Ayat
Terjemahan Per Kata
فَٱصۡبِرۡ
maka bersabarlah
لِحُكۡمِ
terhadap ketetapan
رَبِّكَ
Tuhanmu
وَلَا
dan jangan
تَكُن
kamu jadi
كَصَاحِبِ
seperti teman/orang
ٱلۡحُوتِ
ikan
إِذۡ
ketika
نَادَىٰ
ia menyeru/berdo'a
وَهُوَ
dan ia
مَكۡظُومٞ
amat marah
فَٱصۡبِرۡ
maka bersabarlah
لِحُكۡمِ
terhadap ketetapan
رَبِّكَ
Tuhanmu
وَلَا
dan jangan
تَكُن
kamu jadi
كَصَاحِبِ
seperti teman/orang
ٱلۡحُوتِ
ikan
إِذۡ
ketika
نَادَىٰ
ia menyeru/berdo'a
وَهُوَ
dan ia
مَكۡظُومٞ
amat marah
Terjemahan
Oleh karena itu, bersabarlah (Nabi Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu dan janganlah seperti orang yang berada dalam (perut) ikan (Yunus) ketika dia berdoa dengan hati sedih.
Tafsir
(Maka bersabarlah kamu terhadap ketetapan Rabbmu) terhadap mereka, sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya (dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam perut ikan paus) dalam hal ketergesa-gesaannya dan ketidaksabarannya, yaitu sebagaimana Nabi Yunus a.s. (ketika ia berdoa) kepada Rabbnya (sedangkan ia dalam keadaan marah) terhadap kaumnya, hatinya penuh dengan kemarahan sewaktu ia berada di dalam perut ikan besar itu.
Tafsir Surat Al-Qalam: 48-52
Maka bersabarlah kamu (wahai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhan-mu, dan janganlah kamu seperti (Yunus) orang yang berada di dalam (perut) ikan ketika ia berdoa, sedangkan ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh. Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al-Qur'an dan mereka berkata, "Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila.
Dan Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Maka bersabarlah. (Al-Qalam: 48) Wahai Muhammad, dalam menghadapi gangguan kaummu terhadap dirimu dan sikap mereka yang mendustakanmu. Karena sesungguhnya Allah akan menetapkan kemenangan bagimu atas mereka dan menjadikan bagimu dan orang-orang yang mengikutimu kesudahan yang baik di dunia dan akhirat. dan janganlah kamu seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan. (Al-Qalam: 48) Yakni Zun Nun alias Yunus ibnu Mata (Matius) a.s. ketika pergi meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Kemudian hal yang dilakukannya ialah menaiki kapal, dan ikan besar menelannya, lalu membawanya di kedalaman lautan yang gelap gulita, dan ia dapat mendengar tasbih laut berikut semua makhluk yang ada di dalamnya kepada Tuhan Yang Mahatinggi lagi Mahakuasa, yang semua apa yang ditakdirkan-Nya tidak dapat ditolak.
Maka pada saat itulah Yunus mulai berseru di dalam kegelapannya, sebagaimana yang disebutkan melalui firman-Nya: Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim (aniaya). (Al-Anbiya: 87) Maka dalam firman berikutnya disebutkan: Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikanlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Al-Anbiya: 88) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. (Ash-Shaffat: 143-144) Dalam surat ini disebutkan pula oleh firman-Nya: ketika ia berdoa, sedangkan ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya). (Al-Qalam: 48) Ibnu Abbas, Mujahid, dan As-Suddi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan makzum ialah dalam keadaan duka cita.
Menurut ‘Atha’ Al-Khurrasani dan Abu Malik, artinya dalam keadaan kesusahan. Dalam hadits yang terdahulu telah disebutkan bahwa ketika Yunus mengucapkan: tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. (Al-Anbiya: 87) Maka kalimat yang dibacanya keluar dan menangis di sekeliling' Arasy, lalu para malaikat berkata, "Ya Tuhan, ini adalah suara yang lemah, tetapi dikenal datang dari negeri yang terasing." Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Tidakkah kalian ketahui siapa dia?" Mereka menjawab, "Tidak." Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, "Ini adalah suara Yunus." Mereka berkata, "Ya Tuhanku, hamba Engkau yang terus-menerus dinaikkan baginya amal saleh dan doa yang diperkenankan." Allah menjawab, "Benar." Mereka memohon, "Tidakkah Engkau mengasihaninya berdasarkan apa yang dia telah amalkan di masa senangnya, maka kami memohon agar Engkau menyelamatkannya dari musibahnya itu." Lalu Allah memerintahkan kepada ikan itu untuk mengeluarkannya, maka ikan itu mencampakkannya ke daratan.
Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang saleh. (Al-Qalam: 50) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Abu Wa'il, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tidak layak bagi seseorang mengatakan bahwa aku lebih baik daripada Yunus ibnu Mata. Imam Bukhari meriwayatkannya melalui hadits Sufyan As Sauri, dan di dalam kitab Shahihain disebutkan melalui hadits Abu Hurairah.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka. (Al-Qalam: 51) Ibnu Abbas dan Mujahid serta selain keduanya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar hampir menggelincirkan kamu. (Al-Qalam: 51) Yakni mereka benar-benar hampir menembus dirimu. dengan pandangan mereka. (Al-Qalam: 51) Yaitu mereka hampir saja menimpakan penyakit 'ain terhadapmu melalui mata mereka. Dengan kata lain, mereka dengki terhadapmu disebabkan kebencian mereka terhadapmu. Seandainya tidak ada pemeliharaan dari Allah terhadap dirimu dari kebencian mereka, tentulah penyakit ain yang ditimpakan oleh mereka akan mengenai dan menembus dirimu.
Di dalam makna ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa penyakit 'ain itu ada dan pengaruhnya ada, tetapi dengan seizin Allah subhanahu wa ta’ala Banyak hadits yang menerangkan masalah ini diriwayatkan melalui berbagai jalur yang cukup banyak. Hadits Anas ibnu Malik : () -: ". Imam Abu Dawud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud Al-Ataki, telah menceritakan kepada kami Syuraih dan telah menceritakan kepada kami Al-Abbas Al-Anbari, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Al-Abbas ibnu Zarih, dari Asy-Sya'bi, yang menurut Al-Abbas Al-Anbari, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Tiada ruqyah kecuali karena penyakit 'ain, atau demam atau pendarahan yang tidak pernah kering.
Tetapi lafal al- 'abbas tidak menyebutkan adanya 'ain, dan apa yang disebutkan di atas berdasarkan lafal sulaiman. Hadits Buraidah ibnul Hasib Abu Abdullah ibnu Majah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu "Namir, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sulaiman, dari Abu Ja'far Ar-Razi, dari Husain, dari Asy-Sya'bi, dari Buraidah ibnul Hasib yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tiada pengobatan dengan ruqyah kecuali karena penyakit 'ain atau demam. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Imam Muslim telah mengetengahkan hadits ini di dalam kitab sahihnya, dari Sa'id ibnu Mansur, dari Hasyim, dari Husain ibnu Abdur Rahman ibnu Amir Asy-Sya'bi, dari Buraidah secara mauquf, yang di dalamnya terdapat kisah.
Menurut Imam At-Tirmidzi, Syu'bah telah meriwayatkan hadits ini dari Al-Husain, dari Asy-Sya'bi, dari Buraidah. Imam Bukhari telah meriwayatkan hadits ini melalui Muhammad ibnu Fudail, dan Abu Dawud melalui Malik ibnu Magui, sedangkan Imam At-Tirmidzi dari Sufyan ibnu Uyaynah; ketiga-tiganya dari Husain, dari Amir Asy-Sya'bi, dari Imran ibnu Husain secara mauquf, yaitu: Tiada pengobatan dengan ruqyah kecuali karena penyakit 'ain atau penyakit demam.
Hadits Abu Dzar alias Jundub ibnu Junadah Al-Hafidzh Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Ur'urah ibnul Yazid As-Sami, telah menceritakan kepada kami Dailam ibnu Gazwan, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu AbuZar, dari Ibnu Harb, dari AbuZar yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya 'ain itu benar-benar dapat meringankan tubuh seseorang dengan seizin Allah, maka ia naik meninggi, kemudian terjatuh darinya (ketinggian). Sanad hadits ini gharib, mereka tidak ada yang mengetengahkannya. Hadits Habis At-Tamimi. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami Harb, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Kasir, telah menceritakan kepadaku Hayyah ibnu Habis At-Tamimi, bahwa ayahnya pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Tidak mengapa berobat karena terkena racun, dan 'ain itu adalah hak (benar ada), dan tiyarah yang paling benar adalah rasa optimis.
Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkannya dari Amr ibnu Ali, dari Abu Gassan alias Yahya ibnu Kasir, dari Ali ibnul Mubarak, dari Yahya ibnu Abu Kasir dengan sanad yang sama. Kemudian Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib. Imam At-Tirmidzi mengatakan pula bahwa Sinan telah meriwayatkannya dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Hayyah ibnu Habis, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ Menurut hemat kami, Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Husain ibnu Musa dan Husain ibnu Muhammad, dari Syaiban ibnu Abu Hayyah yang menceritakannya dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Tiada mengapa berobat karena terkena racun, dan penyakit 'ain itu benar, dan tiyarah yang paling benar ialah rasa optimis.
Hadits Ibnu Abbas Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Walid, dari Sufyan, dari Duraid, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnuSauban, dari Jabir ibnu Yazid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: 'Ain itu adalah hak (benar), 'ain itu adalah hak, ia dapat menurunkan orang yang mengapung (di udara). (Hadits berpredikat gharib). Jalur lain. Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, bahwa: ". telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdur Rahman Ad-Darimi, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Wahib, dari Ibnu Tawus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Ain adalah hak (benar), seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, maka tentulah ia adalah 'ain; dan apabila kalian diminta untuk mandi (sebagai pengobatannya), maka mandilah.
