Ayat
Terjemahan Per Kata
أَفَمَن
maka apakah orang
يَمۡشِي
dia berjalan
مُكِبًّا
tiarap/telengkup
عَلَىٰ
di atas
وَجۡهِهِۦٓ
mukanya
أَهۡدَىٰٓ
lebih mendapat petunjuk
أَمَّن
ataukah orang
يَمۡشِي
dia berjalan
سَوِيًّا
sama lurus
عَلَىٰ
di atas
صِرَٰطٖ
jalan
مُّسۡتَقِيمٖ
yang lurus
أَفَمَن
maka apakah orang
يَمۡشِي
dia berjalan
مُكِبًّا
tiarap/telengkup
عَلَىٰ
di atas
وَجۡهِهِۦٓ
mukanya
أَهۡدَىٰٓ
lebih mendapat petunjuk
أَمَّن
ataukah orang
يَمۡشِي
dia berjalan
سَوِيًّا
sama lurus
عَلَىٰ
di atas
صِرَٰطٖ
jalan
مُّسۡتَقِيمٖ
yang lurus
Terjemahan
Apakah orang yang berjalan dengan wajah tertelungkup itu lebih mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?
Tafsir
(Maka apakah orang yang berjalan terjungkal) yakni terbalik (di atas mukanya itu lebih banyak mendapat petunjuk, ataukah orang yang berjalan tegap) yakni secara wajar dengan kakinya (di atas jalan) tuntunan (yang lurus) khabar dari mubtada yang kedua tidak disebutkan karena cukup hanya ditunjukkan oleh makna yang terkandung di dalam khabar yang pertama, yakni lebih banyak mendapat petunjuk. Perumpamaan ini menggambarkan tentang keadaan orang yang kafir pada permintaan yang pertama, dan orang yang beriman pada perumpamaan yang kedua, yakni manakah di antara keduanya yang lebih banyak mendapat petunjuk?.
Tafsir Surat Al-Mulk: 20-27
Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain dari Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu iidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu. Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri? Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih terpimpin (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? Katakanlah, "Dialah Yang menciptakan dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagi kamu." (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.
Katakanlah, "Dialah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi, dan hanya kepada-Nyalah kamu kelak dikumpulkan. Dan mereka berkata, "Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang benar?" Katakanlah, "Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan. Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka) inilah (azab) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada orang-orang musyrik yang menyembah Dia bersama dengan yang lain-Nya, yang mereka mintai pertolongan dan rezekinya seraya mengingkari keyakinan mereka yang demikian itu, dan memberitahukan kepada mereka bahwa apa yang mereka angan-angankan dari selain Allah itu tidak akan mereka dapatkan. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain dari Allah Yang Maha Pemurah? (Al-Mulk: 20) Artinya, tiada bagi kalian selain dari-Nya seorang penolong pun dan tiada pula seorang pelindung pun dan tiada pula seorang pembela pun bagi kalian selain Allah subhanahu wa ta’ala Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu. (Al-Mulk: 20) Kemudian disebutkan oleh firman-Nya: Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya? (Al-Mulk: 21) Yaitu siapakah orangnya yang dapat memberimu rezeki selain dari Allah, apabila Dia memutuskannya darimu.
Dengan kata lain, tiada seorang pun yang dapat memberi, mencegah, menciptakan, memberi rezeki, dan yang menolong selain dari Allah subhanahu wa ta’ala semata, tiada sekutu bagi-Nya. Mereka mengetahui hal ini, tetapi mereka menyembah selain-Nya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: Sebenarnya mereka terus-menerus. (Al-Mulk: 21) Yakni bahkan mereka tetap berkesinambungan dalam sikap mereka yang melampaui batas, tenggelam ke dalam kedustaan dan kesesatannya. dalam kesombongan dan menjauhkan diri. (Al-Mulk: 21) Yaitu dalam keingkaran, keangkuhan, dan anti pati mereka terhadap perkara yang hak; mereka tidak mau mendengarkannnya dan tidak mau pula mengikutinya.
Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup yang lebih terpimpin (dalam kebenaran) ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus? (Al-Mulk: 22) Ini merupakan perumpamaan yang menggambarkan tentang keadaan orang mukmin dan orang kafir. Perumpamaan orang kafir dalam kesesatannya sama dengan seseorang yang berjalan dengan kepala terjungkir ke bawah dalam keadaan tubuh yang terbalik. Yakni dia pasti tidak dapat mengetahui ke mana jalan yang ditempuhnya dan bagaimana ia harus melangkah maju, bahkan dia dalam keadaan sesat dan kebingungan.
Lalu apakah orang yang keadaannya demikian lebih mendapat petunjuk. ataukah orang yang berjalan tegap. (Al-Mulk: 22) Maksudnya, jalan dengan tegak, tidak terjungkal. di atas jalan yang lurus? (Al-Mulk: 22) Yaitu di jalan yang jelas lagi terang, sedangkan dia sendiri dalam keadaan tegak dan jalan yang ditempuhnya lurus. Demikianlah perumpamaan mereka (orang-orang mukmin) dalam kehidupan di dunia dan demikian pula keadaan mereka di akhirat nanti. Orang mukmin digiring dengan berjalan secara tegap di atas sirat yang akan mengantarkannya ke surga yang mahaluas.
Adapun orang kafir, maka ia digiring dengan terjungkal alias kepala di bawah menuju ke neraka Jahanam. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: (kepada para malaikat diperintahkan), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah; maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka." (Ash-Shaffat: 22-23) Yang dimaksud dengan istilah azwaj dalam ayat ini ialah orang-orang yang serupa dengan mereka.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Nafi' yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Anas ibnu Malik menceritakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah ada orang-orang yang digiring dengan muka di bawah?" Rasulullah ﷺ menjawab: Tuhan yang membuat mereka dapat berjalan dengan kaki mereka mampu membuat mereka berjalan dengan muka di bawah. Hadits ini diketengahkan di dalam kitab Shahihain melalui satu jalur periwayatan.
Firman Allah Swt: Katakanlah, "Dialah Yang Menciptakan kamu. (Al-Mulk: 23) Yaitu Yang Menciptakan kamu dari permulaan yang pada sebelumnya kamu bukanlah apa-apa, yakni tiada. dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagi kamu. (Al-Mulk: 23) Yang dimaksud dengan absar ialah akal, dan yang dimaksud dengan af-idah ialah pemahaman. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Al-Mulk: 23) Yakni sedikit sekali kamu gunakan kemampuan dan kekuatan yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kalian untuk ketaatan kepada-Nya dan untuk mengerjakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya.
Katakanlah, "Dialah Yang menjadikan kamu berkembang biak di muka bumi. (Al-Mulk: 24) Yaitu menyebarkan dan mengembangbiakkan kalian di berbagai kawasan muka bumi dengan berbagai macam bahasa, dialek, warna kulit, perhiasan, penampilan, dan bentuk yang beraneka ragam. dan hanya kepada-Nyalah kamu kelak dikumpulkan. (Al-Mulk: 24) Yakni dihimpunkan sesudah kamu bercerai-berai dan terpisah-pisah. Dia akan mengumpulkan kamu kembali sebagaimana Dia telah mencerai-beraikan kamu, dan Dia akan mengembalikan kamu menjadi hidup kembali sebagaimana Dia menciptakan kamu pada yang pertama kali.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan sikap orang-orang kafir yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit dan menganggap mustahil kejadiannya. Dan mereka berkata, "Kapankah datangnya ancaman itu jika kamu adalah orang-orang yang benar?" (Al-Mulk: 25) Artinya, bilakah terjadinya apa yang engkau beritakan kepada kami, bahwa Allah akan menghimpunkan kami kembali sesudah kami bercerai-berai? Katakanlah, "Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. (Al-Mulk: 26) Yaitu tiada seorang pun yang mengetahui waktunya dengan tepat selain dari Allah subhanahu wa ta’ala Tetapi Dia memerintahkan kepadaku untuk memberitahukan kepada kalian bahwa hari kiamat itu pasti akan terjadi, maka berhati-hatilah kalian terhadapnya. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan. (Al-Mulk: 26) Yakni sesungguhnya tugasku hanyalah menyampaikannya kepada kalian dan sekarang aku telah menyampaikannya kepada kalian.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. (Al-Mulk: 27) Yaitu ketika hari kiamat terjadi dan orang-orang kafir menyaksikannya, serta mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa hari kiamat sudah dekat di depan matanya. Dalam ayat ini diungkapkan dengan istilah dekat karena setiap perkara yang pasti terjadi dapat diungkapkan dengan ungkapan kepastian, sekalipun jarak masanya cukup lama.
