Ayat
Terjemahan Per Kata
إِذَآ
apabila
أُلۡقُواْ
mereka dilemparkan
فِيهَا
di dalamnya
سَمِعُواْ
mereka mendengar
لَهَا
baginya
شَهِيقٗا
jeritan
وَهِيَ
dan ia
تَفُورُ
mendidih
إِذَآ
apabila
أُلۡقُواْ
mereka dilemparkan
فِيهَا
di dalamnya
سَمِعُواْ
mereka mendengar
لَهَا
baginya
شَهِيقٗا
jeritan
وَهِيَ
dan ia
تَفُورُ
mendidih
Terjemahan
Apabila dilemparkan ke dalamnya (neraka), mereka pasti mendengar suaranya yang mengerikan saat ia membara.
Tafsir
(Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan) yaitu suara yang tidak enak didengar sebagaimana suara keledai (sedang neraka itu menggelegar) yakni mendidih.
Tafsir Surat Al-Mulk: 6-11
Dan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedangkan neraka itu menggelegak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan? Mereka menjawab, "Benar ada, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar.
Dan mereka berkata, "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan. (Al-Mulk: 6) Kami sediakan. bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, memperoleh azab neraka Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Al-Mulk: 6) Yakni Jahanam itu adalah tempat kembali yang paling buruk. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan. (Al-Mulk: 7) Menurut Ibnu Jarir, makna yang dimaksud ialah suara jeritan.
sedangkan neraka itu menggelegak. (Al-Mulk: 7) Ats-Tsauri mengatakan bahwa neraka itu mendidih membakar mereka, sebagaimana sedikit biji-bijian yang digodok di dalam air yang banyak. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. (Al-Mulk: 8) Yakni hampir-hampir neraka itu sebagian darinya terpisah dengan sebagian lainnya karena kemarahan dan dendamnya yang sangat terhadap orang-orang kafir. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka, "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" Mereka menjawab, "Benar ada," sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, tetapi kami mendustakan(nya) dan kami katakan, "Allah tidak menurunkan sesuatu pun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar. (Al-Mulk: 8-9) Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan tentang keadilan yang Dia terapkan terhadap makhluk-Nya, bahwa Dia tidak mengazab seseorang melainkan sesudah menegakkan alasan terhadapnya dan setelah mengutus seorang rasul kepadanya, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: dan Kami tidak mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra: 15) Dan firman-Nya: Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakan pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini? Mereka menjawab, "Benar (telah datang).
Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. (Az-Zumar: 71) Demikian pula mereka menyalahkan diri mereka sendiri dan menyesali perbuatannya, di saat tiada gunanya lagi penyesalan bagi mereka. Mereka mengatakan, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya: Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 10) Yaitu sekiranya dahulu kami menggunakan akal kami dengan sebenarnya atau mendengarkan kebenaran yang diturunkan oleh Allah, niscaya kami tidak akan terjerumus ke dalam kekafiran kepada Allah dan tidak teperdaya oleh kekafiran.
Akan tetapi, ternyata dahulu kami tidak menggunakan pemahaman kami untuk menyadari apa yang disampaikan oleh para rasul, dan tidak pula kami menggunakan akal kami yang dapat memberi petunjuk kepada kami untuk mengikuti para rasul. Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 11) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Amr ibnu Murrah, dari Abul Buhturi At-Ta-i yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku seseorang yang telah mendengarkan hadits berikut dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Manusia tidak akan binasa sebelum mereka menyadari akan kesalahan diri mereka sendiri.
Di dalam hadits yang lain disebutkan: Tidaklah seseorang masuk neraka melainkan dia menyadari bahwa neraka adalah tempat yang lebih layak baginya daripada surga."
