Ayat
Terjemahan Per Kata
يَسۡـَٔلُونَكَ
mereka akan bertanya kepadamu
عَنِ
tentang
ٱلسَّاعَةِ
hari kiamat
أَيَّانَ
kapan
مُرۡسَىٰهَاۖ
terjadinya
قُلۡ
katakanlah
إِنَّمَا
sesungguhnya
عِلۡمُهَا
pengetahuannya
عِندَ
disisi
رَبِّيۖ
Tuhanku
لَا
tidak
يُجَلِّيهَا
menjelaskannya
لِوَقۡتِهَآ
bagi waktunya
إِلَّا
kecuali
هُوَۚ
Dia
ثَقُلَتۡ
amat berat
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِۚ
dan bumi
لَا
tidak
تَأۡتِيكُمۡ
datang kepadamu
إِلَّا
melainkan
بَغۡتَةٗۗ
dengan tiba-tiba
يَسۡـَٔلُونَكَ
mereka akan bertanya kepadamu
كَأَنَّكَ
seakan-akan kamu
حَفِيٌّ
benar-benar mengetahui
عَنۡهَاۖ
daripadanya
قُلۡ
katakanlah
إِنَّمَا
sesungguhnya hanyalah
عِلۡمُهَا
pengetahuannya
عِندَ
disisi
ٱللَّهِ
Allah
وَلَٰكِنَّ
akan tetapi
أَكۡثَرَ
kebanyakan
ٱلنَّاسِ
manusia
لَا
tidak
يَعۡلَمُونَ
mereka mengetahui
يَسۡـَٔلُونَكَ
mereka akan bertanya kepadamu
عَنِ
tentang
ٱلسَّاعَةِ
hari kiamat
أَيَّانَ
kapan
مُرۡسَىٰهَاۖ
terjadinya
قُلۡ
katakanlah
إِنَّمَا
sesungguhnya
عِلۡمُهَا
pengetahuannya
عِندَ
disisi
رَبِّيۖ
Tuhanku
لَا
tidak
يُجَلِّيهَا
menjelaskannya
لِوَقۡتِهَآ
bagi waktunya
إِلَّا
kecuali
هُوَۚ
Dia
ثَقُلَتۡ
amat berat
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِۚ
dan bumi
لَا
tidak
تَأۡتِيكُمۡ
datang kepadamu
إِلَّا
melainkan
بَغۡتَةٗۗ
dengan tiba-tiba
يَسۡـَٔلُونَكَ
mereka akan bertanya kepadamu
كَأَنَّكَ
seakan-akan kamu
حَفِيٌّ
benar-benar mengetahui
عَنۡهَاۖ
daripadanya
قُلۡ
katakanlah
إِنَّمَا
sesungguhnya hanyalah
عِلۡمُهَا
pengetahuannya
عِندَ
disisi
ٱللَّهِ
Allah
وَلَٰكِنَّ
akan tetapi
أَكۡثَرَ
kebanyakan
ٱلنَّاسِ
manusia
لَا
tidak
يَعۡلَمُونَ
mereka mengetahui
Terjemahan
Mereka menanyakan kepadamu (Nabi Muhammad) tentang kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentangnya hanya ada pada Tuhanku. Tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk yang) di langit dan di bumi. Ia tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentangnya hanya ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Tafsir
(Mereka menanyakan kepadamu) yaitu mereka penduduk kota Mekah (tentang kiamat,) tentang hari akhir ("Bilakah) kapan (terjadinya?" Katakanlah,) kepada mereka ("Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu) bila terjadinya (adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan) menerangkan (waktu kedatangannya) huruf lam bermakna fii (selain Dia. Kiamat itu amat berat) amat besar peristiwanya (yang di langit dan di bumi) amat berat dirasakan oleh penduduk keduanya mengingat kengerian huru-haranya. (Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.") secara sekonyong-konyong (Mereka bertanya kepadamu seolah-olah kamu benar-benar mengetahui) terlalu berlebihan di dalam bertanya (tentang kiamat itu) sehingga engkau memberitahukan tentangnya. (Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah di sisi Allah) merupakan pengukuhan sebelumnya (tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.") pengetahuan mengenai kiamat itu hanya ada di sisi Allah ﷻ
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, "Bilakah terjadinya? Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka bertanya kepadamu tentang kiamat. (Al-A'raf: 187) Pengertian ayat tersebut sama halnya dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu: Manusia bertanya kepadamu tentang hari kiamat. (Al-Ahzab: 63) Menurut suatu pendapat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Quraisy.
Sedangkan menurut pendapat lainnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang Yahudi. Tetapi pendapat yang pertamalah yang lebih mendekati kebenaran, mengingat ayat ini Makkiyyah. Mereka sering menanyakan tentang terjadinya waktu kiamat, tetapi pertanyaan mereka mengandung nada tidak mempercayai keberadaannya dan mendustakannya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan mereka berkata, "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari kiamat) jika kamu adalah orang-orang yang benar? (Yunus: 48; Yasin: 48; Al Anbiya 38; An Naml 71; Saba 29; Al-Mulk 25) Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi).
Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. (Asy-Syura: 18) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Bilakah terjadinya. (Al-A'raf: 187) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud dari lafal muntahaha ialah batas terakhirnya, yakni bilakah terjadinya dan kapankah usia dunia berakhir, hal itu merupakan permulaan dari waktu kiamat. Katakanlah, Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. (Al-A'raf: 187) Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Rasul-Nya 'bila ditanya tentang saat kiamat, hendaknya ia mengembalikan pengetahuannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, karena sesungguhnya hanya Dialah yang mengetahui bila kiamat akan terjadi', yakni Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui perkaranya secara jelas dan mengetahui pula saat terjadinya hari kiamat secara tepat.
Tidak ada seorang pun yang mengetahui hal ini kecuali hanya Allah subhanahu wa ta’ala Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi. (Al-A'raf: 187) Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Kiamat itu amat berat (bagi makhluk) di langit dan di bumi. (Al-A'rlf: 187) Artinya, amat berat untuk mengetahuinya bagi semua penduduk di langit dan di bumi. Dengan kata lain, mereka sama sekali tidak mengetahuinya. Ma'mar mengatakan bahwa Al-Hasan pernah mengatakan, "Apabila hari kiamat datang, maka terasa amat berat bagi semua penduduk di langit dan di bumi," yakni hari kiamat itu terasa amat berat oleh mereka.
Adh-Dhahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Hari kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi. (Al-A'raf: 187) Menurutnya, ayat di atas artinya 'tidak ada seorang makhluk pun melainkan tertimpa bahaya dari hari kiamat'. Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Hari kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) di langit dan di bumi, (Al-A'raf: 187) Apabila hari kiamat tiba, maka terbelahlah langit dan bertaburanlah bintang-bintangnya. Matahari digulung dan gunung-gunung dihancurkan.
Hari kiamat itu memang terjadi seperti yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya, maka yang demikian itulah makna yang dimaksud dengan amal berat Ibnu Jarir rahimahuttah memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah amat berat untuk mengetahui waktu terjadinya kiamat bagi penduduk langit dan bumi, seperti yang dikatakan oleh Qatadah tadi. Pengertian dari perkataan keduanya (Ibnu Jarir dan Qatadah) semakna dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya: Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. (Al-A'raf: 187) Akan tetapi, hal ini tidak me-nafi-kan (meniadakan) pengertian yang mengatakan bahwa kedatangan hari kiamat itu terasa amat berat bagi seluruh penduduk langit dan bumi.
As-Suddi berpendapat sehubungan dengan makna firman-Nya: Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. (Al-A'raf: 187) Menurutnya makna yang dimaksud ialah hari kiamat itu samar bagi penduduk langit dan bumi. Karena itu, tidak ada yang mengetahui saatnya, baik dia itu malaikat yang terdekat maupun sebagai nabi yang diutus. Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. (Al-A'raf: 187) Artinya, terjadinya hari kiamat mengagetkan mereka.
