Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالَتۡ
dan berkatalah
أُولَىٰهُمۡ
orang-orang terdahulu
لِأُخۡرَىٰهُمۡ
kepada orang-orang yang terakhir
فَمَا
maka tidak
كَانَ
ada
لَكُمۡ
bagi kalian
عَلَيۡنَا
atas kami
مِن
dari
فَضۡلٖ
kelebihan
فَذُوقُواْ
maka rasakanlah
ٱلۡعَذَابَ
siksaan
بِمَا
dengan apa
كُنتُمۡ
kalian adalah
تَكۡسِبُونَ
kamu kerjakan
وَقَالَتۡ
dan berkatalah
أُولَىٰهُمۡ
orang-orang terdahulu
لِأُخۡرَىٰهُمۡ
kepada orang-orang yang terakhir
فَمَا
maka tidak
كَانَ
ada
لَكُمۡ
bagi kalian
عَلَيۡنَا
atas kami
مِن
dari
فَضۡلٖ
kelebihan
فَذُوقُواْ
maka rasakanlah
ٱلۡعَذَابَ
siksaan
بِمَا
dengan apa
كُنتُمۡ
kalian adalah
تَكۡسِبُونَ
kamu kerjakan
Terjemahan
Orang yang (masuk) terlebih dahulu berkata kepada yang (masuk) belakangan, “Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami. Maka, rasakanlah azab itu karena perbuatan yang telah kamu lakukan.”
Tafsir
(Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian, "Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami") sebab kamu ikut kafir seperti kami, maka kami dan kamu adalah sama, kemudian Allah berfirman kepada mereka semua, (maka rasakanlah siksaan dari perbuatan yang telah kamu lakukan).
Tafsir Surat Al-A'raf: 38-39
Allah berfirman, “Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama umat-umat yang telah lebih dahulu sebelum kamu dari (golongan) jin dan manusia.” Setiap kali suatu umat masuk, dia melaknat saudaranya (yang telah menyesatkannya), sehingga apabila mereka telah masuk semuanya, berkatalah orang yang (masuk) belakangan (kepada) orang yang (masuk) terlebih dahulu, "Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami. Datangkanlah azab api neraka yang berlipat ganda kepada mereka" Allah berfirman, "Masing-masing mendapatkan azab yang berlipat ganda, tetapi kamu tidak mengetahui."
Dan berkatalah orang-orang yang (masuk) terlebih dahulu berkata kepada yang (masuk) belakangan," Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami. Maka rasakanlah azab itu karena perbuatan yang telah kamu lakukan."
Ayat 38
Allah ﷻ berfirman memberitakan perihal apa yang dikatakan-Nya kepada orang-orang musyrik yang telah membuat-buat kebohongan terhadap-Nya dan menolak ayat-ayat-Nya:
“Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama umat-umat (Al-A'raf: 38)
Dengan orang-orang yang semisal dengan kalian serta memiliki sifat-sifat kalian.
“Bersama umat-umat yang telah lebih dahulu sebelum kamu.” (Al-A'raf: 38)
Yakni dari kalangan umat-umat kafir yang terdahulu.
“Dari golongan jin dan manusia.” (Al-A'raf: 38)
Firman ini dapat diartikan sebagai badal dari firman-Nya, "Fi umamin" dapat pula diartikan bahwa makna fi umamin adalah ma'a umamin (yakni bersama-sama dengan umat-umat).
Firman Allah ﷻ: “Setiap kali suatu umat masuk, dia melaknat saudaranya (yang telah menyesatkannya).” (Al-A'raf: 38)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Nabi Ibrahim yang disitir oleh firman-Nya:
“Kemudian di hari kiamat sebagian kalian akan saling mengingkari dan saling mengutuk sebagian (yang lain).” (Al-Ankabut: 25), hingga akhir ayat.
Semakna pula dengan firman-Nya:
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan orang-orang yang mengikuti berkata, ‘Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.’ Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi penyesalan bagi mereka. Dan mereka tidak akan ke luar dari api neraka.” (Al-Baqarah: 166-167)
Adapun firman Allah ﷻ: “Sehingga apabila mereka masuk ke dalam semuanya.” (Al-A'raf: 38)
Maksudnya, bila semuanya telah berkumpul di dalam neraka.