7-8. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, karena kerasnya kobaran api, sedang neraka itu membara, dengan sangat dahsyatnya, hampir saja neraka meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan orang-orang kafir dilemparkan ke dalamnya, para malaikat penjaga-penjaga neraka itu bertanya kepada mereka, 'Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu di dunia tentang ancaman Allah''7-8. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, karena kerasnya kobaran api, sedang neraka itu membara, dengan sangat dahsyatnya, hampir saja neraka meledak karena marah. Setiap kali ada sekumpulan orang-orang kafir dilemparkan ke dalamnya, para malaikat penjaga-penjaga neraka itu bertanya kepada mereka, 'Apakah belum pernah ada orang yang datang memberi peringatan kepadamu di dunia tentang ancaman Allah''.
Dalam ayat ini, diterangkan keadaan neraka sebagai tempat yang disediakan bagi orang-orang kafir serta sikapnya ketika mereka dilemparkan ke dalamnya. Pada waktu orang-orang kafir dilemparkan ke dalamnya, terdengarlah oleh mereka suara gemuruh yang amat dahsyat dan menakutkan. Neraka itu terdengar menggelegak seakan-akan seperti periuk besar dan orang-orang kafir direbus di dalamnya dengan air yang mendidih dan menggelegak karena panasnya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KEINDAHAN LANGIT
Ayat 5
“Dan sesungguhnya telah Kami hiasi langit dunia dengan pelita-pelita."
Inilah sesuatu perumpamaan yang indah sekali. Allah menyatakan bahwa langit dunia itu, yaitu langit yang terdekat kepada kita diperhiasi dengan pelita-pelita. Yang dimaksud dan disebut pelita-pelita itu ialah bintang-bintang yang bertaburan di halaman langit itu. Dia katakan perhiasan bagi langit. Dia adalah amat indah dipandang mata. Selain dari bintang-bintang yang diumpamakan laksana pelita itu, yang sangat indah bilamana bulan sedang tidak kelihatan, Allah menyatakan lagi gunanya yang lain, yang kita sendiri tidak mengetahui kalau bukan Allah yang menerangkannya. Yaitu sambungan firman Allah, “Dan Kami jadikan dianya"—yaitu bintang-bintang yang indah laksana pelita-pelita perhiasan langit itu—“Alat pelempar setan."—Maka meskipun bintang-bintang adalah menjadi perhiasan langit laksana pelita-pelita yang berkelap-kelip, namun sekaligus bintang-bintang itu pun menjadi pelempar atau pemanah setan.
Qatadah berkata, “Bintang-bintang dijadikan Allah untuk tiga saja, yaitu untuk hiasan langit, untuk pemanah setan dan untuk pemberi petunjuk dalam perjalanan. Kalau ada orang menambah lagi dengan yang lain, orang itu adalah membuat ilmu yang dipaksakan saja."
“Dan Kami sediakan bagi mereka adzab siksaan yang menyala."
Artinya bukanlah semata-mata kena panah dan cirit bintang atau meteor itu saja adzab siksaan yang akan diderita oleh setan pengganggu manusia itu. Bahkan akan dilanjutkan lagi dengan adzab siksaan neraka yang bernyala di akhirat kelak.
Ayat 6
“Dan bagi orang-orang yang tidak mau percaya kepada Tuhan mereka, adalah adzab Jahannam."
Orang yang tidak mau percaya kepada Allah, yang mempunyai ketentuan jalan lurus yang mesti ditempuh manusia agar selamat hidupnya di dunia dan di akhirat, yang disebut dengan lebih jelas orang yang kafir, keadaan mereka disamakan dengan setan. Sebab, mereka menjadi kafir karena perdayaan setan. Sebab itu keadaan mereka di pangkal ayat 6, disetalikan dengan ujung ayat 5 tentang setan yang akan dimasukkan ke api neraka yang menyala. Bagaimanapun dia berjalan di dalam hidup ini dengan hanya berpedoman kepada hawa nafsu dan perdayaan setan, pasti akhir kelaknya akan terjerumus juga ke dalam lembah kehancuran. Kekusutan pikiran itu akan dirasakannya sejak di dunia ini. Apatah lagi di akhirat! Nyatalah adzab siksaan yang akan dideritanya.
“Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali."
Sebab jalan buruk itu telah ditempuhnya sejak semula! Di sanalah kelak dia akan menderita adzab yang lebih sengsara, lebih seram dari yang diderita jiwanya di kala hidup. Karena kesempatan untuk memperbaiki langkah sudah tidak ada lagi.
Ayat 7
“Apabila mereka ditempatkan ke dalamnya akan mereka dengan suara gemuruh."
Suara gemuruh ialah suara api neraka itu sendiri. Menurut tafsir dari Ibnu Jarir bahwa suara gemuruh itu ialah dari bunyi pekik orang yang sedang menderita adzab di dalamnya.
“Sedang dianya menggelegak."
Maka, digambarkan di sini bahwa neraka itu menggelegak, laksana gelegak air yang sedang dimasak atau minyak yang sedang menggoreng sesuatu. Sufyan Tsauri mengatakan bahwa manusia dalam neraka yang sedang menggelegak itu dibanting ke sana kemari, dibalik, diumban, dilempar ke kiri dan ke kanan. Alangkah dahsyatnya penderitaan itu setelah kita ketahui bahwa manusia yang tengah diadzab itu tidak mati! Padahal di dunia ini jika sesuatu siksaan tidak tertahankan lagi, selesailah dia apabila nyawa telah bercerai dengan badan.
Ayat 8
“Hampir-hampir dia melimpah-limpah dari sangat marah."
Ini adalah menyifatkan neraka Jahannam itu sendiri di dalam dia melakukan siksaan kepada manusia yang tidak mau percaya kepada Tuhannya itu: disiksanya manusia sampai memekik-mekik dan menggelegak dia seakan-akan air direbus atau minyak digoreng. Gambarkanlah betapa dahsyatnya kalau diingat betapa luasnya neraka itu sendiri, yang disiksa di dalamnya manusia yang durhaka sejak dunia terkembang sampai hari Kiamat kelak. Kadang-kadang naik murka dan marahnya sehingga seakan-akan hendak melimbak ke luar, laksana air mengganah atau banjir yang diiringi dengan taufan.
“Setiap ditempatkan ke dalamnya suatu rombongan, akan bertanyalah kepada mereka penjaga-penjaga neraka itu, “Apakah tidak pernah datang kepada kamu orang yang memberi peringatan?"
Bertanyalah malaikat-malaikat penjaga itu, mengapa sampai kemari kalian dibuang? Mengapa siksaan sehebat ini yang akan kalian terima? Apakah tidak pernah datang kepada kalian nabi atau rasul yang memberi peringatan akan bahaya yang sekarang tengah kalian hadapi ini? Karena tidaklah mungkin kalian akan sampai menderita adzab sebesar ini kalau pemberi peringatan itu datang kepada kalian. Allah tidaklah akan demikian saja mendatangkan adzab dan siksaan-Nya kalau Allah belum mengutus terlebih dahulu utusan-utusan yang akan memberi peringatan.
Mereka menjawab,
Ayat 9
“Sebenarnya ada! Sesungguhnya telah datang kepada kami pemberi peringatan itu!"
Segala sesuatu telah diberinya ingat kepada kami. Jalan lurus yang harus ditempuh agar kami selamat. Jalan buruk yang mesti kami hindari supaya kami jangan mendapat celaka. Yang halal diberi tahu, yang haram pun diberi tahu juga. Yang manfaat yang mudharat, sampai kepada yang sekecil-kecilnya, sampai pun kepada akibat buruk, tentang siksaan yang akan kami derita kalau ketentuan Allah kami langgar. “Lalu kami dustakan." Kami tidak mau percaya. Kami tidak mau menerima, bahkan kami bohongkan segala nasihat yang diberikan-Nya — ‘Dan kami katakan, “Tidak sebuah jua pun yang diturunkan oleh Allah," Artinya, kami tidak percaya bahwa Allah ada menurunkan wahyu kepada apa yang disebut nabi, atau apa yang disebut rasul atau pemberi ingat itu. Malahan mereka lebih berani lagi, sampai mereka berkata kepada pemberi ingat itu.