Imam Muslim meriwayatkan hadits ini secara tunggal, tanpa Imam Bukhari. ". Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Sufyan Ats-Tsauri, dari Mansur, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu Rasulullah ﷺ sering membaca ta'awwuz untuk Al-Hasan dan Al-Husain seraya mengucapkan: Aku memohon perlindungan untukmu berdua (kepada Allah) dengan kalimat-kalimat-Nya yang sempurna dari gangguan semua setan dan binatang yang berbisa serta dari setiap pandangan mata ('ain) yang tercela. Nabi ﷺ bersabda pula: Demikian pula yang dilakukan oleh Ibrahim dahulu bila berta'awwuz (menjampi) untuk Ishaq dan Ismail a.s. Imam Bukhari dan para pemilik kitab Sunan mengetengahkan hadits ini melalui Al-Minhal dengan sanad yang sama.
Hadits Abu Umamah alias As'ad ibnu Sahl ibnu Hanif. Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hisyarn ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Az-Zuhri, dari Abu Umamah alias As'ad ibnu Hanif yang mengatakan bahwa Amir ibnu Rabi'ah menjumpai Sahl ibnu Hanif sedang mandi. Maka Amir ibnu Rabi'ah berkata, "Aku belum pernah menyaksikan pemandangan seperti hari ini, kulit tubuhnya kelihatan sangat bagus, tiada selembar pakaian pun yang menutupinya." Maka tidak lama kemudian Sahl jatuh pingsan, lalu ia dibawa menghadap kepada Rasulullah ﷺ dan dikatakan kepada beliau bahwa ia menjumpai Sahl dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Rasulullah ﷺ bertanya, "Siapakah orang yang kalian curigai sebagai sumbernya?" Mereka menjawab, "Amir ibnu Rabi'ah." Lalu Rasulullah ﷺ bersabda: Teganya seseorang dari kalian membunuh (menyakiti) saudaranya. Apabila seseorang dari kalian melihai hal yang ia kagumi dari saudaranya, hendaklah ia mendoakan keberkatan baginya. Kemudian Rasulullah ﷺ meminta air dan memerintahkan kepada Amir untuk berwudu. Maka Amir membasuh mukanya dan kedua tangannya sampai kedua sikunya, dan membasuh kedua kakinya sampai kedua lututnya dan bagian dalam kain sarungnya, lalu Nabi ﷺ memerintahkan agar sisa air disiramkan pada sekujur tubuhnya. Sufyan menceritakan bahwa Ma'mar telah meriwayatkan dari Az-Zuhri, bahwa lalu Rasulullah ﷺ memerintahkan agar air yang tersisa di wadah itu disiramkan kepada Amir dari arah belakangnya. Imam An-Nasai telah meriwayatkan hadits ini melalui Sufyan ibnu Uyaynah dan Malik ibnu Anas, keduanya dari Az-Zuhri dengan sanad yang sama. Disebutkan pula melalui hadits Sufyan ibnu Uyaynah, dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abu Umamah , bahwa sisa air yang ada di wadah itu dituangkan ke tubuh Amir dari arah belakangnya.
Disebutkan pula hal yang sama dalam hadits Ibnu Abu Zi-b, dari Az-Zuhri, dari Abu Umamah alias As'ad ibnu Sahl ibnu Hanif, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Juga di dalam hadits Malik, dari Muhammad ibnu Abu Umamah ibnu Sahl, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Hadits Abu Sa'id 'Al-Khudri. Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad, dari Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan: Dahulu Rasulullah ﷺ sering membaca ta'awwuz (memohon perlindungan kepada Allah) dari gangguan pandangan mata jin dan manusia.
Dan ketika diturunkan surat Mu'awwizatain (Al-Falaq dan An-Nas), maka beliau meninggalkan semua bacaan ta'awwuz selain kedua surat itu. Imam At-Tirmidzi dan Imam An-Nasai telah meriwayatkan hadits ini melalui Sa'id ibnu Abu Iyas, dari Abu Mas'ud Al-Jariri dengan sanad yang sama, dan Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan.
Hadits lain. Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdus Samad ibnu Abdul Waris, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Abdul Aziz ibnu Suhaib, telah menceritakan kepadaku Abu Nadrah, dari Abu Sa'id, bahwa Malaikat Jibril datang kepada Nabi ﷺ, lalu bertanya, "Wahai Muhammad, apakah engkau sakit?" Nabi ﷺ menjawab, "Ya." Jibril menjampinya dengan doa berikut: Dengan nama Allah aku meruqyahmu (mengobatimu) dari semua penyakit yang mengganggumu, dari kejahatan setiap diri, dan dari pandangan mata yang dengki kepadamu, semoga Allah menyembuhkamu.
Dengan nama Allah aku meruqyahmu. Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Affan, dari Abdul Waris dengan lafal yang semisal. Imam Muslim dan para pemilik kitab sunan kecuali Abu Dawud meriwayatkannya melalui hadits Abdul Waris dengan sanad yang sama. -: Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Wahib, telah menceritakan kepada kami Daud, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa'id atau Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah ﷺ sakit, lalu didatangi oleh Malaikat Jibril.