“Berkatalah orang yang (masuk) belakangan (kepada) orang yang (masuk) terlebih dahulu.” (Al-A'raf: 38)
Maksudnya, orang-orang yang masuk belakangan, yaitu mereka yang menjadi pengikut. Mereka berkata kepada orang-orang yang masuk terdahulu, yaitu orang-orang yang diikuti oleh mereka yang masuk kemudian ke dalam neraka. Mereka masuk ke dalam neraka lebih dahulu karena kejahatan mereka lebih parah daripada para pengikutnya yang masuk kemudian. Maka orang-orang yang menjadi pengikut mengadukan perihalnya kepada Allah pada hari kiamat nanti, karena mereka yang masuk lebih dahulu itu adalah orang-orang yang menyesatkan orang-orang yang masuk kemudian dari jalan yang lurus.
Untuk itu mereka berkata:
"Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami. Datangkanlah azab api neraka yang berlipat ganda kepada mereka." (Al-A'raf: 38)
Yaitu lipat gandakanlah siksaan dan hukuman mereka.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, ‘Alangkah baiknya andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.’ Dan mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar. Ya Tuhan kami, berilah kepada mereka azab dua kali lipat’.” (Al-Ahzab: 66-68)
Firman Allah ﷻ: “Allah berfirman, ‘Masing-masing mendapatkan azab yang berlipat ganda’.” (Al-A'raf: 38)
Yakni Kami telah melakukan hal tersebut dan Kami berikan pembalasan kepada masing-masing sesuai dengan amal perbuatannya.
Perihalnya sama dengan makna yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
“Orang-orang yang kafir dan yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan.” (An-Nahl: 88), hingga akhir ayat.
“Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri.” (Al-'Ankabut: 13)
“Dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan).” (An-Nahl: 25), hingga akhir ayat.
Ayat 39
Adapun firman Allah ﷻ: “Dan berkatalah orang-orang yang (masuk) terlebih dahulu berkata kepada yang (masuk) belakangan. (Al-A'raf: 39)
Yakni orang-orang yang diikuti menjawab perkataan orang-orang yang mengikutinya.
“Kalian tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami.” (Al-A'raf: 39)
Menurut As-Suddi, makna ayat ialah sesungguhnya kalian pun telah sesat sama dengan kami.
“Maka rasakanlah azab itu karena perbuatan yang telah kalian lakukan.” (Al-Araf: 39)
Keadaan ini disebutkan oleh Allah ﷻ ketika mereka dikumpulkan, melalui firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu: “Dan (alangkah hebatnya) jika kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain. Orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, ‘Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang mukmin’. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, ‘Kamikah yang telah menghalangimu untuk memperoleh petunjuk setelah petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak!) Sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berbuat dosa’. Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, ‘(Tidak!) Sebenarnya tipu daya(mu) pada waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami agar kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya’. Mereka menyatakan penyesalan ketika mereka melihat azab. Dan Kami pasangkan belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas melainkan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (Saba': 31-33)
Dan orang yang masuk terlebih dahulu berkata kepada yang masuk be-lakangan, Wahai para pengikutku, kita sama-sama telah sesat dan ketika di dunia kita sama-sama telah melakukan perbuatan yang mengundang murka Allah, karenanya kalian tidak mempunyai kelebihan sedikit pun atas kami. Maka Allah berfirman kepada mereka semuanya, Rasakanlah azab itu karena perbuatan kufur dan maksiat yang telah kalian lakukan ketika hidup di dunia.
Sesungguhnya orang-orang kafir yang mendustakan ayat-ayat yang menunjukkan keesaan Kami dan menyombongkan diri terhadapnya dengan tidak mengindahkan syariat Kami, sekali-kali tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka: doanya, perbuatannya, bahkan arwahnya. Dan pada hari kemudian mereka tidak akan mungkin masuk surga, sebelum, yakni kecuali jika terjadi sesuatu yang mustahil menurut akal manusia, yaitu unta masuk ke dalam lubang jarum yang demikian kecil. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat, para pendurhaka yang kedurhakaannya telah mendarah daging pada dirinya.