Dan ketika terjadi apa yang mereka dustakan itu, bermuram durjalah muka mereka karena mereka mengetahui keburukan yang telah mereka kerjakan di masa sebelumnya. Yakni di saat keburukan meliputi diri mereka, maka datanglah hari kiamat menimpa mereka yang sebelumnya mereka tidak menyadari dan memperhitungkannya. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.
Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat dan mereka diliputi oleh pembalasan yang mereka dahulu selalu memperolok-olokkannya. (Az-Zumar: 47-48) Karena itulah maka dikatakan kepada mereka dengan nada kecaman dan celaan: inilah (azab) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya. (Al-Mulk: 27) Yakni kalian meminta agar segera didatangkan."
Kaum musyrik yang durhaka itu dilukiskan pada ayat ini dan dibandingkan dengan kaum yang selalu taat kepada Allah dengan ungkapan yang tegas. Apakah orang yang merangkak dengan wajah tertelungkup sehingga terjungkal jatuh, yang lebih terpimpin dalam kebenaran ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang luas lagi lurus' Tentu saja keduanya tidak sama. Hanya orang yang bodoh yang menilainya sama. 23. Kaum musyrik yang telah diberikan aneka potensi yang semestinya dapat digunakan untuk meraih petunjuk ternyata justru mengabaikannya. Ayat ini memerintahkan kepada Nabi Muhammad dan seluruh manusia untuk menyadari potensi itu. Katakanlah, 'Dialah yang menciptakan kamu tahap demi tahap dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu agar kamu menggunakannya secara baik sebagai tanda syukur kepada-Nya. Tetapi sedikit sekali kamu bersyukur. '.
Pada ayat ini, Allah memberikan perbandingan kepada manusia antara perjalanan hidup yang ditempuh oleh orang-orang kafir dengan yang ditempuh oleh orang-orang yang beriman. Perbandingan ini diberikan dalam bentuk pertanyaan yang menyatakan bahwa orang yang selalu terjerembab atau tersungkur ketika berjalan dan kakinya selalu tersandung karena melalui jalan yang berbatu-batu dan berlubang-lubang, tidak mungkin akan selamat dan berjalan lebih cepat mencapai tujuan dibandingkan dengan orang yang berjalan dalam suasana yang baik dan aman, di atas jalan yang datar dan mulus, serta dalam cuaca yang baik pula.
Perbandingan dalam ayat di atas dikemukakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Kalimat pertanyaan dalam ayat ini bukanlah maksudnya untuk menanyakan sesuatu yang tidak diketahui, tetapi untuk menyatakan suatu maksud yaitu bahwa perbuatan orang-orang kafir itu adalah perbuatan yang tidak benar. Dinyatakan bahwa perjalanan hidup orang-orang kafir itu adalah perjalanan hidup menuju kesengsaraan dan penderitaan yang sangat. Seakan-akan ayat ini menyatakan bahwa tentu orang yang berjalan tertelungkup dengan muka menyapu tanah akan mudah tersesat dalam perjalanannya mengarungi samudera hidup di dunia yang fana ini, sedang di akhirat kelak mereka akan dimasukkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sedangkan orang yang berjalan dengan cara yang baik, menempuh jalan yang baik dan lurus, yaitu jalan yang diridai Allah, tidak akan tersesat dalam perjalanan hidupnya di dunia ini dan pasti akan sampai kepada tujuan yang diinginkannya dan diridai Allah. Di akhirat nanti, mereka akan menempati surga yang penuh kenikmatan yang disediakan Allah bagi mereka yang bertakwa.