Maka Jibril menjampinya dengan doa berikut: Dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu dari segala penyakit yang mengganggumu dan dari setiap orang yang dengki serta dari pandangan mata (yang jahat), semoga Allah menyembuhkamu. Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Muhammad ibnu Abdur Rahman At-Tafawi, dari Daud, dari Abu Nadrah, dari Abdul Aziz, dari Anas dengan lafal yang semakna. Keduanya berpredikat shahih.
Hadits Abu Hurairah Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hammam ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah apa yang diceritakan kepada kami oleh Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya 'ain itu adalah hak (benar). Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadits Abdur Razzaq. Ibnu Majah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aliyyah, dari Al-Jariri, dari Mudarib ibnu Hazn, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Sesungguhnya (penyakit) 'ain itu adalah hak (benar). Imam Ibnu Majah meriwayatkannya secara tunggal, dan Imam Ahmad meriwayatkannya dari Ismail ibnu Aliyyah, dari Sa'id Al-Jariri dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad berkata, telah menceritakan kepada kami ibnu Namir telah menceritakan kepada kami Saur (yakni Ibnu Zaid), dari Mak-hul, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Ain adalah benar dan ia dibarengi oleh setan dan kedengkian anak adam. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'syar, dari Muhammad ibnu Qais, bahwa Abu Hurairah pernah ditanya, "Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda bahwa tiyarah (kesialan) terdapat pada tiga perkara, yaitu tempat tinggal (rumah), kuda (kendaraan), dan istri?" Maka Abu Hurairah menjawab bahwa jika aku katakan ya, berarti aku mengatakan terhadap Rasulullah ﷺ Apa yang tidak dikatakannya. Tetapi aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Tiyarah yang paling benar ialah rasa optimis, dan 'ain itu adalah benar. Hadits Asma binti Umais. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr ibnu Dinar, dari Urwah ibnu Amir, dari Ubaid ibnu Rifa'ah Az-Zurqi yang menceritakan bahwa Asma pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya Bani Ja'far terkena penyakit 'ain, maka bolehkah aku meminta pengobatan secara ruqyah buat mereka?" Rasulullah ﷺ menjawab: Ya, seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, niscaya 'ain dapat mendahuluinya.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan Ibnu Majah melalui hadits Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkannya pula -juga Imam An-Nasai melalui hadits Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Ayyub, dari Amr ibnu Dinar, dari Urwah ibnu Amir, dari Ubaid ibnu Rifa'ah, dari Asma binti Umais dengan sanad yang sama, dan Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
Hadits Aisyah Ibnu Majah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abul Khasib, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Sufyan dan Mis'ar, dari Ma'bad ibnu Khalid, dari Abdullah ibnu Syaddad, dari Aisyah , bahwa Rasulullah ﷺ pernah menyuruhnya mencari ruqyah karena penyakit 'ain. Imam Bukhari meriwayatkannya melalui Muhammad ibnu Kasir, dari Sufyan, dari Ma'bad ibnu Khalid dengan sanad yang sama. Imam Muslim mengetengahkannya melalui hadits Sufyan dan Mis'ar, keduanya dari Ma'bad dengan sanad yang sama. ". Kemudian Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abu Hisyam Al-Makhzumi, telah menceritakan kepada kami Wahib, dari Abu Waqid, dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Mohonlah perlindungan kepada Allah karena sesungguhnya penyakit jiwa itu benar.
Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadits ini secara tunggal. Abu Dawud berkata: bahwa telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Musa dan Husain ibnu Muhammad ibnu Sinan, bahwa Ibnu Hasanah pernah menceritakan kepadanya dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tiada mengapa (berobat karena) binatang beracun, dan 'ain itu adalah benar, dan tiyarah yang paling benar adalah rasa optimis. Hadits Sahl ibnu Hanif.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abu Uwais, telah menceritakan kepada kami Az-Zuhri, dari Abu Umamah ibnu Sahl ibnu Hanif, ayahnya pernah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah ﷺ keluar melakukan perjalanan bersama para sahabatnya menuju Mekah. Ketika sampai di Lereng Al-Khazzar di Juhfah, Sahl ibnu Hanif mandi. Dia adalah seorang lelaki yang berkulit putih dan memiliki tubuh dan warna kulit yang bagus.
Maka Amir ibnu Rabi'ah saudara Bani Addi ibnu Ka'b memergokinya ketika ia mandi, lalu Amir berkata, "Aku belum pernah melihat pemandangan seperti hari ini, tiada selembar kain pun yang menutupi kulitnya yang bagus itu." Maka saat itu juga Sahl jatuh pingsan, lalu dibawa ke hadapan Rasulullah ﷺ dan dikatakan kepada beliau, "Wahai Rasulullah, maukah engkau mengobati Sahl. Dia, demi Allah, tidak sadarkan dirinya dan masih dalam keadaan pingsan." Rasulullah ﷺ bertanya, "Apakah kalian mencurigai seseorang yang menjadi penyebabnya?" Mereka menjawab, "'Ini karena Amir memandangnya saat ia lagi mandi." Maka Rasulullah ﷺ memanggil Amir dan memarahinya seraya bersabda: Teganya seseorang dari kalian mengganggu saudaranya.
