Ayat
Terjemahan Per Kata
فَمَنۡ
maka siapakah
أَظۡلَمُ
yang lebih dzalim
مِمَّنِ
daripada orang
ٱفۡتَرَىٰ
mengada-adakan
عَلَى
atas/terhadap
ٱللَّهِ
Allah
كَذِبًا
kedustaan
أَوۡ
atau
كَذَّبَ
dia mendustakan
بِـَٔايَٰتِهِۦٓۚ
dengan ayat-ayatNya
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
يَنَالُهُمۡ
mereka akan memperoleh
نَصِيبُهُم
bagian mereka
مِّنَ
dari
ٱلۡكِتَٰبِۖ
Kitab
حَتَّىٰٓ
sehingga
إِذَا
apabila
جَآءَتۡهُمۡ
telah datang kepadamu
رُسُلُنَا
utusan-utusan Kami
يَتَوَفَّوۡنَهُمۡ
mewafatkan mereka
قَالُوٓاْ
mereka berkata
أَيۡنَ
dimana
مَا
apa
كُنتُمۡ
kalian adalah
تَدۡعُونَ
kamu seru/sembah
مِن
dari
دُونِ
selain
ٱللَّهِۖ
Allah
قَالُواْ
mereka berkata/menjawab
ضَلُّواْ
mereka telah lenyap
عَنَّا
dari kami
وَشَهِدُواْ
dan mereka mengakui
عَلَىٰٓ
atas
أَنفُسِهِمۡ
diri mereka sendiri
أَنَّهُمۡ
bahwasanya mereka
كَانُواْ
adalah mereka
كَٰفِرِينَ
orang-orang kafir
فَمَنۡ
maka siapakah
أَظۡلَمُ
yang lebih dzalim
مِمَّنِ
daripada orang
ٱفۡتَرَىٰ
mengada-adakan
عَلَى
atas/terhadap
ٱللَّهِ
Allah
كَذِبًا
kedustaan
أَوۡ
atau
كَذَّبَ
dia mendustakan
بِـَٔايَٰتِهِۦٓۚ
dengan ayat-ayatNya
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
يَنَالُهُمۡ
mereka akan memperoleh
نَصِيبُهُم
bagian mereka
مِّنَ
dari
ٱلۡكِتَٰبِۖ
Kitab
حَتَّىٰٓ
sehingga
إِذَا
apabila
جَآءَتۡهُمۡ
telah datang kepadamu
رُسُلُنَا
utusan-utusan Kami
يَتَوَفَّوۡنَهُمۡ
mewafatkan mereka
قَالُوٓاْ
mereka berkata
أَيۡنَ
dimana
مَا
apa
كُنتُمۡ
kalian adalah
تَدۡعُونَ
kamu seru/sembah
مِن
dari
دُونِ
selain
ٱللَّهِۖ
Allah
قَالُواْ
mereka berkata/menjawab
ضَلُّواْ
mereka telah lenyap
عَنَّا
dari kami
وَشَهِدُواْ
dan mereka mengakui
عَلَىٰٓ
atas
أَنفُسِهِمۡ
diri mereka sendiri
أَنَّهُمۡ
bahwasanya mereka
كَانُواْ
adalah mereka
كَٰفِرِينَ
orang-orang kafir
Terjemahan
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Mereka itu akan memperoleh bagian (yang telah ditentukan) dari ketetapan Allah (di dunia) sehingga apabila datang kepada mereka para utusan (malaikat) Kami untuk mencabut nyawanya, mereka (para malaikat) berkata, “Manakah sembahan yang biasa kamu sembah selain Allah?” Mereka (orang-orang musyrik) menjawab, “Semuanya telah lenyap dari kami.” Mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir.
