Ayat
Terjemahan Per Kata
أَمۡ
atau
تَسۡـَٔلُهُمۡ
kamu meminta mereka
أَجۡرٗا
upah
فَهُم
lalu mereka
مِّن
dari
مَّغۡرَمٖ
hutang
مُّثۡقَلُونَ
orang-orang yang dibebani
أَمۡ
atau
تَسۡـَٔلُهُمۡ
kamu meminta mereka
أَجۡرٗا
upah
فَهُم
lalu mereka
مِّن
dari
مَّغۡرَمٖ
hutang
مُّثۡقَلُونَ
orang-orang yang dibebani
Terjemahan
Ataukah engkau (Nabi Muhammad) meminta imbalan kepada mereka sehingga mereka dibebani utang?
Tafsir
(Ataukah) yakni apakah (kamu meminta kepada mereka) atas penyampaian risalahmu (upah dengan utang, lalu mereka karena utang itu) karena apa yang harus mereka bayarkan kepadamu (merasa keberatan) karena itu lalu mereka tidak mau beriman kepada Al-Qur'an.
Tafsir Surat Al-Qalam: 42-47
Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa, (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera. Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kehinaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. Ataukah kamu meminta upah kepada mereka, lalu mereka diberati dengan utang? Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang gaib, lalu mereka menulis (padanya apa yang mereka tetapkan)? Setelah menyebutkan perihal apa yang diperoleh orang-orang yang bertakwa di sisi Tuhan mereka, yaitu surga-surga yang penuh dengan kenikmatan, lalu Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan saat kejadian itu.
Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa. (Al-Qalam: 42) Yakni di hari kiamat nanti berikut segala sesuatu yang terjadi di dalamnya berupa huru-hara, keguncangan, malapetaka, ujian, dan peristiwa-peristiwa yang besar lagi dahsyat. Imam Bukhari sehubungan dengan hal ini mengatakan: telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Khalid ibnu Yazid, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Zaid ibnu Aslam, dari ‘Atha’ ibnu Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi ﷺ bersabda: Kelak (di hari kiamat) Tuhan menyingkapkan betis (sebagian kekuasaan)Nya, maka bersujudlah kepada-Nya semua orang mukmin laki-laki dan perempuan, dan tertinggallah orang yang dahulunya ketika di dunia sujud karena ria dan pamer, maka ia berupaya untuk melakukan sujud, tetapi punggungnya kembali berbalik menjadi tegak (tidak dapat sujud).
Hadits ini diketengahkan di dalam kitab Shahihain dan kitab-kitab hadits lainnya melalui berbagai jalur dan dengan lafal yang beraneka ragam. Hadisnya cukup panjang lagi terkenal. Abdullah ibnul Mubarak mengatakan dari Usamah ibnu Zaid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari betis disingkapkan. (Al-Qalam: 42) Bahwa hari itu adalah hari kiamat, yaitu hari kesusahan dan hari yang keras.
Demikianlah menurut Ibnu Jarir dalam riwayatnya, dan ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Sufyan, dari Al-Mugirah, dari Ibrahim, dari Ibnu Mas'ud atau dari Ibnu Abbas Ibnu Jarir ragu sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari betis disingkapkan. (Al-Qalam: 42) karena terjadinya peristiwa yang sangat besar (dahsyat), semakna dengan ucapan seorang penyair, "Perang itu kian memuncak hingga menyingkapkan betis orang-orang yang terlibat di dalamnya." Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari betis disingkapkan. (Al-Qalam: 42) Yaitu karena terjadinya peristiwa yang sangat menyusahkan.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa peristiwa merupakan saat yang paling menyusahkan di hari kiamat. Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari betis disingkapkan. (Al-Qalam: 42) Yakni karena peristiwa yang sangat menyusahkan di hari itu. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari betiss disingkapkan. (Al-Qalam: 42) Ini merupakan ungkapan kinayah yang menggambarkan terjadinya peristiwa yang sangat mengerikan lagi sangat menakutkan di hari kiamat.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada hari betis disingkapkan. (Al-Qalam: 42) Maksudnya, di hari ditampakkan semua urusan dan semua amal perbuatan dipamerkan. Makna kasyf adalah memasuki negeri akhirat dan dibukakannya semua peristiwa yang terjadi di hari itu. Hal yang semisal telah dikatakan oleh Adh-Dhahhak dan lain-lainnya, dari Ibnu Abbas, yang semuanya dikemukakan oleh Ibnu Jarir.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan: ". telah menceritakan kepadaku Abu Zaid alias Umar ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Umar Al-Makhzumi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abu Sa' id alias Rauh ibnu Janah, dari seorang mania milik Umar ibnu Abdul Aziz, dari Abu Burdah ibnu Abu Musa, dari ayahnya, dari Nabi subhanahu wa ta’ala yang telah bersabda: Pada hari betis disingkapkan, yakni cahaya Yang Mahabesar yang semua makhluk terjungkal bersujud kepada-Nya.
