Ayat
Terjemahan Per Kata
ثُمَّ
kemudian
لَقَطَعۡنَا
pasti Kami potong
مِنۡهُ
daripadanya
ٱلۡوَتِينَ
urat jantung
ثُمَّ
kemudian
لَقَطَعۡنَا
pasti Kami potong
مِنۡهُ
daripadanya
ٱلۡوَتِينَ
urat jantung
Terjemahan
Kemudian, Kami benar-benar memotong urat nadinya.
Tafsir
(Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya) yang apabila urat itu terputus maka orang itu akan mati.
Tafsir Surat Al-Haqqah: 44-52
Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan(nya). Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat).
Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar kebenaran yang diyakini. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami. (Al-Haqqah: 44) Yakni seandainya Muhammad mengada-adakan atas nama Kami sebagaimana yang dituduhkan oleh orang-orang musyrik Mekah, yaitu menambahkan sesuatu dari dirinya ke dalam risalah itu atau mengurangi sesuatu darinya atau mengatakan sesuatu dari dirinya, lalu dinisbatkan kepada Kami, padahal tidaklah demikian keadaannya, niscaya Kami akan menyegerakan siksaan atas dirinya.
Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. (Al-Haqqah: 45) Menurut suatu pendapat, makna ayat ialah niscaya Kami hukum dia dengan tangan kanan Kami. Dikatakan demikian karena pukulan yang dilakukan olehnya jauh lebih keras. Menurut pendapat yang lainnya lagi mengatakan, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. (Al-Haqqah: 46) Ibnu Abbas mengatakan bahwa al-wafin artinya urat tali jantungnya.
Hal yang semisal dikatakan oleh Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Al-Hakam, Qatadah, Adh-Dhahhak, Muslim Al-Batin, dan Abu Sakhr alias Humaid ibnu Ziad. Menurut Muhammad ibnu Ka'b, makna yang dimaksud ialah jantung dan semua uratnya serta semua bagian yang berada di dekatnya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) daripemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah: 47) Yakni tiada seorang pun dari kalian yang dapat menghalang-halangi antara Kami dan dia, jika Kami menghendaki sesuatu dari itu terhadapnya.
Makna yang dimaksud ialah bahkan dia adalah seorang yang benar, berbakti, lagi mendapat petunjuk. Karena Allah subhanahu wa ta’ala mengakui kebenaran dari apa yang disampaikan dia dari-Nya dan mengukuhkannya dengan mukjizat-mukjizat yang cemerlang dan dalil-dalil yang pasti lagi mematahkan hujah lawan. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Haqqah: 48) Yakni Al-Qur'an itu merupakan pelajaran bagi mereka yang bertakwa, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Katakanlah, "Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.
Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka. (Fushshilat: 44) Adapun firman Allah Swt: Dan sesungguhnya Kami benar-benar mengetahui bahwa di antara kamu ada orang yang mendustakan(nya). (Al-Haqqah: 49) Yaitu sekalipun Al-Qur'an demikian jelas dan terangnya, tetapi masih ada di antara kalian orang-orang yang mendustakannya. Dalam firman berikutnya disebutkan: Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). (Al-Haqqah: 50) Ibnu Jarir mengatakan bahwa sesungguhnya perbuatan mendustakan itu benar-benar akan menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir kelak di hari kiamat.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang semisal dari Qatadah. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui jalur As-Suddi, dari Abu Malik sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir (di akhirat). (Al-Haqqah: 50) Yakni sesungguhnya Nabi ﷺ menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir di hari kemudian. Damir ini dapat pula dikaitkan dengan Al-Qur'an, artinya Sesungguhnya Al-Qur'an dan beriman kepadanya benar-benar akan menjadi penyesalan bagi orang-orang yang kafir dan mengingkarinya', semakna dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: Demikianlah Kami masukkan Al-Qur'an ke dalam hati orang-orang yang durhaka, mereka tidak beriman kepadanya, hingga mereka melihat azab yang pedih. (Asy-Syu'ara: 200-201) Dan firman-Nya: Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini. (Saba': 54) Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Dan Sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar kebenaran yang diyakini. (Al-Haqqah: 51) Yaitu berita yang benar lagi hak, yang tiada keraguan dan tiada kebimbangan padanya, Kemudian surat ini ditutup oleh firman-Nya: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar. (Al-Haqqah: 52) Yakni Yang telah menurunkan Al-Qur'an yang agung ini."