Tafsir
(Maka siapakah) maksudnya tidak ada seorang pun (yang lebih lalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah) dengan mengatakan bahwa Allah itu mempunyai sekutu atau Ia beranak (atau mendustakan ayat-ayat-Nya?) yakni Al-Qur'an. (Orang-orang itu akan memperoleh) mereka tetap akan mendapat (bagian mereka) yakni bagian yang telah ditentukan untuknya (dalam Alkitab) yaitu apa-apa yang telah dipastikan dan tertulis untuk mereka di Lohmahfuz berupa rezeki, ajal dan lain-lainnya (sehingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami) para malaikat (untuk mengambil nyawa mereka seraya mengatakan,) kepada mereka dengan nada mengejek ("Di mana berhala-berhala yang biasa kamu sembah) sesembahan-sesembahan yang selalu kamu puja-puja (selain Allah." Mereka menjawab, "Berhala-berhala itu telah lenyap) telah hilang (dari kami) sehingga kami tidak dapat melihatnya (dan mereka mengakui terhadap diri mereka) di kala menjelang ajalnya (bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir").
Tafsir Surat Al-A'raf: 37
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya? Mereka itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sehingga apabila datang kepada mereka para utusan (malaikat) Kami untuk mencabut nyawanya, mereka (para malaikat) berkata "Manakah sembahan (berhala-berhala) yang biasa kalian sembah selain Allah?" Orang-orang musyrik itu menjawab, "Semuanya telah lenyap dari kami," dan mereka memberikan kesaksian diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir.
Ayat 37
Firman Allah ﷻ: “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya?” (Al-A'raf: 37)
Artinya, tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang membuat kebohongan terhadap Allah atau menolak ayat-ayat yang diturunkan-Nya.
“Mereka itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauh Mahfuz).” (Al-A'raf: 37)
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya.
Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa makna ayat ialah mereka akan memperoleh hukuman yang telah ditetapkan untuk mereka dan bagi orang-orang yang membuat kebohongan terhadap Allah, yaitu wajah mereka akan menjadi gelap dan suram.
Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa mereka akan memperoleh balasan dari amal perbuatannya masing-masing. Barang siapa yang beramal saleh, maka balasannya baik pula. Dan barang siapa yang beramal jahat, maka buruk pula balasannya. Masing-masing mendapat balasan sesuai dengan amal perbuatannya.
Mujahid mengatakan bahwa mereka akan memperoleh apa yang telah dijanjikan bagi mereka berupa balasan kebaikan dan balasan kejahatan. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah dan Adh-Dhahhak serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
“Mereka itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan untuknya dalam Kitab (Lauh Mahfuz).” (Al-A'raf: 37)
Yang dimaksud ialah amalnya, rezekinya, dan umurnya (semuanya tercatat di dalam Lauh Mahfuz). Hal yang sama dikatakan oleh Ar-Rabi ibnu Anas dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Kalau ditinjau dari segi maknanya, pendapat ini kuat dan konteks ayat pun menunjukkan kepada pengertian ini, yaitu firman-Nya:
“Sehingga apabila datang kepada mereka para utusan (malaikat) Kami untuk mencabut nyawanya.” (Al-A'raf: 37)
Ayat lain yang semakna dengan ayat ini ialah firman Allah ﷻ:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung. (Bagi mereka) kesenangan (sementara) di dunia, kemudian kepada Kamilah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka azab yang berat karena kekafiran mereka.” (Yunus: 69-70)
“Dan barang siapa kafir, maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kamilah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar.” (Luqman: 23-24)
Adapun firman Allah ﷻ: “Sehingga apabila datang kepada mereka para utusan (malaikat) Kami untuk mencabut nyawanya.” (Al-A'raf: 37)
Allah ﷻ memberitahukan bahwa para malaikat apabila mencabut nyawa orang-orang musyrik, maka para Malaikat itu mengejutkan mereka dan membuat mereka takut di saat kematiannya, lalu nyawa mereka dibawa dan dilemparkan ke dalam neraka. Para malaikat berkata kepada mereka, "Manakah sesembahan yang kalian persekutukan dengan Allah ketika kalian hidup di dunia? Serulah mereka agar membebaskan kalian dari siksaan yang kalian alami sekarang!" Maka mereka berkata:
"Semuanya telah lenyap dari kami” (Al-A'raf: 37)
Yakni mereka telah hilang dan lenyap dari kami, maka kami tidak dapat berharap lagi kebaikan dan manfaat mereka
“Dan mereka mengakui terhadap diri mereka.” (Al-A'raf: 37) Yaitu mereka menyatakan pengakuannya terhadap diri sendiri.