Abu Ya'la telah meriwayatkannya dari Al-Qasim ibnu Yahya, dari Al-Walid ibnu Muslim dengan sanad yang sama; tetapi di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang misteri (tidak diketahui namanya). Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. (Al-Qalam: 43) Yakni di negeri akhirat nanti disebabkan dosa-dosa mereka dan kesombongan mereka ketika di dunia, maka mereka dihukum dengan kebalikan dari apa yang pernah mereka perbuat.
Ketika mereka diseru untuk bersujud di dunia, mereka menolaknya, padahal keadaan mereka sedang sehat dan sejahtera. Maka demikianlah mereka diazab dengan tidak mempunyai kemampuan untuk bersujud di hari kemudian, yaitu bilamana Tuhan Yang Mahamulia lagi Mahaagung menampakkan diri-Nya, dan orang-orang mukmin semuanya bersujud kepada-Nya; maka tiada seorang pun dari orang-orang kafir dan orang-orang munafik yang mampu melakukan sujud kepada-Nya, bahkan punggung mereka kembali berdiri tegak.
Tiap kali seseorang dari mereka mencoba untuk sujud, punggungnya mental kembali ke arah kebalikan sujud, seperti keadaan mereka ketika di dunia; maka berbeda dengan keadaan kaum mukmin. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). (Al-Qalam: 44) Ini mengandung ancaman keras, yakni biarkanlah Aku dan dia, Aku lebih mengetahui bagaimana memperlakukannya, Aku akan memberi segala apa yang diinginkannya dan Kubiarkan dia dalam kesesatannya; Aku beri tangguh dia, kemudian Aku hukum dia dengan hukuman dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui. (Al-Qalam: 44) Yakni sedangkan mereka tidak merasakan hal itu, bahkan mereka mengira bahwa hal itu sebagai penghormatan dari Allah untuk mereka; padahal kenyataannya kebalikannya, yaitu penghinaan.
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu: Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al-Muminun: 55-56) Dan firman Allah Swt: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (Al-An'am: 44) Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya: dan Aku memberi tangguh kepada mereka.
Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. (Al-Qalam: 45) Artinya, Aku tangguhkan mereka dan Aku akhirkan azab mereka serta Aku berikan kepada mereka apa yang mereka inginkan, yang demikian itu termasuk tipu daya-Ku terhadap mereka. Maka disebutkan dalam firman-Nya: Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh. (Al-Qalam: 45) Yaitu amat besar terhadap orang yang menentang perintah-Ku, mendustakan rasul-rasul-Ku, dan berani berbuat durhaka terhadap-Ku. Di dalam kitab Shahihain disebutkan sebuah hadits, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala benar-benar memberi tangguh kepada orang yang zalim; hingga manakala Dia mengazabnya, maka ia tidak dapat luput dari siksa-Nya. Kemudian Nabi ﷺ membaca firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud: 102) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Ataukah kamu meminta upah kepada mereka, lalu mereka diberati dengan utang? Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang gaib, lalu mereka menulis (padanya apa yang mereka tetapkan)? (Al-Qalam: 46-47) Tafsir ayat ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Ath-Thur.
Kesimpulannya ialah sesungguhnya engkau, ya Muhammad, menyeru mereka menyembah Allah tanpa upah yang kamu terima dari mereka; bahkan engkau hanya mengharapkan pahala hal itu di sisi Allah, tetapi merekalah yang mendustakan apa yang engkau sampaikan kepada mereka disebabkan kebodohan, kekufuran, dan keingkaran mereka."
46-47. Apakah ada yang meragukan dengan ajaran Al-Qur'an ataukah engkau, wahai Nabi Muhammad, meminta imbalan kepada mereka, sehingga mereka dibebani dengan hutang' Ataukah mungkin mereka secara khusus mengetahui yang gaib, lalu mereka menuliskannya' Hal ini pun jelas tidak ada. 46-47. Apakah ada yang meragukan dengan ajaran Al-Qur'an ataukah engkau, wahai Nabi Muhammad, meminta imbalan kepada mereka, sehingga mereka dibebani dengan hutang' Ataukah mungkin mereka secara khusus mengetahui yang gaib, lalu mereka menuliskannya' Hal ini pun jelas tidak ada.
