Ayat
Terjemahan Per Kata
ثُمَّ
kemudian
فِي
pada
سِلۡسِلَةٖ
rantai
ذَرۡعُهَا
hastanya/panjangnya
سَبۡعُونَ
tujuh puluh
ذِرَاعٗا
hasta
فَٱسۡلُكُوهُ
maka masukkan/belitkan
ثُمَّ
kemudian
فِي
pada
سِلۡسِلَةٖ
rantai
ذَرۡعُهَا
hastanya/panjangnya
سَبۡعُونَ
tujuh puluh
ذِرَاعٗا
hasta
فَٱسۡلُكُوهُ
maka masukkan/belitkan
Terjemahan
Kemudian, belit dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.
Tafsir
("Kemudian dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta) menurut ukuran hasta malaikat (belitlah dia") lilitlah dia dengan rantai itu sesudah ia dimasukkan ke dalam neraka. Huruf fa di sini tidak dapat mencegah hubungan antara fi'il dan zharaf yang mendahuluinya.
Tafsir Surat Al-Haqqah: 25-37
Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata,'' Wahai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai, kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesaatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku." (Allah berfirman), "Peganglah dia, lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.
Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Mahabesar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. Maka tiada seorang teman pun baginya pada hari ini di sini, Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa. ini merupakan berita tentang keadaan yang dialami oleh orang-orang yang celaka apabila seseorang dari mereka menerima kitab catatan amalnya dari sebelah kirinya di tempat hisab hari kiamat.
Maka pada hari itu dia menyesali amal yang telah dilakukannya di dunia dengan penyesalan yang tiada taranya. maka dia berkata, "Wahai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai, kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu." (Al-Haqqah: 25-27) Adh-Dhahhak mengatakan yakni kematian yang tiada kehidupan lagi sesudahnya. Hal yang sama dikatakan oleh Muhammad ibnu Ka'b, Ar-Rabi', dan As-Suddi.
Qatadah mengatakan bahwa orang kafir saat itu menginginkan kematian, padahal ketika di dunia tiada sesuatu pun yang lebih dibencinya selain kematian. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku. (Al-Haqqah: 28-29) Yakni harta dan kedudukanku tidak dapat membelaku dari azab Allah dan pembalasan-Nya, bahkan segala sesuatunya ditanggung oleh diriku, tiadayang menolongku dan tidak ada orang yang melindungiku. Maka di saat itulah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. (Al-Haqqah: 30-31) Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Malaikat Zabaniyah (juru siksa) untuk memegangnya dengan kasar dari tempat perhimpunan, lalu lehernya dibelenggu, kemudian diseret ke neraka Jahanam, lalu dimasukkan ke dalamnya, dan api neraka Jahanam menelannya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid, dari Amr ibnu Qais, dari Al-Minhal ibnu Amr yang mengatakan bahwa tatkala Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Peganglah dia !" Maka berebutan untuk menanganinya sebanyak tujuh puluh ribu malaikat, masing-masing dari mereka melakukan hal yang sama, maka ia menjumpai tujuh puluh ribu malaikat itu di dalam neraka. Ibnu Abud Dunia mengatakan di dalam kitab Al-Ahw'ah bahwa orang kafir didatangi oleh empat ratus ribu malaikat, dan tiada sesuatu pun melainkan memukulinya, lalu si orang kafir itu berkata, "Aku tidak punya salah denganmu." Maka yang memukulinya berkata, "Sesungguhnya Tuhan murka terhadapmu, maka segala sesuatu murka pula terhadapmu." Al-Fudail ibnu Iyad mengatakan bahwa tatkala Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Peganglah dia dan belenggulah dia," maka berebutan untuk melaksanakannya sebanyak tujuh puluh ribu malaikat, untuk memperebutkan siapa yang paling dahulu dari mereka yang memasang belenggu di leher si kafir itu.
Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. (Al-Haqqah: 31) Maksudnya, lemparkanlah dia ke dalamnya. Firman Allah Swt: Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. (Al-Haqqah: 32) Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa setiap mata rantai darinya sama dengan semua besi yang ada di dunia. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Ibnu Juraij, bahwa hasta ini berdasarkan hasta malaikat. Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kemudian belitlah dia. (Al-Haqqah: 32) Yakni rantai itu dimasukkan dari liang duburnya, kemudian dikeluarkan dari mulutnya.
Kemudian mereka disate dalam rantai itu sebagaimana belalang dimasukkan ke dalam tusuk sate saat hendak dipanggang. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa rantai itu dimasukkan dari liang anusnya, kemudian dikeluarkan dari kedua lubang hidungnya agar ia tidak dapat berjalan pada kedua kakinya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yazid, dari Abus Samah, dari Isa ibnu Hilal As-Sadafi, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ Pernah bersabda: Seandainya sebuah batu sebesar ini seraya menunjuk ke arah sebuah tengkorak kepala kambing dilemparkan dari langit ke bumi yang jaraknya sama dengan perjalanan lima ratus tahun, niscaya batu itu telah sampai ke bumi sebelum malam tiba.
Tetapi seandainya batu ini dilemparkan dari ujung rantai tersebut, niscaya ia masih terus terjatuh selama empat puluh musim gugur (tahun), malam dan siang harinya (tanpa berhenti) sebelum mencapai pada bagian bawahnya atau pangkalnya. Imam At-Tirmidzi mengetengahkannya dari Suwaid ibnu Sa'id, dari Abdullah ibnul Mubarak dengan sanad yang sama. Dan Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini shahih. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Mahabesar.
Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. (Al-Haqqah: 33-34) Yakni dia tidak pernah menunaikan hak Allah yang menjadi kewajibannya, seperti amal ketaatan dan menyembah kepada-Nya, tidak mau memberi manfaat kepada makhluk-Nya serta tidak mau menunaikan hak mereka yang ada pada hartanya. Karena sesungguhnya menjadi kewajiban bagi hamba-hamba Allah untuk mengesakan-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, juga sudah menjadi kewajiban bagi sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya menunaikan kebajikan dan bantu-membantu dalam hal kebajikan dan ketakwaan.
Karena itulah maka Allah memerintahkan manusia untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Dan ketika Nabi ﷺ mengembuskan nafas terakhirnya, beliau sempat bersabda: Peliharalah shalat, dan budak-budak yang dimiliki oleh kalian. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka pada hari ini tiada seorang teman pun baginya di sini. Dan tiada (pula) makanan sedikit pun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa. (AL-Haqqah: 35-37) Pada hari ini tiada seorang pun yang dapat menyelamatkannya dari azab Allah. Hamim artinya teman dekat. Tiada teman dekat.
tiada pemberi syafaat yang didengar, dan tiada makanan baginya di sini kecuali gislin. Menurut Qatadah, gislin adalah makanan yang paling buruk bagi penduduk neraka. Ar-Rabi' dan Adh-Dhahhak mengatakan bahwa gislin adalah nama sebuah pohon di dalam neraka Jahanam. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Abu Muzahim, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Mu'addib, dari Khasif, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apa itu gislin, tetapi ia mempunyai dugaan kuat bahwa gislin adalah nama lain dari pohon zaqqum.
Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa gislin adalah darah dan nanah yang mengalir dari tubuh mereka sendiri. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa gislin adalah keringat atau nanah ahli neraka."
30-32. Sudah terjatuh tertimpa tangga. Begitulah gambaran para pendurhaka di akhirat. Di tengah kesedihan yang bercampur ketakutan melihat catatan amalnya kemudian Allah berfirman, 'Tangkaplah dia lalu belenggulah yaitu ikatlah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Siksaan itu tidak hanya sampai di situ, Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta maksudnya rantai yang sangat panjang. "33-34. Mengapa si pendurhaka itu disiksa sedemikian hebat' Inilah yang menjadi penyebabnya. Sesungguhnya dia dahulu ketika di dunia adalah orang yang tidak beriman kepada Allah Yang Mahabesar. Dan juga dia tidak mendorong dirinya dan orang lain untuk memberi makan orang miskin, padahal dia memiliki kemampuan.