Selanjutnya dapat pula diambil pengertian dari ayat ini bahwa manusia dalam menjalankan usahanya, melaksanakan pekerjaan, dan menunaikan kewajibannya haruslah berdasarkan kepada ketentuan agama Islam, petunjuk ilmu pengetahuan, akal pikiran yang sehat dan pengalaman, serta hasil penelitian para ahli sebelumnya. Ini bertujuan agar usaha dan pekerjaannya membuahkan hasil yang baik. Janganlah ia membabi-buta atau bekerja dengan semaunya saja, karena yang demikian itu hanyalah akan mengundang kegagalan dan bencana, baik untuk dirinya maupun orang lain.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KEINDAHAN BURUNG-BURUNG TERBANG
Ayat 19
“Dan apakah mereka tidak melihat kepada burung-burung terbang berkawan-kawan dan mengatupkan sayapnya."
Burung-burung sebondong demi sebondong, berkawan-kawan, kadang-kadang berpuluh ekor, kadangbahkan beratus ekor. Burung pipit mencari makanan padi pada sawah yang padinya sedang terbit. Burung enggang yang terbang tinggi. Burung merpati, dan berbagai burung dalam dunianya sendiri. Ada kononnya burung yang pindah pada pergantian musim dari kutub utara ke kutub selatan. Jauh-jauh kadang-kadang penerbangan itu, entah di mana dia berhenti. Pada beberapa negeri ada burung yang hinggap pada kawat telepon pada senja hari menunggu malam, dan sepanjang malam bertengger di atas kawat yang terentang panjang itu. Dan di waktu Shubuh terbang kembali, sehingga tidak seekor jua pun kita melihatnya lagi, entah ke mana perginya. Allah menarik perhatian kita kepada burung-burung yang terbang berbondong berkawan-kawan itu. Kadang-kadang benar-benar sebagai mengatur suatu barisan ada komandannya sendiri, hinggap satu hinggap semua. Dikatakan dalam ayat bahwa kadang-kadang dalam penerbangan tinggi dan jauh itu burung tersebut mengatupkan sayapnya, tidak mengipaskannya sebagai suatu pengendalian diri, namun dia tidak jatuh. Diberilah ingat kepada kita manusia bahwa “Tidaklah ada yang menahan mereka," sampai tidak ada di antara burung-burung itu yang tiba-tiba jatuh ke bumi ketika dia mengatupkan sayapnya ataupun ketika dia terbang berbondong dalam jarak jauh, “Melainkan Tuhan Yang Maha Pengasih," Tuhan Yang Rahman.
“Sesungguhnya Dia, atas tiap-tiap sesuatu adalah memandang."
Di sinilah kita bertemu isi yang mendalam dari hikmah Ilahi. Kita boleh mencari sebab-sebab yang bersifat ilmiah, apakah gerangan sebabnya maka sang burung tidak jatuh dari udara, terutama seketika sayapnya dia katupkan? Allah dalam ayat ini lebih memberikan jawaban yang memuaskan. Yaitu bahwa kasih sayang Allah-lah yang menyebabkan burung itu tidak jatuh terkapar ke bumi.