Dalam ayat ini dijelaskan, bagaimana cara pemimpin-pemimpin mereka berlepas diri dan tanggungjawab dari tuntutan pengikut-pengikutnya. Pemimpin-pemimpin yang telah lebih dahulu masuk neraka mengatakan: "Kalau memang seperti yang kamu tuduhkan itu, bahwa kami menyesatkan kamu dan hendaklah azab kami dilipatgandakan dari azab yang kamu terima, maka sekarang kamu rasakan azab neraka ini karena kebodohanmu, mau disesatkan dari jalan yang benar. Kami tidak memaksamu untuk mengikuti kami tetapi kamu sendirilah yang memilih jalan yang sesat itu, berbuat dosa dan mendurhakai Allah. Begitulah akhirnya, mereka saling salah menyalahkan dan hal itu tidak ada gunanya lagi, karena mereka akan sama-sama berada dalam api neraka yang bergejolak itu.
Firman Allah:
Dan (harapanmu itu) sekali-kali tidak akan memberi manfaat kepadamu pada hari itu karena kamu telah menzalimi (dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu pantas bersama-sama dalam azab itu. (az-Zukhruf/43: 39).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Setelah beberapa ayat yang telah lalu itu selalu dimulai seruan kepada anak-anak Adam supaya ingatlah manusia akan tugasnya yang mulia, yaitu khalifah Allah di bumi. Maka, setelah memulai membayangkan kesengsaraan akhirat dan kekal di neraka pada ayat 37, bagaimana lanjutan siksaan di akhirat itu bagi yang mendustakan tadi.
Ayat 37
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat kedustaan atas nama Allah."
Artinya, bermacam-macam sikap dan perbuatan aniaya diperbuat manusia di dalam bumi ini, tetapi puncak yang di atas sekali dari keaniayaan itu ialah membuat-buat atau mengarang-ngarangkan kedustaan atas nama Allah. Ini bertali dengan ujung ayat 33, yaitu berbicara di atas nama Allah barang yang tidak ada pengetahuan mereka padanya. Mereka mengakui juga percaya kepada Allah, tetapi mereka bikin-bikin saja, mereka karang-karangkan beberapa perkara dusta atas nama Allah."Atau mendustakan ayat-ayat-Nya." Keduanya ini adalah puncak-puncak kezaliman yang tidak dapat dimaafkan. Orang-orang yang menyembah berhala dan benda selain Allah itu mengaku juga bahwa Allah Esa adanya, tidak berserikat dengan yang lain, tetapi kemudiannya mereka tambahilah peraturan Allah itu dengan peraturan-peraturan yang mereka karangkan sendiri, dan mereka perbuat dusta di hadapan pengikut mereka yang bodoh bahwa upacara tambahan itu, seumpama kaum Quraisy menyembah berhala, mereka tambahkan kepada menyembah Allah menurut agama Ha-nif Nabi Ibrahim, atau pada zaman kemudian ini orang pergi dengan memuja-muja kubur keramat, sebagai tambahan dari agama yang dibawa Muhammad ﷺ, lalu dengan dusta pula mereka bahkan mengatakan bahwa yang mereka buat itu adalah peraturan dari Allah juga.
Kalau ditegur dengan dasar pokok perintah Allah, yaitu tauhid, dikemukakan berbagai ayat-ayat Allah, mereka pun dustakan ayat-ayat yang diterangkan itu. Tidak ada lagi kezaliman yang lebih dari ini karena menambah agama Allah dengan peraturan bikinan sendiri, “Mereka itu akan dicapai oleh nasib mereka dari dalam AL-Kitab." Artinya, segala kezaliman mereka itu telah dicapai Allah di dalam Al-Ki-tab perhitungan, yang telah dicatat malaikat Raqib, Atid, Hafazhah, dan Kiraman Katibin selama hidup ini dan kelak di akhirat akan dibawa mereka berhadap-hadapan dengan kitab catatan itu supaya mereka menerima nasib mereka yang setimpal, “Sehingga apabila datang kepada mereka utusan-utusan Kami yang akan mewafatkan mereka, sambil bertanya, ‘Di manakah apa yang telah kamu seru selain dari Allah itu?'" Artinya, walaupun selama hidupmu dengan secara dusta kamu menyembah kepada berhala, kepada kuburan, kepada guru kamu atau orang-orang yang kamu pandang keramat, yang akan dapat me-nyampaikan segala seruanmu kepada Allah, dan semua telah dicatat Allah di dalam Kitab catatan yang tertentu, akhirnya datanglah ajal kamu yang telah ditentukan itu, yang tidak dapat ditangguhkan satu saat dan tidak pula dapat dimajukan. Maka, datanglah malaikat-malaikat yang ditugaskan mencabut nyawa, mewafatkan kamu, padahal kamu masih ingin saja hendak hidup. Waktu itu bertanyalah ma-laikat-malaikat tadi, engkau masih ingin hidup, sekarang nyawa kamu telah hendak aku cabut, sebab saatnya telah datang. Engkau takut mati. Maka, manakah dia sekarang segala tempat kamu meminta, memohon, menyembah dan memuja itu? Mengapa kamu tidak mereka tolong?