Karena sikap orang kafir yang demikian dan berdasarkan catatan amalnya, maka Allah memerintahkan malaikat untuk melaksanakan hukuman kepada orang kafir itu. Pada waktu Kiamat, mereka dalam keadaan menderita, terhina, dan tidak dapat melepaskan diri sedikit pun dari keadaan yang demikian. Bahkan, azab itu ditambah lagi dengan membelenggu mereka. Hal ini memberi pengertian bahwa orang kafir di dalam neraka tidak mempunyai satu cara pun untuk mengurangi dan meringankan rasa azab yang pedih itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
APABILA KITAB DATANG DARI KIRI!
Malang nasib orang yang durhaka!
Ayat 25
“Dan adapun orang-orang yang dibelikan kitabnya dari sebelah kirinya."
Belum lagi diketahui apa isinya, datangnya surat dari sebelah kiri sudahlah jadi tanda bahwa keputusan buruklah yang akan diterima.
“Maka berkatalah dia, ‘Wahai malang! Alangkah baiknya sekiranya tidak didatangkan kepadaku kitabku."
Belum lagi sampai ke dalam tangan, belum lagi dibuka dan dibaca isinya, rasa takut sudah timbul. Sampai mengeluh karena orang yang bersalah itu telah menggambarkan dan mengenangkan kembali betapa besarnya pelanggaran yang telah dia lakukan atas batas-batas yang ditentukan Allah.
Ayat 26
“Aku tak tahu apalah hisab terhadap diriku."
Dengan hati yang berdebar rasa sesal dan kesal dia mencoba menaksir apalah gerangan hisab atau hitungan yang berlaku atas dirinya.
Ayat 27
“Wahai, sekilonya kematianlah yang menyelesaikan segala sesuatu."
Biar mati hancur luluh segala anggota jasadnya, supaya kalau boleh tidak akan dibangkitkan lagi, atau hidup lagi untuk menghadapi keadaan yang sungguh membimbangkan ini.
Ayat 28
“Tidaklah memberi manfaat kepadaku harta bendaku.`
Inilah suatu penyesalan dan keluhan yang sangat mendalam. Semasa hidup di dunia kerja hanyalah mengumpul-ngumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya. Karena menyangka bahwa harta benda itulah yang akan menaikkan gengsi di hadapan sesama manusia. Namun setelah berhadapan dengan Hakim Yang Mahaagung, Allah SWT, secuil pun tidak ada harga harta itu lagi. Tidaklah orang memperkatakan berapa kekayaan yang tersimpan kalau hari telah Kiamat. Seputus nyawa manusia sewaktu itu pula hilang kuasanya terhadap hartayangdikumpulkannya dengan susah payah itu. Suasananya di dalam alam akhirat itu sudah lain, hanya iman dan amalan salehlah yang dihargai.
Dan terdengar lagi keluhan,
Ayat 29
“Telah hancurlah daripadaku kekuasaanku."
Semasa hidup di dunia, karena kekuasaan yang besar tersebab harta yang banyak, ataupun karena pangkat dan jabatan, maka apa yang dikehendaki akan disediakan orang. Beratus pengawal dan penjaga, beratus orang suruhan, beratus dan kadang-kadang beribu buruh yang bekerja menggantung harapan kepada kekayaan beliau sebagai seorang kaya raya, baik sebagai penguasa ataupun sebagai seorang hartawan jutawan. Tetapi semuanya ini telah licin tandas. Jangankan di hari akhirat! Sedangkan setelah nyawa putus, tinggallah tubuh yang telah kaku tidak bergerak lagi dan ditanggalkan segala pakaian kebesaran yang lekat di badan, tinggal tiga lapis kafan, apatah lagi setelah sampai di alam akhirat.
Maka datanglah perintah Allah.
Ayat 30
“Ambillah dia!"