Mengapa engkau tidak mendoakan keberkatan baginya jika engkau lihat darinya hal yang manakjubkan dirimu?. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, memerintahkan kepada Amir, "Mandilah kamu untuknya." Maka Amir membasuh mukanya, kedua tangannya, kedua sikunya, kedua lututnya dan ujung-ujung jari kedua kakinya serta bagian dalam kainnya dari setimba air, kemudian sisanya disiramkan oleh seseorang ke kepalanya dan punggungnya dari arah belakangnya, yaitu dengan menumpahkan sisa air timba itu. Setelah hal tersebut dilakukan, maka Sahl sadar kembali dan bergabung bersama orang-orang tanpa mengalami sedikit gangguan pun dan sehat wal afiat seperti sediakala.
Hadits Amir ibnu Rabi 'ah. Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Isa, dari Umayyah ibnu Hindun, dari Sahl ibnu Hanif, dari Ubaidillah ibnu Amir yang mengatakan bahwa Amir ibnu Rabi'ah dan Sahl ibnu Hanif pergi dengan tujuan akan mandi.
Lalu keduanya berangkat mencari kain penutup, dan Sahl menanggalkan kain jubahnya yang terbuat dari bulu domba. Maka aku memandangnya, dan ternyata pandangan mataku mengenainya, lalu Sahl turun ke air untuk mandi. Kemudian kudengar suara air seakan-akan dia terjatuh ke dalamnya, maka kudekati tempat mandinya dan kupanggil-panggil dia sebanyak tiga kali, tetapi dia tidak menjawab. Setelah itu aku datang kepada Nabi ﷺ dan menceritakan hal tersebut kepada beliau ﷺ Maka Rasulullah ﷺ datang dengan jalan kaki dan memasuki air untuk menolongnya, dan aku sempat melihat kedua betisnya yang putih. Lalu Rasulullah ﷺ memukul dada Sahl seraya berdoa: Ya Allah, lenyapkanlah darinya pengaruh panas, dingin, dan penyakit 'ain yang menimpanya. Maka dengan serta merta Sahl bangkit berdiri dalam keadaan sehat, lalu Rasulullah ﷺ bersabda: Apabila seseorang dari kamu melihat pada diri saudaranya atau pada harta bendanya hal-hal yang mengagumkannya, hendaklah ia mendoakan keberkatan baginya, karena sesungguhnya 'ain (pandangan) itu hak (benar).
Hadits Jabir. Al-Hafidzh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam kitab musnadnya bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Abu Dawud, telah menceritakan kepada kami Talib ibnu Habib ibnu Amr ibnu Sahl Al-Ansari yang dikenal dengan sebutan Ibnud Daji', yaitu Daji' (teman sejawat dengan) Hamzah , telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Jabir ibnu Abdullah, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Kebanyakan orang yang mati dari kalangan umatku sesudah karena ketentuan Allah, ketetapan, dan takdir-Nya ialah karena 'ain.
Al-Bazzar mengatakan bahwa lafal al-anfus dalam hadits ini bermakna "ain (pandangan mata yang jahat). Selanjutnya Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui hadits ini diriwayatkan dari Nabi ﷺ kecuali melalui sanad ini. Menurut hemat kami, bahkan telah diriwayatkan pula hadits ini melalui jalur lain dari Jabir. Al-Hafidzh Abu Abdur Rahman alias Muhammad ibnul Munzir Al-Harawi yang dikenal dengan Basyukr telah mengatakan di dalam Kitabul 'Ajaib yang di dalamnya terkandung banyak pembahasan yang besar faedahnya lagi menyendiri tiada pada kitab lainnya, bahwa: telah menceritakan kepada kami Ar-Rahawi, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abu Ali Al-Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: 'Ain itu hak (benar), sesungguhnya ia dapat menghantarkan seseorang ke kuburnya dan juga unta kepada takdirnya.
Dan sesungguhnya kebanyakan binasanya umatku karena 'ain. Kemudian Abu Abdur Rahman alias Muhammad ibnul Munzir Al-Harawi meriwayatkannya dari Syu'aib ibnu Ayyub, dari Mu'awiyah ibnu Hisyam, dari Sufyan, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Adakalanya 'ain itu dapat memasukkan seseorang ke dalam kuburnya dan juga memasukkan unta ke dalam takdir (yang telah ditetapkan bagi)nya. Musnad hadits ini semua perawinya berpredikat. tsiqat, tetapi para ahli hadits tiada yang mengetengahkannya. Hadits Abdullah ibnu Amr.
"Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Rasyidin ibnu Sa'd, dari Al-Hasan ibnu Sauban, dari Hisyam ibnu Abu Ruqyah, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tiada penyakit, tiada tiyarah, tiada bisa, dan tiada kedengkian (yang membahayakan), tetapi 'ain itu adalah hak (benar). Hadits yang diriwayatkan dari Ali.