“Tidak lain kamu ini hanyalah orang yang dalam kesesalan yang nyata."
Artinya, bukan saja nabi dan rasul pemberi ingat itu mereka dustakan, bahkan lebih dari itu, mereka tuduh lagi orang yang dalam kesesatan yang nyata. Karena mereka merasa bahwa merekalah yang benar dan nabi itu salah! Mereka yang menempuh jalan lurus, sedang rasul itu adalah menempuh jalan yang bengkok, sebab mengubah sama sekali apa yang diterima dari nenek moyang.
Itulah pengakuan mereka terus terang tentang sikap mereka kepada nabi dan rasul yang teiah memberi peringatan kepada mereka tentang jalan yang benar, yang mereka tolak mentah-mentah. Kemudian setelah mereka dilemparkan ke dalam neraka itu, barulah mereka menyesal dan mengakui pula terus terang.
Ayat 10
“Dan mereka berkata, Jika kami dahulunya mendengar."
Artinya, jika apa yang dikatakan oleh pemberi ingat itu dengan baik kepada kami, kami dengarkan baik-baik dan tidak kami tolak begitu saja, “Atau kami mempergunakan akal." Artinya, kami pertimbangkan dengan akal yang waras, tidak menolak, dengan hawa nafsu saja,
“Tidaklah kami akan menjadi penghuni-penghuni neraka yang menyala."
Sekarang apa lagi yang mesti dikatakan! Ibarat nasi sudah menjadi bubur!
Ayat 11
“Maka mengakuilah mereka akan dosa mereka."
Dan pengakuan bahwa kalau sekiranya masa dahulu, masa hidup di dunia itu mereka pergunakanlah pendengaran mereka dengan baik buat menampung perkataan Nabi, atau mereka pergunakanlah akal budi yang dianugerahkan Allah untuk mempertimbangkan di antara buruk dengan baik, niscaya mereka tidak akan masuk dalam neraka Jahannam. Dengan perkataan demikian saja mereka sudah jelas mengaku. Bagaimana tidak akan mengaku, padahal adzab siksaan sudah berdiri di hadapan mata, tidak dapat dielakkan lagi. Pengakuan ini dilanjutkan lagi. Diakui terus terang bahwa diri mereka memang telah berdosa, dosa yang paling besar. Yaitu kafir, menolak, mendusta dan tidak mau percaya kepada Allah atau kepada perintah dan larangannya. Dosa yang sangat berat!
Di sini terdapat dosa sangat besar, yang mempunyai sudut-sudut yang berbahaya. Dosa paling besar ialah bahwa tidak percaya bahwa Allah ada. Sudut yang lain ialah percaya akan Allah ada, tetapi tidak percaya akan suruhan dan larangan-Nya, atau tidak percaya kepada Rasul yang Dia utus. Semuanya tergabung dalam satu kalimat, yaitu kalimat kafir! Tetapi apalah gunanya lagi mengaku berdosa di tempat menjalani hukuman atas kesalahan yang telah nyata dan kemudian setelah siksaan itu di hadapan mata sendiri lalu mengaku berdosa? Ujung ayat adalah tepat sekali.
“Maka celakalah bagi penghuni-penghuni neraka itu."
Di ujung ayat ini terdapat kalimat “suhqan" kita artikan injak-injakkan, atau diinjak-injak, ditindas sampai hina bagi ahli neraka. Karena itulah adzab yang wajar yang mesti diterimanya karena besar kesalahan dan dosanya.