“Bahwa mereka adalah orang-orang kafir.” (Al-A'raf: 37)
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah dengan melakukan kemaksiatan kemudian dengan dusta mereka menyatakan perbuatan itu sebagai perintah Allah, atau yang mendustakan ayat-ayat-Nya, yaitu Al-Qur'an' Mereka, yakni orang-orang yang mendustakan dan menentang ayat-ayat Allah, itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan oleh Allah di dunia, dan hal ini telah dituliskan dalam Kitab Lauh Mahfudh. Namun demikian, hal ini berlangsung sampai ketika datang para utusan Kami, yaitu malaikat maut, kepada mereka untuk mencabut nyawanya dengan keras sehingga mereka merasakan sakit yang luar biasa. Mereka, yakni para malaikat yang diperintahkan untuk mencabut nyawa tersebut berkata, Wahai kalian yang senantiasa mendustakan Allah, manakah sembahan yang dulu biasa kamu sembah selain Allah' Apakah mereka mampu menolong kalian dan menyelamatkan diri dari kami' Dengan penuh kesadaran, mereka, yakni orang musyrik, menjawab, Semuanya telah lenyap dari kami. Dan mereka memberikan kesaksian terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir. Kepada orang-orang yang mengingkari-Nya, Allah berfirman, Masuklah kamu ke dalam api neraka bersama golongan jin dan manusia yang telah sesat dan berlaku kafir lebih dahulu dari kamu. Setiap kali suatu umat masuk neraka, dia melaknat saudaranya yang dahulu sama-sama melakukan kekafiran, sehingga apabila mereka telah masuk neraka semuanya, yakni para pemimpin dan para pengikut, berkatalah orang yang masuk belakangan, yakni para pengikut, kepada para pemimpin mereka yang telah masuk terlebih dahulu, Ya Tuhan kami, mereka-lah yang telah menyesatkan kami dari kebenaran. Maka datangkanlah siksaan api neraka yang berlipat ganda kepada mereka. Allah berfirman, Masing-masing, yakni kamu dan mereka, akan mendapatkan siksaan yang berlipat ganda, tapi kamu tidak mengetahui.
Ayat ini menjelaskan bahwa berdusta kepada Allah dan ayat-ayat-Nya, adalah pekerjaan yang paling zalim. Mengada-adakan dusta dan kebohongan terhadap Allah ialah mewajibkan yang tidak diwajibkan Allah, memutar-balikkan hukum-hukum, yang halal dikatakan haram, yang haram dikatakan halal, yang hak dikatakan batil, yang batil dikatakan hak, atau berani mengatakan bahwa Allah beranak dan bersekutu. Mendustakan ayat-ayat Allah berarti menolak, mempermainkan dan mengejeknya, perbuatan mereka dianggap sebagai perbuatan yang paling zalim, mereka akan menikmati kesenangan di dunia untuk sementara, namun di akhirat mereka akan diazab dengan azab yang sangat pedih. Itulah ketentuan Allah yang tertulis dalam kitab suci-Nya. Firman Allah:
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam azab yang keras. (Luqman/31: 24)
Ketika orang yang zalim itu menikmati kesenangan di dunia, tiba-tiba hal itu berakhir, karena ajalnya sudah tiba ketika malaikat maut datang mencabut nyawanya. Barulah timbul penyesalan, ketika malaikat mengajukan pertanyaan kepadanya, manakah orang-orang yang kamu seru selama ini, kamu sembah, minta tolong dan tidak mau menyembah dan minta tolong kepada Allah? Panggillah mereka untuk menolong kamu agar terhindar dari bahaya api neraka yang kamu hadapi ini. Tapi apa daya, dengan sangat menyesal mereka menjawab, "Orang-orang yang kami sembah dan kami minta tolong sudah hilang lenyap dari kami, kami tidak tahu ke mana pergi dan di mana tempatnya. Putuslah harapan kami untuk mendapat pertolongan darinya." Maka dengan terus terang mereka mengakui bahwa mereka telah mejadi kafir dan sesat karena menyembah dan minta tolong kepada berhala-berhala dan pemimpin-pemimpin yang mereka persekutukan dengan Allah.
