Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
يُمَسِّكُونَ
(mereka) berpegang teguh
بِٱلۡكِتَٰبِ
dengan Kitab
وَأَقَامُواْ
dan mereka mendirikan
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
إِنَّا
sesungguhnya kami
لَا
tidak
نُضِيعُ
Kami menyia-nyiakan
أَجۡرَ
pahala
ٱلۡمُصۡلِحِينَ
orang-orang yang mengadakan perbaikan
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
يُمَسِّكُونَ
(mereka) berpegang teguh
بِٱلۡكِتَٰبِ
dengan Kitab
وَأَقَامُواْ
dan mereka mendirikan
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
إِنَّا
sesungguhnya kami
لَا
tidak
نُضِيعُ
Kami menyia-nyiakan
أَجۡرَ
pahala
ٱلۡمُصۡلِحِينَ
orang-orang yang mengadakan perbaikan
Terjemahan
Orang-orang yang berpegang teguh pada kitab suci (Taurat) dan melaksanakan salat, sesungguhnya Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang saleh.
Tafsir
(Dan orang-orang yang berpegang teguh) dengan memakai tasydid dan tidak/takhfif (dengan Alkitab Taurat) yaitu sebagian di antara mereka (serta mendirikan salat) seperti Abdullah bin Salam dan teman-temannya. (Sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan) Jumlah kalimat ini menjadi khabar dari lafal lilladziina; dan di dalamnya terkandung meletakkan isim zhahir pada tempat isim dhamir; yakni ajrahum/pahala mereka.
Tafsir Surat Al-A'raf: 168-170
Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata, "Kami akan diberi ampun. Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa.
Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti? Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan bahwa Dia mencerai-beraikan orang-orang Yahudi di muka bumi ini menjadi berbagai golongan dan sekte, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil, "Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kalian dalam keadaan bercampur-baur." (Al-Isra: 104) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. (Al-A'raf: 168) Dengan kata lain di antara mereka ada orang orang baik, ada pula yang tidak baik.
Sama pengertiannya dengan apa yang dikatakan oleh jin melalui firman-Nya: Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (Al-Jin: 11 Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Kami coba mereka. (Al-A'raf: 168) Maksudnya, Kami uji mereka. dengan (nikmat) yang baik dan (bencana) yang buruk-buruk. (Al-A'raf: 168) Yakni dengan kemakmuran dan kesempitan, dengan kesukaan dan kedukaan dan dengan kesehatan dan penyakit. agar mereka kembali (kepada kebenaran). (Al-A'raf: 168) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka datanglah sesudah mereka generasi yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini. (Al-A'raf: 169), hingga akhir ayat.
Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan bahwa sesudah itu yakni sesudah generasi yang di dalamnya terdapat orang-orang yang saleh dan lainnyadatanglah generasi lain yang tiada kebaikan sama sekali pada mereka, padahal mereka mewarisi hak mempelajari Al-Kitab, yakni kitab Taurat. Menurut Mujahid, mereka adalah orang-orang Nasrani. Tetapi barangkali pengertiannya lebih umum daripada itu. mereka mengambil harta dunia yang rendah ini. (Al-A'raf: 169) Dengan kata lain, mereka menukar perkara hak yang harus disampaikan dan disiarkan dengan harta benda duniawi. Lalu mereka menjanjikan terhadap dirinya sendiri bahwa kelak akan melakukan tobat atas perbuatannya itu.
Tetapi kenyataannya manakala datang hal yang semisal kepada mereka, maka mereka kembali terjerumus ke dalamnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya juga (Al-A'raf: 169) Seperti yang dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, "Mereka mengerjakan dosa, lalu meminta ampun kepada Allah dari dosa itu dan mengakui kesalahannya kepada Allah. Tetapi apabila datang kesempatan yang lain bagi mereka dari harta duniawi itu, maka mereka akan mengambilnya juga." Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firrnan-Nya: mereka mengambil harta dunia yang rendah ini. (Al-A'raf: 169) Tiada sesuatu pun dari perkara keduniawian yang muncul melainkan pasti mereka merebutnya, baik yang halal ataupun yang haram, lalu mereka berharap mendapat ampunan.
