Ayat
Terjemahan Per Kata
قُلۡ
katakanlah
أَرَءَيۡتُمۡ
adakah kamu perhatikan
إِنۡ
jika
أَصۡبَحَ
menjadi
مَآؤُكُمۡ
air kamu
غَوۡرٗا
masuk dalam tanah kering
فَمَن
maka siapa
يَأۡتِيكُم
mendatangkan kepadamu
بِمَآءٖ
dengan air
مَّعِينِ
mata air/mengalir
قُلۡ
katakanlah
أَرَءَيۡتُمۡ
adakah kamu perhatikan
إِنۡ
jika
أَصۡبَحَ
menjadi
مَآؤُكُمۡ
air kamu
غَوۡرٗا
masuk dalam tanah kering
فَمَن
maka siapa
يَأۡتِيكُم
mendatangkan kepadamu
بِمَآءٖ
dengan air
مَّعِينِ
mata air/mengalir
Terjemahan
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Terangkanlah kepadaku jika (sumber) air kamu surut ke dalam tanah, siapa yang akan memberimu air yang mengalir?”
Tafsir
(Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kalian menjadi kering;) yakni airnya masuk jauh ke dalam bumi (maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagi kalian?") Sehingga air itu menyumber dan dapat dicapai oleh tangan atau oleh timba-timba, sebagaimana air yang kalian miliki sekarang? Tiada seorang pun yang dapat mendatangkannya selain Allah ﷻ Maka, mengapa kalian mengingkari adanya hari berbangkit, yaitu hari di mana Dia membangkitkan kalian menjadi hidup kembali. Disunahkan bagi pembaca surah ini, bila bacaannya sampai kepada lafal ma`iin, hendaknya ia mengucapkan kalimat jawabannya, yaitu "allaahu rabbul 'aalamiina/Allah Rabb semesta alam yang dapat mengeluarkannya. Demikianlah menurut keterangan yang dikemukakan di dalam hadis. Dan ayat ini dibacakan terhadap sebagian orang-orang yang bersifat angkara murka, maka menurut perawinya, bahwa cangkul dan sekop penggali tanah terus menghunjam ke tanah, akan tetapi sumber air tidak muncul-muncul juga; ia telah pergi jauh meresap ke dalam bumi yang tidak dapat dicapainya. Kami berlindung kepada Allah dari perbuatan berani melawan Allah dan ayat-ayat-Nya.
Tafsir Surat Al-Mulk: 28-30
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih? Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya kami bertawakal. Kelak kamu akan mengetahui siapakah dia yang berada dalam kesesatan yang nyata." Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?" Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Katakanlah. (Al-Mulk: 28) wahai Muhammad, kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah lagi ingkar kepada nikmat-nikmat-Nya.
Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari azab yang pedih? (Al-Mulk: 28) Artinya, selamatkanlah diri kalian, karena sesungguhnya tiada yang dapat menyelamatkan kalian dari azab Allah selain dari tobat dan kembali ke jalan agama-Nya. Dan tiada gunanya lagi bagi kalian apa yang kalian khayalkan bahwa azab dan pembalasan akan menimpa kami.
Maka sama saja apakah Allah mengazab kami atau merahmati kami, tidak akan mengubah nasib kalian yang pasti akan tertimpa pembalasan dan azab-Nya yang pedih. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal. (Al-Mulk: 29) Yakni kami beriman kepada Tuhan semesta alam Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, dan kepada-Nyalah kami bertawakal dalam semua urusan kami.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. (Hud: 123) Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Kelak kamu akan mengetahui siapakah dia yang berada dalam kesesatan yang nyata, (Al-Mulk: 29) Yaitu apakah kami atau kalian, dan bagi siapakah kesudahan yang baik di dunia dan di akhirat nanti? Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menampakkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya: Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering. (Al-Mulk: 30) Yakni meresap jauh ke dalam lapisan yang sangat dalam di bumi, sehingga tidak dapat dicapai dengan cangkul dan alat besi, tidak pula dapat diraih dengan tangan-tangan yang kuat.