44-47. Setelah ditegaskan bahwa Al-Qur'an adalah bersumber dari Allah, ayat-ayat ini memperkuat penegasan tersebut dengan menyatakan bahwa tidak ada campur tangan sedikit pun dari Nabi Muhammad dalam menyusun isi kandungan Al-Qur'an. Dan sekiranya dia, Nabi Muhammad, mengada-adakan sebagian perkataan apalagi semua atas nama Kami, pasti Kami siksa dia dengan sangat keras atau pastilah Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian vang lebih mengerikan lagi adalah pasti Kami potong pembuluh jantungnya sehingga dia tidak akan hidup sekejap pun. Sekiranya itu Kami lakukan maka tidak seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi Kami untuk menghukumnya. 44-47. Setelah ditegaskan bahwa Al-Qur'an adalah bersumber dari Allah, ayat-ayat ini memperkuat penegasan tersebut dengan menyatakan bahwa tidak ada campur tangan sedikit pun dari Nabi Muhammad dalam menyusun isi kandungan Al-Qur'an. Dan sekiranya dia, Nabi Muhammad, mengada-adakan sebagian perkataan apalagi semua atas nama Kami, pasti Kami siksa dia dengan sangat keras atau pastilah Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian vang lebih mengerikan lagi adalah pasti Kami potong pembuluh jantungnya sehingga dia tidak akan hidup sekejap pun. Sekiranya itu Kami lakukan maka tidak seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi Kami untuk menghukumnya.
Pada kedua ayat ini ditegaskan lagi kekuasaan Allah terhadap makhluk-Nya. Seandainya Allah ingin melakukan sesuatu kepada hamba-hamba-Nya, tidak seorang pun yang dapat menghalanginya, sekalipun tindakan itu adalah tindakan yang menentukan hidup-matinya seseorang, seperti tindakan memutuskan urat nadi jantungnya, yang berakibat kematiannya. Demikian pula kepada Muhammad. Seandainya dia berdusta terhadap Allah, tentu Allah akan marah kepadanya dan menghukumnya dengan hukuman mati, yaitu dengan memutus pembuluh darahnya. Tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi-Nya dari melaksanakan hukuman itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Di ayat 43 telah dijelaskan Allah bukanlah Al-Qur'an itu semata-mata kata-kata dari Muhammad, Rasul Allah, dan turun dari Allah Rabbul ‘Alamin. Muhammad hanya tinggal menyampaikan belaka. Kemudian itu di sini Allah menegaskan bahwa sehuruf demi sehuruf disampaikan oleh Muhammad itu apa yang difirmankan Allah. Tidak boleh dia tambah dengan katanya sendiri walaupun satu kalimat dan tidak pula boleh dia kurangi, sehingga
Ayat 44
“Dan kalau dia mengata-ngatakan di atas nama Kami sebagian dari perkataan-perkataan itu"
ditambahi atau dikuranginya, walaupun satu huruf, atau satu noktah, atau bacaannya tersalah, sehingga berubah artinya, atau hurufnya bertukar sehingga jauh dari yang dimaksud semula
Ayat 45
“Niscaya akan Kami pegang dia pada tangan kanannya."
