Ayat
Terjemahan Per Kata
أَفَنَجۡعَلُ
maka apakah Kami menjadikan
ٱلۡمُسۡلِمِينَ
orang-orang Islam
كَٱلۡمُجۡرِمِينَ
seperti orang-orang berdosa
أَفَنَجۡعَلُ
maka apakah Kami menjadikan
ٱلۡمُسۡلِمِينَ
orang-orang Islam
كَٱلۡمُجۡرِمِينَ
seperti orang-orang berdosa
Terjemahan
Apakah patut Kami memperlakukan orang-orang Islam (orang yang tunduk kepada Allah) seperti orang-orang yang pendurhaka (orang kafir)?
Tafsir
(Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa?) maksudnya mendapatkan pahala yang sama dengan orang-orang kafir.
Tafsir Surat Al-Qalam: 34-41
Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya. Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Mengapa kamu (berbuat demikian), bagaimanakah kamu mengambil keputusan? Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu pelajari? Sesungguhnya kamu dapat memilih apa saja yang ada di dalamnya. Atau apakah kamu memperoleh janji-janji yang diperkuat dengan sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari kiamat; sesungguhnya kamu benar-benar dapat mengambil keputusan (sekehendak hatimu)? Tanyakanlah kepada mereka, "Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil itu? Atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu? Maka hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutunya jika mereka adalah orang-orang yang benar.
Setelah menyebutkan perihal orang-orang yang memiliki kebun-kebun di dunia dan pembalasan azab yang menimpa mereka akibat kedurhakaan mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan menentang perintah-Nya, berikutnya Allah menyebutkan perihal orang yang bertakwa kepada-Nya dan taat kepada perintah-Nya, bahwa mereka di negeri akhirat akan mendapat taman-taman surga yang penuh dengan kenikmatan dan tidak akan musnah, tidak akan ada habis-habisnya serta tiada putus-putusnya kenikmatan yang ada di dalamnya. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir). (Al-Qalam: 35) Yakni apakah pantas jika Kami menyamakan antara orang-orang muslim dan orang-orang kafir dalam hal pembalasan? Tentu saja tidak, demi Tuhan yang memiliki bumi dan langit.
Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Mengapa kamu (berbuat demikian), bagaimanakah kamu mengambil keputusan? (Al-Qalam: 36) Maksudnya, mengapa kamu bisa mempunyai kesimpulan seperti itu? Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu pelajari? Sesungguhnya kamu dapat memilih apa saja yang ada di dalamnya. (Al-Qalam: 37-38) Allah subhanahu wa ta’ala berfirman bahwa apakah di tangan kalian terdapat sebuah kitab yang diturunkan dari langit, yang dipelajari, dihafalkan dan beredar di tangan kalian secara turun-temurun dari pendahulu sampai ke generasi berikutnya hingga sampai pada kalian, yang isinya memperkuat dan mengukuhkan apa yang kamu sangkakan itu? Sesungguhnya kamu dapat memilih apa saja yang ada di dalamnya.
Atau apakah kamu memperoleh janji-janji yang diperkuat dengan sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari kiamat; sesungguhnya kamu benar-benar dapat mengambil keputusan (sekehendak hatimu)? (Al-Qalam: 38-39) Yaitu apakah kamu mempunyai janji dan ikraryangdikukuhkan dari sisi Kami? sesungguhnya kamu benar-benar dapat mengambil keputusan (sekehendakmu)? (Al-Qalam: 39) Yakni sesungguhnya kamu dapat memperoleh apa yang kamu ingini dan apa yang kamu sukai. Tanyakanlah kepada mereka, "Siapakah di antara mereka yang bertanggungjawab terhadap keputusan yang diambil itu?" (Al-Qalam: 40) Artinya, katakanlah kepada mereka bahwa siapakah yang akan menjamin dan bertanggung jawab terhadap keputusan itu? Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap keputusan itu? Atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu? (Al-Qalam: 41) Yaitu berhala-berhala dan tandingan-tandingan (yang mereka ada-adakan).
