan ayat-ayat yang diterangkan itu. Tidak ada lagi kezaliman yang lebih dari ini karena menambah agama Allah dengan peraturan bikinan sendiri, “Mereka itu akan dicapai oleh nasib mereka dari dalam AL-Kitab." Artinya, segala kezaliman mereka itu telah dicapai Allah di dalam Al-Ki-tab perhitungan, yang telah dicatat malaikat Raqib, Atid, Hafazhah, dan Kiraman Katibin selama hidup ini dan kelak di akhirat akan dibawa mereka berhadap-hadapan dengan kitab catatan itu supaya mereka menerima nasib mereka yang setimpal, “Sehingga apabila datang kepada mereka utusan-utusan Kami yang akan mewafatkan mereka, sambil bertanya, ‘Di manakah apa yang telah kamu seru selain dari Allah itu?'" Artinya, walaupun selama hidupmu dengan secara dusta kamu menyembah kepada berhala, kepada kuburan, kepada guru kamu atau orang-orang yang kamu pandang keramat, yang akan dapat me-nyampaikan segala seruanmu kepada Allah, dan semua telah dicatat Allah di dalam Kitab catatan yang tertentu, akhirnya datanglah ajal kamu yang telah ditentukan itu, yang tidak dapat ditangguhkan satu saat dan tidak pula dapat dimajukan. Maka, datanglah malaikat-malaikat yang ditugaskan mencabut nyawa, mewafatkan kamu, padahal kamu masih ingin saja hendak hidup. Waktu itu bertanyalah ma-laikat-malaikat tadi, engkau masih ingin hidup, sekarang nyawa kamu telah hendak aku cabut, sebab saatnya telah datang. Engkau takut mati. Maka, manakah dia sekarang segala tempat kamu meminta, memohon, menyembah dan memuja itu? Mengapa kamu tidak mereka tolong?
‘Mereka menjawab, Mereka telah hilang daripada kami.'" Artinya, pada saat ajal hendak sampai ini, satu berhala pun yang kami puja itu tidak ada yang muncul, satu orang pun daripada guru-guru atau kuburan keramat yang kami' puja itu tidak ada yang datang melawat dan menghibur kami dan menjamin kami akan selamat berhadapan dengan Allah. Jika saat yang sangat genting itu telah datang, segala berhala pun hilang, segala pujaan tidak kelihatan lagi mata hidungnya.
Jalan hanya satu, yaitu kembali kepada Allah. Tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menghalangi datangnya maut itu.
“Dan mereka pun menyaksikan atas dirii mereka sendiri-sendiri bahwasanya mereka dahulunya memang telah kafir."
Artinya, pada saat itu mengakulah mereka bahwa memang salahlah perbuatan mereka selama ini. Dan, memang kafirlah mereka selama ini. Namun, apalah hendak dikata, setelah tiba di pintu gerbang maut baru mengerti, padahal hidup tidak dapat diulang lagi. Mengakui memang kepada Allah-lah tempat pulang satu-satunya dan tidak dapat dielakkan bila dipanggil-Nya datang, padahal jalan kepada Allah itu tidak pernah dituruti selama hidup, bahkan diperbuat dusta atas nama-Nya dan ditolak keterangannya dari ayat-ayat-Nya.
Ayat 38
“Berfirman Dia, ‘Masuklah kamu bersama umat-umat yang telah dahulu dari sebelum kamu daripada jin dan manusia ke dalam neraka.'"
Artinya, sudahlah tertentu dalam firman Ilahi bahwa setelah nyawa mereka dicabut, nerakalah tempat mereka. Mereka akan disuruh menuruti umat-umat yang telah lalu, baik manusia maupun jin, yang telah berdoa demikian pula, mengarang-ngarang dusta atas nama Allah dan menyombong, tidak mau menerima kebenaran ayat Allah."Tiap-tiap telah masuk suatu umat melaknatlah dia akan saudaranya." Artinya, timbullah salah menyalahkan, ‘Engkaulah yang menjadi biang keladi sehingga aku dimasukkan ke tempat yang penuh derita ini. Dan, yang telah ada di dalam pun mengutuk melaknat pula kepada yang baru datang, mengatakan kalianlah yang bodoh, mengapa kami dituruti."Sehingga apabila telah berkumpul di dalamnya semuanya, berkatalah yang kemudian tentang mereka yang terdahulu itu, ‘Ya Tuhan kami, mereka inilah yang telah menyesatkan kami. Maka, berikanlah kepada mereka adzabyang berlipat ganda dari neraka.'" Artinya, setelah habis kutuk-mengutuk di antara satu dengan yang lain, baik kelompok lama dengan kelompok baru, maupun pribadi baru dengan pribadi lama, kutuk-mengutuk yang tidak putus-putus, akhirnya golongan yang baru datang itu mengadukan nasib mereka kepada Allah bahwasanya mereka menjadi tersesat berbuat puncak kezaliman ini, tidak lain ialah karena disesatkan oleh golongan yang telah terdahulu ini. Mereka yang mengajarkan atau mewariskan pelajaran yang sesat kepada kami, mereka pemuka-pemuka kami, ialu kami turuti langkah mereka yang sesat karena bujuk rayu mereka. Ada yang dari manusia, yaitu ketua-ketua dan guru-guru yang menyesatkan dan ada yang dari jin, yaitu bujuk rayu setan dan iblis. Oleh karena itu, kami mohonkan kepada Allah supaya kepada mereka itu diberikan adzab siksa lipat ganda. Sebab, kalau tidak mereka yang membawa ke jalan sesat, tidaklah kami yang datang kemudian akan jadi tersesat."Dia benfnman, ‘Bagi tiap-tiapnya benlipat ganda, tetapi kamu tidak tahu."‘
Kita misalkan berpuluh-puluh orang ditangkap polisi dan dimasukkan ke dalam tahanan karena dituduh berkhianat pada negara.