Arti cara kasarnya ialah bahwa Nabi Muhammad ﷺ itu akan “ditangkap", yaitu cara penangkapan Allah! Dia akan dituntut dan diminta pertanggunganjawabnya, mengapa ditambah-tambah, mengapa dikurangi, mengapa diubah titiknya atau barisnya atau hurufnya. Dengan demikian dia telah melanggar amanah! Dia tidak shiddiq atau jujur lagi.
Ayat 46
“Kemudian itu pasti Kami potong daripadanya urat jantungnya."
Dipakai perkataan tsumma (kemudian itu), yaitu bahwa setelah dia ditangkap atau dihentikan kegiatannya sebab dia telah berkhianat. Setelah diperiksa dengan saksama dipotonglah urat jantungnya, artinya dihukum matilah Nabi itu! Demikian kerasnya peraturan Allah.
Dan itu semuanya adalah kehendak Allah. Dan seperti yang telah Allah firmankan di atas tadi, bahwa Nabi yang Allah utus itu adalah Rasul yang mulia, orang yang dihormati, bahkan oleh Allah sendiri. Sebagaimana telah kita ketahui pada awal surah yang sebelum ini (al-Qalam) dia pernah mendapat pujian sangat tinggi dari Allah.
“Sesungguhnya engkau adalah seorang yang mempunyai budi pekerti yang agung!" (al-Qalam: 4)
Pada ayat ini sendiri pun kita melihat dengan jelas bagaimana teguhnya Nabi kita Muhammad ﷺ memegang amanah. Ayat-ayat 45, 46, dan 47 ini mengenai diri beliau, kalau berkhianat akan dibunuh, satu kalimat satu huruf, satu baris atau satu noktah pun tidak beliau kurangi. Beliau bacakan dengan polos!
Selanjutnya Allah berfirman,
Ayat 47
“Maka tidaklah ada seorang jua pun di antara kamu yang dapat menghambat"
Artinya bahwasanya kehendak Al-Qur'an itu memenuhi seluruh masyarakat kamu ini tidaklah akan dapat dihambat oleh siapa jua pun. Meskipun pada mulanya hanya sedikit di antara kamu yang beriman, dan hanya sedikit di antara kamu yang mau memerhatikan, namun dia akan maju, pengikutnya akan bertambah-tambah terus. Tidak seorang pun di antara kamu yang mempunyai kekuatan dan kekuasaan buat menghambat kemajuan itu.
Apa yang difirmankan Allah ini berlaku terus dari zaman ke zaman, masa ke masa, sejak mulai turunnya sampai kepada masa sekarang ini. Jika di zaman Rasulullah ﷺ, pengikutnya mulanya hanya puluhan orang, kemudian ratusan dan setelah itu jadi ribuan, maka di belakang Nabi ﷺ menjadi jutaan orang. Dalam zaman Tafsir al-Azhar ini dikarang menurut taksiran kasar penganut isi Al-Qur'an di permukaan bumi ini telah tidak kurang daripada 950.000.000 di seluruh muka bumi. Dan bukan sekali dua kali mereka dimusnahkan, dihalau, dikikis habis, namun bilangannya bertambah banyak juga. Tidak ada seorang pun di antara kamu yang dapat menghambat.
Ayat 48
“Dan sesungguhnya dia benar-benarlah pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa."
Maka orang-orang yang bertakwa, yaitu orang yang benar-benar ingin hendak mengekalkan perhubungannya yang baik dengan Allah, Al-Qur'an inilah tuntunannya yang sejati. Dengan bimbingan Al-Qur'an inilah dia mendapat jalan yang lurus dan dengan dia mereka mendapat ketentaraman hati. Karena dia benar-benar diturunkan langsung dari Allah buat jadi obat bagi segala hati. Tetapi sebaliknya, orang-orang yang cintanya tiada lekat kepada Allah yang menciptakannya, melainkan cintanya lekat kepada dunia. Bukan Allah yang dia puja, melainkan benda yang diciptakan oleh Allah, maka tidaklah mereka akan mendapat petunjuk dari Al-Qur'an. Itu sebabnya selanjutnya Allah berfirman,
Ayat 49
“Dan sesungguhnya Kami tahu benar bahwa di antara kamu ada yang mendustakan."