Dalam ayat ini, Allah mengajukan kepada Rasul ﷺ suatu pertanyaan dengan maksud untuk menerka jalan pikiran orang-orang kafir bahwa seseorang melakukan sesuatu pekerjaan untuk mengharapkan suatu upah, keuntungan, atau kesenangan duniawi. Menurut mereka, tidak ada orang yang mau bekerja dan berusaha semata-mata karena Allah. Pertanyaan Allah itu ialah: Wahai Muhammad, apakah engkau meminta upah kepada orang-orang yang mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang lain, karena engkau memberinya nasihat, menyeru mereka kepada kebenaran dan mengikuti agama-Ku, sehingga mereka harus dibebani oleh hutang karena upah yang kau minta itu?.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 42
“Pada hari betis akan disingkapkan."
Kata-kata begini adalah satu di antara gambaran tentang hari Kiamat kelak, yang sama arti ungkapannya dengan bersingsing celana, karena akan menyeberangi suatu penyeberangan yang sangat sulit sebagaimana “bersingsing lengan baju" diungkapkan untuk orang yang akan menghadapi pekerjaan berat atau bekerja keras. Maka akan datanglah masanya kelak betis tiap-tiap orang akan disingkapkan atau tersingkap karena menghadapi suatu masalah besar. “Dan mereka dipanggil untuk bersujud," di hadapan Tuhan Sarwa Sekalian Alam.
“Tetapi tidaklah mereka sanggup."
Kita dapat melihat orang yang terlalu gemuk tidak sanggup melakukan ruku ataupun sujud, karena dihambat oleh perutnya yang besar! Demikianlah kelak orang yang kafir ketika di dunia itu. Mereka telah disuruh berbaris di hadapan Allah untuk menerima perintah bersujud, namun mereka tidaklah sanggup melakukan sujud, sebab lutut mereka tidak dapat dikatupkan, punggung mereka tidak dapat dibungkukkan.
Ibnu Abbas menjelaskan tafsir dan ayat bahwa betis tersingkap itu ialah dari sangat hebat dan dahsyatnya suasana pada hari Kiamat itu. Mereka disuruh sujud, namun badan tidak dapat dibawa sujud, rangkit seluruh badan, kaki tidak mau dilipatkan. Sebabnya ialah karena waktu hidup di atas dunia tidak mau bersujud dan tidak pernah melakukannya. Apabila diajak orang supaya bersujud, dihapuskannya saja seruan orang itu dengan mengejek. Karena merasa bahwa dirinya terlalu besar dan megah. Lantaran itu tidaklah patut orang semacam dia akan mencecahkan keningnya ke tanah.
Maka setelah hari Kiamat mereka disuruh sujud, badan tidak mau disujudkan. Di waktu itulah baru menginsafi bahwa dia berhadapan dengan kebesaran Allah. Bahwa dia tidak ada harga sepeser pun di hadapan Ilahi. Padahal orang lain di samping dia, yang di kala hidup di dunia dahulu dipandangnya hina dan rendah saja, enak saja baginya mengerjakan sujud ketika perintah telah datang. Sebab dari masa hidupnya dia telah biasa sujud juga.
Ayat 43
“Tertunduk pandangan mereka ditekan oleh kehinaan."
Di situlah mereka merasakan bahwa dirinya tidak ada harga sama sekali, karena rupanya di tempat ini nilai kekayaan buat ditentukan oleh berapa banyak mengumpulkan
benda, melainkan berapa banyak berbuat amal yang saleh. Kemuliaan di sisi Allah bukan ditentukan oleh berapa tinggi pangkat dalam masyarakat manusia di dunia, melainkan oleh berapa pendekatan diri kepada Allah dengan takwa. Sebab itu tidaklah orang semacam ini dapat mengangkat matanya di akhirat. Di situlah dia merasakan bahwa dirinya seakan- akan terpencil karena kekayaan amal itu tidak ada padanya, kekayaan iman pun tidak, takwa pun tidak.
Ah! Sedangkan di dunia, orang yang kaya jatuh miskin, atau orang berpangkat tinggi jatuh pangkat dan berhenti dengan tidak hormat, lagi terasa kekosongan hidup, betapalah lagi orang yang pulang ke akhirat dengan “tangan kosong". Karena sesungguhnya pernah mereka diseru untuk bersujud di kala hidup di dunia itu, namun mereka tidak mau memedulikan.
“Padahal mereka dalam keadaan sejahtera."
Badan di waktu di dunia sehat wal'afiat. Kekayaan harta benda pun lebih dari mencukupi, sebagai nikmat dan rahmat dari Allah, kesempatan pun banyak terluang. Tetapi semua tidak mereka pedulikan. Maka setelah datang hari akhirat, betis telah tersingkap, panggilan buat bersujud telah datang, persediaan tidak ada, diri sejak semula tidak terlatih berhubungan dengan Allah dan tidak peduli. Maka herankah kita jika di hari pertemuan besar itu seluruh badannya jadi kaku, sujud tidak bisa, mata tertekur ke bumi, mata orang tidak terlihat, keagungan Ilahi tidak tertantang. Kesalahan sendirilah yang menekan diri sendiri. Kemudian berserulah Allah kepada Rasul-Nya menyuruh beliau meneruskan tugas yang dipikulkan ke atas dirinya.