Memang, Allah menentukan tubuh burung berbeda dengan tubuh makhluk yang lain. Dia diberi bulu yang ringan, yang akan meringankannya terbang tinggi. Tetapi selain bulu yang ringan itu, tulangnya pun dibuat ringan, sehingga mudah naik ke udara. Manusia telah mendapat ilham Ilahi dalam membuat kerangka kapal terbang agar dia dapat terbang ke udara. Tubuh kapal terbang pun diperbuat dari alumunium, yaitu logam yang ringan. Dengan imbangan berat dan ringan, daya tarik bumi dan kekuatan tekanan benzin, kapal terbang bisa naik. Namun kapal terbang tidaklah bisa terbang sendiri. Kapal terbang bukanlah “autonomi", yang bergerak sendiri kalau tidak digerakkan. Tetapi untuk burung Allah menganugerahkan kepadanya hidup, yang kalau dia ingin terbang, sebentar itu juga pun dia bisa terbang. Itulah kekuatan dalam nyawa burung itu sendiri, yang ditiupkan oleh Allah sebagai embusan dari Rahmaniyat-Nya. Dan dikatakan pula di ujung ayat bahwa Allah atas tiap-tiap sesuatu adalah memandang. Kasih sayang Allah membagikan kemungkinan-kemungkinan bagi tiap-tiap makhluk yang sesuai dengan dirinya. Sehingga tidaklah akan berhenti-henti keajaiban ciptaan Ilahi itu dalam alam.
Ayat 20
“Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu, yang akan menolong kamu selain dari Tuhan Pengasih."
Maka setelah engkau lihat burung terbang tinggi berbaris-baris, kadang-kadang berpuluh ekor, kadang-kadang beratus sambil ada yang mengatupkan sayapnya sambil terbang, namun dia tidak terkapar jatuh ke bumi, Allah Yang Rahman yang menahannya maka dia tidak jatuh itu, bandingkanlah hal yang demikian kepada dirimu sendiri. Apakah kamu mempunyai tentara yang menjagamu daripada bahaya yang akan menimpa?
“Tidak ada orang-orang yang kafir itu melainkan dalam keadaan tertipu."
Artinya, bahwa orang-orang yang kafir, yang tidak memedulikan hubungan dengan Allah Yang Maha Pengasih, tidaklah mempunyai tujuan hidup. Dia tertipu oleh kesenangan dan keamanan sementara. Dia tertipu oleh benda dan kekayaan. Mereka tidak mempunyai rasa syukur dan terima kasih. Dengan tidak disadarinya hidupnya menjadi hambar. Hidup mereka kosong sebab tidak mempunyai kebahagiaan jiwa.
Selanjutnya Allah berfirman,
Ayat 21
“Atau siapakah yang memberikan rezeki kamu jika Dia menahan rezeki-Nya?`
Manusia merasa aman hidup di dunia ini, tetapi lupa bahwa yang menjaga dan mengawalnya ialah Allah sendiri. Bertambah lama dia bertambah jauh dari jalan Allah dan terperosok ke jalan hawa nafsu. Apatah lagi kalau Allah menumpahkan rezeki baginya agak banyak. Dia kaya, hidupnya mewah, rumahnya besar, dia disegani orang, kedudukannya tinggi. Apa saja yang dia ingini tercapai. Dia tidak berterima kasih kepada Allah yang memberikan rezeki. Dia lupa daratan.
“Bahkan mereka berlarut-larut dalam keadaan sombong dan menjauh."
Mereka tidak akan peduli kepada, kebenaran, walaupun bagaimana mereka diberi peringatan. Karena kekayaan dan kemewahan itu mereka terlonjak menjadi sombong. Enggan ditegur, enggan dinasihati, bahkan benci kepada orang yang menegur dan menasihati. Sebab mereka mempunyai persangkaan bahwa orang yang tidak kaya seperti mereka, tidak mewah seperti mereka bukanlah orang yang sempurna. Penilaian mereka bukanlah kepada kemurnian cita-cita dan kejujuran. Penilaian mereka adalah berapa banyak uang simpanan, berapa hektar tanah yang dikuasai, apa merek kendaraan yang dipakai. Malahan kadang-kadang mereka berani mengatakan bahwa kalau kita terlalu jujur memegang nilai-nilai budi yang mulia, kita akan kalah dalam percaturan hidup. Oleh sebab itu mereka kian lama kian menjauh. Jauh dari kebenaran, jauh dari pergaulan yang sehat dan jauh daripada jalan yang menuju kebahagiaan di akhirat.