Di antara yang ditahan itu ada yang memang bersalah dan ada yang hanya tertuduh saja, tidak merasa bersalah. Di antara yang bersalah itu ada yang jadi pemimpin-pemimpin yang merencanakan perbuatan khianat itu. Sebelum selesai pemeriksaan, terdapat tiga macam perasaan batin yang mereka rasakan. Yang tidak bersalah tenang-tenang saja, sebab yakin bahwa mereka tidak akan dihukum karena memang tidak salah. Dan, kalau dihukum juga hanya merasa teraniaya. Namun, yang lebih payah perasaan di antara itu ialah yang terbukti bersalah dan merasa sendiri dalam batin bahwa mereka bersalah karena mereka yang merencanakan. Adapun si pengikut, yang bukan merencanakan, tidaklah seberat perasaan yang memimpin itu yang menimpa hati mereka. Malahan, mereka lebih mengutuk lagi kepada si pemimpin tadi karena kalau bukan karena si pemimpin, tidaklah dia akan menderita begini. Si pemimpin tadi bertimpa-timpalah atau berlipatgandalah siksaan batinnya karena tanggung jawab lebih banyak tertumpuk kepada dirinya. Jika dilihat dari luar saja, ketika mereka masih dikumpulkan di dalam tempat tahanan itu tidaklah kelihatan perbedaan mereka. Tempat tahanan sama, minuman sama, tempat mandi pun sama. Namun, pada saat itu juga terdapatlah perbedaan siksaan batin dalam hati masing-masing dan ada yang merasa tidak tersiksa karena tidak salah.
Ini hanya perumpamaan buat menjelaskan tafsir ayat. Sedang perumpamaan ini tidaklah tepat seluruhnya. Sebab, adzab mereka itu sekali-kali tidaklah akan menimpa orang yang tidak bersalah dan tidaklah ada di sana “penahanan sementara" yang sama tertahan orang yang bersalah dengan orang yang tidak bersalah. Dan, kesalahan di neraka itu tidak pula semata-mata ditumpahkan kepada orang yang terdahulu. Sebab, yang kemudian pun ada akal buat menimbang dan sama-sama langsung mendengar berita dari ayat-ayat Allah. Oleh sebab itu, pada ayat selanjutnya diterangkan Allah pula tangkisan mereka yang terdahulu itu kepada yang terkemudian tadi.
Ayat 39
“Dan berkata mereka yang terdahulu kepada yang kemudian, ‘Maka, tidaklah ada bagi kamu kelebihan atas kami.'"
Artinya, walaupun kamu mengatakan bahwa kamu yang datang kemudian menjadi sesat karena kami yang terdahulu yang menyesatkan, tidaklah berarti bahwa kamu lebih ringan adzabnya daripada kami. Kalau memang kami yang kamu katakan menyesatkan, ke mana otakmu dan ke mana akalmu? Mengapa kami yang harus menanggung kesesatanmu karena akalmu tidak kamu pergunakan? Kepadamu pun sampai seruan rasul-rasul sehingga kalau kamu mau mempergunakan akal dan membandirig-bandirigkan seruan dan rayuan kami yang menyesatkan itu dengan tuntunan Rasulullah yang datang dari wahyu Allah Allah, tentu akan kamu ketahui kebenaran Allah dan kesesatan kami.
“Sebab itu, rasakanlah adzab karena apa yang telah kamu usahakan."
Artinya, adzab siksaan yang kamu terima bersama kami di dalam neraka ini, janganlah semata-mata kamu timpakan kepada kami. Sebab, dosa kamu itu tidak akan terjadi kalau bukan dari hasil usaha kamu sendiri. Karena, Allah tidak akan memasukkan makhiuk-Nya ke tempat adzab yang pedih itu, kalau bukan dari sebab usahanya sendiri yang salah.