Hari kiamat datang kepada mereka di saat mereka sedang lalai. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kiamat itu tidak akan datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba (Al-A'raf: 187) Allah telah menetapkan bahwa hari kiamat itu tidaklah datang kepada kalian melainkan dengan tiba-tiba. Dan telah sampai suatu hadits kepada kami, bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya hari kiamat datang mendadak menimpa manusia, sedangkan seseorang ada yang sedang memperbaiki kolamnya, ada yang sedang memberi minum ternaknya, ada pula yang sedang menjajakan barang dagangannya di pasar seraya menurunkan dan menaikkan timbangannya.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Abdur Rahman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari arah baratnya, apabila matahari telah terbit dari arah baratnya dan manusia melihatnya, berimanlah mereka semuanya. Yang demikian itu terjadi di masa tidak bermanfaat iman seseorang bagi dirinya jika ia tidak beriman sebelumnya, atau semasa imannya itu ia tidak mengerjakan suatu kebaikan pun.
Dan sesungguhnya hari kiamat itu terjadi ketika dua orang lelaki sedang menggelarkan kain dagangan di antara keduanya, sehingga keduanya tidak sempat melakukan jual belinya dan tidak sempat melipat kainnya. Dan sesungguhnya hari kiamat terjadi ketika seseorang pulang dengan membawa air susu hasil perahannya, sehingga ia tidak sempat meminumnya. Dan sesungguhnya hari kiamat terjadi ketika seseorang sedang memperbaiki penampungan airnya, sehingga ia tidak sempat meminum airnya.
Dan sesungguhnya hari kiamat terjadi ketika seseorang sedang menyuapkan makanan ke mulutnya sehingga ia tidak sempat memakannya. Imam Muslim di dalam kitab Shahih-nya mengatakan, telah menceritakan kepadaku Zuhair ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah yang mengatakan, Rasulullah ﷺ telah memberitahukan kepadanya bahwa: "Hari kiamat terjadi ketika seseorang sedang memerah hewan perahannya; tetapi sebelum ia sempat mencicipi hasilnya, kiamat telah terjadi.
Ketika dua orang lelaki sedang tawar menawar pakaian; sebelum keduanya melakukan transaksi jual beli hari kiamat telah terjadi. Dan ketika seorang lelaki sedang membersihkan kolam penampungan airnya; tetapi sebelum ia selesai dari pekerjaannya, hari kiamat telah terjadi." Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya. Suatu pendapat mengatakan bahwa makna yang dimaksud adalah seperti apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firmanNya Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Makna yang dimaksud ialah seakan-akan di antara kamu dan mereka terdapat hubungan yang intim, seakan-akan kamu adalah teman mereka.
Ibnu Abbas mengatakan, "Ketika orang-orang (Quraisy) bertanya kepada Nabi ﷺ tentang hari kiamat, mereka mengajukan pertanyaannya seakan-akan mereka menganggap bahwa Muhammad benar-benar bersahabat karib dengan mereka. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya, bahwa sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya ada di sisi-Nya. Dia sengaja menyembunyikannya dan tidak memperlihatkannya kepada seorang pun, baik ia sebagai malaikat yang terdekat dengan-Nya ataupun sebagai seorang rasul yang diutus-Nya." Qatadah mengatakan bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada Muhammad ﷺ, "Sesugguhnya di antara kami dan engkau terdapat hubungan kekerabatan.
Karena itu, jelaskanlah kepada kami kapankah hari kiamat akan terjadi?" Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Demikianlah menurut riwayat Mujahid, Ikrimah, Abu Malik, dan As-Suddi yang merupakan suatu pendapat. Tetapi yang benar dari Mujahid ialah melalui riwayat Ibnu Abu Nujaih dan lain-lainnya sehubungan dengan makna firman-Nya berikut ini: Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Bahwa pertanyaan itu diajukan kepadamu seakan-akan kamu mengetahuinya. Hal yang sama dikatakan oleh Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan ayat ini Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Yakni seakan-akan kamu mengetahuinya, padahal kamu tidak mengetahuinya.
Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah. (Al-A'raf: 187) Ma'mar telah meriwayatkan dari sebagian ulama tafsir sehubungan makna firman-Nya: seakan-akan kamu benar-benar mengetahumya. (Al-A'raf: 187) Artinya, seakan-akan kamu mengetahui hari kiamat. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. (Al-A'raf: 187) Yaitu seakan-akan kamu mengetahui hari kiamat, padahal Allah menyembunyikan pengetahuan tentang hari kiamat ini dari semua makhluk-Nya.
Lalu ia membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34), hingga akhir ayat. Pendapat ini kedudukannya lebih kuat daripada yang pertama tadi. Karena itulah dalam ayat itu disebutkan oleh firman Nya Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Al-A;'raf: 187) Malaikat Jibril a.s. datang dalam rupa seorang Arab Badui untuk mengajarkan kepada manusia perkara agama mereka, lalu ia duduk di hadapan Rasulullah ﷺ seperti duduknya orang yang mau bertanya, kemudian memohon petunjuk.
Maka Jibril a.s bertanya kepada Nabi ﷺ tentang Islam, lalu tentang iman dan thsan, kemudian ia bertanya, "Bilakah hari kiamat itu?" Maka Rasulullah ﷺ menjawabnya melalui sabdanya: Orang yang ditanya mengenainya tidaklah lebih mengetahui daripada sipenanya. Dengan kata lain, saya bukanlah orang yang lebih mengetahui tentangnya daripada engkau; dan tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui tentangnya daripada orang lain. Kemudian Nabi ﷺ membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34), hingga akhir ayat Menurut riwayat yang lain disebutkan bahwa lalu Jibril a.s. menanyakan tentang tanda-tanda akan terjadinya hari kiamat. Maka Nabi ﷺ menjelaskan tanda-tanda hari kiamat kepadanya. Kemudian Nabi ﷺ bersabda, "Ada lima perkara yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah." Lalu Nabi ﷺ membacakan ayat ini. Semua jawaban yang diucapkan oleh Nabi ﷺ selalu dijawab olehnya dengan ucapan, "Engkau benar." Karena itulah para sahabat merasa heran dengan sikap si penanya ini; dia bertanya, tetapi dia pun membenarkannya. Kemudian setelah Jibril a.s. yang menyerupai seorang lelaki Badui itu pergi, Rasulullah ﷺ Bersabda Orang itu adalah Jibril yang sengaja datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian perihal agama kalian.
Menurut riwayat lain, lalu Rasulullah ﷺ bersabda: Tidak sekali-kali Jibril datang kepadaku dalam bentuk apa pun melainkan aku mengenalnya kecuali dalam rupanya yang sekarang ini. Kami telah menuturkan hadits ini berikut semua jalur periwayatan dan teks-teksnya di dalam awal Syarah Bukhari yang saya nukil dari kitab-kitab Shahih, kitab-kitab Hasan dan kitab-kitab Musnad. Ketika lelaki Arab Badui itu bertanya kepada Nabi ﷺ dengan suara yang lantang dan mengatakan, "Wahai Muhammad!" Maka Nabi ﷺ menjawabnya dengan nada suara yang sama, "Ya, ada apa?" Ia bertanya, "Wahai Muhammad, bilakah hari kiamat itu terjadinya?" Maka Rasulullah ﷺ menjawabnya: Celakalah kamu, sesungguhnya hari kiamat itu pasti terjadi, lalu bekal apakah yang telah engkau siapkan untuk menghadapinya? Lelaki itu menjawab, "Saya tidak membuat bekal apa pun untuk menghadapinya, baik shalat yang banyak maupun puasa.
Tetapi saya hanya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Maka Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya: Seseorang itu (akan dihimpunkan) bersama orang yang dicintainya. Maka tiada suatu hal pun yang membuat kaum muslim merasa gembira lebih dari kegembiraan mereka ketika mendengar hadits ini. Hadits ini mempunyai banyak jalur yang bermacam-macam di dalam kitab Shahihain dan kitab-kitab lainnya dari sejumlah sahabat, dari Rasulullah ﷺ Bunyi hadisnya adalah seperti berikut: Seseorang itu (akan dihimpunkan) bersama orang yang dicintainya. Hadits ini berpredikat mutawatir menurut kebanyakan para huffaz yang mendalami hadits. Di dalam hadits ini terkandung pengertian bahwa Rasulullah ﷺ apabila ditanya tentang sesuatu hal yang tidak perlu mereka ketahui, maka beliau ﷺ memberinya petunjuk kepada sesuatu yang lebih penting daripada itu, yaitu membuat persiapan bekal untuk menyambut hari kiamat dan mempersiapkan diri sebelum kedatangannya, sekalipun mereka tidak mengetahui waktunya secara tepat.