Al-Hafidzh ibnu Asakir telah meriwayatkan melalui jalur Khaisamah ibnu Sulaiman Al-Hafidzh, bahwa telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Muhammad Al-Kisywari, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abdullah ibnu Abdu Rabbihi (anak hamba Tuhannya) Al-Basri, dari Abu Raja, dari Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari Al-Haris, dari Ali bahwa Malaikat Jibril datang kepada Nabi ﷺ yang ia jumpai sedang dalam keadaan berduka cita.
Lalu Malaikat Jibril bertanya, "Wahai Muhammad, apakah yang engkau risaukan sehingga aku melihat kesedihan itu pada roman mukamu?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Al-Hasan dan Al-Husain terkena penyakit 'ain." Jibril menjawab, "Percayalah dengan penyakit 'ain itu." Jibril melanjutkan, "Karena sesungguhnya penyakit 'ain itu benar berpengaruh. Maukah engkau bila aku menjampinya dengan doa berikut?" Nabi ﷺ bertanya, "Wahai Jibril, bagaimanakah doanya?" Jibril berkata: Katakanlah, "Ya Allah, Yang memiliki Kekuasaan yang besar, anugerah yang kekal, Yang memiliki Zat Yang Mahamulia, Pemilik kalimat-kalimat yang sempurna dan doa-doa yang mustajab, sembuhkanlah Al-Hasan dan Al-Husain dari tiupan jin dan pandangan jahat manusia.
Maka Nabi ﷺ membaca doa-doa tersebut, lalu dengan serta merta Al-Hasan dan Al-Husain bangkit dan bermain-main di hadapan Nabi ﷺ Setelah itu Nabi ﷺ bersabda: Bacakanlah doa penangkal ini kepada diri kalian, wanita-wanita kalian, dan anak-anak kalian. Karena sesungguhnya doa penangkal ini tiada tandingannya. Al-Khatib Al-Bagdadi mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan secara tunggal (menyendiri) oleh Abu Raja alias Muhammad ibnu Ubaidillah Al-Hanati, dari ahli bait yang disembunyikan namanya oleh Ibnu Asakir dalam biografi Tarrad ibnul Husain, bagian dari kitab Tarikh-nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan mereka berkata, "Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila." (Al-Qalam: 51) Mereka memandang remeh dan hina kepada Nabi Muhammad ﷺ dan menyakitinya dengan lisan (ucapan) mereka, yaitu dengan mengatakan bahwa Muhammad benar-benar orang gila karena dia telah mendatangkan Al-Qur'an. Maka Allah subhanahu wa ta’ala membantah ucapan mereka melalui firman berikutnya: Dan Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat. (Al-Qalam: 52) Demikianlah akhir dari tafsir surat Al-Qalam, segala puji dan karunia adalah milik Allah semata."
Tidak ada satu pun alasan logis yang menjadikan kaum musyrik menolak Al-Qur'an. Jika demikian, maka bersabarlah engkau, wahai Nabi Muhammad, terhadap ketetapan Tuhanmu di antaranya menyangkut kendala dalam berdakwah, dan janganlah engkau menjadi seperti Yunus orang yang berada dalam perut ikan, ketika dia berdoa dengan hati sedih. 49-50. Sekiranya Nabi Yunus tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, yaitu di antaranya berupa petunjuk untuk bertobat pastilah dia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. Tetapi Tuhannya menerima tobatnya, lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang yang saleh yaitu kelompok para nabi.
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar bersabar dalam menerima ketetapan-Nya, tetap melaksanakan tugas kerasulan yang telah dibebankan kepadanya, dan menghindari segala sesuatu yang dapat menghalangi atau mengganggu usaha-usaha dalam melaksanakan tugas itu. Kemudian Allah memperingatkan beliau agar tidak bersikap dan bertindak seperti seorang yang berada dalam perut ikan, yaitu Nabi Yunus. Karena marah kepada kaumnya, Nabi Yunus lalu meninggalkan mereka dan berdoa kepada Allah agar mereka ditimpa azab yang membinasakan.
Kisah ini bermula ketika Nabi Yunus diutus Allah kepada penduduk kota Niniveh. Ia menyeru kaumnya agar menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia. Tetapi penduduk kota Niniveh menolak ajakan itu, bahkan mereka mengingkari dan mengancamnya. Karena sikap dan tindakan kaumnya yang demikian itu, beliau pun marah serta memperingatkan mereka bahwa Allah akan menimpakan malapetaka yang sangat dahsyat sebagai balasan terhadap sikap dan keingkaran mereka. Beliau pun lalu meninggalkan kaumnya.
Sepeninggal Nabi Yunus, kaumnya sadar dan takut kepada ancaman Allah itu, maka mereka pun keluar dari rumah-rumah mereka menuju tanah lapang bersama istri, anak, dan binatang ternak mereka. Di tanah lapang itu, mereka bersama-sama menyatakan bertobat kepada Allah, dan merendahkan diri dengan penuh keimanan. Mereka berjanji kepada Allah akan mengikuti seruan Yunus, melaksanakan perintah dan menghentikan larangan-Nya. Karena kaum Yunus itu bertobat dengan sebenar-benarnya, tunduk, dan menyerahkan diri kepada-Nya, maka Allah mengabulkan doa mereka dengan mengurungkan datangnya malapetaka itu kepada mereka, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah:
Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu. (Yunus/10: 98)
Adapun Nabi Yunus, setelah memberi peringatan itu, pergi dari kaumnya dengan meninggalkan tugas yang dipercayakan Allah kepadanya sebagai rasul-Nya. Tanpa mendapat izin dari Allah, beliau pergi dengan menumpang sebuah kapal yang sarat dengan muatan. Setelah kapal itu berlayar dan berada di tengah lautan timbullah kekhawatiran nakhodanya bahwa kapal itu bakal tenggelam, seandainya muatannya itu tidak dikurangi.
