Ayat
Terjemahan Per Kata
هُوَ
dan Dia
ٱلَّذِي
yang
جَعَلَ
menjadikan
لَكُمُ
bagi kalian
ٱلۡأَرۡضَ
bumi
ذَلُولٗا
mudah dipergunakan
فَٱمۡشُواْ
maka berjalanlah kamu
فِي
di/pada
مَنَاكِبِهَا
segala penjuru
وَكُلُواْ
dan makanlah
مِن
dari
رِّزۡقِهِۦۖ
sebagian rizki-Nya
وَإِلَيۡهِ
dan kepada-Nya
ٱلنُّشُورُ
dibangkitkan kembali
هُوَ
dan Dia
ٱلَّذِي
yang
جَعَلَ
menjadikan
لَكُمُ
bagi kalian
ٱلۡأَرۡضَ
bumi
ذَلُولٗا
mudah dipergunakan
فَٱمۡشُواْ
maka berjalanlah kamu
فِي
di/pada
مَنَاكِبِهَا
segala penjuru
وَكُلُواْ
dan makanlah
مِن
dari
رِّزۡقِهِۦۖ
sebagian rizki-Nya
وَإِلَيۡهِ
dan kepada-Nya
ٱلنُّشُورُ
dibangkitkan kembali
Terjemahan
Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
Tafsir
(Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kalian) mudah untuk dipakai berjalan di atas permukaannya (maka berjalanlah di segala penjurunya) pada semua arahnya (dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya) yang sengaja diciptakan buat kalian. (Dan hanya kepada-Nyalah kalian dibangkitkan) dari kubur untuk mendapatkan pembalasan.
Tafsir Surat Al-Mulk: 12-15
Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui? Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.
Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan perihal orang yang takut kepada kedudukan Tuhannya terhadap apa yang ada antara dia dan Tuhannya; bilamana ia dalam kesendiriannya tanpa pengetahuan orang lain, maka ia mencegah dirinya dari perbuatan-perbuatan maksiat, dan sebaliknya mengerjakan amal-amal ketaatan, meskipun tiada orang lain yang melihatnya. Karena ia menyadari bahwa Allah melihatnya dan bahwa Allah akan memberinya ampunan dan pahala yang besar. Yakni Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dan membalasnya dengan pahala yang berlimpah.
Di dalam sebuah hadits yang terdapat di dalam kitab Shahihain telah disebutkan: Ada tujuh macam orang yang mendapat naungan Allah subhanahu wa ta’ala di bawah naungan 'Arasy-Nya di hari tiada naungan kecuali hanya naungan-Nya. yang antara lain dari mereka ialah: seorang lelaki yang diajak (melakukan zina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan, lalu ia menjawab, "Sesungguhnya aku takut kepada Allah. Dan seorang lelaki yang mengeluarkan suatu sedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dibelanjakan oleh tangan kanannya.
Al-Hafidzh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami Talut ibnu Abbad, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Ubaid, dari Sabit, dari Anas yang mengatakan bahwa para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bila berada di hadapanmu dalam keadaan tertentu. Dan apabila kami berpisah dari engkau, maka kami berada dalam keadaan yang lain." Rasulullah ﷺ balik bertanya, "Bagaimanakah kalian dengan Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Allah Tuhan kami, baik dalam kesendirian kami maupun dalam terang-terangan kami,." Rasulullah ﷺ bersabda: Sikap kalian yang demikian itu bukan munafik.
Tiada yang meriwayatkan hadits ini dari Sabit selain Al-Haris ibnu Ubaid menurut pengetahuan kami. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan (manusia) bahwa Dia Maha Melihat semua isi hati dan rahasia: Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (Al-Mulk: 13) Yakni segala sesuatu yang terdetik dan disimpan dalam hati. Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui? (Al-Mulk: 14) Yaitu apakah Tuhan Yang Maha Pencipta itu tidak mengetahui? Menurut pendapat lain, apakah Allah tidak mengetahui makhluk-Nya? Makna pertamalah yang lebih utama, karena dalam firman berikutnya disebutkan: dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui. (Al-Mulk: 14) Kemudian Allah menyebutkan nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada makhluk-Nya, melalui bumi yang telah Dia tundukkan dan dimudalikan untuk mereka, dengan menjadikannya tenang dan stabil, tidak berguncang dan tidak miring, berkat gunung-gunung yang telah Dia pancangkan padanya.