Lafal al-gair adalah lawan kata dari an-nabi', yakni kering lawan kata dari menyemburkan. Maka disebutkan dalam firman berikutnya: maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu? (Al-Mulk: 30) Maksudnya, air yang memancar dan mengalir di permukaan bumi. Makna yang dimaksud ialah tiada yang dapat melakukannya selain dari Allah subhanahu wa ta’ala Maka termasuk dari kemurahan dan karunia-Nya, Allah menyemburkan air bagi kalian dan menjadikannya mengalir di berbagai kawasan di bumi sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh hamba-hamba-Nya di masing-masing kawasan, ada yang memerlukan secukupnya dan ada pula yang memerlukan banyak. Maka segala puji dan karunia hanyalah bagi Allah subhanahu wa ta’ala"
Sebagai penutup surah ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar mengingat aneka nikmat Allah, terutama nikmat air yang merupakan sumber utama kehidupan (lihat surah al-Anbiy'/21:30). Katakanlah wahai Nabi Muhammad, 'Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu dan sumber air lainnya menjadi kering. maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir''. Pasti tidak ada kecuali Allah, Tuhan Pemelihara seluruh alam. Maka sudah sewajarnya kalau manusia hanya menyembah kepada-Nya. 1-4. Akhir surah sebelumnya, berbicara tentang dua kelompok yang saling bertolak belakang. satu dibinasakan dan satu diselamatkan. Di awal surah ini dijelaskan sifat siapa yang akan mendapat keselamatan dan siapa yang akan mendapat azab. N'n. Demi pena yang biasa digunakan untuk menulis oleh malaikat atau oleh siapa pun, dan juga demi apa yang mereka tuliskan. Dengan karunia Tuhanmu yang berupa risalah dan nubuwah, engkau, wahai Nabi Muhammad sekali-kali bukanlah orang gila sebagaimana yang dituduhkan oleh kaum musyrik. Dan sesungguhnya berkat perjuangan dan kesabaranmu engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. Karena Tuhanmu yang mendidikmu dengan akhlak Al-Qur'an.
Dalam ayat ini, Allah menerangkan lagi tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya, setelah pada ayat yang lalu Dia memerintahkan agar bertawakal kepada-Nya. Allah memerintahkan Muhammad mengatakan kepada orang-orang kafir, "Hai orang-orang kafir, cobalah terangkan kepadaku, apa yang terpikir olehmu, seandainya atas kehendak Allah seluruh air yang mengalir di permukaan bumi ini meresap ke dalam tanah, sehingga sumber-sumber air dan sumurmu menjadi kering, timba-timbamu tidak dapat menimba air lagi. Apakah tuhanmu yang lain dapat mendatangkan air itu, sehingga kamu dapat minum, kebun-kebunmu menjadi subur kembali dan binatang-binatang ternakmu dapat berkembang biak? Tidak ada sesuatu pun yang dapat mendatangkan air itu kecuali Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. Kenapa kamu masih menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang tidak layak bagi-Nya?"
Ayat ini menyuruh orang-orang kafir membandingkan dasar ketuhanan menurut pengertian mereka dengan sifat pemahaman ketuhanan menurut agama yang disampaikan Muhammad ﷺ Tuhan yang disembah menurut yang diajarkan Rasulullah adalah Tuhan pencipta seluruh makhluk, dan menjaga kelangsungan hidup semua yang hidup di alam ini. Dia Mahakuasa dan Maha Menentukan segala sesuatu, tidak memerlukan sesuatu apa pun untuk menolong-Nya dan sebagainya. Bukan Tuhan yang dibuat manusia atau diangkat oleh manusia sendiri untuk disembah, seperti pemahaman ketuhanan orang-orang musyrik. Ayat ini seakan mengingatkan mereka bahwa Tuhan yang pantas disembah itu hanyalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak beranak, tidak dilahirkan, tidak berserikat dengan suatu apa pun, dan tidak memerlukan makhluk-makhluk lain untuk membantu-Nya melaksanakan setiap urusan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
CITA-CITA YANG TETAP HIDUP
Satu lagi kebiasaan orang-orang kafir itu, karena tidak senangnya mendengarkan seruan kepada kebenaran, timbullah bencinya kepada orang yang menyerukannya. Demikianlah kebencian orang Quraisy dalam mempertahankan kemusyrikannya, terhadap kepada Nabi Muhammad ﷺ. Selain menuduh beliau telah gila, atau ahli sihir dan berbagai tuduhan yang lain, ada di kalangan mereka yang selalu mengharapkan mudah-mudahan Muhammad itu lekas mati.
Ayat 28
“Katakanlah, “Bagaimana pendapatmu jika aku dibinasakan oleh Allah dan orang-orang yang bersamaku."
Dengan demikian, maka perasaan yang masih tersimpan dalam hati tentang kebencian kepada Nabi sehingga menginginkan dia lekas dibinasakan Allah bersama orang-orang yang ikut serta dengan beliau, yang selama ini masih rahasia, dengan turunnya ayat ini dengan sendirinya telah terbongkar. “Atau Dia memberi rahmat kepada kami."— Salah satu mesti terjadi, atau kami binasa sebagaimana kalian harapkan, atau kami diselamatkan dan diberi rahmat oleh Allah, karena Allah itu Mahakuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
“Tetapi siapakah yang melindungi orang-orang yang kafir dari azhab yang pedih?"