dan mereka berkata, Kami akan diberi ampun." Dan kelak jika datang kepada mereka harta dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). (Al-A'raf: 169) Sehubungan dengan makna ayat ini Qatadah mengatakan, "Generasi tersebut memang generasi yang jahat, demi Allah."mereka mewarisi Kitab sesudah nabi-nabi dan rasul-rasul mereka, Allah mewariskannya kepada mereka dan mengambil janji dari mereka. Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman di dalam ayat yang lain yaitu: Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat. (Maryam: 59) Firman Allah subhanahu wa ta’ala: mereka mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata, "Kami akan diberi ampun. (Al-A'raf: 169) Mereka berangan-angan terhadap Allah dan teperdaya oleh angan-angan kosong mereka sendiri.
Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga) (Al-A'raf: 169) Tidak ada sesuatu pun yang menyibukkan mereka dari itu, dan tidak ada sesuatu pun yang menghalang-halangi mereka dari hal tersebut. Manakala ada kesempatan bagi mereka mengangkut perkara duniawi, maka mereka langsung menyantapnya, tanpa memikirkan lagi halal ataukah haram. As-Suddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat). (Al-A'raf: 169) sampai dengan firman-Nya: padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya (Al-A'raf: 169) Bahwa dahulu orang-orang Bani Israil tidak sekali-kali meminta peradilan dari seorang hakim melainkan main suap dalam keputusan hukumnya.
Dan sesungguhnya orang-orang terkemuka mereka mengadakan pertemuan, lalu mengadakan kesepakatan di antara sesama mereka yang mereka tuangkan ke dalam suatu perjanjian, bahwa mereka tidak akan melakukan hal itu lagi dan tidak akan melakukan penyuapan. Kemudian ada seorang lelaki dari kalangan mereka yang tetap melakukan suap dalam perkaranya. Ketika ditanyakan kepadanya, "Mengapa engkau masih tetap memakai suap dalam hukum?" Ia menjawab bahwa Allah akan memberikan ampunan kepadanya.
Maka semua orang dari kalangan Bani Israil mencela perbuatan yang telah dilakukannya itu. Tetapi apabila dia mati atau dipecat, maka kedudukannya diganti oleh orang yang tadinya termasuk orang-orang yang mencelanya. Tetapi pada akhirnya si pengganti ini pun melakukan suap pula. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan, "Apabila datang kepada yang lainnya harta benda duniawi, maka mereka mengambilnya juga." Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. (Al Araf 169) hingga akhir ayat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman mengingkari perbuatan mereka, mengingat mereka telah diambil sumpahnya oleh Allah, yaitu diharuskan menerangkan perkara yang hak kepada manusia dan tidak boleh menyembunyikannya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya yang lain: Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu), "Hendaklah kalian menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kalian menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima (Ali Imran: 187) Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecualiyang benar. (Al-A'raf: 169) Yakni terhadap apa yang mereka angan-angankan dari Allah, yaitu pengampunan dosa-dosa mereka, padahal mereka masih tetap meng-ulangi perbuatan dosa-dosanya dan tidak pernah bertobat.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti? (Al-A'raf: 169) Allah subhanahu wa ta’ala menganjurkan kepada mereka untuk menyukai pahala-Nya yang berlimpah dan ini memperingatkan mereka akan siksaan-Nya yang keras. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa pahala-Ku dan pambalasan yang ada di sisi-Ku lebih baik bagi orang-orang yang takut kepada hal-hal yang diharamkan dan meninggalkan kemauan hawa nafsunya serta berbuat amal ketaatan kepada Tuhannya. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti? (Al-A'raf; 169) Dengan kata lain, apakah mereka yang menukar apa yang ada di sisi-Ku dengan harta duniawi mempunyai akal yang mencegah mereka dari perbuatan tolol dan tak ada artinya itu? Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan perihal orang yang berpegang kepada Kitab-Nya yang menuntunnya untuk pengikut Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad ﷺ, seperti yang tertera di dalam kitab yang ada padanya.
Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab (Taurat). (Al-A'raf: 170) Maksudnya berpegang teguh kepadanya, mengikuti semua perintah yang ada di dalamnya, dan meninggalkan semua yang dilarangnya. serta mendirikan shalat (akan diberi pahala), karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan. (Al-A'raf: 170)"
Setelah menjelaskan keadaan mereka yang durhaka dan menyianyiakan kitab Taurat, ayat ini berbicara tentang orang-orang yang berpegang teguh dan mengikuti kebenaran. Dan orang-orang yang selalu berpegang teguh pada Kitab, yakni Taurat, dengan selalu mengamalkan tuntunannya dan mengikuti Nabi Muhammad setelah mendapat penjelasan tentang sifat-sifat dan kabar gembira tentang kedatangannya di dalam Taurat, serta melaksanakan kewajiban salat secara sempurna dan berkesinambungan, akan diberi pahala. Sungguh, Kami tidak akan menghilangkan pahala orang-orang saleh dan Kami tidak membiarkan mereka tanpa ganjaran atas kesalehan dan kebajikan yang mereka lakukan. Allah membantah orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Bani Israil itu tidak pernah melanggar kebenaran. Maka Allah berfirman, Dan ingatlah ketika Kami mengangkat gunung Sinai ke atas kepala pendahulu, Bani Israil. Mereka ketakutan karena mengira seakan-akan gunung itu naungan awandan mereka yakin bahwa gunung itu akan jatuh menimpa mereka. Ketika itu Kami firmankan kepada mereka,Peganglah dengan teguh dan tunjukkan keinginan kuat untuk menaati apa yang telah Kami berikan kepadamu berupa petunjuk-petunjuk Taurat, serta ingatlah selalu apa yang tersebut di dalamnya, yakni tuntunan, dengan selalu mengamalkannya agar kamu menjadi orang-orang bertakwa, yakni ter-hindar dari sanksi dan siksa Allah. Sampai di sini selesai sudah kisah Nabi Musa bersama kaumnya.
.
Ayat ini menyebutkan sebagian orang Yahudi yang patut mendapat anugerah penghargaan karena sikap mereka yang teguh berpegang kepada isi Taurat. Mereka menaati segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Orang Yahudi tersebut sewaktu mendengar seruan Nabi Muhammad segera beriman kepadanya sesuai dengan petunjuk Taurat, seperti Abdullah Ibnu Salam dan kawan-kawannya. Mereka mendirikan salat yang menjadi tiang agama dan pembeda antara orang yang mukmin dengan orang yang kafir. Allah tidak akan menyia-nyiakan segala amal kebaikan yang telah mereka lakukan. Tentulah Dia akan memberikan ganjaran kepada mereka, karena mereka telah melakukan perbaikan atas perbuatan mereka.
Allah ﷻ berfirman:
"Sungguh, mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik itu." (al-Kahf/18: 30)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 167
“Dan, (ingatlah) tatkala Tuhan engkau memberitahukan bahwa sesungguhnya Dia akan membangkitkan atas mereka, hingga Hari Kiamat, orang yang akan menimpakan kepada mereka seburuk-buruk adzab."
Artinya, oleh karena itu mereka kian lama kian keluar dan ketentuan yang digariskan oleh agama, yang diajarkan oleh nabi-nabi, pastilah mereka tidak bangun lagi; mereka kian lama kian sengsara, sampai Hari Kiamat, yaitu selama mereka masih begitu-begitu saja memegang agama. Di antara kesalahan mereka ialah merasa diri lebih unggul daripada golongan lain. Tentu orang lain pun tidak suka dibegitukan. Maka, selama perangai ini tidak berubah, selama itu pula akan berganti-ganti ditimbulkan Allah orang yang akan menimpakan kepada mereka seburuk-buruk adzab. Di dalam sejarah orang Yahudi hal ini sudah berlaku. Mula-mula mereka telah dihancurkan oleh bangsa Babil, sampai ditawan dan dijadikan budak lalu digiring dengan tangan terbelenggu ke negeri Babil. Kemudian mereka di bawah belas kasihan bangsa Persia. Kemudian dijarah dan dihancurkan oleh bangsa Yunani di zaman Antiokhus, sebagaimana telah kita uraikan pada tafsir ayat 157 di atas. Kemudian kekuasaan atas Palestina jatuh ke tangan bangsa
Romawi; bertukar agama bangsa Romawi dari kafir menyembah berhala kepada agama Kristen, sejak zaman Kaisar Konstantin, tetapi mereka masih tetap menguasai Palestina. Orang Yahudi masih tetap sengsara menderita. Datang al-Masih sebagai anak Yahudi mengajak mereka kembali kepada jalan yang benar, tetapi mereka masih tetap membantah, sedang orang Romawi tetap menerima agama al-Masih dengan mengubah di sana-sini, disesuaikan dengan agama asli mereka maka orang Yahudi pun bertambah menderita. Karena tindasan raja-raja Romawi itu, mereka pun terpencar-pencarlah di muka bumi.