Allah telah mengalirkan dari dalamnya mata air-mata air, dan menyediakan padanya jalan-jalan untuk ditempuh, serta menyediakan padanya berbagai manfaat dan tempat-tempat untuk ditanami guna keperluan pertanian. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya. (Al-Mulk: 15) Maksudnya, berjalanlah kalian ke mana pun yang kamu kehendaki di berbagai kawasannya, serta lakukanlah perjalanan mengelilingi semua daerah dan kawasannya untuk keperluan mata pencaharian dan perniagaan. Dan ketahuilah bahwa upaya kalian tidak dapat memberi manfaat sesuatu pun bagi kalian kecuali bila Allah memudahkannya bagi kalian.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. (Al-Mulk: 15) Maka berupaya dengan menempuh sarananya tidaklah bertentangan dengan citra tawakal kepada Allah. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepadaku Bakar ibnu Amr; ia pernah mendengar Abdullah ibnu Hubairah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abus Sahm Al-Habsyani mengatakan bahwa ia pernah mendengar Umar ibnul Khattab mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Dia akan memberimu rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung; burung pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan pulang di petang hari dalam keadaan perut kenyang.
Imam At-Tirmidzi, Imam An-Nasai, dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadits Ibnu Hubairah; Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Maka di dalam hadits ini dikukuhkan adanya keberangkatan di petang dan pagi hari untuk mencari rezeki disertai dengan rasa tawakalnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena Dialah Yang Menundukkan, Yang Memperjalankan, dan Yang Menjadikan penyebab adanya rezeki itu. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (Al-Mulk: 15) Yakni dikembalikan kelak di hari kiamat. Ibnu Abbas, Mujahid, As-Suddi, dan Qatadah mengatakan bahwa manakibuha artinya daerah-daerah yang jauh, daerah-daerah pedalamannya, dan seluruh kawasannya.
Ibnu Abbas dan Qatadah mengatakan pula bahwa manakibuha artinya gunung-gunungnya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hakkam Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Qatadah, dari Yunus ibnu Jubair, dari Basyir ibnu Ka'b, bahwa ia membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: maka berjalanlah di segala penjurunya. (Al-Mulk: 15) Lalu ia berkata kepada budak perempuan yang telah melahirkan anak darinya, "Jika engkau mengetahui makna manakibuha, berarti engkau merdeka." Lalu budak perempuannya itu menjawab, "Manakibuha artinya pegunungannya." Lalu Basyir ibnu Ka'b bertanya kepada Abu Darda mengenai maknanya, maka Abu Darda menjawab, "Manakibuha artinya daerah pegunungannya.""
Setelah ditegaskan bahwa Allah adalah Mahahalus dan Maha luas pengetahuan-Nya, kini diuraikan kembali tentang Kuasa-Nya. Dialah Allah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi untuk melakukan aneka aktifitas yang bermanfaat, maka jelajahilah di segala penjurunya, berkelanalah ke seluruh pelosoknya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya yang disediakan untuk kamu, serta bersyukurlah dengan segala karunia-Nya itu. Dan karena pada akhirnya, hanya kepada-Nyalah kamu kembali setelah dibangkitkan. 16-17. Bukti kekuasaan dan keluasan ilmu-Nya sudah dipaparkan, kalau manusia tetap durhaka maka Allah menegaskan dalam ayat ini: Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia Allah yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang'. Mestinya kamu tidak merasa aman dengan tetap durhaka. Karena orang sebelum kamu seperti Karun karena kedurhakaannya dia ditelan bumi. Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia Allah yang di langit yang mengendalikan sepenuhya semua makhluk, tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu yang dapat membinasakan kamu' Namun kalau kamu tetap durhaka, kelak kamu akan mengetahui bagaimana akibat mendustakan peringatan-Ku.