Untuk mengurangi muatan kapal itu, mereka mengadakan undian di antara penumpang. Barang siapa yang kalah dalam undian itu, akan dilemparkan ke dalam laut. Dengan demikian, kapal itu akan terhindar dari bahaya tenggelam. Dalam undian itu, Nabi Yunus kalah, namun para penumpang kapal itu merasa berat melakukan keputusan tersebut. Hal itu diulangi hingga tiga kali dan hasilnya sama, Nabi Yunus tetap kalah. Namun sebagaimana yang pertama, para penumpang juga merasa berat melaksanakan keputusan itu. Akhirnya Nabi Yunus mengambil keputusan sendiri, dan ia pun terjun ke dalam laut. Setelah Yunus terjun ke dalam laut, Allah memerintahkan seekor ikan hiu yang besar menelannya. Kepada ikan itu diwahyukan agar jangan memakan daging dan tulang Yunus, tetapi cukup menjadikan perutnya sebagai penjara bagi Yunus, karena Yunus bukan makanannya.
Nabi Yunus merasa menderita dan sengsara dalam perut ikan yang gelap itu. Ia bertobat, berdoa, dan menyerahkan dirinya kepada Allah, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan menyelamatkannya, sebagaimana diterangkan pada firman Allah yang lain:
Dan (ingatlah kisah) dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, "Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim." Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (al-Anbiya'/21: 87-88)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
ORANG YANG MASUK PERUT IKAN
Ayat 48
“Maka bersabarlah engkau (menunggu) keputusan Tuhan engkau!"
Jangan gelisah dan jangan merajuk mentang-mentang mereka tidak suka menerima seruan kebenaran itu. “Dan janganlah engkau seperti orang yang masuk perut ikan itu." Orang yang masuk perut ikan itu ialah Nabi Yunus. Oleh karena kaumnya tidak memedulikan seruan kebenaran yang dibawanya, dia pun merajuk lalu meninggalkan kampung halamannya dan meninggalkan tugasnya hendak berlayar ke negeri lain.
“Seketika dia berseru sedang dia dalam keadaan kecewa."
Yaitu setelah dia mencoba berlayar di lautan terjadilah angin ribut yang sangat besar dan nyarislah bahtera yang ditumpangnya tenggelam karena sarat muatannya, Lalu diundilah oleh juragan bahtera itu penumpang- penumpang kapal. Mana yang kena undian hendaklah bersedia dirinya dilemparkan ke lautan. Maka jatuhlah undian kepada diri Nabi Yunus tersebut, lalu dilompatkanlah dia ke laut. Baru saja tercecah ke dalam laut, ditelannyalah dia oleh seekor ikan bernama Nun (surah ash-Shaffaat; 142). Ikan itu tidak mengunyahnya, hanya menelannya saja sehingga beliau tidak mati. Di dalam perut ikan yang sangat besar itu, dengan kemurahan Allah sempatlah Nabi Yunus meninjau kembali langkah yang ditempuhnya. Diingatnya bahwa dia telah meninggalkan tugas karena marah atau kecewa kepada kaumnya. Aturannya dia telah mati! Namun Allah masih menolong dia. Maka di saat itulah dia menyesali diri dan mengakui bahwa jalan yang ditempuhnya itu adalah suatu kesalahan. Di saat itulah dia mengembalikan ingatannya kepada Allah,
“Tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Amat Suci Engkau; sesungguhnya akulah yang sebenarnya telah termasuk orang-orang yang zalim."
Beliau tobat, beliau mengaku salah, beliau mengumpulkan kembali seluruh ingatannya kepada Allah. Maka permohonannya dikabulkan oleh Allah, dia pun dilepaskan Allah dari malapetaka itu karena Allah selalu menyelamatkan orang-orang yang beriman (surah al-Anbiyaa': 88).
Ayat 49
“Kalau tidaklah dia segera ditungkas oleh nikmat dari Tuhannya,"
Yakni andaikata tidak karena rahmat dari Allah Ta'ala yang telah mengabulkan doanya dan menerima uzurnya,
“Niscaya akan tercampaklah dia ke tanah tandus dalam keadaan tercela."
Yakni keluar dan perut ikan itu terlantar ke tanah tandus kering kontang dalam keadaan tercela pula karena kesalahan yang berlaku daripadanya. Mujur Nabi Yunus segera sadar akan kekhilafannya itu, lalu kembali kepada Allah Ta'aala sehingga dia telah dirahmati oleh Allah yang telah menyelamatkannya dari bencana yang akan menimpanya itu.