“Sesungguhnya Tuhan engkau itu adalah sangat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia itu pun adalah Pengampun lagi Penyayang,"
Dengan ujung ayat ini Allah menyatakan bahwasanya suatu kesalahan yang diperbuat, mesti segera mendapat hukum. Akan tetapi, Allah pun memberi ingat, meskipun betapa besar ancaman hukum-Nya, tetapi dia selalu bersedia memberi ampun kepada yang bertobat dan kembali kepada jalan yang benar dan Dia pun Penyayang; sudi memberi petunjuk dan membimbing orang sungguh-sungguh insaf akan kesalahannya dan menempuh jalan yang benar.
Ayat 168
“Dan, Kami potong-potong mereka di bumi ini menjadi beberapa umat."
Artinya, bahwa orang Yahudi itu karena kesombongan dan keingkarannya telah dipotong-potong oleh Allah menjadi berbagai bangsa. Di zaman kaisar-kaisar Romawi yang mendakwakan diri sebagai pembela agama Kristen, tanah Palestina telah mereka rampas dan orang-orang Yahudi dihalau dan diusir keluar dari sana sehingga terpencar-pencar ke negeri-negeri lain. Ada yang ke Mesir, jadi orang Mesir. Ke Andalusia, jadi orang Andalusia, tersebar terpencar ke seluruh Eropa dan ke seluruh Amerika dan ke tanah Romawi sendiri. Di negeri-negeri itu mereka dipandang hina “penduduk kelas dua" oleh mayoritas Kristen. Terpencar juga ke tanah-tanah Arab, sampai terdapat Yahudi Bani Quraizhah, Bani Nadhir, Bani Qainuqa dan lain-lain ketika Nabi Muhammad ﷺ hijrah ke Madinah. Berbagai ragamlah nasib yang mereka derita di negeri-negeri itu. “Di antara mereka ada yang shalih, dan di antara mereka tidak demikian."
Inilah satu pandangan adil yangtermaktub dalam wahyu kepada Nabi kita Muhammad ﷺ bahwa walaupun kaum Yahudi itu telah terpencar-pencar terpotong-potong, tetapi di negeri-negeri tempat mereka berdiam yang baru itu ada juga di kalangan mereka yang shalih, yang berjasa, yang jadi orang-orang baik-baik, dan tidaklah semua orang Israil itu jahat, meskipun yang jahat itu memang ada.
“Dan Kami cobai mereka dengan berbagai kebaikan dan berbagai kejahatan supaya mereka kembali."
Bertemulah sejarah Yahudi sepanjang masa sebagaimana yang dilukiskan Allah ini. Mereka terpencar-pencar di Eropa lalu dipencilkan di tempat-tempat yang bernama Ghetto. Sampai kepada akhir abad ke-19, pandangan bangsa Eropa Kristen sangat hina dan rendah terhadap Yahudi. Mereka mendapat perlindungan yangaman di negeri-negeri Islam sampai abad ke-20 ini. Di negeri Spanyol dalam zaman kejayaan Islam 800 tahun, Yahudi mendapat jaminan hukum yang baik sekali. Sampai ke zaman Tafsir ini dibuat, orang Yahudi masih mendapat jaminan hukum yang baik di Mesir dan di Aljazair atau Marokko walaupun Yahudi (Zionis) telah mendesak dan menginjak-injak orang Arab di Palestina.