Kejadian yang digambarkan ini adalah peringatan dan ancaman Allah terhadap orang kafir, agar berhati-hati jangan mengikuti propaganda dan tipu daya seseorang yang akibatnya akan membawa kepada kekafiran dan kesesatan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Setelah beberapa ayat yang telah lalu itu selalu dimulai seruan kepada anak-anak Adam supaya ingatlah manusia akan tugasnya yang mulia, yaitu khalifah Allah di bumi. Maka, setelah memulai membayangkan kesengsaraan akhirat dan kekal di neraka pada ayat 37, bagaimana lanjutan siksaan di akhirat itu bagi yang mendustakan tadi.
Ayat 37
“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat kedustaan atas nama Allah."
Artinya, bermacam-macam sikap dan perbuatan aniaya diperbuat manusia di dalam bumi ini, tetapi puncak yang di atas sekali dari keaniayaan itu ialah membuat-buat atau mengarang-ngarangkan kedustaan atas nama Allah. Ini bertali dengan ujung ayat 33, yaitu berbicara di atas nama Allah barang yang tidak ada pengetahuan mereka padanya. Mereka mengakui juga percaya kepada Allah, tetapi mereka bikin-bikin saja, mereka karang-karangkan beberapa perkara dusta atas nama Allah."Atau mendustakan ayat-ayat-Nya." Keduanya ini adalah puncak-puncak kezaliman yang tidak dapat dimaafkan. Orang-orang yang menyembah berhala dan benda selain Allah itu mengaku juga bahwa Allah Esa adanya, tidak berserikat dengan yang lain, tetapi kemudiannya mereka tambahilah peraturan Allah itu dengan peraturan-peraturan yang mereka karangkan sendiri, dan mereka perbuat dusta di hadapan pengikut mereka yang bodoh bahwa upacara tambahan itu, seumpama kaum Quraisy menyembah berhala, mereka tambahkan kepada menyembah Allah menurut agama Ha-nif Nabi Ibrahim, atau pada zaman kemudian ini orang pergi dengan memuja-muja kubur keramat, sebagai tambahan dari agama yang dibawa Muhammad ﷺ, lalu dengan dusta pula mereka bahkan mengatakan bahwa yang mereka buat itu adalah peraturan dari Allah juga.
Kalau ditegur dengan dasar pokok perintah Allah, yaitu tauhid, dikemukakan berbagai ayat-ayat Allah, mereka pun dustakan ayat-ayat yang diterangkan itu. Tidak ada lagi kezaliman yang lebih dari ini karena menambah agama Allah dengan peraturan bikinan sendiri, “Mereka itu akan dicapai oleh nasib mereka dari dalam AL-Kitab." Artinya, segala kezaliman mereka itu telah dicapai Allah di dalam Al-Ki-tab perhitungan, yang telah dicatat malaikat Raqib, Atid, Hafazhah, dan Kiraman Katibin selama hidup ini dan kelak di akhirat akan dibawa mereka berhadap-hadapan dengan kitab catatan itu supaya mereka menerima nasib mereka yang setimpal, “Sehingga apabila datang kepada mereka utusan-utusan Kami yang akan mewafatkan mereka, sambil bertanya, ‘Di manakah apa yang telah kamu seru selain dari Allah itu?'" Artinya, walaupun selama hidupmu dengan secara dusta kamu menyembah kepada berhala, kepada kuburan, kepada guru kamu atau orang-orang yang kamu pandang keramat, yang akan dapat me-nyampaikan segala seruanmu kepada Allah, dan semua telah dicatat Allah di dalam Kitab catatan yang tertentu, akhirnya datanglah ajal kamu yang telah ditentukan itu, yang tidak dapat ditangguhkan satu saat dan tidak pula dapat dimajukan. Maka, datanglah malaikat-malaikat yang ditugaskan mencabut nyawa, mewafatkan kamu, padahal kamu masih ingin saja hendak hidup. Waktu itu bertanyalah ma-laikat-malaikat tadi, engkau masih ingin hidup, sekarang nyawa kamu telah hendak aku cabut, sebab saatnya telah datang. Engkau takut mati. Maka, manakah dia sekarang segala tempat kamu meminta, memohon, menyembah dan memuja itu? Mengapa kamu tidak mereka tolong?