Ayat ini menerangkan nikmat Allah yang tiada terhingga yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia, dengan menyatakan bahwa Allah telah menciptakan bumi dan memudahkannya untuk mereka, sehingga mereka dapat mengambil manfaat yang tidak terhingga untuk kepentingan hidup mereka. Dia menciptakan bumi itu bundar dan melayang-layang di angkasa luas. Manusia tinggal di atasnya seperti berada di tempat yang datar terhampar, tenang, dan tidak bergoyang. Dengan perputaran bumi terjadilah malam dan siang, sehingga manusia dapat berusaha pada siang hari dan beristirahat pada malam hari. Bumi memancarkan sumber-sumber mata air, yang mengalirkan air untuk diminum manusia dan binatang ternak peliharaannya.
Dengan air itu pula manusia mengairi kebun-kebun dan sawah-sawah mereka, demikian pula kolam-kolam tempat mereka memelihara ikan. Dengan air itu pula mereka mandi membersihkan badan mereka yang telah kotor, sehingga mereka merasa segar dan nyaman. Diciptakan-Nya pula bukit-bukit, lembah-lembah, gunung-gunung yang menghijau yang menyejukkan hati orang yang memandangnya. Dari celah-celah bukit itu mengalirlah sungai-sungai dan di antara bukit-bukit dan lembah-lembah itu manusia membuat jalan-jalan yang menghubungkan suatu negeri dengan negeri yang lain. Alangkah banyaknya nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada manusia. Seandainya Allah menahan suatu nikmat saja kepada manusia, misalnya tidak memberikan udara yang akan dihirup, manusia akan mengalami penderitaan yang sangat. Siapakah yang dapat mengingkari nikmat Allah yang demikian banyaknya itu?
Menurut para saintis, bumi yang diseliputi atmosfer sangat dinamis. Proses-proses geologi yang mencakup dari proses erosi, pengendapan, naik-turun muka laut, gempa bumi, pergerakan magma, sampai ke letusan gunung api dalam rentang waktu jutaan tahun telah memungkinkan terjadinya cebakan-cebakan mineral maupun energi. Di bagian lain, laut dan atmosfer pun tak kalah dinamisnya. Interaksinya dengan daratan dan perjalanannya bersama bulan mengitari matahari membentuk iklim dan musim. Proses-proses dinamis yang melibatkan daratan-laut dan atmosfer tersebut memungkinkan terjadinya siklus hidrologi yang pada gilirannya menurunkan hujan dan menyebabkan kesuburan tanah serta terbentuknya cadangan air baik di danau, sungai maupun dalam tanah. Oksigen dan air yang merupakan kebutuhan vital manusia tersedia melimpah dan amat mudah didapatkannya.
Ayat ini menyatakan bahwa dengan sifat rahman-Nya kepada seluruh umat manusia, maka Allah bukan saja telah menyediakan seluruh sarana dan prasarana bagi manusia. Ia juga telah memudahkan manusia untuk hidup di permukaan bumi. Manusia diperintahkan Allah untuk berjalan di permukaan bumi untuk mengenali baik tempatnya, penghuninya, manusianya, hewan dan tumbuhannya.
Manusia tidak saja diberi udara, tumbuhan, hewan, dan cuaca yang menyenangkan, tapi juga diberi perlengkapan dan kenyamanan untuk mencari rezeki di bumi dengan segala yang ada di atasnya maupun terkandung di dalamnya.
Setelah Allah menerangkan bahwa alam ini diciptakan untuk manusia dan memudahkannya untuk keperluan mereka, maka Dia memerintahkan agar mereka berjalan di muka bumi, untuk memperhatikan keindahan alam, berusaha mengolah alam yang mudah ini, berdagang, beternak, bercocok tanam dan mencari rezeki yang halal. Sebab, semua yang disediakan Allah itu harus diolah dan diusahakan lebih dahulu sebelum dimanfaatkan bagi keperluan hidup manusia.
Dengan memahami ayat ini, dapat dikemukakan hal-hal yang berikut:
1. Allah memerintahkan agar manusia berusaha dan mengolah alam untuk kepentingan mereka guna memperoleh rezeki yang halal. Hal ini berarti bahwa tidak mau berusaha dan bersifat pemalas bertentangan dengan perintah Allah.
2. Karena berusaha dan mencari rezeki itu termasuk melaksanakan perintah Allah, maka orang yang berusaha dan mencari rezeki adalah orang yang menaati Allah, dan hal itu termasuk ibadah. Dengan perkataan lain bahwa berusaha dan mencari rezeki itu bukan mengurangi ibadah, tetapi memperkuat dan memperbanyak ibadah itu sendiri.