‘Mereka menjawab, Mereka telah hilang daripada kami.'" Artinya, pada saat ajal hendak sampai ini, satu berhala pun yang kami puja itu tidak ada yang muncul, satu orang pun daripada guru-guru atau kuburan keramat yang kami' puja itu tidak ada yang datang melawat dan menghibur kami dan menjamin kami akan selamat berhadapan dengan Allah. Jika saat yang sangat genting itu telah datang, segala berhala pun hilang, segala pujaan tidak kelihatan lagi mata hidungnya.
Jalan hanya satu, yaitu kembali kepada Allah. Tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menghalangi datangnya maut itu.
“Dan mereka pun menyaksikan atas dirii mereka sendiri-sendiri bahwasanya mereka dahulunya memang telah kafir."
Artinya, pada saat itu mengakulah mereka bahwa memang salahlah perbuatan mereka selama ini. Dan, memang kafirlah mereka selama ini. Namun, apalah hendak dikata, setelah tiba di pintu gerbang maut baru mengerti, padahal hidup tidak dapat diulang lagi. Mengakui memang kepada Allah-lah tempat pulang satu-satunya dan tidak dapat dielakkan bila dipanggil-Nya datang, padahal jalan kepada Allah itu tidak pernah dituruti selama hidup, bahkan diperbuat dusta atas nama-Nya dan ditolak keterangannya dari ayat-ayat-Nya.
Ayat 38
“Berfirman Dia, ‘Masuklah kamu bersama umat-umat yang telah dahulu dari sebelum kamu daripada jin dan manusia ke dalam neraka.'"
Artinya, sudahlah tertentu dalam firman Ilahi bahwa setelah nyawa mereka dicabut, nerakalah tempat mereka. Mereka akan disuruh menuruti umat-umat yang telah lalu, baik manusia maupun jin, yang telah berdoa demikian pula, mengarang-ngarang dusta atas nama Allah dan menyombong, tidak mau menerima kebenaran ayat Allah."Tiap-tiap telah masuk suatu umat melaknatlah dia akan saudaranya." Artinya, timbullah salah menyalahkan, ‘Engkaulah yang menjadi biang keladi sehingga aku dimasukkan ke tempat yang penuh derita ini. Dan, yang telah ada di dalam pun mengutuk melaknat pula kepada yang baru datang, mengatakan kalianlah yang bodoh, mengapa kami dituruti."Sehingga apabila telah berkumpul di dalamnya semuanya, berkatalah yang kemudian tentang mereka yang terdahulu itu, ‘Ya Tuhan kami, mereka inilah yang telah menyesatkan kami. Maka, berikanlah kepada mereka adzabyang berlipat ganda dari neraka.'" Artinya, setelah habis kutuk-mengutuk di antara satu dengan yang lain, baik kelompok lama dengan kelompok baru, maupun pribadi baru dengan pribadi lama, kutuk-mengutuk yang tidak putus-putus, akhirnya golongan yang baru datang itu mengadukan nasib mereka kepada Allah bahwasanya mereka menjadi tersesat berbuat puncak kezaliman ini, tidak lain ialah karena disesatkan oleh golongan yang telah terdahulu ini. Mereka yang mengajarkan atau mewariskan pelajaran yang sesat kepada kami, mereka pemuka-pemuka kami, ialu kami turuti langkah mereka yang sesat karena bujuk rayu mereka. Ada yang dari manusia, yaitu ketua-ketua dan guru-guru yang menyesatkan dan ada yang dari jin, yaitu bujuk rayu setan dan iblis. Oleh karena itu, kami mohonkan kepada Allah supaya kepada mereka itu diberikan adzab siksa lipat ganda. Sebab, kalau tidak mereka yang membawa ke jalan sesat, tidaklah kami yang datang kemudian akan jadi tersesat."Dia benfnman, ‘Bagi tiap-tiapnya benlipat ganda, tetapi kamu tidak tahu."‘
Kita misalkan berpuluh-puluh orang ditangkap polisi dan dimasukkan ke dalam tahanan karena dituduh berkhianat pada negara.