Imam Muslim di dalam kitab Shahih-nya mengatakan: telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah dan Abu Kuraib; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usamah, dari Hisyam, dari ayahnya, dari Siti Aisyah yang menceritakan bahwa orang-orang Badui apabila datang menghadap kepada Rasulullah ﷺ sering menanyakan kepada Rasulullah ﷺ tentang terjadinya hari kiamat. Maka Rasulullah ﷺ memandang kepada seseorang yang paling muda di antara mereka, lalu bersabda: Jika orang ini tetap hidup, sebelum dia mengalami usia pikun, maka terjadilah atas kalian kiamat kalian. Makna yang dimaksud ialah kematian mereka, yang mengantarkan mereka ke alam barzakh, lalu ke akhirat. Kemudian Imam Muslim mengatakan: telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas, bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang hari kiamat.
Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Jika pemuda ini tetap hidup, mudah-mudahan sebelum ia mencapai usia pikun hari kiamat akan terjadi. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim secara munfarid. Imam Muslim mengatakan pula bahwa: telah menceritakan kepadaku Hajjaj ibnu Asy Sya'ir, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Hilal Al-Masri, dari Anas ibnu Malik , bahwa pernah seorang lelaki bertanya kepada Nabi ﷺ, "Bilakah hari kiamat terjadi?" Rasulullah ﷺ diam sejenak, beliau memandang ke arah seorang pemuda yang ada di hadapannya dari kalangan Azd Syanuah, lalu bersabda: Jika pemuda ini berusia panjang, sebelum dia mencapai usia pikun hari kiamat akan terjadi.
Anas ibnu Malik mengatakan, "Pemuda tersebut sebaya dengan usiaku." Imam Muslim mengatakan pula bahwa: telah menceritakan kepada kami Harun ibnu 'Abdullah, telah menceritakan kepada kami Affan ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas yang mengatakan bahwa seorang pemuda (pelayan) milik Al-Mugirah ibnu Syu'bah yang seusia denganku lewat, lalu Nabi ﷺ bersabda: Jika pemuda ini berusia panjang, sebelum dia mengalami usia pikun kiamat akan terjadi. Imam Bukhari telah meriwayatkannya di dalam Kitabul Adab, bagian dari kitab Shahih-nya: dari Amr ibnu ‘Ashim, dari Hammam, dari Yahya, dari Qatadah, dari Anas, bahwa seorang lelaki Badui bertanya, "Wahai Rasulullah, bilakah hari kiamat terjadi?" Lalu Imam Bukhari menuturkan hadits ini, dan pada akhirnya ia menyebutkan Kemudian Lewatlah seorang pelayan milik Al-Mugirah ibnu Syu'bah," Hingga akhir hadits.
Pengertian mutlak yang terdapat di dalam riwayat-riwayat ini dapat diartikan kiamat secara khusus bagi yang bersangkutan, yakni pengertian yang terbatas, seperti pengertian yang terdapat di dalam hadits Siti Aisyah Ibnu Juraij mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abuz Zubair; dia pernah mendengar Jabir ibnu Abdullah mengatakan bahwa dia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda sebulan sebelum beliau wafat: Kalian sering bertanya kepadaku tentang hari kiamat, sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat hanya ada di sisi Allah Dan aku bersumpah dengan nama Allah, bahwa tiada seorang pun yang ada pada hari ini di muka bumi dapat tahan hidup bila telah datang kepadanya masa seratus tahun. (Riwayat Muslim) Di dalam kitab Shahihain disebutkan hal yang semisal, dari Ibnu Umar.
Ibnu Umar mengatakan, "Sesungguhnya yang dimaksud oleh Rasulullah ﷺ dengan ungkapan ini hanyalah surutnya generasi tersebut." :" -" Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Al-Awam, dari Jabalah ibnu Suhaim, dari Muassir ibnu Afarah, dari Ibnu Mas'ud , dari Nabi ﷺ yang telah bersabda, "Aku bersua dengan Ibrahim, Musa, dan Isa pada malam ketika aku menjalani Isra. Mereka sedang berbincang-bincang mengenai hari kiamat." Nabi ﷺ melanjutkan sabdanya, "Lalu mereka mengembalikan perkara mereka kepada Ibrahim a.s. Maka Ibrahim a.s. menjawab, 'Saya tidak mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat." Lalu mereka mengembalikan perkaranya kepada Musa, tetapi Musa menjawab, 'Saya tidak mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat.' Kemudian mereka mengembalikan perkara tersebut kepada Isa, dan Isa mengatakan, 'Ingatlah, mangenai waktu terjadinya kiamat, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Allah subhanahu wa ta’ala Dan menurut apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepadaku, Dajjal akan muncul.
Saat itu aku memegang dua buah tombak. Apabila Dajjal melihat diriku, maka leburlah dirinya sebagaimana leburnya timah." Nabi ﷺ melanjutkan kisahnya, "Kemudian Allah membinasakan Dajjal manakala Dajjal melihatnya (Nabi lsa). Sehingga pepohonan dan bebatuan mengatakan, 'Wahai orang muslim, sesungguhnya di bawahku bersembunyi orang kafir, maka kemarilah dan bunuhlah dia.' Lalu Allah membinasakan orang-orang kafir, kemudian orang-orang kembali ke kota dan negerinya masing-masing. Maka pada saat itulah muncul Yajuj dan Majuj, mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.
Lalu mereka menginjak negeri manusia, dan tidak sekali-kali mereka mendatangi sesuatu tempat melainkan mereka merusaknya. Tidak sekali-kali pula mereka melewati suatu mata air melainkan mereka meminumnya sampai habis hingga kering. Kemudian manusia kembali datang mengadu kepada Nabi lsa, maka Nabi lsa berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala Lalu Allah membinasakan mereka dan mematikan mereka semua hingga burnt menjadi busuk karena bangkai mereka yang sangat banyak dan baunya yang sangat busuk. Kemudian Allah menurunkan hujan besar dan menghanyutkan jasad-jasad mereka, lalu banjir melemparkan bangkai mereka ke laut" Imam Ahmad mengatakan bahwa Yazid ibnu Harun menceritakan bahwa setelah itu gunung-gunung hancur, dan bumi menjadi rata seperti hamparan permadani kulit.
Kemudian Imam Ahmad kembali kepada hadits Hasyim yang menyebutkan, "Menurut apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepadaku (Nabi lsa), bahwa apabila hal itu telah terjadi, maka sesungguhnya hari kiamat bagaikan seorang wanita hamil yang sudah masanya untuk melahirkan. Suaminya tidak mengetahui bilakah istrinya akan membuat kejutan baginya dengan kelahiran bayinya, apakah di siang hari ataukah di malam hari." Ibnu Majah telah meriwayatkannya dari Bandar, dari Yazid ibnu Harun, dari Al-Awwam ibnu Hausyab berikut sanadnya dengan lafal yang semisal.
Para nabi yang telah disebutkan di atas adalah para nabi yang terkemuka dari kalangan Ulul 'Azmi, mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang waktu hari kiamat secara tepat. Mereka mengembalikan perkara mereka kepada Isa a.s., lalu Isa menjawab mereka dengan tanda-tandanya saja; hal ini tiada lain karena dia akan diturunkan di zaman terakhir dari umat Nabi Muhammad ﷺ untuk melaksanakan syariat Nabi Muhammad ﷺ dan membunuh Dajjal, dan Allah menjadikan kebinasaan Ya-juj dan Ma-juj berkat doa yang dipanjatkannya. Maka Nabi Isa hanya menceritakan apa yang telah diajarkan oleh Allah kepadanya.
. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Bukair, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ziyad ibnu Laqit yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadits berikut dari Huzaifah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya mengenai hari kiamat, maka beliau ﷺ menjawab: Pengetahuan hari kiamat hanya ada di sisi Tuhanku, tidak ada yang mengetahui waktunya kecuali hanya Dia. Tetapi aku akan menceritakan kepada kalian tentang syarat-syarat (tanda-tandanya) dan hal-hal yang akan terjadi dekat sebelumnya. Sesungguhnya dekat sebelum hari kiamat akan terjadi fitnah dan haraj. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah mengenai fitnah telah kami ketahui maknanya, tetapi apakah yang dimaksud dengan harqj? Rasulullah ﷺ bersabda, "Haraj adalah bahasa Habsyah yang artinya pembunuhan.
Rasulullah ﷺ melanjutkan sabdanya, "Dan ditimpakan kepada semua manusia rasa tanakur (saling mengingkari). Karena itu, hampir-hampir seseorang tidak mengenal temannya. Tidak ada seorang pun dari Sittah yang meriwayatkan hadits ini melalui jalur ini. Waki' mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Khalid, dari Tariq ibnu Syihab yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ terus-menerus teringat tentang masalah hari kiamat, sehingga turunlah firman Allah subhanahu wa ta’ala yang mengatakan: Mereka menanyakan kepadamu tentang hari kiamat, "Bilakah terjadinya? (Al-A'raf: 187), hingga akhir ayat. Imam An-Nasai meriwayatkannya melalui hadits Isa ibnu Yunus, dari Ismail ibnu Abu Khalid dengan sanad yang sama. Sanad ini berpredikat jayyid (baik) lagi kuat. Nabi yang ummi ini adalah penghulu para rasul dan pemungkasnya, yaitu Nabi Muhammad ﷺ yang dikenal sebagai nabi pembawa rahmat, nabi tobat, panglima perang, juga dijuluki dengan nama Al- Aqib dan Al-Muqaffa serta Al-Hasyir yang kelak di hari kiamat semua manusia dihimpunkan di bawah kedua telapak kakinya, sekalipun sabdanya yang disebutkan di dalam kitab Shahih melalui hadits Anas, Sahl ibnu Sa'd mengatakan: Aku diutus, sedangkan jarak antara aku dan hari kiamat seperti keduanya ini.
Hal ini diungkapkan oleh beltau ﷺ seraya mengisyaratkan dengan kedua jarinya, yaitu telunjuk dan jempol. Walaupun demikian Allah memerintahkan kepadanya agar mengembalikan pengetahuan tentang terjadinya hari kiamat kepada Dia, jika beliau ditanya mengenainya. Untuk itu, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah disisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al Araf 187)"
Wahai Nabi Muhammad, mereka, yaitu kaum Yahudi atau musyrik, atau siapa pun mereka, menanyakan kepadamu dengan maksud mengejek atau mengujimu tentang Kiamat, yang pada hakikatnya mereka tidak akui adanya, atau mereka pun sebenarnya tahu bahwa hanya Allah yang tahu tentang itu, Kapan terjadinya dan bagaimana mengetahuinya' Katakanlah kepada mereka, Sesungguhnya pengetahuan tentang waktu dan bagaimana Kiamat itu terjadi ada pada Tuhanku; tidak ada seorang pun yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia Yang Maha Mengetahui. Kiamat itu sangat berat dan mencekam bagi makhluk yang di langit dan di bumi karena tidak ada yang mengetahuinya dan sangat besar huru-haranya. Ia tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba. Mereka mengulang bertanya tentang itu kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat ada pada Allah, sehingga tidak ada yang dapat mengetahui kecuali atas informasi-Nya, padahal Dia telah menetapkan tidak memberitahu siapa pun tentang waktu kedatangannya. Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui sehingga mereka terus bertanya atau menduga-duga, termasuk tentang hal-hal yang gaib lainnya. Bukan hanya soal kapan terjadi hari Kiamat, tetapi seluruh persoalan berada dalam genggaman kekuasaan Allah. Nabi Muhammad tidak memiliki wewenang dan pengetahuan, kecuali yang dianugerahkAllah, maka katakanlah, wahai Nabi Muhammad kepada mereka, Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat seberapa besar pun, maupun menolak mudarat sekecil apa pun, karena aku adalah makhluk lemah dan pengetahuanku pun terbatas, bagi diriku, apalagi buat orang lain, kecuali apa yang dikehendaki Allah untuk dianugerahkan-Nya kepadaku. Sekiranya aku mengetahui segala sesuatu yang gaib, seperti yang kalian sangka, niscaya aku dengan pengetahuanku itu akan membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Tetapi tidak demikian keadaanku; sekali waktu mendapat kebaikan, di kali lain mengalami yang buruk; sekali waktu kalah dalam perang dan di kali lain menang; kadang rencanaku berhasil, terkadang juga gagal. Begitulah, karena memang aku tidak lain hanyalah seorang hamba Allah yang bertugas sebagai pemberi peringatan kepada seluruh manusia mengenai azab, dan pembawa berita gembira berupa balasan atau pahala bagi orang-orang yang beriman. Tugasku tidak terkait dengan pengetahuan yang rinci tentang yang gaib, kecuali yang telah diinformasikan-Nya kepadaku.
.
Allah dalam ayat ini menegaskan bahwa hanya Dialah yang mengetahui saat terjadinya hari Kiamat itu. Kepastian terjadinya hari Kiamat dan apa yang terjadi pada hari Kiamat sudah banyak dijelaskan oleh Al-Qur'an. Akan tetapi khusus yang berkenaan dengan saat terjadinya hari Kiamat itu tidak ada dijelaskan dalam Al-Qur'an. Hal itu hanya berada dalam ilmu Allah semata-mata.
Kita dapat menarik pelajaran dari peringatan ini, bahwa tak seorang manusia pun yang tahu, kapan akan terjadi pada hari Kiamat. Dengan demikian berarti kita tidak boleh mempercayai ramalan orang atau berita bahwa hari Kiamat akan terjadi pada hari, tanggal, bulan dan tahun sekian atau saat tertentu. Peringatan ini berlaku umum untuk masa kapan pun. Ternyata sampai masa kita sekarang hal ini memang sering terjadi, entah di dunia Barat, di Afrika atau di tanah air kita sendiri, ada saja orang atau golongan yang percaya, bahwa hari Kiamat sudah dekat, akan terjadi pada waktu-waktu tertentu dengan menyebutkan saat akan terjadinya. Banyak orang yang percaya dan tertipu dengan ramalan atau berita yang dibuat orang dengan mengaku pemuka agama, akibatnya ada yang sampai menelan korban.
Yang menanyakan saat terjadinya hari Kiamat itu ialah orang Quraisy. Ayat ini turun di Mekah. Di Mekah tidak ada orang Yahudi yang memberitahukan dan mengajarkan kepada orang-orang Quraisy tentang kerasulan, hari berbangkit, surga dan neraka. Berbeda halnya dengan orang Arab Medinah yang sudah banyak bergaul dengan bangsa Yahudi. Mereka sudah mempunyai pengertian tentang kenabian dan hari berbangkit.
Jika orang Quraisy menanyakan tentang hari Kiamat itu maka sebenarnya pertanyan itu dilatar belakangi anggapan mereka bahwa hari Kiamat itu tidak mungkin terjadi dan merupakan suatu berita bohong, Allah menggambarkan pikiran mereka dengan firman-Nya:
Orang-orang yang tidak percaya adanya hari Kiamat meminta agar hari itu segera terjadi, dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa Kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya Kiamat itu benar-benar telah tersesat jauh. (asy-Syura/42: 18)
Karena isi pertanyaan itu merupakan keingkaran, maka Nabi Muhammad disuruh untuk menjawabnya dengan jawaban yang sangat bijaksana, Nabi menjawab bahwa persoalan kapan terjadinya hari Kiamat itu bukan persoalan manusia, bukan pula persoalan Nabi, tetapi persoalan itu kepunyaan Allah semata-mata. Hanyalah Dia yang mengetahui saat terjadinya peristiwa kiamat itu, dan bagaimana proses terjadinya. Nabi ditugaskan oleh Allah, untuk memperingatkan tentang kepastian hari Kiamat dan kedahsyatan yang terjadi pada waktu itu sesuai dengan berita Al-Qur'an.