Maka hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutunya jika mereka adalah orang-orang yang benar. (Al-Qalam: 41)"
34-35. Bagi yang durhaka maka azab yang pedih akan menjadi balasannya, sedangkan bagi yang bertakwa balasannya seperti yang diuraikan pada ayat ini. Sungguh, bagi orang-orang yang bertakwa disediakan surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya. Kaum kafir merasa bahwa mereka akan memperoleh yang lebih baik dari yang dijanjikan kepada kaum muslim tersebut, maka ayat ini menyanggah anggapan tersebut. Apakah patut Kami memperlakukan orang-orang lslam itu seperti orang-orang yang berdosa yaitu orang-orang kafir' Tentu saja tidak mungkin keduanya dipersamakan. 36-38: Kecaman atas anggapan kaum musyrik itu masih dilanjutkan dalam ayat ini. Mengapa kamu berbuat demikian, mempersamakan antara kaum muslim dengan orang kafir' Bagaimana kamu mengambil keputusan yang tidak adil itu' Logika apa yang kamu gunakan' Kalau kamu tidak memiliki dalil aqli yang dapat diterima akal sehat, atau apakah kamu mempunyai kitab yang diturunkan Allah yang kamu pelajari, sehingga menemukan ketentuan bahwa sesungguhnya kamu dapat memilih apa saja yang ada di dalamnya'.
Menurut Muqatil, tatkala turun ayat ke-34 di atas, orang-orang kafir Mekah berkata kepada kaum Muslimin, "Sesungguhnya Allah telah melebihkan kami dari kamu dalam kehidupan dunia ini. Oleh karena itu, tidak boleh tidak, kami akan dilebihkan-Nya atas kamu di akhirat nanti, atau paling tidak, sama dengan kamu sekalian." Maka Allah membantah pernyataan orang-orang kafir itu dengan ayat ini dengan mengatakan, "Apakah Kami akan menyalahi janji-janji Kami dengan menyamakan orang-orang yang berserah diri, tunduk, dan taat kepada Kami dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan dosa dan selalu ingkar kepada Kami?"
Firman Allah:
Tidak sama para penghuni neraka dengan para penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. (al-hasyr/59: 20)
Dari perkataan orang-orang kafir ini dapat dipahami bahwa menurut mereka kehidupan di dunia ini sebagai gambaran kehidupan di akhirat nanti. Jika kepada seseorang dalam kehidupan dunia ini dianugerahi harta yang banyak, kekuasaan, pangkat, kesenangan, dan kemewahan, tentu di akhirat nanti mereka akan demikian pula. Sebaliknya jika kehidupan dunia seseorang mengalami kesengsaraan dan penderitaan, tentu di akhirat mereka juga akan sengsara dan menderita.
Anggapan orang-orang kafir yang demikian adalah anggapan yang keliru. Kehidupan di dunia adalah persiapan kehidupan di akhirat. Jika seseorang baik ibadah dan amalnya, sekalipun tidak dianugerahi harta yang banyak, kekuasaan, pangkat, dan sebagainya, maka ia tetap mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah. Sebaliknya, jika mereka ingkar dan mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa, sekalipun ia memperoleh harta yang banyak, pangkat, dan kekuasaan, maka di akhirat akan disediakan tempat yang penuh kesengsaraan dan kehinaan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Setelah Allah menerangkan bagaimana akibat dari orang yang berniat buruk, yaitu adzab, dan adzab akhirat jauh lebih besar, maka Allah pun memberikan keterangan bahwa yang sedemikian itu tidak akan terjadi pada orang yang bertakwa.
Ayat 34
“Sesungguhnya untuk orang-orang yang bertakwa."
Yaitu orang-orang yang selalu memelihara hubungannya yang baik dengan Allah, dan lantaran itu dia pun berbudi yang luhur terhadap sesamanya manusia dan tidak dia merusak di permukaan bumi ini.
“Di sisi Tuhan mereka adalah surga-surga yang penuh nikmat."
Di antara cerita tentang orang-orang yang mempunyai kebun-kebun yang terbakar atau ditimpa malapetaka tengah malam itu terdapat perbedaan tujuan dengan orang yang hidupnya bertakwa yang disebutkan dalam ayat ini. Yang dituju oleh orang-orang yang berkebun semula tadi ialah kebun dunia dengan hasilnya yang lumayan yang akan dibawa pulang, dengan melupakan fakir miskin. Sebab itu maka adzab akhiratlah yang akan mereka derita. Tetapi orang yang bertakwa kepada Allah yang mereka tuju ialah ridha Allah sendiri. Mereka tidak mengharapkan laba dunia, tidak menanamkan rasa benci kepada orang lain dan tidak pula loba tamak kepada harta dunia. Oleh sebab itu maka surga-surga di akhiratlah yang akan mereka terima kelak. Yang mereka harapkan selama di dunia ini ialah kepuasan batin. Karena membahagiakan orang lain.