Di antara yang ditahan itu ada yang memang bersalah dan ada yang hanya tertuduh saja, tidak merasa bersalah. Di antara yang bersalah itu ada yang jadi pemimpin-pemimpin yang merencanakan perbuatan khianat itu. Sebelum selesai pemeriksaan, terdapat tiga macam perasaan batin yang mereka rasakan. Yang tidak bersalah tenang-tenang saja, sebab yakin bahwa mereka tidak akan dihukum karena memang tidak salah. Dan, kalau dihukum juga hanya merasa teraniaya. Namun, yang lebih payah perasaan di antara itu ialah yang terbukti bersalah dan merasa sendiri dalam batin bahwa mereka bersalah karena mereka yang merencanakan. Adapun si pengikut, yang bukan merencanakan, tidaklah seberat perasaan yang memimpin itu yang menimpa hati mereka. Malahan, mereka lebih mengutuk lagi kepada si pemimpin tadi karena kalau bukan karena si pemimpin, tidaklah dia akan menderita begini. Si pemimpin tadi bertimpa-timpalah atau berlipatgandalah siksaan batinnya karena tanggung jawab lebih banyak tertumpuk kepada dirinya. Jika dilihat dari luar saja, ketika mereka masih dikumpulkan di dalam tempat tahanan itu tidaklah kelihatan perbedaan mereka. Tempat tahanan sama, minuman sama, tempat mandi pun sama. Namun, pada saat itu juga terdapatlah perbedaan siksaan batin dalam hati masing-masing dan ada yang merasa tidak tersiksa karena tidak salah.
Ini hanya perumpamaan buat menjelaskan tafsir ayat. Sedang perumpamaan ini tidaklah tepat seluruhnya. Sebab, adzab mereka itu sekali-kali tidaklah akan menimpa orang yang tidak bersalah dan tidaklah ada di sana “penahanan sementara" yang sama tertahan orang yang bersalah dengan orang yang tidak bersalah. Dan, kesalahan di neraka itu tidak pula semata-mata ditumpahkan kepada orang yang terdahulu. Sebab, yang kemudian pun ada akal buat menimbang dan sama-sama langsung mendengar berita dari ayat-ayat Allah. Oleh sebab itu, pada ayat selanjutnya diterangkan Allah pula tangkisan mereka yang terdahulu itu kepada yang terkemudian tadi.
Ayat 39
“Dan berkata mereka yang terdahulu kepada yang kemudian, ‘Maka, tidaklah ada bagi kamu kelebihan atas kami.'"
Artinya, walaupun kamu mengatakan bahwa kamu yang datang kemudian menjadi sesat karena kami yang terdahulu yang menyesatkan, tidaklah berarti bahwa kamu lebih ringan adzabnya daripada kami. Kalau memang kami yang kamu katakan menyesatkan, ke mana otakmu dan ke mana akalmu? Mengapa kami yang harus menanggung kesesatanmu karena akalmu tidak kamu pergunakan? Kepadamu pun sampai seruan rasul-rasul sehingga kalau kamu mau mempergunakan akal dan membandirig-bandirigkan seruan dan rayuan kami yang menyesatkan itu dengan tuntunan Rasulullah yang datang dari wahyu Allah Allah, tentu akan kamu ketahui kebenaran Allah dan kesesatan kami.
“Sebab itu, rasakanlah adzab karena apa yang telah kamu usahakan."
Artinya, adzab siksaan yang kamu terima bersama kami di dalam neraka ini, janganlah semata-mata kamu timpakan kepada kami. Sebab, dosa kamu itu tidak akan terjadi kalau bukan dari hasil usaha kamu sendiri. Karena, Allah tidak akan memasukkan makhiuk-Nya ke tempat adzab yang pedih itu, kalau bukan dari sebab usahanya sendiri yang salah.
Setelah kita ketahui betapa hebat siksaan, ditambah lagi dengan siksaan laknat-melaknati, salah-menyalahkan di antara yang dahulu dengan yang terkemudian, yang menyesatkan dengan yang disesatkan maka Allah memberikan peringatan.
Ayat 40
“Sesungguhnya, orang-orang yang telah mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombong terhadapnya, tidaklah akan dibukakan mereka pintu-pintu langit dan tidaklah mereka akan masuk ke dalam surga sehingga menyelusuplah seekor unta ke dalam lubang jarum."