‘Mereka menjawab, Mereka telah hilang daripada kami.'" Artinya, pada saat ajal hendak sampai ini, satu berhala pun yang kami puja itu tidak ada yang muncul, satu orang pun daripada guru-guru atau kuburan keramat yang kami' puja itu tidak ada yang datang melawat dan menghibur kami dan menjamin kami akan selamat berhadapan dengan Allah. Jika saat yang sangat genting itu telah datang, segala berhala pun hilang, segala pujaan tidak kelihatan lagi mata hidungnya.
Jalan hanya satu, yaitu kembali kepada Allah. Tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menghalangi datangnya maut itu.
“Dan mereka pun menyaksikan atas dirii mereka sendiri-sendiri bahwasanya mereka dahulunya memang telah kafir."
Artinya, pada saat itu mengakulah mereka bahwa memang salahlah perbuatan mereka selama ini. Dan, memang kafirlah mereka selama ini. Namun, apalah hendak dikata, setelah tiba di pintu gerbang maut baru mengerti, padahal hidup tidak dapat diulang lagi. Mengakui memang kepada Allah-lah tempat pulang satu-satunya dan tidak dapat dielakkan bila dipanggil-Nya datang, padahal jalan kepada Allah itu tidak pernah dituruti selama hidup, bahkan diperbuat dusta atas nama-Nya dan ditolak keterangannya dari ayat-ayat-Nya.
Ayat 38
“Berfirman Dia, ‘Masuklah kamu bersama umat-umat yang telah dahulu dari sebelum kamu daripada jin dan manusia ke dalam neraka.'"
Artinya, sudahlah tertentu dalam firman Ilahi bahwa setelah nyawa mereka dicabut, nerakalah tempat mereka. Mereka akan disuruh menuruti umat-umat yang telah lalu, baik manusia maupun jin, yang telah berdoa demikian pula, mengarang-ngarang dusta atas nama Allah dan menyombong, tidak mau menerima kebenaran ayat Allah."Tiap-tiap telah masuk suatu umat melaknatlah dia akan saudaranya." Artinya, timbullah salah menyalahkan, ‘Engkaulah yang menjadi biang keladi sehingga aku dimasukkan ke tempat yang penuh derita ini. Dan, yang telah ada di dalam pun mengutuk melaknat pula kepada yang baru datang, mengatakan kalianlah yang bodoh, mengapa kami dituruti."Sehingga apabila telah berkumpul di dalamnya semuanya, berkatalah yang kemudian tentang mereka yang terdahulu itu, ‘Ya Tuhan kami, mereka inilah yang telah menyesatkan kami. Maka, berikanlah kepada mereka adzabyang berlipat ganda dari neraka.'" Artinya, setelah habis kutuk-mengutuk di antara satu dengan yang lain, baik kelompok lama dengan kelompok baru, maupun pribadi baru dengan pribadi lama, kutuk-mengutuk yang tidak putus-putus, akhirnya golongan yang baru datang itu mengadukan nasib mereka kepada Allah bahwasanya mereka menjadi tersesat berbuat puncak kezaliman ini, tidak lain ialah karena disesatkan oleh golongan yang telah terdahulu ini. Mereka yang mengajarkan atau mewariskan pelajaran yang sesat kepada kami, mereka pemuka-pemuka kami, ialu kami turuti langkah mereka yang sesat karena bujuk rayu mereka. Ada yang dari manusia, yaitu ketua-ketua dan guru-guru yang menyesatkan dan ada yang dari jin, yaitu bujuk rayu setan dan iblis. Oleh karena itu, kami mohonkan kepada Allah supaya kepada mereka itu diberikan adzab siksa lipat ganda. Sebab, kalau tidak mereka yang membawa ke jalan sesat, tidaklah kami yang datang kemudian akan jadi tersesat."Dia benfnman, ‘Bagi tiap-tiapnya benlipat ganda, tetapi kamu tidak tahu."‘
Kita misalkan berpuluh-puluh orang ditangkap polisi dan dimasukkan ke dalam tahanan karena dituduh berkhianat pada negara.