Seketika mengartikan ayat ini, seorang murid bertanya, “Mengapa tidak diambil saja kata-kata yang lebih jitu, yaitu misalnya, “Tangkaplah dia!" Namun penafsir lebih suka mengambil arti, “Ambillah dia!" Sebab kata-kata “Tangkaplah dia!" dipasangkan atas orang yang kira-kira akan masih bisa melawan jika dia ditangkap. Tetapi orang yang telah kehilangan tenaga, keputusan asa, kehabisan daya tidak usah ditangkap lagi, sebab dia tidak lagi akan berdaya untuk melawan, lebih tepatlah jika dikatakan, “Ambillah dia!"
“Dan betenggukanlah tangannya ke lehernya."
Maka kedua belah tangannya disandangkan ke atas kuduknya di belakang, barulah dilekatkan belenggu ke lehernya itu, sehingga tidak berdaya apa-apa lagi.
Ayat 31
“Kemudian itu ke dalam neraka Jahim sunukanlah dia."
Lemparkanlah dia atau masukkanlah dia. Kita pakai perkataan sunu ialah perkataan yang biasa terpakai untuk orang yang dimasukkan ke dalam api itu dibakar.
Ayat 32
“Kemudian itu, kepada rantai yang idamannya tujuh puluh hasta belitkanlah dia."
Begitulah besar adzab siksaan yang akan mereka derita di dalam neraka. Sampai disebut juga rantai yang panjangnya sampai tujuh puluh hasta. Alangkah panjang rantai itu!
Kemudian disebutkanlah apa sebab utama dari adzab siksaan yang sebesar itu.
Ayat 33
“Karena sesungguhnya dia adalah orang yang tidak beriman kepada Allah Yang Mahaagung"
Dengan tidak adanya iman kepada Allah hilanglah tujuan hidupnya sebagai manusia dan putuslah hubungannya dengan langit. Dia runtuh jatuh ke bawah, ke dalam martabat yang rendah, lebih sesat daripada binatang. Keinginannya di dunia tidak lain daripada mencari makan semata-mata.
Ayat 34
“Dan tidak mendorong orang untuk memberi makan orang miskin."
Oleh karena tidak ada kepercayaannya kepada Allah Yang Mahaagung, dengan sendirinya telah hilang pula kepercayaannya kepada kedamaian hidup sesama manusia atau perikemanusiaan. Dia hanya ingat mencari keuntungan buat dirinya sendiri dengan tidak ada rasa kasih sayang kepada orang yang melarat. Tidak ada ingatannya hendak membantu fakir miskin dan tidak pula ada geraknya untuk menganjurkan orang lain berbuat demikian. Tegasnya orang ini tidak mengenal perikemanusiaan.
Ayat 35
“Maka tidaklah ada untuk dia di tempat ini."
Yaitu di dalam neraka yang penuh dengan adzab dan siksaan itu dia tidak mempunyai “Seorang teman pun."
Karena di dunia dia tidak menghubungkan silaturahim, maka di akhirat tidak ada teman yang akan membantunya, tidak ada sahabat dan tidak ada penolong.
Ayat 36
“Dan tidak ada makanan kecuali dari darah campur nanah."
Orang yang bakhil di kala hidup di dunia itu biarkanlah makanan yang akan dimakannya di akhirat darah bercampur nanah, yang disebut juga air mala, semacam air yang titik dari badan bangkai orang yang telah mati.
Ayat 37
“Tidak ada yang akan memakannya kecuali orang-orang yang basalah.`
Makanan darah campur nanah ini adalah sebagai bandingan dengan makanan ahli surga, yang memetik buah-buahan berbagai ragam dalam surga Jannatun Na'im, yang sangat dekat daripadanya, sehingga tidak usah dikait dengan galah, boleh dipetik dengan tangan. Kedua macam itu, baik nikmat dalam surga atau siksaan di neraka sekali dikemukakan kepada manusia, sebagai basyiran dan nadziran, ialah supaya di waktu hidup di dunia ini juga dapat dipilih oleh orang yang mempergunakan akalnya, niscaya tidak akan ada yang mereka pilih selain dari iman kepada Allah.