Bagi orang-orang yang mendustakan ini, tidaklah ada bagi mereka alasan buat menolak kebenaran Al-Qur'an. Setinggi-tinggi pertahanan mereka hanyalah semata-mata mempertahankan apa yang telah diterima dari nenek moyang. Nenek moyang menyembah berhala, mereka pun menyembah berhala pula. Apa sebab berhala yang disembah, mereka tidak mau menyelidikinya. Oleh karena yang mereka tantang dan dustakan itu ialah kebenaran, sedang kebenaran itu hanya satu, tidak berbilang, sebab kebenaran itu adalah salah satu nama dan sifat dari Allah, pastilah mereka juga yang akan runtuh. Sebab tempat mereka bergantung sangatlah lapuk.
Ayat 50
“Dan sesungguhnya dia adalah sebenarnya akan jadi penyesalan bagi orang-orang yang kafir."
Ayat ini adalah sambungan dan akibat dari kedua ayat yang sebelumnya. Jika orang- orang yang bertakwa mendapat pelajaran dan Al-Qur'an, lalu mereka itu maju ke muka, setia menjalankan perintah Allah dan menghentikan larangan-Nya, dan dijadikannya Al-Qur'an itu pedoman dari hidupnya, niscayalah keselamatan yang akan ditemuinya. Sebaliknya orang-orang yang mendustakan, mereka tidak akan mendapat kemenangan karena tidak mau mengambil Al-Qur'an menjadi pedoman hidup. Mereka masih mempertahankan hal yang pasti runtuh. Mereka hendak surut ke belakang, yang di zaman sekarang dinamai reaksioner, padahal jalan hidup menuju ke muka. Sebab itu mereka akan tinggal tercicir di belakang. Oleh sebab itu kelak pastilah mereka akan menyesal karena tidak jadi pengikut Al-Qur'an. Ar-Razi mengatakan bahwa penyesalan itu akan terjadi, di akhirat kelak melihat orang-orang yang bertakwa dan beriman menerima ganjaran kemuliaan karena hidupnya yang me-nuruti bimbingan Ilahi, dan demikian pula di dunia ini. Mereka akan menyesal mengapa tidak sejak semula mendaftarkan diri menjadi pengikut, mengapa hanya jadi penghalang saja. Sedang pengikut-pengikut Al-Qur'an itu di bawah bimbingan Nabi ﷺ telah mendapat kemegahan, kebesaran, kekuasaan dan kedaulatan besar.
Ayat 51
“Dan sesungguhnya dia adalah kebenaran yang nyata meyakinkan."
Dia, yakni Al-Qur'an itu adalah kebenaran yang yakin, tidak ada keraguan padanya lagi dan tidak ada hujjah yang dapat mematahkan dia. Oleh sebab itu,
Ayat 52
“Maka bertasbihlah engkau."
Ucapkanlah kesucian dan pujipujian terhadap Tuhanmu itu, ya Muhammad, Utusan Allah Yang Mulia!
“Dengan nama Tuhan engkau yang Mahaagung."
Karena dengan diturunkannya Al-Qur'an ini ke dunia mendapat rahmatlah seluruh Alam. Apatah lagi orang yang dipilih buat menyampaikannya kepada manusia bukan orang lain, melainkan adalah engkau sendiri.
Dengan ujung ayat seperti ini diberikanlah petunjuk kepada kita umat Muhammad untuk mensyukuri nikmat dan Rahmat Ilahi, dengan mengucapkan tasbih terhadap-Nya, bukan dengan membanggakan diri karena menerima itu.
Selesai Tafsir Surah al-Haaqqah dengan ucapan Subhanallah wal Hamdulillah.