Orang Quraisy ingin memancing jawaban dari Rasulullah saw, dan dari jawaban itu mereka bermaksud mencemoohkan dan mendustakannya. Dirahasiakannya saat terjadinya hari Kiamat mengandung hikmah yang besar bagi orang-orang yang beriman. Mereka dengan hati pasrah menyerahkan persoalan yang bakal terjadi pada hari Kiamat itu hanya kepada Allah. Dialah yang akan membuka tabir kerahasiaan itu, tak ada orang lain yang menyertainya ataupun yang menjadi perantara dengan hamba-hamba-Nya untuk memberitahukan saat terjadinya hari Kiamat itu. Para nabi hanya bertugas memperingatkan tentang adanya hari Kiamat.
Memang hari Kiamat merupakan beban yang berat bagi penduduk langit dan bumi, karena pada hari itu segala amal perbuatan mereka akan diperhitungkan. Dan juga sukar bagi mereka, karena mereka tidak mengetahui saat kiamat itu terjadi. Kiamat itu akan terjadi dengan tiba-tiba pada saat mereka lalai dan tidak menyadarinya. Bagi orang yang sibuk dengan amal kebajikan, serta tawakal kepada Allah untuk menghadapai hari akhir itu. Kapan pun terjadi peritiwa dahsyat itu, dia sudah siap sedia menghadapinya.
Kemudian Allah menegaskan lagi kepada Nabi Muhammad, bahwa orang-orang musyrik itu bertanya kepada beliau tentang hari Kiamat, karena mereka menganggap seakan-akan Nabi mengetahuinya. Jika Nabi tidak mengetahunya, Nabi dapat langsung bertanya kepada Allah. Maka Allah memerintahkan kembali kepada Nabi untuk menandaskan bahwa saat terjadinya hari Kiamat itu tetap rahasia Allah, Dia sajalah yang mengetahui saat terjadinya kiamat itu. tidak ada orang lain yang mengetahuinya, dan tidak ada orang yang akan diberi ilmu untuk mengetahui mengapa Allah merahasiakan terjadinya kiamat itu dan apa hikmat yang terkandung dalam merahasiakan itu. Dan banyak manusia yang tidak tahu mana yang patut ditanyakan dan mana yang tidak patut ditanyakan.
Menurut Zahir, Nabi Muhammad, tidaklah mengetahui saat hari Kiamat itu, beliau hanya mengetahui dekatnya hari Kiamat.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
"Aku diutus dan datangnya hari Kiamat itu seperti dua ini, sambil memperlihatkan telunjuknya dan jari tengahnya". (Riwayat at-Tirmizi)
Maksudnya jarak waktu antara beliau dengan hari Kiamat amat dekat seperti jarak antara dua jari tersebut. Meski pun Allah merahasiakan saat terjadinya hari Kiamat itu, namun Allah telah memberitahukan kepada Nabi Muhammad tanda-tanda sebelum kiamat terjadi. Sebagaimana firman Allah swt:
Maka apa lagi yang mereka tunggu-tunggu selain hari Kiamat, yang akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, karena tanda-tandanya sungguh telah datang. Maka apa gunanya bagi mereka kesadaran mereka itu, apabila (hari Kiamat) itu sudah datang? (Muhammad/47: 18)
Maka suatu tanda yang nyata bahwa kiamat itu sudah dekat, ialah diutusnya Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir kepada umat manusia. Dengan kebangkitan beliau itu sempurnalah bimbingan keagamaan oleh Allah kepada manusia, berarti sempurna pula kehidupan kerohanian dan kehidupan materil namun sesudah kehidupan materi itu mencapai puncaknya tibalah kehancuran dan kemusnahan.
Dalam hadis banyak pula tanda yang menerangkan tentang terjadinya hari Kiamat itu. Di antaranya ialah keinginan manusia memiliki harta-benda atau kebutuhan materinya saling bertentangan dengan keinginannya kepada kepuasan rohani. Pada suatu masa manusia mengutamakan kebutuhan spiritual yang diutamakan, dan kebutuhan materi yang dikalahkan. Kemudian dimenangkan lagi kebutuhan materil bersamaan dengan perkembangan kesesatan, kejahatan, kemungkaran dan kekufuran, hingga datanglah hari Kiamat pada saat manusia bergelimang dalam kejahatan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 181
“Dan, di antara yang telah Kami jadikan itu."
Artinya, di antara berbagai umat yang telah dijadikan oleh Allah. “Ada umat yang memberi petunjuk dengan kebenaran." Artinya, bahwa umat itu telah menyediakan diri menjadi pelopor memberikan petunjuk kepada kebenaran. Mengadakan amar ma'ruf dan nahi mungkar.
“Dan dengan dia,"yaitu dengan kebenaran itu, “mereka berlaku adil."
Di dalam ayat ini tegas Allah menyatakan bahwasanya di dalam umat-umat dan bangsa-bangsa yang telah dijadikan dan diciptakan oleh Allah, Dia pun memilih suatu umat yang telah menyediakan diri menegakkan kebenaran dan keadilan.
Tersebut di dalam petunjuk-petunjuk yang ditinggalkan Rasulullah bahwa yang dimaksud oleh ayat ini ialah umat Muhammad ﷺ Menurut satu riwayat dari Said yang diterimanya dari Qatadah tentang tafsir ayat ini, dia berkata, “Sampai kepada saya berita dari Nabi ﷺ bahwa beliau pernah berkata, ‘Yang dimaksud oleh ayat ini ialah kamu (umat Muhammad) dan untuk kaum itu (Bani Israil) dahulu dan kamu telah pernah pula tugas ini diberikan!' (Lalu beliau baca ayat 159 dari surah al-A'raaf ini yang telah terdahulu pula tafsirnya yaitu ayat yang berbunyi, ‘Dan dari kaum Musa ada umat yang memberi petunjuk dengan kebenaran dan dengan dia pula mereka berlaku adil.'"
Menurut riwayat Abusy-Syaikh dan Ibnu Jarir dan Ibnul Mundzir, yang mereka terima dari Ibnu juraij, Nabi pun pernah bersabda tentang siapa yang dimaksud dengan ayat ini. Beliau bersabda:
“Yang dimaksud dengan ini menurut Ibnu Katsir ialah umat Muhammad. Dengan kebe-naran mereka menghukum dan memutuskan dan (dengan kebenaran pula) mereka mengambil dan memberi."
Dan, beliau bersabda pula di dalam sebuah Hadits shahih yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim dari Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Begini bunyinya:
“Akan senantiasa ada suatu golongan daripada umatku, yang bersikap terus-terang dalam kebenaran. Mereka tidak terpengaruh oleh orang-orang yang berusaha menggagalkan mereka dan tidak pula oleh orang yang menentang mereka, sampai berdiri Hari Kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)
Dan, tambahan pada riwayat yang lain, “Sehingga telah datang perintah Allah (Kiamat), tetapi mereka tetap atas pendirian demikian."
Dengan sabda-sabda Nabi ini teranglah bahwa membela kebenaran dan menegakkan keadilan adalah sifat dari umat Muhammad yang sejati. Menjadi umat Muhammad padahal tidak berani menegakkan kebenaran dan keadilan, artinya telah menghilangkan tugas yang diistimewakan buat mereka. Sampai Hari Kiamat mereka wajib tegak membela kebenaran dan keadilan. Kalau itu tidak ada lagi, tidak pula ada artinya lagi mereka menyebut diri umat Muhammad. Orang yang mencoba menggagalkan dan merintangi sudah
pasti ada sampai Hari Kiamat. Oleh sebab itu, kalau Muslimin bergerak lalu mengeluh me-nerima halangan dan rintangan, itulah orang yang tidak tahu akan hakikat dirinya. Agama ini tidak akan hidup kalau tidak atas jihad.
Lalu, Allah berfirman selanjutnya:
Ayat 182
“Dan, orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami."
Termasuk juga orang yang mendustakan dengan perbuatan. Termasuk juga orang yang dengan mulut mengakui dirinya seorang Islam, padahal kehidupannya telah menjauhi agama.