Ayat 50
“Maka dipilihlah dia oleh Tuhannya."
Artinya, bahwa berkat tobatnya dan insafnya akan kesalahannya, termasuklah dia orang pilihan Allah, orang yang dinaikkan tingkat martabatnya, lebih bersih daripada masanya yang lalu.
“Dan dijadikan-Nya lah dia termasuk orang-orang yang saleh."
Percobaan yang begitu pahit yang dia alami yang menyebabkan dia tidak putus asa dan insaf di mana terletak kesalahan dirinya telah dinaikkan pula tingkatnya jadi termasuk orang-orang yang saleh. Bagi Nabi Yunus kesalahan yang satu kali itu sangat berfaedah bagi dirinya, karena dengan itu dia mendapat kepribadiannya kembali.
Ayat 51
“Dan sesungguhnya orang-orang yang kafir itu nyaris menggelincirkan engkau dengan pandangan mereka tatkala mereka mendengar Al-Qur'an."
Artinya, bahwa orang-orang musyrikin Mekah itu tidaklah tahan mendengarkan ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacakan Rasulullah ﷺ yang berkenaan dengan celaan keras kepada berhala-berhala yang mereka sembah dan perbuatan-perbuatan jahiliyyah mereka yang sangat jauh dan kebenaran itu. Oleh sebab itu, baik di waktu mendengarnya atau di waktu mereka bersua dengan Nabi ﷺ mata mereka berapi-api penuh kebencian terhadap diri Nabi ﷺ. Sebagaimana dalam ungkapan kita, mereka melihat Nabi seakan-akan hendak dilulur, seakan-akan hendak ditelannya.
Ahli-ahli tafsir menerangkan panjang lebar tentang pengaruh mata. Tegasnya, ketajaman penglihatan mata itu bisa memengaruhi orang yang dilihat atau diperhatikan dengan mata yang tajam itu. Orang menyebutnya mendapat penyakit ain. Ahli tafsir pun menguraikan panjang lebar apa maksudnya seketika Nabi Ya'qub memberi ingat kepada kesebelas orang anak laki-lakinya jika hendak masuk ke dalam kota Mesir, jangan masuk dari pintu yang satu, melainkan masuklah dari pintu yang berbeda-beda. Maksudnya— kata mereka—ialah guna memelihara anak-anak beliau itu dari pandangan mata orang yang melihat. Karena pandangan mata itu jika timbul dan jiwa dengan penuh perhatian bisa membahayakan. Mata orang yang sangat memuji bisa membahayakan. Apatah lagi mata orang-orang yang dengki dan marah, terutama jika yang melihat lebih kuat jiwanya dari yang dilihat. Ingat saja anak kecil, bila dilihat oleh orang yang telah dewasa dengan mata tenang, anak itu bisa takut. Maka dalam ayat ini ahli tafsir menerangkan bahwa pandangan yang berapi-api, penuh kebencian dan penuh dengki terhadap Nabi nyaris saja menggelincirkan Nabi. Artinya bisa saja memengaruhi Nabi, menimbulkan keraguan beliau menghadapi tugas; baik timbul kemarahan atau kecewa sebagai Nabi Yunus itu pula. Atau beliau jatuh sakit. Tetapi karena jiwa orang yang bertauhid itu jauh lebih kuat dan jiwa Nabi pun jauh lebih kuat daripada jiwa rekannya, Nabi Yunus, maka penglihatan yang penuh benci, penuh dengki itu akhirnya tidak ada pengaruhnya sama sekali.
“Dan mereka berkata, “Sesungguhnya dia benar-benar seorang yang gila."
Dituduh gila ini pun dapat menimbulkan berang. Berang dapat menghilangkan pedoman. Oleh sebab itu maka di pangkal surah ini Allah memberikan penghargaan yang tinggi kepada Rasul-Nya, bahwa beliau bukanlah seorang yang gila dan di ujung surah Allah pun memberi ingat jangan sampai beliau marah karena tuduhan itu, supaya beliau sabar dan tabah, supaya pengalaman Nabi Yunus jangan bersua di diri beliau.
Di akhir surah berfirmanlah Allah memperingatkan tentang Al-Qur'an,
Ayat 52
“Dan tidak lain dia itu."
Yaitu wahyu-wahyu Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasul ﷺ, yang didengar oleh orang-orang yang kafir itu dengan mata penuh kebencian dan kedengkian
“Ialah peringatan bagi seluruh manusia."
Oleh sebab Al-Qur'an adalah peringatan bagi seluruh manusia, baik yang hidup dan bertemu dengan Rasulullah ﷺ ataupun yang akan datang di belakang hari kelak, janganlah peduli kepada caci makian atau tuduhan gila yang dilontarkan oleh kafir-kafir itu sekarang. Karena kelak Al-Qur'an itu akan tersebar di seluruh permukaan jagat menjadi tuntunan hidup bagi seluruh manusia. Maka tidaklah ada suatu kekuatan pun yang akan dapat menghalangi kebenaran yang memancar dari ayat-ayat Al-Qur'an itu.
Selesai Tafsir Surah al-Qalam.