Ayat
Terjemahan Per Kata
قُلۡ
katakanlah
أَرَءَيۡتُمۡ
adakah kamu perhatikan
إِنۡ
jika
أَهۡلَكَنِيَ
membinasakan aku
ٱللَّهُ
Allah
وَمَن
dan orang-orang yang
مَّعِيَ
bersamaku
أَوۡ
atau
رَحِمَنَا
Dia memberi rahmat kami
فَمَن
maka barang siapa
يُجِيرُ
menolong/melindungi
ٱلۡكَٰفِرِينَ
orang-orang yang kafir
مِنۡ
dari
عَذَابٍ
azab
أَلِيمٖ
yang pedih
قُلۡ
katakanlah
أَرَءَيۡتُمۡ
adakah kamu perhatikan
إِنۡ
jika
أَهۡلَكَنِيَ
membinasakan aku
ٱللَّهُ
Allah
وَمَن
dan orang-orang yang
مَّعِيَ
bersamaku
أَوۡ
atau
رَحِمَنَا
Dia memberi rahmat kami
فَمَن
maka barang siapa
يُجِيرُ
menolong/melindungi
ٱلۡكَٰفِرِينَ
orang-orang yang kafir
مِنۡ
dari
عَذَابٍ
azab
أَلِيمٖ
yang pedih
Terjemahan
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tahukah kamu jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersamaku atau memberi rahmat kepada kami (dengan memperpanjang umur kami,) lalu siapa yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih?”
Tafsir
(Katakanlah!, "Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku) yakni orang-orang mukmin, kami binasa karena azab-Nya, sebagaimana yang kalian maksudkan (atau memberi rahmat kepada kami) maksudnya, Dia tidak mengazab kami (tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari siksa yang pedih?") Tentu saja tiada seorang pun yang dapat melindungi mereka dari azab-Nya.
Tafsir Surat Al-Mulk: 28-30
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih? Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya kami bertawakal. Kelak kamu akan mengetahui siapakah dia yang berada dalam kesesatan yang nyata." Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?" Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Katakanlah. (Al-Mulk: 28) wahai Muhammad, kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah lagi ingkar kepada nikmat-nikmat-Nya.
Terangkanlah kepadaku jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersama dengan aku atau memberi rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), tetapi siapakah yang dapat melindungi orang-orang yang kafir dari azab yang pedih? (Al-Mulk: 28) Artinya, selamatkanlah diri kalian, karena sesungguhnya tiada yang dapat menyelamatkan kalian dari azab Allah selain dari tobat dan kembali ke jalan agama-Nya. Dan tiada gunanya lagi bagi kalian apa yang kalian khayalkan bahwa azab dan pembalasan akan menimpa kami.
Maka sama saja apakah Allah mengazab kami atau merahmati kami, tidak akan mengubah nasib kalian yang pasti akan tertimpa pembalasan dan azab-Nya yang pedih. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal. (Al-Mulk: 29) Yakni kami beriman kepada Tuhan semesta alam Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, dan kepada-Nyalah kami bertawakal dalam semua urusan kami.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. (Hud: 123) Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Kelak kamu akan mengetahui siapakah dia yang berada dalam kesesatan yang nyata, (Al-Mulk: 29) Yaitu apakah kami atau kalian, dan bagi siapakah kesudahan yang baik di dunia dan di akhirat nanti? Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menampakkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya: Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering. (Al-Mulk: 30) Yakni meresap jauh ke dalam lapisan yang sangat dalam di bumi, sehingga tidak dapat dicapai dengan cangkul dan alat besi, tidak pula dapat diraih dengan tangan-tangan yang kuat.
Lafal al-gair adalah lawan kata dari an-nabi', yakni kering lawan kata dari menyemburkan. Maka disebutkan dalam firman berikutnya: maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu? (Al-Mulk: 30) Maksudnya, air yang memancar dan mengalir di permukaan bumi. Makna yang dimaksud ialah tiada yang dapat melakukannya selain dari Allah subhanahu wa ta’ala Maka termasuk dari kemurahan dan karunia-Nya, Allah menyemburkan air bagi kalian dan menjadikannya mengalir di berbagai kawasan di bumi sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh hamba-hamba-Nya di masing-masing kawasan, ada yang memerlukan secukupnya dan ada pula yang memerlukan banyak. Maka segala puji dan karunia hanyalah bagi Allah subhanahu wa ta’ala"
Kaum musyrik karena kebenciannya kepada Nabi Muhammad sering mengharapkan agar Nabi Muhammad cepat mati. Katakanlah wahai Nabi Muhammad, 'Tahukah kamu jika Allah mematikan aku dan orang-orang yang bersamaku yaitu yang sama dalam keimanan sebagaimana yang kamu harapkan maka kami akan masuk surga, atau memberi rahmat kepada kami dengan memanjangkan usia kami sehingga menganugerahkan kemenangan kepada kami. Sedangkan kamu, wahai kaum musyrik, akan mendapat siksa, lalu siapa yang dapat melindungi kamu dan orang-orang kafir selain kamu dari azab yang pedih''29. Kaum musyrik itu tidak berkutik dengan pertanyaan itu. Katakanlah, wahai Nabi, 'Dialah saja bukan selain-Nya, Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan hanya kepada-Nya kami bertawakal dengan sepenuh hati. Maka kelak kamu akan tahu siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata apakah golongan kami atau kamu. '.