“Akan Kami lalai lengahkan mereka dari jurusan yang mereka sendiri tidak tahu."
Menurut tafsiran Ibnu Katsir, “Artinya ialah bahwa dibukakan kepada mereka segala pintu rezeki dan segala wajah penghidupan di dunia ini, mereka menyangka bahwa mereka telah sampai kepada sesuatu yang dituju. Sebagaimana firman Allah,
“Setelah mereka lupakan apa yang Kami peringatkan, Kami bukalah ke atas mereka pintu-pintu dari tiap sesuatu. Sehingga setelah mereka bergembira dengan apa yang diberikan kepada mereka, Kami ambillah dia dengan tiba-tiba maka dengan tiba-tiba pula mereka ditimpa putus asa. Maka, diputuskanlah ekor dari kaum yang zalim itu. Dan, segala puji-pujian bagi Allah, Tuhan sarwa sekalian alam." (al-Anaam: 44-45)
Al-Qasimi menafsirkan demikian, “Akan Kami ambil mereka dengan siksaan adzab melalui jalan yang tidak mereka sadari tidak segera disampaikannya, niscaya kamu akan ditimpa oleh celaka dan berlarut-larut dalam kesesatan.
Tidak, dia bukan gila. Dia adalah mencintai kamu, dia adalah teman kamu sendiri, sahabat kamu. Kalau masyarakat kamu tidak mengacuhkan peringatannya, masyarakat itu akan tenggelam dan hancur. Dan, kalau tiap-tiap pribadi tidak memperbaiki akhlak maka adzab Allah akan menimpa dari sebab dosa yang diperbuat. Orang yang suka mabuk minum-minuman keras, akan mati dalam kesengsaraan. Orang yang mengambil harta benda orang lain dengan kekerasan, akhir kelaknya dia pun akan ditundukkan orang dengan kekerasan. Orang yang telah melekatkan hatinya kepada kemegahan dunia, akan mati dan kemegahan itu tidak akan dibawanya ke kubur. Semuanya itu benar, bukan perkataan orang gila. Karena jiwamu sakit, itu sebab maka orang yang mengatakannya kamu katakan gila. Kamu tidak berani menghadapi kenyataan; kamu takut!
Setelah memberi ingat kepada mereka bahwa Muhammad bukanlah seorang gila, tetapi pembawa kabar demi keselamatan jiwamu dan masyarakatmu, kemudian mereka disuruh berpikir lagi dan merenungkan keadaan sekeliling.
Ayat 185
“Apakah mereka tidak, memandang kepada kerajaan semua langit dan bumi."
Sesudah diajak berpikir menilai apa yang diserukan oleh sekeliling, melihat kerajaan langit dan bumi. Sebagaimana yang telah dibayangkan pada ayat 179, mereka telah diberi hati maka perhatikanlah; diberi mata maka lihatlah; diberi telinga maka dengarkanlah. Lihatlah betapa luas kerajaan Allah itu, meliputi seluruh langit dan bumi, matahari dan bulan, bintang dan cakrawala, angin dan awan. “Dan apa-apa yang telah dijadikan Allah dari sesuatu," dj seluruh permukaan bumi dan di seluruh cakrawala langit. Lihatlah betapa teraturnya semua, mempunyai tadbir dan peraturan yang sangat sempurna. Lihatlah betapa di dalam kerajaan yang luas itu hidup manusia, di antaranya hidup kamu sendiri, diberi jaminan hidup, diberi hujan, dan diberi tumbuh-tumbuhan. Dahulunya kamu tidak ada, kemudian kamu lahir ke dunia. “Dan bahwa boleh jadi telah dekat ajal mereka?" Bila datang ajal, manusia pun mati, kembali ke alam baka. Muda mati, tua pun mati, tidak seorang yang dapat bertahan kalau ajal itu datang. Apakah mereka tidak berpikir, padahal semuanya itu terjadi tiap hari di hadapan mata mereka? Inilah pula setengah daripada peringatan yang dibawa oleh Rasul Allah itu, yang dia tuduh seorang gila.
“Maka, kepada perkataan yang manakah lagi, sesudah itu, mereka hendak percaya."
Peringatan atau ancaman yang disampaikan Rasul yang mereka tuduh gila itu, termasuklah perkataan ini. Padahal, kalau mereka bawa berpikir sejenak, mereka akan merasakan kebenarannya. Dan, kebenaran itu adalah kalam Allah, firman Allah. Tidak ada sabda lain dan kata lain lagi. Sebab, tidak ada kata lain yang mengatasi kata Allah. Ke mana mereka akan pergi lagi? Padahal mereka tidak dapat melepaskan diri daripada ikatan kerajaan Allah? Tidak ada kerajaan lain tempat lari mengeluarkan diri daripada kekuasaan Ilahi itu. Alangkah baiknya jika mereka sadar dan tunduk dengan sukarela, sebelum mereka terpaksa ditundukkan dengan kekerasan. Atau celaka kena kutuk karena pembangkangan itu.
Setelah itu berfirman Allah:
Ayat 186
“Barangsiapa yang disesalkan oleh Allah maka tidaklah ada baginya pemberi petunjuk dan Dia akan membiarkan mereka dalam kesesatan itu, jadi kebingungan."
Ayat ini adalah peringatan supaya segeralah terima kebenaran Al-Qur'an itu sebelum terlambat. Berpikirlah baik-baik dengan menilik kerajaan Allah yang meliputi langit dan bumi, moga-moga “nur" kebenaran itu akan menyinar ke dalam hatimu. Akan tetapi, kalau kamu tidak juga peduli, kalau kamu masih saja berkeras di dalam pendirian yang salah, niscaya kamu akan tersesat jauh. Kamu akan didorongkan pada celaka dengan tidak sadar atau diperlarut-larut dan diperpanjang-pan-jang kecongkakan kamu, dan kemudian balasan Allah datang dengan tiba-tiba. Kalau sudah sesat daripada jalan Allah, niscaya Allah tidak akan memberi petunjuk lagi, niscaya setanlah yang akan menuntun ke dalam kesengsaraan. Akhirnya menjadi bingung, tidak tentu lagi arah hidup yang akan ditempuh. Laksana kapal patah kemudi, mesinnya hidup juga, tetapi berputar-putar di sana ke di sana juga. Oleh sebab itu terimalah petunjuk Al-Qur'an itu dan turutilah apa yang dibimbingkan oleh Rasul, agar kamu beroleh kejayaan.
Memohonlah kita kepada Allah, moga-moga kita tidak termasuk orang yang kebingungan karena sesat jalan. Bayangkanlah betapa nasibnya orang yang kehilangan jalan di dalam rimba belantara yang lebat, tidak tahu lagi mana arah timur dan barat, utara dan selatan, sedang binatang buas selalu mengancam.
Bayangkanlah orang yang kehilangan jalan di padang pasir yang luas dan di dalam panas yang terik dan air buat diminum pun telah habis.
(187) Mereka bertanya kepada engkau perihal Sa'ah, bilakah datangnya. Katakanlah, “Pengetahuan tentangnya adalah di sisi Tuhanku. Tidak ada yang bisa menampakkannya pada waktunya melainkan Dia. Beratlah urusan itu di langit dan di bumi. Dia tidak akan datang kepada kamu, kecuali dengan tiba-tiba." Mereka akan, bertanya kepada engkau seolah-olah engkau lebih dekat perihal itu. Katakanlah, “Namun ilmunya hanyalah di sisi Allah. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidaklah mengetahui."
(188) Katakanlah, “Tidaklah aku kuasa mendatangkan manfaat atas diriku sendiri dan tidak pula menolak bahaya, kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah. Dan, kalau adalah aku mengetahui yang gaib, niscaya telah aku kumpulkan harta banyak-banyak dan tentu tidaklah aku akan disentuh oleh kesusahan, Tidaklah aku ini melainkan pemberi ancaman dan warta gembira bagi kaum yang beriman."