Diriwayatkan oleh Ahmad dari 'Umar bin al-Khaththab, sesungguhnya ia mendengar Rasulullah bersabda:
Jika kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana Allah memberikan rezeki-Nya kepada burung. Pergi mencari rezeki dengan perut yang kosong, dan petang hari ia kembali ke sarangnya dengan perut yang berisi penuh. (Riwayat at-Tirmidhi, Ahmad, al-Baihaqi, dan Abu Dawud dari 'Umar bin al-Khaththab)
Hadis ini menunjukkan bahwa waktu sejak pagi hari sampai petang adalah waktu untuk mencari rezeki, seperti yang telah dilakukan burung. Jika manusia benar-benar mau berusaha sejak pagi sampai petang pasti Allah memberinya rezeki. Mereka tidak akan kelaparan. Dari hadis ini juga dapat dipahami bahwa orang yang tidak mau berusaha tidak akan diberi rezeki oleh Allah.
Diriwayatkan oleh al-hakim dan at-Tirmidhi dari Mu'awiyah bin Qurrah, ia berkata, "Pada suatu hari 'Umar bin Khaththab lewat di perkampungan suatu kaum, lalu beliau bertanya kepada kaum itu, "Siapakah kamu?" Mereka menjawab, "Kami adalah orang-orang yang bertawakal kepada Allah." Umar berkata, "Kamu bukanlah orang-orang yang bertawakal kepada Allah, melainkan orang-orang yang telah dimakan karat. Adapun orang yang bertawakal kepada Allah ialah orang yang menanamkan benih ke dalam tanah, lalu ia bertawakal kepada Allah."
Dalam mencari rezeki ajaran Islam memberikan beberapa pedoman:
1. Agar setiap manusia berusaha mencukupkan keperluan dirinya dan keluarganya. Oleh karena itu, orang yang berangkat dari rumahnya pagi hari untuk mencari rezeki, termasuk orang yang didoakan oleh Nabi Muhammad agar diberkahi Allah.
Bahwa Nabi Muhammad ﷺ berkata, "Wahai Allah, berkatilah umatku yang berangkat berusaha pagi-pagi." (Riwayat at-Tirmidhi dari sakhr bin al-Gamidi)
2. Dalam berusaha itu hendaklah mencari yang halal. Maksudnya ialah mencari rezeki dengan cara-cara yang halal, tidak dengan mencuri, menipu, korupsi, dan sebagainya. Rezeki yang dicari itu adalah rezeki yang halal, bukan yang haram, seperti khamar, bangkai, dan sebagainya, sesuai dengan hadis: Dari Ali bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala senang melihat hamba-Nya, dalam mencari yang halal." (Riwayat ath-thabrani)
Hadis yang lain menerangkan:
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, "Mencari rezeki yang halal wajib bagi setiap orang muslim." (Riwayat ath-thabrani)
Pada akhir ayat, Allah memberi peringatan kepada manusia bahwa semua makhluk akan kembali kepada-Nya pada hari Kiamat, dan pada waktu itu akan ditimbang semua perbuatan manusia. Amal baik dibalas dengan pahala yang berlipat ganda, sedangkan perbuatan buruk akan dibalas dengan azab neraka. Oleh karena itu, hendaklah manusia selalu mawas diri, berusaha melaksanakan amal saleh sebanyak mungkin dan menilai serta meneliti perbuatan-perbuatan yang akan dikerjakan, berusaha memohon ampun kepada Allah atas kesalahan yang telanjur dilakukan atau yang tanpa disadari bahwa perbuatan itu termasuk perbuatan yang dilarang Allah. Maka setiap muslim seyogyanya mencari rezeki yang halal saja, jangan sekali-kali memakan rezeki yang diperoleh dengan cara yang haram atau bendanya sendiri adalah benda yang haram. Ingatlah bahwa semua makhluk tanpa ada kecualinya akan kembali kepada-Nya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TAKUT KEPADA TUHAN YANG GAIB
Ayat 12
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya dengan gaib."
Allah tidak kelihatan oleh mata, tidak terdengar oleh telinga. Tetapi Allah itu nyata kelihatan oleh mata hati kita setelah melihat beribu-ribu bukti tentang ada-Nya.