Rasulullah ﷺ menyeru orang-orang kafir agar beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan menerangkan bahwa orang-orang yang menyembah berhala itu adalah orang yang bodoh, karena mereka menyembah sesuatu yang tidak dapat mendatangkan manfaat dan mudarat. Sebagai reaksi terhadap seruan Rasulullah itu, mereka berkata kepada teman-temannya, "Tunggu sajalah sampai saat tuhan kita membunuh atau mencelakakan Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Jika mereka telah rusak binasa atau terbunuh semuanya, tentu mereka akan berhenti dengan sendirinya menyiarkan agama mereka. Pada waktu itu barulah kita terlepas dari gangguan dan hasutan-hasutannya."
Bukankah Allah yang mencukupi hamba-Nya? Mereka menakut-nakutimu dengan (sesembahan) yang selain Dia. Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (az-Zumar/39: 36)
Allah membantah perkataan mereka dengan memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengatakan kepada mereka, "Wahai orang-orang musyrik, cobalah terangkan kepadaku, apakah faedah dan manfaat yang akan kamu peroleh, jika doamu itu diperkenankan oleh berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah, sementara aku dan semua orang-orang yang beriman rusak binasa dan mati semua? Apakah kebinasaan aku dan orang-orang yang beriman bersamaku itu dapat membebaskan kamu dari azab Allah yang kamu durhakai itu? Tidaklah kamu sekalian ingat bahwa telah menjadi ketetapan-Nya, bahwa azab itu tetap diberikan kepada setiap orang yang ingkar kepada-Nya dan selalu berbuat kejahatan? Apakah kamu tidak pernah memikirkan akibat doamu itu hai orang-orang kafir? Seandainya aku dan pengikut-pengikutku mati semua dan dimasukkan-Nya ke dalam surga yang dijanjikan-Nya kepada kami, apakah kamu akan lepas dari azab Allah, dan siapakah yang dapat melepaskan kamu dari azab Allah itu?"
Jawaban yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ di atas merupakan jawaban yang sangat tepat dan mempengaruhi hati dan pikiran kaum musyrikin, karena yang menyampaikan perkataan itu kepada mereka adalah orang yang mereka percayai, segani, dan akui kepemimpinannya. Orang itu adalah Nabi Muhammad yang pernah mereka serahi menyelesaikan perselisihan yang terjadi antar mereka, dan mereka mengakui penyelesaiannya itu adalah penyelesaian yang paling tepat dan adil. Walaupun ajaran yang disampaikan Muhammad itu berbeda dengan kepercayaan yang mereka anut, tetapi pribadi Muhammad itu adalah jawaban yang dapat diterima oleh orang yang mau mempergunakan akal pikirannya dengan benar.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
CITA-CITA YANG TETAP HIDUP
Satu lagi kebiasaan orang-orang kafir itu, karena tidak senangnya mendengarkan seruan kepada kebenaran, timbullah bencinya kepada orang yang menyerukannya. Demikianlah kebencian orang Quraisy dalam mempertahankan kemusyrikannya, terhadap kepada Nabi Muhammad ﷺ. Selain menuduh beliau telah gila, atau ahli sihir dan berbagai tuduhan yang lain, ada di kalangan mereka yang selalu mengharapkan mudah-mudahan Muhammad itu lekas mati.
Ayat 28
“Katakanlah, “Bagaimana pendapatmu jika aku dibinasakan oleh Allah dan orang-orang yang bersamaku."
Dengan demikian, maka perasaan yang masih tersimpan dalam hati tentang kebencian kepada Nabi sehingga menginginkan dia lekas dibinasakan Allah bersama orang-orang yang ikut serta dengan beliau, yang selama ini masih rahasia, dengan turunnya ayat ini dengan sendirinya telah terbongkar. “Atau Dia memberi rahmat kepada kami."— Salah satu mesti terjadi, atau kami binasa sebagaimana kalian harapkan, atau kami diselamatkan dan diberi rahmat oleh Allah, karena Allah itu Mahakuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.
“Tetapi siapakah yang melindungi orang-orang yang kafir dari azhab yang pedih?"