BILA HARI AKAN KIAMAT
Di ayat 185 di atas tadi, mereka telah disuruh berpikir dengan memandang kerajaan langit dan segala isi yang ada di dalamnya lalu disuruh lanjut berpikir tentang keadaan hidup mereka sendiri bahwa tiap orang yang hidup pasti akan mati, apabila ajalnya atau janjinya telah datang. Manusia hidup di dalam alam dari tidak ada menjadi ada dan kemudian mati. Alam itu sendiri pun dahulunya tidak ada, kemudian diadakan oleh Allah dan pasti datang masanya dia pun akan rusak binasa. Segala yang baru ini, adanya adalah di antara dua ‘Adam. Dahulu ‘Adam (tidak ada), kemudian ada dan nanti akan ‘Adam (tidak ada) lagi.
Ayat 187
“Mereka bertanya kepada engkau perihal Sa'ah, bilakah akan datangnya."
Sa'ah di sini telah diartikan dengan Kiamat. Padahal, kalimat Sa'ah atau saat itu pada mulanya berarti satu waktu. Kita selalu mengatakan tiba saat. Atau “aku duduk bersama dia sesaat lamanya". Dan, istilah satu saat telah dipakai juga dengan arti satu jam. Arloji yang telah membagi waktu sehari semalam, jadi 24 jam, dinamai 24 saat. Bahkan arloji sendiri pun di dalam bahasa Arab disebut sa'ah. Kita orang Indonesia telah memakai jadi bahasa kita dengan ucapan saat. Akan tetapi, dalam Al-Qur'an kalimat saat itu telah berarti Kiamat. Bagi orang seorang, kalau dia mati, disebut telah sampai saatnya. Satu negara atau suatu pekerjaan jika diserahkan kepada yang bukan ahlinya, dikatakan di dalam sebuah Hadits, “Tunggulah saatnya!" Artinya, “tunggulah saat binasanya."
Maka, yang dimaksud di dalam ayat ini ialah pertanyaan mereka tentang Sa'ah atau Kiamat yang besar itu. Bilakah masanya bumi ini akan hancur, langit akan digulung, bintang-bintang akan terpecah-belah dari susunannya, gunung-gunung akan hancur jadi abu, pendeknya bilakah masa dunia akan hancur lebur dan manusia yang masih hidup di waktu itu akan habis mati karena bumi tidak bisa didiami lagi. Yaitu yang dinamai Hari Kiamat.
Timbul pertanyaan seperti ini, sebab di dalam peringatan dan ancaman Rasul, selalu hal Kiamat dibawakan. Sebab, dua hal menjadi pokok kepercayaan beragama, pertama percaya kepada Allah, kedua percaya akan datangnya Hari Kiamat dan manusia akan dibangkitkan kembali dari alam kuburnya, untuk memperhitungkan dosa dan pahala.
Saat itu pasti datang. Maka, sekarang mereka bertanya, “Bilakah masanya?" Maka Nabi Muhammad ﷺ disuruh menjawab pertanyaan itu.
“Katakanlah, ‘Pengetahuan tentangnya adalah di sisi Tuhanku. Tidak ada yang bisa menampakkannya pada waktunya, melainkan Dia.'"
Artinya, Kiamat pasti datang, sebab apa yang ada di dalam alam ini pasti datang saat hancurnya, sebab yang kekal sendiri-Nya hanyalah Allah saja.
Ahli-ahli ilmu pengetahuan pun mengakui hal itu dari segi pengetahuan, sehingga berbagai teori tentang kehancuran bumi atau kehancuran alam itu telah mereka kemukakan. Akan tetapi, semuanya itu hanya teori, agak-agak, hasil penyelidikan manusia yang kecil, dengan otak sekepal tangan. Adapun hakikatnya yang sejati dan bila akan terjadi Kiamat itu, seluruh ilmu pengetahuannya hanyalah pada Allah saja. Tidak ada seorang manusia pun yang tahu bahkan dengan jawaban ini Rasulullah ﷺ sudah disuruh menegaskan bahwa dia sendiri pun tidak tahu. Entah esok, entah lusa, entah 1.000 tahun lagi, entah sekian juta tahun lagi, tidak ada yang tahu bila hari akan Kiamat, melainkan Allah saja. Rahasia itu Dia simpan sendiri. Yang ada sekarang ialah Kiamat orang seorang, setelah dia hidup dia pun mati. Atau Kiamat suatu bangsa; setelah dia beritahukan saat akan datangnya Kiamat besar itu kepada manusia karena faedahnya pun tidak ada, melainkan membahayakan. Berkali-kali terjadi di benua Eropa, tersiar berita yang disiarkan oleh pemuka-pemuka agama bahwa hari akan Kiamat, orang semua sudah pada takut, sehingga masyarakat menjadi guncang. Kemudian setelah datang saat yang ditentukan itu, Kiamat tidak terjadi; setelah hilang keguncangan, orang pun kembali nakal lagi dan lantaran itu banyak orang yang hilang kepercayaannya kepada agama.
Di Indonesia ini pernah disebarkan orang satu surat kecil, katanya dikirim oleh Syekh Ahmad penjaga makam Rasulullah ﷺ di Madinah. Bahwa Syekh Ahmad itu bermimpi bertemu dengan Rasulullah ﷺ Lalu, beliau menyatakan bahwa pada tahun sekian akan terjadi bala bencana demikian, tahun sekian terjadi begini dan begitu dan tahun sekian matahari akan terbit dari barat, pintu tobat akan tertutup, setelah itu pada tahun sekian, hari pun Kiamat. Pada tahun 1916, surat “Syekh Ahmad" itu dibacakan orang di surau Jembatan Besi Padang Panjang. Akan tetapi, pada tahun 1956 surat Syekh Ahmad itu tersebar lagi di tanah Jawa. Apakah hasilnya? Ialah menimbulkan cemas, takut orang yang kecil jiwanya, dan menambah kufur orang yang kufur juga. Orang agaknya menyangka dengan menyebarkan surat ini orang akan taat beragama. Padahal, yang taat akan taat juga dan yang fasik akan bertambah fasik juga.
Sehabis Perang Dunia II timbul rasa takut dunia akan Kiamat lantaran bom atom atau bom nuklir. Banyak orang yang lekas-lekas kembali beribadah, gereja dan masjid pun penuh sesak. Akan tetapi, ada lagi pemudayang bertambah jadi nakal, menjadi “Crossboy". Sebab, kata mereka kalau memang dunia akan Kiamat maka pada sisa hidup yang tinggal sedikit ini hendaklah kita lepaskan nafsu, jangan ditahan-tahan. Minum sepuas-puasnya malam ini karena besok pagi belum tentu akan hidup.
“Beratlah urusan itu di langit dan di bumi."
Artinya, urusan Kiamat adalah urusan berat dan besar, baik di langit ataupun di bumi, tidak terpikul oleh satu makhluk pun, sebab dia adalah semata-mata rahasia Allah, sehingga Malaikat pun tidak ada yang tahu bila akan terjadinya. As-Suddi menafsirkan, “Karena dia adalah rahasia yang amat berat sehingga malaikat pun tidak ada yang tahu."
“Dia tidak akan datang kepada kamu, kecuali dengan tiba-tiba." Artinya, dia akan datang dengan tidak ada pemberitahuan lebih dahulu. Sedang manusia enak-enak dalam pekerjaannya sehari-hari, entah perempuan sedang menggendong anak, entah petani sedang membajak sawah, entah kapal terbang sedang
melayang di udara dan segala macam kegiatan hidup manusia biasa, tiba-tiba Kiamat datang, orang dikejutkan sebelum sampai berbuat apa-apa dan bersiap apa-apa.
Oleh sebab datangnya itu dengan tiba-tiba, manusia pun diberi peringatan bahwa takut menghadapi Kiamat itu bukanlah dengan kecemasan dan bukan dengan surat-surat sebagai yang dikirim “Syekh Ahmad" melainkan hendaklah manusia selalu ingat akan Allah, mengerjakan perintah yang dipe-rintahkan-Nya, dan menghentikan apa yang dilarang-Nya, sehingga walaupun bagaimana tiba-tiba datangnya, dan kita tiba-tiba mati, entah dihimpit rumah, entah terbakar, entah terlepas anak yang sedang dalam menyusu, atau gugur anak dalam kandungan, sebagai disebutkan di pangkal surah al-Hajj, tidak ada yang ditakutkan lagi. Karena yang menimbulkan takut menghadapi maut ataupun menghadapi Hari Kiamat, ialah karena hati bimbang menghadapi pertanyaan Allah, sebab hati itu selama ini terikat dan terpikat oleh dunia yang fana.