Tiap-tiap sesuatu adalah bukti Tuhanku Esa sudahlah pasti!
“Bagi mereka adalah ampunan dan pahala yang besar."
Tentang apa mendapat ampunan? Ialah tentang dosa dan kesalahan membuang-buang tempoh dan umur dengan sia-sia, karena lupa akan kegunaan hidup.
Tentang apa mendapat pahala yang besar? Karena manusia telah mulai menempuh jalan baru setelah ma'rifat kepada Allah. Yaitu mencari Allah dalam afal-Nya, dalam Perbuatan-Nya.
Di pangkal ayat ada tersebut tentang takut. Timbullah pertanyaan, mengapa ada rasa takut?
Banyaklah yang ditakuti apabila tidak mengenal Allah. Terutama yang sangat ditakuti ialah kebodohan. Karena bodoh adalah induk dari segala penyakit. Tidak tahu akan kegunaan hidup di dunia. Bertambah mendalam ma'rifat orang kepada Allah, bertambahlah dia merasa takut akan terjauh dan Allah.
Ayat 13
“Dan bisikkanlah perkataanmu atau nyaringkanlah dengan dia, sesungguhnya. Dia Maha Mengetahui apa yang terkandung dalam dada."
Artinya, ialah bahwa Allah tetap mengetahui walaupun engkau berbisik atau bersuara nyaring. Bagi Allah sama saja. Walaupun apa yang terasa dalam hatimu tidak engkau ucapkan sama sekali, namun perasaan yang terkandung dalam hatimu itu tetap juga diketahui oleh Allah. Inilah suatu peringatan bagi manusia supaya dia berhati yang tulus dan ikhlas, jangan lain di mulut lain di hati. Dan ini pun suatu peringatan agar sebutlah nama Allah itu dengan sederhana tidak perlu disorak-soraikan, sebagaimana kebanyakan dilakukan oleh ahli-ahli tasawuf di dalam melakukan dzikir.
Ayat 14
“Apakah tidak mengetahui Maha Pencipta?`
Inilah satu pertanyaan yang memberi kesadaran kepada manusia. Sudah dijelaskan bahwa walau kita berbisik atau bersuara nyaring, Allah pasti tahu. Masakan Tuhan Pencipta seluruh alam tidak akan tahu apa yang Dia ciptakan? Kalau disusun kembali kata-kata itu menurut susunan bahasa kita, beginilah bunyinya, ‘Apakah Allah Maha Pencipta disangka tidak akan mengetahui keadaan makhluk-Nya."
“Padahal Dia adalah Mahahalus, lagi Mahamengerti?"
Dia adalah lathif, artinya Mahahalus penyelidikan-Nya dan peraturan-Nya, sehingga tungau yang kecil pun mempunyai hati jantung juga sebagai hati jantung itu pun ada pada gajah. Dan Allah pun Mahamengerti apa yang patut bagi seluruh makhluk itu. Kalau dia ikan diberilah dia insang. Kalau dia burung diberilah dia sayap. Kalau dia binatang yang hidup di alam bebas diberilah dia bulu penahan dingin. Iklim, pergantian udara, pertukaran musim dan sebagainya memengaruhi kepada hidup menurut jalannya masing-masing.
Ayat 15
“Dialah yang menjadikan bumi itu rendah."
“Zalulan" kita artikan rendah,yaitu rendah, di bawah kaki manusia atau di bawah injakan manusia. Bagaimana pun tingginya gunung, apabila manusia mendakinya, namun puncak gunung itu terletak di bawah kaki manusia juga. “Maka berjalanlah kamu di segala penjurunya" Diumpamakanlah manusia berjalan di atas permukaan bumi sebagai berjalan di atas pundak atau bahu atau belikat bumi. Bumi yang besar diinjak bahunya oleh kita manusia. Yang tinggi hendaklah kamu daki, lurah yang dalam hendaklah kamu turuni, padang yang luas hendaklah kamu seruak, lautan yang dalam hendaklah kamu selami dan layari. Artinya bumi yang telah direndahkan untuk kamu itu kuasailah, bongkarlah rahasianya, keluarkanlah kekayaannya, galilah buminya, timbalah lautannya, tebanglah kayunya, pukatlah ikannya. “Dan makanlah daripada rezeki-Nya." Usahakanlah dengan segala daya upaya yang ada padamu. Dengan akal, pikiran dan kecerdasan. Kamu tidak boleh hanya berpangku tangan menunggu rezeki. Rezeki akan didapat menurut sekadar usaha dan perjuangan.