Tadi sudah diterangkan berbuat dusta atas nama Allah, menambah agama dengan ke-hendak sendiri, lalu menyombong tidak mau menerima kebenaran ayat Allah, adalah zalim aniaya yang paling besar, puncak yang tidak ada puncak di atas itu lagi. Neraka tempatnya. Sampai di sana boleh salah menyalahkan, tetapi yang terang ialah masuk neraka. Maka, di ayat ini diterangkan lagi bahwa kesalahan yang demikianlah menyebabkan pintu langit akan tertutup bagi mereka dan tidak akan bisa masuk surga, sebagaimana tidak bisa masuknya seekor unta ke dalam lubang jarum.
Di sini terdapat dua keputusan. Pertama, pintu langit tidak terbuka bagi mereka. Menurut Tafsir Ibnu Abbas, tidak ada amalan mereka yang diterima Allah. Dan, dalam penafsiran yang lain Ibnu Abbas berkata, “Tidak terbuka pintu langit buat menerima amal mereka dan doa mereka." Dan dalam riwayat yang lain ditafsirkan lagi oleh Ibnu Abbas bahwa pintu langit tidak dibuka buat menerima ruh mereka setelah mereka mati. Suatu riwayat dari Ibnu Juraij mengumpulkan keduanya, “Amal tidak diterima dan ruh pun ditolak naik ke langit."
Maka, kembalilah ruh itu ke dunia, tidak masuk ke dalam arwah yang lebih tinggi buat istirahat menunggu panggilan Kiamat. Masih di dunia, tetapi tidak dapat hidup ke dalam dunia, menyesal terus-menerus.
Entah, barangkali mereka yang jadi hantu. Dan, yang kedua tidak mungkin mereka masuk surga sebab jalan untuk ke surga tidak mereka tempuh, bahkan mereka dustakan dan mereka terima dengan kesombongan, segala ayat-ayat Allah yang menunjukkan jalan selamat bagi mereka. Cobalah khayatkan dalam pikiran, mungkinkah dapat seekor unta yang sedemikian besar masuk ke dalam lubang jarum yang begitu sempit, yang hanya dapat dimasuki selembar benang yang halus? “Dan, sebagai demikianlah Kami membalas orang-orang yang berdosa besar."
Di sini, Allah mengemukakan unta masuk dalam lubang jarum dan di ujungnya Allah firmankan kadzaalika, seperti demikian atau seumpama itulah sukarnya akan masuk surga bagi orang yang berdosa besar. Untuk menjadi peringatan bagi manusia agar jangan mereka sangka mudah-mudah saja masuk surga, setelah pokok kepercayaan kepada Allah itu yang telah dirusakkan dan puncak kezaliman yang telah ditempuh.
siksa itu, niscaya lebih dari itu. Sedangkan, diterangkan begitu saja pun, apabila kita perhatikan Al-Qur'an dengan penuh iman, sudahlah menjalar rasa kengerian ke dalam seluruh tubuh kita.
(42) Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, tidak Kami memberati suatu diri melainkan sekadar kesanggupannya. Adalah mereka itu penghuni surga. Mereka akan kekal di dalamnya.
Ayat 41
“Untuk mereka dari Jahannam adalah satu tempat yang sangat rendah."
Disebut di sisi tempat yang rendahlah bagi mereka atau lubang yang dalam untuk meng-ingatkan kita bahwa mereka sendirilah yang memilih tempat itu sejak hidup mereka dengan akhlak mereka yang rendah pula. Kala di dunia, tiap mencoba hendak naik ke langit, tiap kena tempeleng sehingga tersungkur jatuh, baik amalan maupun ruh, sebagai tafsir tadi. Di akhirat tempat mereka pun adalah lubang terendah pula, tak bisa naik, “Dan, di atas mereka ada beberapa penutup." Bukan satu penutup, tetapi banyak penutup, berlapis-lapis, dikunci pengap, dan tak dapat naik lagi, sebagai lanjutan dari dosa besar ketika hidup di dunia. Akibat yang di belakang adalah lanjutan dari yang dahulu.
“Dan, sebagai demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim."
Artinya, sebagai yang diterangkan Allah itulah dan balasan yang akan diterima orang zalim. Allah menyebut demikian, untuk menggambarkan betapa ngerinya siksaan itu, padahal hakikat yang sebenarnya, betapa ngerinya