Dalam ayat ini bertemulah kita perbedaan pandangan hidup orang yang beriman dengan orang yang kafir. Nabi kita Muhammad ﷺ dengan bimbingan wahyu mengatakan bahwa beliau dan orang-orang yang beriman serta tidaklah cemas menghadapi jika Allah menentukan kebinasaan. Puncak kebinasaan tentu saja ialah al-maut. Kalau orang-orang yang kafir sangat gembira kalau Nabi mati, namun bagi orang yang beriman mati itu adalah suatu kepastian yang mesti ditempuh. Di awal surah ayat dua telah dijelaskan Allah bahwa mati dan hidup dijadikan. Allah ialah untuk menguji hamba-Nya, siapa di antara mereka yang berbuat yang lebih baik selama hidup ini untuk diperhitungkan di hadapan Allah di akhirat. Hidup itu sendiri adalah pergantian di antara senang dengan susah, suka dan duka, berhasil dan gagal. Sebab itu orang Mukmin memperhitungkan juga kegagalan hidup, di samping memperhitungkan rahmat Ilahi.
Ayat 29
“Katakanlah, “Dia adalah ar-Rahman (Maha Pengasih), kami pencaya kepada-Nya."
Ayat ini menjelaskan lagi tafsir yang terkandung pada ayat sebelumnya. Di ayat 28 dijelaskan bahwa Nabi ﷺ bersedia menerima apa saja yang ditentukan oleh Allah, atau dia binasa bersama orang yang percaya kepada syari'at yang dibawanya, atau dia diberi Rahmat. Namun Allah itu sendiri ialah ar-Rahman, Maha Pengasih. Mahacinta akan hamba-Nya. Dia tidak akan berlaku aniaya. Dia telah berjanji akan menolongbarangsiapa yang berjuang menegakkan perintah-Nya. Sebab itu maka Nabi dan orang yang beriman sertanya bersedia dengan sabar dan ridha menerima ketentuan Allah. “Dan kepada-Nyalah kami bertawakal." Bulat-bulat kami menyerahkan diri dan urusan kami kepada Allah Yang Maha Pengasih itu. Sedikit pun tidak ada keraguan di hati kami.
“Maka kelak akan tahulah kamu siapakah dia yang dalam kesesatan yang nyata."
Tentu yang dalam kesesatan yang nyata atau yang salah perhitungan itu ialah orang- orang yang mengharapkan Rasul dan orang yang beriman lekas mati atau binasa itu. Karena dasar iman itu tidaklah akan hilang dengan kematian mereka. Yang terang sengsara hidupnya dan buntu perjalanannya ialah orang-orang yang kafir itu.
Ayat 30
“Katakanlah, ‘Bagaimana pendapatmu jika sumber air kamu menjadi kering.'"
Karena air adalah sumber dari kehidupan, walau di mana saja! Bagaimana kalau sumber air yang menjadi sumber hidup itu kering? Misalnya digali sumur, walaupun sudah sangat dalam, namun air tidak bertemu. Diharap air di sungai, sungai tidak mengalir lagi. Diharap hujan, padahal kemarau sudah sangat panjang.
“Maka siapakah yang akan mendatangkan kepada kamu air yang mengalir?"
Adakah penguasa lain, selain Allah, yang dapat mendatangkan air kepadamu untuk kamu menyambung hidup?
Sudah terang tidak ada! Kalau tidak ada, mengapa kamu sembah juga yang lain? Mengapa kamu sembah juga berhala?
Di negeri kita Indonesia ini, karena pengaruh zaman jahiliyyah masih ada yang mempunyai dukun yang dapat menangkal hari! Misalnya dia mau mengadakan perayaan besar, jangan ada hendaknya halangan karena hujan. Dia panggil dukun penahan hujan! Syukur kalau dia dipanggil dalam bulan Juli yang musim panas! Tapi kalau perayaan itu jatuh di bulan Januari, hujan tidak akan tertahan. Atau sebaliknya orang hendak turun ke sawah dan sangat memerlukan banyak air buat menggenangi sawah yang baru ditanami. Tetapi mereka salah memilih bulan. Mereka ke sawah di bulan Juli, di musim panas. Lalu mereka panggil pula dukun tukang menurunkan hujan. Sudah hampir sebesar kepala dukun itu sendiri kemenyan yang, dibakar, meminta dan memohon entah langsung kepada Allah, entah meminta kepada dewa hujan, namun hujan tidaklah turun. Sebab yang menentukan turun hujan bukan dewa, bukan malaikat, bukan jin apatah lagi iblis. Melainkan Allah semata-mata. Sebab itu pujalah Allah, janganlah memuja yang lain, dan pandailah menyesuaikan diri dengan musim di dalam menentukan suatu pekerjaan supaya apa saja pun yang diusahakan sesuai dengan ketentuan Allah.