Program yang sangat terkenal dari Adolf Hitler dengan Partai Nazinya, ialah memusnahkan orang-orang Yahudi.
Dari sebab anggapan hina yang demikian rupa terhadap mereka, itulah salah satu sebab utama yangmenimbulkan ahli-ahli pikir Yahudi yang besar-besar dalam sejarah dunia ini. Kata setengah ahli filsafat sejarah, rasa dendam karena sekian ratus tahun tertekan dalam masyarakat Eropa menyebabkan timbulnya ahli-ahli pikir itu. Sejak dari Kari Mara dengan Komunisnya, Sigmund Freud dengan Psiko Analisanya, Jean Paul Sartre dengan ajaran Eksistensialismenya, Nobel dengan hadiah nobelnya, Albert Einstein dengan Teori Atom dan Teori Relativitasnya. Perdana Menteri Disraeli dengan Imperium Indianya, Baron Rothschild dengan membeli saham Kanal Sueznya, dan berpuluh lagi ahli-ahli pikir Yahudi yang lain. Sama sekali itu adalah per-cobaan dari Allah, dengan jalan kebaikan sukses atau dengan kejahatan mengeluarkan paham baru dan tenaga perusak yang baru, yang mengguncangkan alam dunia ini. Kalau sekiranya mereka insaf, bukan dicampuri oleh penyakit kesombongan bangsa mendakwakan bahwa diri merekalah rakyat pilihan Allah (sya'bullah al-Mukhtar), dan bangsa lain di dunia ini adalah orang bodoh-bodoh belaka (ummi) lalu mereka kembali kepada jalan yang benar, tidaklah akan sekusut ini dunia sekarang.
Bahkan dalam masa kita sekarang ini, dengan pertolongan negara-negara Kristen yang besar-besar, terutama Amerika dan Inggris, mereka rebut tanah orang Islam, Palestina, dengan dakwaan, bahwa 2000 tahun yang lalu datuk nenek moyang mereka pernah berdiam di situ lalu mereka usir orang Arab yang telah menduduki tanah itu 1400 tahun. Mereka tidak memedulikan lagi keadilan. Mereka datang dari seluruh pelosok dunia, dari Eropa, Amerika, Rusia, Afrika, dan lain-lain yang di sana mereka telah berdiam turun-temurun sebab kaum mereka telah terpotong-potong. Mereka menyangka bahwa akan kekallah mereka menguasai negeri itu lalu membalikkan sejarah, mengusir hampir 2 juta orang Arab penduduk asli negeri itu, sehingga terpencar-pencar pula, tetapi tidak ke seluruh dunia, melainkan hanya ke sebagian Tanah Arab yang lain saja.
Tampaknya mulailah bertemu kembali apa yang diperingatkan Allah pada ayat 167 di atas tadi, bahwasanya, “Allah akan membangkitkan atas mereka sampai Hari Kiamat, orang yang akan menimpakan kepada mereka seburuk-buruk adzab dan siksaan." Sejak mereka rampas negeri itu pada 1958 sampai mereka rebut daerah-daerah Arab yang lain pada Juni 1967, sampai mereka bakar Masjidil Aqsha tahun 1969, mulailah orang Arab penduduk Palestina sendiri bangkit, di bawah pimpinan Yasser Arafat menuntut balas dan melepaskan dendam, sehingga siang malam mereka sebagai dalam neraka layaknya dan tidak akan berhenti sebelum mereka diusir habis dari daerah itu oleh putra Palestina sendiri.
KETURUNAN DI BELAKANG
Ayat 169
“Maka, menggantikanlah sesudah mereka itu suatu keturunan yang mewanisi kitab."
Artinya, nenek moyang yang terdahulu telah habis atau punah atau terpencar-pencar atau terpotong-potong, tersebar, terpencil atau dipencilkan (Ghetto) di seluruh dunia. Maka, datanglah keturunan. Nenek moyang yang telah pergi tidaklah meninggalkan pusaka, hanyalah sebuah kitab suci. Itulah kitab Taurat. Kitab Taurat itu terdiri dari catatan sisa-sisa dari ajaran Nabi Musa a.s„ Harun, Yusyak, dan catatan-catatan yang lain.