Ayat 35
“Maka apakah akan Kami jadikan orang-orang yang berserah diri kepada Tuhan sama dengan orang-orang yang berbuat durjana?"
Bentuk ayat ini ialah pertanyaan. Namun isinya bantahan. Karena orang yang berakal budi pastilah akan menjawab bahwa orang yang berserah diri kepada Allah, yang dalam bahasa Al-Qur'an disebut orang yang Islam. Islam ialah berserah diri. Adakah ia sama dengan orang yang durjana? Orang yang bukan berserah diri kepada Allah, tetapi berserah diri kepada kehendak hawa nafsunya?
Ayat 36
“Mengapa kamu ini? Bagaimana (begitu) kamu mengambil keputusan?"
Yaitu bahwa hendak kamu samakan saja kedudukan orang yang berserah diri kepada Allah dengan kedudukan orang yang berserah diri kepada hawa nafsu, sehingga hidupnya itu penuh dengan dosa?
Ayat 37
“Atau adakah pada kamu suatu kitab yangdi dalamnya kamu membaca?"
Mereka yang kafir itu bergerak hendak menantang Nabi dan menolak ajaran yang beliau bawa. Mereka hendak mempertahankan adat-istiadat atau persembahan yang mereka terima dari nenek moyang mereka. Sekarang datang pertanyaan Allah, “Apakah pelajaran yang kamu pegang teguh dan kamu pertahankan itu ada dasarnya? Kalau ada mana kitabnya?"
Ayat 38
“Yang didalamnya (tersebut) bahwa kamu benar-benar boleh memilih?"
Artinya bahwa di dalam kitab itu ada petunjuk-petunjuk untuk menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga kamu boleh memilih mana yang memberi manfaat untuk kamu dan mana yang membawa mudharat. Dalam kitab itukah tersebut bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ itu adalah suatu pelajaran yang tidak benar?
Ayat 39
“Atau apakah kamu ada memperoleh janji-janji yang dikuatkan dengan sumpah, dengan Kami, yang tetap akan berlaku sampai hari Kiamat?"
Yaitu suatu janji yang tidak akan dimungkiri lagi untuk selama-lamanya, karena telah diikat dengan Allah sendiri, yang isi janji itu ialah
“Bahwa sesungguhnya kamu dapat mengambil keputusan sendiri?"
Bahwa kamu dapat berleluasa berbuat sekehendak hatimu, bahwa kamu terlepas daripada seruan akan kebenaran, bahwa kamu tidak termasuk dalam orang yang kena seruan (dakwah)?
Ayat 40
“Tanyakanlah kepada mereka— ya Muhammad —
“Siapakah di antana mereka yang bertanggung jawab atas yang demikian itu?"
Siapa pemimpin atau pemuka mereka yang akan memimpin terus-terusan perjuangan mempertahankan pendirian yang salah ini? Dapatkah mereka bertahan terus-menerus atas pegangan yang sudah mulai goyah karena dasarnya tidak ada ini?
Ayat 41
“Atau apakah mereka ada mempunyai sekutu-sekutu?"
Sekutu-sekutu itu ialah berhala-berhala yang mereka pertahankan. Yang mereka sembah selain dari Allah. Yang mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka gantungkan nasib mereka kepadanya. “Maka cobalah mereka datangkan sekutu-sekutu mereka itu." Bawalah ke tengah sekutu-sekutu itu, dan cobalah minta kepada berhala-berhala dan patung itu supaya semuanya bersama- sama membela mereka dari keruntuhan, mempertahankan mereka daripada bahaya.
“Jika memang mereka berada di pihak yang benar."
Tentu saja mereka, ataupun berhala-berhala yang tidak bernyawa dan kakinya terpaku di bumi itu tidak dapat berbuat apa-apa. Tantangan ini adalah benar-benar memperingatkan kepada mereka bahwa perbuatan mereka menyembah kepada yang selain Allah itu adalah suatu perbuatan yang bodoh, yang kalau mereka pikirkan sendiri-sendiri, mereka akan menertawakan diri sendiri karena bodoh dan diperbodoh.