Di antara yang ditahan itu ada yang memang bersalah dan ada yang hanya tertuduh saja, tidak merasa bersalah. Di antara yang bersalah itu ada yang jadi pemimpin-pemimpin yang merencanakan perbuatan khianat itu. Sebelum selesai pemeriksaan, terdapat tiga macam perasaan batin yang mereka rasakan. Yang tidak bersalah tenang-tenang saja, sebab yakin bahwa mereka tidak akan dihukum karena memang tidak salah. Dan, kalau dihukum juga hanya merasa teraniaya. Namun, yang lebih payah perasaan di antara itu ialah yang terbukti bersalah dan merasa sendiri dalam batin bahwa mereka bersalah karena mereka yang merencanakan. Adapun si pengikut, yang bukan merencanakan, tidaklah seberat perasaan yang memimpin itu yang menimpa hati mereka. Malahan, mereka lebih mengutuk lagi kepada si pemimpin tadi karena kalau bukan karena si pemimpin, tidaklah dia akan menderita begini. Si pemimpin tadi bertimpa-timpalah atau berlipatgandalah siksaan batinnya karena tanggung jawab lebih banyak tertumpuk kepada dirinya. Jika dilihat dari luar saja, ketika mereka masih dikumpulkan di dalam tempat tahanan itu tidaklah kelihatan perbedaan mereka. Tempat tahanan sama, minuman sama, tempat mandi pun sama. Namun, pada saat itu juga terdapatlah perbedaan siksaan batin dalam hati masing-masing dan ada yang merasa tidak tersiksa karena tidak salah.
Ini hanya perumpamaan buat menjelaskan tafsir ayat. Sedang perumpamaan ini tidaklah tepat seluruhnya. Sebab, adzab mereka itu sekali-kali tidaklah akan menimpa orang yang tidak bersalah dan tidaklah ada di sana “penahanan sementara" yang sama tertahan orang yang bersalah dengan orang yang tidak bersalah. Dan, kesalahan di neraka itu tidak pula semata-mata ditumpahkan kepada orang yang terdahulu. Sebab, yang kemudian pun ada akal buat menimbang dan sama-sama langsung mendengar berita dari ayat-ayat Allah. Oleh sebab itu, pada ayat selanjutnya diterangkan Allah pula tangkisan mereka yang terdahulu itu kepada yang terkemudian tadi.
Ayat 39
“Dan berkata mereka yang terdahulu kepada yang kemudian, ‘Maka, tidaklah ada bagi kamu kelebihan atas kami.'"
Artinya, walaupun kamu mengatakan bahwa kamu yang datang kemudian menjadi sesat karena kami yang terdahulu yang menyesatkan, tidaklah berarti bahwa kamu lebih ringan adzabnya daripada kami. Kalau memang kami yang kamu katakan menyesatkan, ke mana otakmu dan ke mana akalmu? Mengapa kami yang harus menanggung kesesatanmu karena akalmu tidak kamu pergunakan? Kepadamu pun sampai seruan rasul-rasul sehingga kalau kamu mau mempergunakan akal dan membandirig-bandirigkan seruan dan rayuan kami yang menyesatkan itu dengan tuntunan Rasulullah yang datang dari wahyu Allah Allah, tentu akan kamu ketahui kebenaran Allah dan kesesatan kami.
“Sebab itu, rasakanlah adzab karena apa yang telah kamu usahakan."
Artinya, adzab siksaan yang kamu terima bersama kami di dalam neraka ini, janganlah semata-mata kamu timpakan kepada kami. Sebab, dosa kamu itu tidak akan terjadi kalau bukan dari hasil usaha kamu sendiri. Karena, Allah tidak akan memasukkan makhiuk-Nya ke tempat adzab yang pedih itu, kalau bukan dari sebab usahanya sendiri yang salah.
Setelah kita ketahui betapa hebat siksaan, ditambah lagi dengan siksaan laknat-melaknati, salah-menyalahkan di antara yang dahulu dengan yang terkemudian, yang menyesatkan dengan yang disesatkan maka Allah memberikan peringatan.
Ayat 40
“Sesungguhnya, orang-orang yang telah mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombong terhadapnya, tidaklah akan dibukakan mereka pintu-pintu langit dan tidaklah mereka akan masuk ke dalam surga sehingga menyelusuplah seekor unta ke dalam lubang jarum."