Di dalam lanjutan ayat ini dijelaskan bagaimana sikap mereka menerima kitab suci ini. Allah berfirman selanjutnya, “Mereka ambil benda-benda yang rendah ini dan mereka berkata, ‘Kita akan diampuni!'"
Artinya, bahwasanya kitab Taurat yang asli telah terbakar lama sesudah Musa, yaitu ketika bangsa Babil datang merompak Palestina dan membakar Haikal Sulaiman. Setelah orang Yahudi pulang dari pembuangan di Babil yang 62 tahun lamanya, mereka mengumpulkan kembali Taurat itu dari ingatan-ingatan orang-orang tua yang masih hidup. Yang mengambil prakarsa mengumpul itulah yang bernama Izra (Uzair) yang karena demikian besar jasanya, sampai dia disebut juga Anak Allah!
Maka, bercampur-baurlah dalam catatan yang dinamai Taurat itu cerita lain, terutama tentang mengumpulkan kekayaan dan penganiayaan kepada bangsa lain yang bukan Yahudi, Dalam peperangan, musuh yang bukan Yahudi itu boleh disapu bersih saja. Riba hanya terlarang kepada sesama Yahudi dan tidak terlarang kalau mengambil riba kepada bangsa lain. Isi-isi yang rendah semacam inilah yang banyak mereka ambil dari kitab yang masih mereka namai Taurat itu. Meskipun mereka tahu bahwa perbuatan itu salah, mereka memandang bahwa kesalahan itu enteng saja sebab mereka sebagai orang Yahudi adalah bangsa yang sangat dikasihi Allah. Kalau masuk pun ke dalam neraka, hanya beberapa hari saja, (lihat surah al-Baqarah ayat 80 dalam Tafsir al-Azhar Juz 1)
“Dan, jika datang (juga) kepada mereka benda seperti itu, mereka pun akan mengambilnya pula."
Artinya, bahwa pengambil yang pertama atas hal yang rendah itu mereka telah mengakui bahwa itu memang salah! Namun, Allah kasih kepada Yahudi, dosa-dosa semacam itu tidak akan dimurkai Allah, sebab itu kalau terjadi lagi, mereka tetap akan mengerjakannya lagi. Atau ada kesempatan lagi, mereka akan melanggar pula. Kalau ada lapangan bekerja hari Sabtu, mereka pasang pukat hari Jum'at sore dan mereka keluarkan dari laut hari Sabtu malam.
Sehingga dosa itu menjadi hal yang ringan saja, menyebabkan budi pekerti jadi kasar karena dosa.
Maka, datanglah tempelak Allah.
“Bukankah telah diambil perjanjian atas mereka di dalam kitab itu bahwa mereka tidak boleh berkata atas nama Allah, melainkan perkara yang benar? Sedangkan mereka pun telah membaca apa yang ada di dalamnya?"
Di ayat ini diperingatkan kembali kepada mereka bahwa di dalam kitab Taurat itu pun termaktub dengan jelas perjanjian di antara mereka dengan Allah di bawah bimbingan Nabi Musa a.s.. janji yang wajib dipegang teguh, dibuhul mati, tak boleh dilanggar sekali-kali. Sehingga dibuat lambang dengan peti suci, bernama Tabut Perjanjian Allah, tempat Taurat asli diletakkan. Sehingga, bila peti itu kelihatan kembali, mereka mesti ingat kembali kepada janji itu. Dan, tidak ada disebutkan bahwa orang Yahudi adalah kaum pilihan Allah, bangsa istimewa atau rakyat utama. Keutamaan Bani Israil dan siapa pun yang ada di muka bumi ini, bukanlah karena darah dan keturunan, melainkan karena kebaktian dan takwa.