“Dan kepada-Nyalah akan pulang."
Sebagai manusia kita dikirim Allah ke muka bumi. Dari muka bumi itu disediakan segala kelengkapan hidup kita di sini. Tidaklah kita dibiarkan bermalas-malas, menganggur dengan tidak berusaha. Muka bumi adalah rendah di bawah kaki kita. Kita akan mendapat hasil dari muka bumi ini menurut kesanggupan tenaga dan ilmu. Zaman moden disebut zaman teknologi. Kepintaran dan kecerdasan manusia telah membuka banyak rahasia yang tersembunyi. Puncak gunung yang setinggi- tingginya pun sudah dapat dinaiki dengan mudah, misalnya dengan helikopter! Tambang-tambang digali orang mengeluarkan simpanan bumi. Manusia ditakdirkan Allah bertabiat suka kepada kemajuan. Cuma satu hal tidak boleh dilupakan, yaitu bahwa sesudah hidup kita akan mati. Dan mati itu ialah kembali kepada Allah, kembali ke tempat asal, untuk mempertanggungjawabkan apa yang pernah kita perbuat di dunia ini.
Ayat 16
“Apakah kamu merasa aman saja, terhadap Dia yang di langit?"
Artinya, tidaklah terpikir olehmu agak sejenak bahwa “Dia yang di langit" adalah yang menjamin keamananmu di atas bumi ini?
“Bahwa Dia akan menjungkirkan bumi, sehingga dia dengan tiba-tiba bergoncang?"
Maksud seluruh ayat ialah memberi ingat bahwa kamu hidup di atas bumi ini dalam keadaan aman dan tenteram, tidak ada gangguan apa-apa ialah karena ada jaminan dari Allah yang bertakhta di langit artinya Yang Mahatinggi dan Luhur. Janganlah kamu lupa bahwa Yang Mahatinggi di langit itu satu waktu berkuasa mengalihkan keadaan, menukar ketentaraman menjadi jungkir balik, ketenangan menjadi kegoncangan.
Ayat 17
“Atau apakah kamu merasa aman saja terhadap Dia yang di langit akan mengirimkan badai halimbubu kepada kamu."
Artinya, langit yang tenang, langit yang jernih dan angin berembus sepoi-sepoi basa dengan tiba-tiba bisa saja berubah menjadi badai halilintar, halimbubu yang dahsyat dengan tidak disangka-sangka.
“Maka akan tahulah kamu betapa akibat peringatan-Ku."
Bahwasanya yang demikian itu mudah saja terjadi.
Orang yang sedang berlayar dalam lautan yang tenang tidak berombak, tidaklah mengira bahwa taufan besar akan datang, karena langit jernih saja, tidak ada awan kecuali sedikit di sebelah utara sekelompok kecil. Tetapi yang sekelompok kecil itulah dalam beberapa menit saja dapat mengubah membawa ribut besar. Dalam saat yang demikian manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Di saat yang demikianlah akan terasa bagaimana kecilnya dan lemahnya manusia berhadapan dengan Mahakuasa dan Perkasa Allah.
Ayat 18
“Dan sesungguhnya telah mendustakan orang-orang yang sebelum mereka."
Kalau kiranya kaum musyrikin telah mendustakan seruan yang dibawa oleh Muhammad ﷺ di waktu surah ini turun, maka sebelum Muhammad didustakan sekarang, maka di zaman lampau nabi-nabi yang dahulu dari Nabi Muhammad pun telah didustakan pula. Semuanya diceritakan dengan terang dalam Al-Qur'an, seperti kaum Nabi Nuh mendustakan Nuh, kaum Tsamud men-dustakan Shalih, kaum Ad mendustakan Hud, Sadum dan Gamurrah mendustakan Luth dan Fir aun mendustakan Musa dan Harun, Tetapi cobalah perhatikan
“Betapa hebatnya ancaman-Ku."
Semua yang menantang itu dihancurkan oleh Allah dan kebenaran yang dibawa oleh nabi-nabi dan rasul-rasul jugalah yang menang dan tegak?