“Mereka akan bertanya kepada engkau, seolah-olah engkau lebih dekat perihal itu." Mereka desak-desak juga bertanya kepada Rasulullah ﷺ karena mereka merasa tidak puas dengan jawaban itu. Menurut tafsir Ibnu Abbas, mereka mendesar-desak juga menanyakan Kiamat, seakan-akan karena Nabi Muhammad itu lebih dekat kepada Allah, apalah salahnya kalau dibisikkan kepada mereka soal itu, meskipun secara rahasia. Sebab, dia adalah Nabi, tentu ada rahasia tersembunyi, yang apa salahnya dikatakan kepada mereka, supaya mereka bersiap-siap.
“Katakanlah, ‘Namun ilmunya hanyalah di sisi Allah.'"
Artinya, ditegaskan lagi bahwasanya dalam urusan Hari Kiamat ini, tidak ada orang yang mendapat kabar yang istimewa, karena dia “dekat" dengan Allah, sehingga berita itupun “dekat" (hafiyyun) dari dia. Pendeknya
dengan jawaban yang kedua ini Rasulullah ﷺ menegaskan lagi, bahwa dia sendiri pun tidak diberitahu oleh Allah bila Kiamat akan terjadi. Dia tetap akan terjadi dengan tiba-tiba. Maka, ilmu tentang itu khusus pada Allah saja.
“Akan tetapi, kebanyakan manusia tidaklah mengetahui."
Artinya, meskipun sudah diberi peringatan bahwasanya yang mengetahui bila Kiamat akan terjadi hanya Allah saja, tetapi masih banyak manusia tidak juga mau tahu hal itu; dia masih saja mengorek-ngorek, masih saja menanyakan bila akan terjadi.
Bukan saja Nabi Muhammad ﷺ itu tidak mengetahui bila hari akan Kiamat, sebab bila saat Kiamat hanya semata-mata Allah yang mengetahui. Bahkan keadaan nasib dan rahasia dirinya sendiri pun beliau tidak kuasa:
Ayat 188
“Katakanlah, Tidaklah aku kuasa mendatangkan manfaat akan diriku sendiri dan tidak pula menolak bahaya, kecuali apa yang dihendaki oleh Allah.'"
Di sinilah beliau menyatakan terus-terang rahasia nubuwwah yang paling besar, sebab beliau hanya utusan, bukan Allah, Beliau tekankan bahwasanya beliau adalah manusia. Beliau tidak dapat menciptakan sendiri manfaat buat dirinya atau menolak suatu bahaya; baik untuk dirinya ataupun untuk orang lain, kecuali dengan kehendak Allah semata-mata. Sebab itu, kepada pengikut beliau, dari semula sudah diperingatkan, bahwa kalau hendak memohon sesuatu hendaklah memohonkan langsung kepada Allah, jangan pakai perantara walaupun diri beliau ﷺ sendiri. Beliau diperintahkan oleh Allah menyampaikan hal ini, supaya umat jangan tersesat. Beliau, Muhammad ﷺ tidaklah dapat membawakan manfaat bagi dirinya dan bagi diri orang lain, dan tidak pula dapat menolak bahaya jika menimpa dirinya atau menimpa diri orang lain, kecuali atas kehendak Allah. Ketika orang Quraisy berniat hendak membunuhnya, yang memeliharanya hanya semata-mata Allah. Seketika rumahnya sudah dikepung, dia hendak dibunuh tidak lain hanyalah pertolongan Allah. Dan, seketika dia bersembunyi berdua dengan Abu Bakar r.a. di dalam gua di GunungTsur, yang melindunginya tidak lain dari karunia Allah. Kalau menekur saja sedikit orang-orang yang mencari itu, kelihatanlah beliau dan terbunuhlah beliau. Akan tetapi, dia diselamatkan Allah. Dan, pada waktu seorang perempuan Yahudi mencoba meracun beliau dengan memakai kaki kambing yang dipanggang, telah beliau gigit dan tertelan sedikit racun itu, syukur beliau lekas tahu dan memuntahkannya.
Yang memberi tahu itu adalah Allah. Sungguh pun begitu disebutnya juga bahwa salah satu sebab yang membawa wafatnya ialah bekas racun yang telah tertelan sedikit itu.
Di sinilah, kalau kita pakai pikiran yang cerdas, dapat kita pahami bahwa Nabi kita Muhammad ﷺ tetap seorang manusia, tidak boleh kita samakan dengan Allah, dan tidak boleh kita sembah. Apatah lagi jika kita meminta tolong dan memakai perantaraan yang lain, misalnya kubur orang yang dipandang keramat atau orang-orang yang masih hidup yang dikeramatkan atau dengan sukanya sendiri dikeramatkan, lalu dijadikan perantara buat menyampaikan permohonan kepada Allah.
Kemudian datang lagi lanjutan peringatan beliau, “Dan kalau adalah aku mengetahui yang gaib, niscaya telah aku kumpulkan harta banyak-banyak dan tentu tidaklah aku disentuh oleh kesusahan."
Inilah lanjutan daripada peringatan yang pertama tadi, yaitu beliau tidak tahu keadaan yang gaib. Terutama beliau tidak tahu bila beliau akan meninggal, sehingga lantaran itu beliau tidak mengumpul harta kekayaan banyak-banyak untuk jaminan hidup bagi anak-anak yang akan ditinggalkannya.
Beliau tidak mendirikan gedung-gedung indah buat tempat beliau berdiam bersenang-senang. Bahkan sejak beliau berjuang menegakkan seruan kepada manusia di Mekah, harta benda yang ada dalam tanggungannyalah yang habis beliau belanjakan. Kekayaan yang diterimanya dari istrinya yang dia cintai, Khadijah yang agung, harta itulah yang habis beliau belanjakan buat berjuang dan tidak ada persediaan lagi. Dua puluh tiga tahun menjadi rasul, tiga belas tahun dalam kesusahan di Mekah dan sepuluh tahun di Madinah, tidaklah beliau mengumpul harta benda untuk diri dan tidaklah lepas dari berbagai macam kesusahan, kesulitan rumah tangga, penderitaan kematian anak, dan kematian istri.
Kita ingat kesusahannya ketika Khadijah meninggal dunia dan pamannya Abi Thalib, sehingga tahun kematian dari dua orang yang beliau cintai itu dinamai, “tahun duka cita". Se-sampai di Madinah, di kala beliau telah mencapai kekuasaan demikian besar, mendapat kemenangan perang yang berturut-turut, sehingga harta rampasan (ghanimah atau anfal) telah datang berlimpah-limpah dan beliau sendiri berhak mendapat bagian seperlima, tetapi beliau tetap hidup sebagai biasa, dalam kesederhanaan dan tidak mengumpul harta.
Teringatlah kita riwayat beliau ketika beliau sedang di puncak kemegahan dan kekuasaan, Umar bin Khaththab masuk ke dalam rumah beliau, didapatinya beliau masih saja tidur di atas bangku-bangku yang memakai tilam daun kurma dianyam. Sehingga Umar bin Khaththab berkata, “Mengapa engkau masih saja hidup begini ya junjungan kami, padahal anak kunci masyriq dan Maghrib telah terserah ke tangan Tuan?" Lalu beliau jawab, bahwa beliau adalah Nabi, bukan Kisra dan bukan pula Kaisar.
Dan, teringatlah kita ketika istri-istri beliau datang berkumpul meminta tambahan belanja, karena hidup sangat berkurang-kurang, sampai turun ayat khiyar (al-Ahzab ayat 28), yaitu disuruh mereka memilih, apakah mereka menyukai dunia dan perhiasannya atau menyukai Allah dan Rasul.
Kemudian beliau disuruh menyampaikan pula:
“Tidaklah aku ini melainkan pemberi ancaman dan warta gembira bagi kaum yang beriman."