Mereka selalu membaca kitab itu. Apakah kitab hanya buat dibaca, dinyanyi di-dendangkan, bukan buat diamalkan? Buat dibanggakan sebagai pusaka suci, bukan buat ditaati? Di dalam kitab suci itu sekali-kali tidak ada tersebut bahwa mereka orang istimewa, di atas dari seluruh alam, berbuat salah tidak berdosa. Yang tersebut hanyalah bahwa mereka, tidak pandang bulu, akan kena kutuk Allah belaka, kalau peraturan-peraturan itu mereka langgar. Kita di zaman sekarang pun dapat melihat kitab-kitab pegangan mereka. Di dalam Kitab Ulangan, berkali-kali dituliskan pesan Nabi Musa yang diterimanya dari Allah, supaya Bani Israil memegang teguh janji dengan Allah: barangsiapa yang melanggar janji akan dibinasakan sebagaimana telah binasa-nya pelanggar-pelanggar janji yang dahulu.
“Padahal negeri akhinat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Apakah meieka tidak mau mempergunakan akal?"
Di ayat ini dijelaskan bahwa bagi orang yang ada rasa takwa, kalau mereka mencari suatu keuntungan benda, selalu mereka pikirkan akibat di belakang hari, jangan sampai harta yang didapat itu akan memberati diri di akhirat jangan asal dapat keuntungan saja, padahal tidak tentu halal haramnya. Maka, anak keturunan Bani Israil tadi, tidak lagi mempergunakan akal buat mendalami isi kitab mereka sendiri yang telah diturunkan Allah kepada mereka dengan janji yang teguh. Kitab mereka baca juga, tetapi tidak mereka pahamkan apa isinya. Inilah yang dimisalkan di dalam surah al-Jum'ah ayat 5, bahwa orang-orang
yang disuruh memikul Taurat, tetapi tidak mereka pikul, adalah laksana keledai memikul kitab-kitab. Disuruh memikul kitab itu sendiri, untuk memikul isinya. Kitab mereka pikul, tetapi isinya tidak mereka kerjakan.
Ayat 170
“Dan, orang-orang yang berpegang teguh dengan kitab dan mereka pun mendirikan shalat."
Maka di samping yang hanya membaca kitab, tetapi isinya tidak mereka amalkan, sebagaimana yang disebutkan di atas tadi, masih tetap ada mereka yang memegang teguh janji dan mengamalkan, terbukti dengan mereka pun mengerjakan shalat.
“Sesungguhnya Kami tidaklah akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang berbuat perbaikan."
Dalam kelompok umat yang demikian besar masih ada yang benar-benar memegang teguh isi kitab Taurat itu, mereka pegang dengan setia dan mereka pun mendapat petunjuk. Mereka bandingkan isi kitab mereka itu dengan wahyu yang didatangkan kepada Muhammad ﷺ setelah beliau dibangkitkan maka dia pun menyatakan percaya kepada beliau. Maka, beliau pun menyatakan percaya kepada mereka. Mereka selalu berbuat perbaikan, memperbarui iktikad maka pahala buat mereka tidaklah disia-siakan atau diabaikan Allah.
Ayat 171
“Dan, (ingatlah) tatkala Kami angkatkan gunung itu di atas mereka, seakan-akan sebagai suatu atap dan mereka menyangka bahwa gunung itu akan jatuh kepada mereka.''
Tentang gunung diangkat di atas kepala mereka ini, telah kita ketahui tafsirnya pada surah al-Baqarah ayat 63 dan 93 dan surah an-Nisaa' ayat 153, yang menurut sebagian ahli
tafsir, memang gunung itu sendiri diangkat oleh Malaikat Jibril; dan setengah tafsir lagi, gunung tidak diangkat, tetap tinggi, dan jika terjadi gempa bumi tahulah mereka bahwa kalau Allah menghendaki, dalam sesaat seketika saja gunung itu bisa menimpa mereka; sebagaimana kita ketahui seperti meletusnya gunung Phisopius, di mana seluruh penduduk negeri Pompei habis ditimbun lahar.
“Peganglah Kitab yang telah Kami berikan kepada kamu itu dengan teguh dan ingatlah apa-apa yang ada padanya supaya kamu terpelihara."