Ayat 44
“Maka biarkanlah aku dan orang-orang yang mendustakan perkataan ini."
Artinya, teruskanlah pekerjaanmu dan janganlah hatimu kecewa melihat orang- orang itu mendustakan perkataan ini, yaitu wahyu-wahyu yang telah diturunkan Allah disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad ﷺ. Sampaikan terus, dakwahkan terus, jangan berhenti. Adapun urusan mereka yang mendustakan itu, biarkanlah Aku sendiri, Tuhanmu, Allah Yang Mahakuasa akan meng-hadapinya. “Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur." Artinya bahwa dengan tidak mereka sadari, Allah akan menarik mereka ke dalam perangkap Allah,
“Secara yang mereka tidak ketahui."
Bagaimanapun mereka sombong dalam sikap mendustakan seruan yang dibawa oleh Rasul, bagaimanapun mereka merasa bahwa diri mereka kuat dalam pertahanan, dan merasa bahwa selama-lamanya mereka tidak akan tumbang, dengan tidak mereka sadari mereka akan sampai kepada suatu suasana yang mereka tidak dapat melarikan diri lagi.
Sehingga manalah kekuasaan manusia mempertahankan diri di hadapan jerat-jerat takdir yang disusun oleh Allah sendiri? Manakah suatu kekuatan yang dapat bertahan di hadapan apa yang telah digariskan oleh Allah di alam yang gaib?
Ayat 45
“Dan akan Aku beri tangguh mereka."
Artinya ialah bahwa mereka diberi kesempatan sementara, mereka diberi peluang. Mereka dibiarkan belum diganggu sampai mereka lupa bahwa masa itu pasti berakhir. Maka dalam saat-saat yang demikian, bertambah lupalah mereka akan diri. Bertambah percayalah mereka bahwa mereka memang kuat dan perkasa. Tetapi ingatlah
“Sesungguhnya rencana-Ku adalah amat teguh."
Ketahuilah"—Firman Aliah—“bahwa rencana-Ku amat teguh." Kalau hukum rencana-Ku berjalan, tidak ada manusia, bahkan alam seluruhnya tidak ada yang dapat menghalangi. Bahkan seluruh rencana yang dibuat oleh manusia, semuanya akan jatuh berantakan bila bertemu, baik dalam ukuran besar, ataupun ukuran kecil. Baik mengenai satu pribadi, ataupun mengenai masyarakat besar. Sedang di puncak tiba-tiba jatuh. Atau laksana kebun- kebun petani dan peladang bakhil yang diceritakan terdahulu tadi. Disangka akan mengetam pagi-pagi, rupanya sedang tidur enak kebun itu terbakar hangus, entah dari mana asal api tidak diketahui.
Ayat 46
“Atau apakah engkau meminta upah kepada mereka?"
Pertanyaan Allah kepada Rasul-Nya dalam ayat ini bukanlah pertanyaan yang bersifat penuntutan. Melainkan memberatkan kepada kaum yang kafir itu juga. Sama dengan pertanyaan Allah kepada Nabi Isa yang termaktub di akhir surah al-Maa'idah ayat 116, Allah bertanya, “Engkaukah yang mengatakan kepada manusia supaya, ambillah aku dan ibuku menjadi Tuhan selain Allah." Allah tahu bahwa Isa anak Maryam tidak pernah menyuruh demikian. Dan Allah pun tahu bahwa Muhammad pun tidak pernah meminta upah atau meminta gaji, atau meminta honorarium kepada kaumnya atas jasanya mengajak dan melakukan dakwah kepada mereka.
“Lalu mereka diberati dengan utang?"
Dan oleh karena utang yang telah jadi beban berat itu mereka jadi enggan menerima seruan agama yang benar dan jalan yang lurus? Bukankah harta benda Muhammad itu sendiri dan harta benda istrinya yang habis untuk kepentingan dakwah ini dan dia tidak pernah mengeluh?
Ayat 47
“Atau adakah pada mereka ilmu tentang yang gaib."
Lantaran mereka tahu tentang yang gaib itu, mereka dapat mengelak dari bahaya. Mereka tahu bahwa sampai bulan sekian tahun sekian mereka tidak akan dapat gangguan apa-apa? Dan jika bahaya akan turun mereka diberi tahu?
“Lalu mereka sendiri yang menetapkan?"
Dengan tidak usah bergantung kepada Allah lagi?
Semuanya itu tidak! Pertanyaan Allah kepada Nabi itu semuanya adalah bernama istifham inkari, bertanya tetapi berisi pengingkaran!