Ayat 22
“Apakah orang yang benjolan terjungkir di atas mukanya yang benar-benar mendapat petunjuk ataukah orang yang berjolan tetap atas jalan yang lurus?"
Pertimbangkanlah dengan akal yang waras dan bandingkanlah kedua macam manusia itu. Orang yang lupa dari mana dia datang, di mana dia sekarang dan kemana perjalanan hidupnya ini akan diteruskannya samalah dengan orang yang berjalan di muka bumi sambil menjungkir balik, ataupun menelungkup, bersingsut, mukanya yang tercecah ke bumi, karena pikirannya hanya makan saja. Orang seperti ini meskipun mencoba berdiri, namun dia akan terjatuh kembali karena kakinya linglung, menggigil menginjak bumi, karena tidak tahu ke mana akan diarahkan. Timbullah pertanyaan, “Dapatkah orang seperti ini diberi petunjuk oleh Allah, padahal dia sendiri yang memilih hidup rendah? Mana yang akan diberi petunjuk oleh Allah? Orang semacam inikah atau orang yang berjalan tegak lurus, langkah tetap, mata memandang ke muka, memikirkan tujuan yang jauh tetapi pasti dan tidak pernah mengencong ke luar garis yang ditentukan?
Ayat 23
“Katakanlah"
Yaitu perintah Allah kepada Rasul-Nya, Muhammad ﷺ supaya beliau menyampaikan peringatan kepada orangorang yang masih ragu-ragu itu. “Dialah yang telah memunculkan kamu." Menimbulkan daripada tidak ada kepada ada. Kata-kata ansya-akum yang kita artikan menimbulkan, ialah menimbulkan daripada tidak ada kepada ada. dari hanya segumpal mani pada asalnya, kemudian muncul menjadi manusia, berkaki, bertangan, berkepala, berbadan. “Dan menjadikan untuk kamu pendengaran, penglihatan dan hati." Dengan ketiga anugerah yang utama ini sangguplah engkau sebagai manusia lengkap hidup dalam alam ini.
“Sedikit saja kamu yang bersyukur."
Yang terbanyak hanyalah membuang umur, menghabiskan waktu kepada yang tidak berfaedah dan berjalan di permukaan bumi dengan tidak ada tujuan.
Ayat 24
“Katakanlah, “Dialah yang mengembangbiakkan kamu di muka bumi."
Di dalam kisah-kisah yang tersebut di dalam Al-Qur'an bahwa setelah keturunan Adam itu berkembang, lalu mereka mendurhaka kepada Allah, Maka di zaman Nabi Nuh dibinasakanlah mana yang tidak mau percaya akan seruan kebenaran, dan dimasukkanlah yang beriman ke dalam perahu nabi. Anak keturunan penumpang perahu itulah yang bertebaran di muka bumi ini, terpencar-pencar dibawa untung dan bertebaran ke seluruh benua yang ada. Yaitu benua Asia, Afrika, Eropa, Amerika, dan Australia. Pengaruh dari iklim dan udara menyebabkan lama kelamaan menimbulkan perbedaan kulit. Ada yang putih, hitam, kuning, merah dan sawo matang. Menimbulkan pula beratus-ratus bahkan beribu-ribu bahasa yang tumbuh menurut kecerdasan masing-masing kelompok. Maka yang memperkembangkan itu ialah Allah sendiri. Allah-lah yang memberikan ilham bagi manusia bertebaran di muka bumi mencari kediaman yang cocok.
“Dan kepada-Nya toh kamu semua akan dikumpulkan."
Ayat ini hendaklah dipahamkan dengan mendalam, sebab dia memberikan kesadaran bagi seluruh manusia bahwa mereka itu pada hakikatnya adalah satu jenis belaka. Meskipun warna kulit berbeda, bahasa berlainan, tanah tempat hidup terpisah-pisah.