Tadi sudah diterangkan berbuat dusta atas nama Allah, menambah agama dengan ke-hendak sendiri, lalu menyombong tidak mau menerima kebenaran ayat Allah, adalah zalim aniaya yang paling besar, puncak yang tidak ada puncak di atas itu lagi. Neraka tempatnya. Sampai di sana boleh salah menyalahkan, tetapi yang terang ialah masuk neraka. Maka, di ayat ini diterangkan lagi bahwa kesalahan yang demikianlah menyebabkan pintu langit akan tertutup bagi mereka dan tidak akan bisa masuk surga, sebagaimana tidak bisa masuknya seekor unta ke dalam lubang jarum.
Di sini terdapat dua keputusan. Pertama, pintu langit tidak terbuka bagi mereka. Menurut Tafsir Ibnu Abbas, tidak ada amalan mereka yang diterima Allah. Dan, dalam penafsiran yang lain Ibnu Abbas berkata, “Tidak terbuka pintu langit buat menerima amal mereka dan doa mereka." Dan dalam riwayat yang lain ditafsirkan lagi oleh Ibnu Abbas bahwa pintu langit tidak dibuka buat menerima ruh mereka setelah mereka mati. Suatu riwayat dari Ibnu Juraij mengumpulkan keduanya, “Amal tidak diterima dan ruh pun ditolak naik ke langit."
Maka, kembalilah ruh itu ke dunia, tidak masuk ke dalam arwah yang lebih tinggi buat istirahat menunggu panggilan Kiamat. Masih di dunia, tetapi tidak dapat hidup ke dalam dunia, menyesal terus-menerus.
Entah, barangkali mereka yang jadi hantu. Dan, yang kedua tidak mungkin mereka masuk surga sebab jalan untuk ke surga tidak mereka tempuh, bahkan mereka dustakan dan mereka terima dengan kesombongan, segala ayat-ayat Allah yang menunjukkan jalan selamat bagi mereka. Cobalah khayatkan dalam pikiran, mungkinkah dapat seekor unta yang sedemikian besar masuk ke dalam lubang jarum yang begitu sempit, yang hanya dapat dimasuki selembar benang yang halus? “Dan, sebagai demikianlah Kami membalas orang-orang yang berdosa besar."
Di sini, Allah mengemukakan unta masuk dalam lubang jarum dan di ujungnya Allah firmankan kadzaalika, seperti demikian atau seumpama itulah sukarnya akan masuk surga bagi orang yang berdosa besar. Untuk menjadi peringatan bagi manusia agar jangan mereka sangka mudah-mudah saja masuk surga, setelah pokok kepercayaan kepada Allah itu yang telah dirusakkan dan puncak kezaliman yang telah ditempuh.
siksa itu, niscaya lebih dari itu. Sedangkan, diterangkan begitu saja pun, apabila kita perhatikan Al-Qur'an dengan penuh iman, sudahlah menjalar rasa kengerian ke dalam seluruh tubuh kita.
(42) Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, tidak Kami memberati suatu diri melainkan sekadar kesanggupannya. Adalah mereka itu penghuni surga. Mereka akan kekal di dalamnya.
Ayat 41
“Untuk mereka dari Jahannam adalah satu tempat yang sangat rendah."
Disebut di sisi tempat yang rendahlah bagi mereka atau lubang yang dalam untuk meng-ingatkan kita bahwa mereka sendirilah yang memilih tempat itu sejak hidup mereka dengan akhlak mereka yang rendah pula. Kala di dunia, tiap mencoba hendak naik ke langit, tiap kena tempeleng sehingga tersungkur jatuh, baik amalan maupun ruh, sebagai tafsir tadi. Di akhirat tempat mereka pun adalah lubang terendah pula, tak bisa naik, “Dan, di atas mereka ada beberapa penutup." Bukan satu penutup, tetapi banyak penutup, berlapis-lapis, dikunci pengap, dan tak dapat naik lagi, sebagai lanjutan dari dosa besar ketika hidup di dunia. Akibat yang di belakang adalah lanjutan dari yang dahulu.
“Dan, sebagai demikianlah Kami membalas orang-orang yang zalim."
Artinya, sebagai yang diterangkan Allah itulah dan balasan yang akan diterima orang zalim. Allah menyebut demikian, untuk menggambarkan betapa ngerinya siksaan itu, padahal hakikat yang sebenarnya, betapa ngerinya