Dalam ayat ini bertemulah kita perbedaan pandangan hidup orang yang beriman dengan orang yang kafir. Nabi kita Muhammad ﷺ dengan bimbingan wahyu mengatakan bahwa beliau dan orang-orang yang beriman serta tidaklah cemas menghadapi jika Allah menentukan kebinasaan. Puncak kebinasaan tentu saja ialah al-maut. Kalau orang-orang yang kafir sangat gembira kalau Nabi mati, namun bagi orang yang beriman mati itu adalah suatu kepastian yang mesti ditempuh. Di awal surah ayat dua telah dijelaskan Allah bahwa mati dan hidup dijadikan. Allah ialah untuk menguji hamba-Nya, siapa di antara mereka yang berbuat yang lebih baik selama hidup ini untuk diperhitungkan di hadapan Allah di akhirat. Hidup itu sendiri adalah pergantian di antara senang dengan susah, suka dan duka, berhasil dan gagal. Sebab itu orang Mukmin memperhitungkan juga kegagalan hidup, di samping memperhitungkan rahmat Ilahi.
Ayat 29
“Katakanlah, “Dia adalah ar-Rahman (Maha Pengasih), kami pencaya kepada-Nya."
Ayat ini menjelaskan lagi tafsir yang terkandung pada ayat sebelumnya. Di ayat 28 dijelaskan bahwa Nabi ﷺ bersedia menerima apa saja yang ditentukan oleh Allah, atau dia binasa bersama orang yang percaya kepada syari'at yang dibawanya, atau dia diberi Rahmat. Namun Allah itu sendiri ialah ar-Rahman, Maha Pengasih. Mahacinta akan hamba-Nya. Dia tidak akan berlaku aniaya. Dia telah berjanji akan menolongbarangsiapa yang berjuang menegakkan perintah-Nya. Sebab itu maka Nabi dan orang yang beriman sertanya bersedia dengan sabar dan ridha menerima ketentuan Allah. “Dan kepada-Nyalah kami bertawakal." Bulat-bulat kami menyerahkan diri dan urusan kami kepada Allah Yang Maha Pengasih itu. Sedikit pun tidak ada keraguan di hati kami.
“Maka kelak akan tahulah kamu siapakah dia yang dalam kesesatan yang nyata."
Tentu yang dalam kesesatan yang nyata atau yang salah perhitungan itu ialah orang- orang yang mengharapkan Rasul dan orang yang beriman lekas mati atau binasa itu. Karena dasar iman itu tidaklah akan hilang dengan kematian mereka. Yang terang sengsara hidupnya dan buntu perjalanannya ialah orang-orang yang kafir itu.
Ayat 30
“Katakanlah, ‘Bagaimana pendapatmu jika sumber air kamu menjadi kering.'"
Karena air adalah sumber dari kehidupan, walau di mana saja! Bagaimana kalau sumber air yang menjadi sumber hidup itu kering? Misalnya digali sumur, walaupun sudah sangat dalam, namun air tidak bertemu. Diharap air di sungai, sungai tidak mengalir lagi. Diharap hujan, padahal kemarau sudah sangat panjang.
“Maka siapakah yang akan mendatangkan kepada kamu air yang mengalir?"
Adakah penguasa lain, selain Allah, yang dapat mendatangkan air kepadamu untuk kamu menyambung hidup?
Sudah terang tidak ada! Kalau tidak ada, mengapa kamu sembah juga yang lain? Mengapa kamu sembah juga berhala?
Di negeri kita Indonesia ini, karena pengaruh zaman jahiliyyah masih ada yang mempunyai dukun yang dapat menangkal hari! Misalnya dia mau mengadakan perayaan besar, jangan ada hendaknya halangan karena hujan. Dia panggil dukun penahan hujan! Syukur kalau dia dipanggil dalam bulan Juli yang musim panas! Tapi kalau perayaan itu jatuh di bulan Januari, hujan tidak akan tertahan. Atau sebaliknya orang hendak turun ke sawah dan sangat memerlukan banyak air buat menggenangi sawah yang baru ditanami. Tetapi mereka salah memilih bulan. Mereka ke sawah di bulan Juli, di musim panas. Lalu mereka panggil pula dukun tukang menurunkan hujan. Sudah hampir sebesar kepala dukun itu sendiri kemenyan yang, dibakar, meminta dan memohon entah langsung kepada Allah, entah meminta kepada dewa hujan, namun hujan tidaklah turun. Sebab yang menentukan turun hujan bukan dewa, bukan malaikat, bukan jin apatah lagi iblis. Melainkan Allah semata-mata. Sebab itu pujalah Allah, janganlah memuja yang lain, dan pandailah menyesuaikan diri dengan musim di dalam menentukan suatu pekerjaan supaya apa saja pun yang diusahakan sesuai dengan ketentuan Allah.