Setelah kita ketahui betapa hebat siksaan, ditambah lagi dengan siksaan laknat-melaknati, salah-menyalahkan di antara yang dahulu dengan yang terkemudian, yang menyesatkan dengan yang disesatkan maka Allah memberikan peringatan.
Ayat 40
“Sesungguhnya, orang-orang yang telah mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombong terhadapnya, tidaklah akan dibukakan mereka pintu-pintu langit dan tidaklah mereka akan masuk ke dalam surga sehingga menyelusuplah seekor unta ke dalam lubang jarum."
Tadi sudah diterangkan berbuat dusta atas nama Allah, menambah agama dengan ke-hendak sendiri, lalu menyombong tidak mau menerima kebenaran ayat Allah, adalah zalim aniaya yang paling besar, puncak yang tidak ada puncak di atas itu lagi. Neraka tempatnya. Sampai di sana boleh salah menyalahkan, tetapi yang terang ialah masuk neraka. Maka, di ayat ini diterangkan lagi bahwa kesalahan yang demikianlah menyebabkan pintu langit akan tertutup bagi mereka dan tidak akan bisa masuk surga, sebagaimana tidak bisa masuknya seekor unta ke dalam lubang jarum.
Di sini terdapat dua keputusan. Pertama, pintu langit tidak terbuka bagi mereka. Menurut Tafsir Ibnu Abbas, tidak ada amalan mereka yang diterima Allah. Dan, dalam penafsiran yang lain Ibnu Abbas berkata, “Tidak terbuka pintu langit buat menerima amal mereka dan doa mereka." Dan dalam riwayat yang lain ditafsirkan lagi oleh Ibnu Abbas bahwa pintu langit tidak dibuka buat menerima ruh mereka setelah mereka mati. Suatu riwayat dari Ibnu Juraij mengumpulkan keduanya, “Amal tidak diterima dan ruh pun ditolak naik ke langit."
Maka, kembalilah ruh itu ke dunia, tidak masuk ke dalam arwah yang lebih tinggi buat istirahat menunggu panggilan Kiamat. Masih di dunia, tetapi tidak dapat hidup ke dalam dunia, menyesal terus-menerus.
Entah, barangkali mereka yang jadi hantu. Dan, yang kedua tidak mungkin mereka masuk surga sebab jalan untuk ke surga tidak mereka tempuh, bahkan mereka dustakan dan mereka terima dengan kesombongan, segala ayat-ayat Allah yang menunjukkan jalan selamat bagi mereka. Cobalah khayatkan dalam pikiran, mungkinkah dapat seekor unta yang sedemikian besar masuk ke dalam lubang jarum yang begitu sempit, yang hanya dapat dimasuki selembar benang yang halus? “Dan, sebagai demikianlah Kami membalas orang-orang yang berdosa besar."
Di sini, Allah mengemukakan unta masuk dalam lubang jarum dan di ujungnya Allah firmankan kadzaalika, seperti demikian atau seumpama itulah sukarnya akan masuk surga bagi orang yang berdosa besar. Untuk menjadi peringatan bagi manusia agar jangan mereka sangka mudah-mudah saja masuk surga, setelah pokok kepercayaan kepada Allah itu yang telah dirusakkan dan puncak kezaliman yang telah ditempuh.
siksa itu, niscaya lebih dari itu. Sedangkan, diterangkan begitu saja pun, apabila kita perhatikan Al-Qur'an dengan penuh iman, sudahlah menjalar rasa kengerian ke dalam seluruh tubuh kita.
(42) Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, tidak Kami memberati suatu diri melainkan sekadar kesanggupannya. Adalah mereka itu penghuni surga. Mereka akan kekal di dalamnya.
Ayat 41
“Untuk mereka dari Jahannam adalah satu tempat yang sangat rendah."
Disebut di sisi tempat yang rendahlah bagi mereka atau lubang yang dalam untuk meng-ingatkan kita bahwa mereka sendirilah yang memilih tempat itu sejak hidup mereka dengan akhlak mereka yang rendah pula. Kala di dunia, tiap mencoba hendak naik ke langit, tiap kena tempeleng sehingga tersungkur jatuh, baik amalan maupun ruh, sebagai tafsir tadi. Di akhirat tempat mereka pun adalah lubang terendah pula, tak bisa naik, “Dan, di atas mereka ada beberapa penutup." Bukan satu penutup, tetapi banyak penutup, berlapis-lapis, dikunci pengap, dan tak dapat naik lagi, sebagai lanjutan dari dosa besar ketika hidup di dunia. Akibat yang di belakang adalah lanjutan dari yang dahulu.
“Dan, sebagai demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim."
Artinya, sebagai yang diterangkan Allah itulah dan balasan yang akan diterima orang zalim. Allah menyebut demikian, untuk menggambarkan betapa ngerinya siksaan itu, padahal hakikat yang sebenarnya, betapa ngerinya