Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَخۡشَوۡنَ
mereka takut
رَبَّهُم
Tuhan mereka
بِٱلۡغَيۡبِ
dengan gaib/tidak kelihatan
لَهُم
bagi mereka
مَّغۡفِرَةٞ
ampunan
وَأَجۡرٞ
dan pahala
كَبِيرٞ
besar
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
يَخۡشَوۡنَ
mereka takut
رَبَّهُم
Tuhan mereka
بِٱلۡغَيۡبِ
dengan gaib/tidak kelihatan
لَهُم
bagi mereka
مَّغۡفِرَةٞ
ampunan
وَأَجۡرٞ
dan pahala
كَبِيرٞ
besar
Terjemahan
Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya dengan tanpa melihat-Nya akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.
Tafsir
(Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabbnya) mereka yang takut kepada-Nya (dalam sendirian) sewaktu mereka tidak kelihatan oleh orang lain, mereka tetap taat kepada-Nya. Dengan demikian berarti bila mereka berada secara terang-terangan maka lebih takut lagi (mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar) yang dimaksud adalah surga.
Tafsir Surat Al-Mulk: 12-15
Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui? Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.
Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan perihal orang yang takut kepada kedudukan Tuhannya terhadap apa yang ada antara dia dan Tuhannya; bilamana ia dalam kesendiriannya tanpa pengetahuan orang lain, maka ia mencegah dirinya dari perbuatan-perbuatan maksiat, dan sebaliknya mengerjakan amal-amal ketaatan, meskipun tiada orang lain yang melihatnya. Karena ia menyadari bahwa Allah melihatnya dan bahwa Allah akan memberinya ampunan dan pahala yang besar. Yakni Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dan membalasnya dengan pahala yang berlimpah.
Di dalam sebuah hadits yang terdapat di dalam kitab Shahihain telah disebutkan: Ada tujuh macam orang yang mendapat naungan Allah subhanahu wa ta’ala di bawah naungan 'Arasy-Nya di hari tiada naungan kecuali hanya naungan-Nya. yang antara lain dari mereka ialah: seorang lelaki yang diajak (melakukan zina) oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan, lalu ia menjawab, "Sesungguhnya aku takut kepada Allah. Dan seorang lelaki yang mengeluarkan suatu sedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dibelanjakan oleh tangan kanannya.
Al-Hafidzh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami Talut ibnu Abbad, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Ubaid, dari Sabit, dari Anas yang mengatakan bahwa para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bila berada di hadapanmu dalam keadaan tertentu. Dan apabila kami berpisah dari engkau, maka kami berada dalam keadaan yang lain." Rasulullah ﷺ balik bertanya, "Bagaimanakah kalian dengan Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Allah Tuhan kami, baik dalam kesendirian kami maupun dalam terang-terangan kami,." Rasulullah ﷺ bersabda: Sikap kalian yang demikian itu bukan munafik.
Tiada yang meriwayatkan hadits ini dari Sabit selain Al-Haris ibnu Ubaid menurut pengetahuan kami. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan (manusia) bahwa Dia Maha Melihat semua isi hati dan rahasia: Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (Al-Mulk: 13) Yakni segala sesuatu yang terdetik dan disimpan dalam hati. Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui? (Al-Mulk: 14) Yaitu apakah Tuhan Yang Maha Pencipta itu tidak mengetahui? Menurut pendapat lain, apakah Allah tidak mengetahui makhluk-Nya? Makna pertamalah yang lebih utama, karena dalam firman berikutnya disebutkan: dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui. (Al-Mulk: 14) Kemudian Allah menyebutkan nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada makhluk-Nya, melalui bumi yang telah Dia tundukkan dan dimudalikan untuk mereka, dengan menjadikannya tenang dan stabil, tidak berguncang dan tidak miring, berkat gunung-gunung yang telah Dia pancangkan padanya.
Allah telah mengalirkan dari dalamnya mata air-mata air, dan menyediakan padanya jalan-jalan untuk ditempuh, serta menyediakan padanya berbagai manfaat dan tempat-tempat untuk ditanami guna keperluan pertanian. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya. (Al-Mulk: 15) Maksudnya, berjalanlah kalian ke mana pun yang kamu kehendaki di berbagai kawasannya, serta lakukanlah perjalanan mengelilingi semua daerah dan kawasannya untuk keperluan mata pencaharian dan perniagaan. Dan ketahuilah bahwa upaya kalian tidak dapat memberi manfaat sesuatu pun bagi kalian kecuali bila Allah memudahkannya bagi kalian.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. (Al-Mulk: 15) Maka berupaya dengan menempuh sarananya tidaklah bertentangan dengan citra tawakal kepada Allah. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Haiwah, telah menceritakan kepadaku Bakar ibnu Amr; ia pernah mendengar Abdullah ibnu Hubairah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abus Sahm Al-Habsyani mengatakan bahwa ia pernah mendengar Umar ibnul Khattab mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Dia akan memberimu rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung; burung pergi di pagi hari dalam keadaan perut kosong dan pulang di petang hari dalam keadaan perut kenyang.
Imam At-Tirmidzi, Imam An-Nasai, dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadits Ibnu Hubairah; Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Maka di dalam hadits ini dikukuhkan adanya keberangkatan di petang dan pagi hari untuk mencari rezeki disertai dengan rasa tawakalnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena Dialah Yang Menundukkan, Yang Memperjalankan, dan Yang Menjadikan penyebab adanya rezeki itu. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (Al-Mulk: 15) Yakni dikembalikan kelak di hari kiamat. Ibnu Abbas, Mujahid, As-Suddi, dan Qatadah mengatakan bahwa manakibuha artinya daerah-daerah yang jauh, daerah-daerah pedalamannya, dan seluruh kawasannya.
Ibnu Abbas dan Qatadah mengatakan pula bahwa manakibuha artinya gunung-gunungnya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hakkam Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Qatadah, dari Yunus ibnu Jubair, dari Basyir ibnu Ka'b, bahwa ia membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: maka berjalanlah di segala penjurunya. (Al-Mulk: 15) Lalu ia berkata kepada budak perempuan yang telah melahirkan anak darinya, "Jika engkau mengetahui makna manakibuha, berarti engkau merdeka." Lalu budak perempuannya itu menjawab, "Manakibuha artinya pegunungannya." Lalu Basyir ibnu Ka'b bertanya kepada Abu Darda mengenai maknanya, maka Abu Darda menjawab, "Manakibuha artinya daerah pegunungannya.""
Bagi orang yang mengingkari kekuasaan Allah, ancamannya dije-laskan pada ayat sebelumnya. Pada ayat ini diterangkan siapa yang akan meraih pahala yang besar, Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak terlihat oleh mereka, atau mereka takut kepada-Nya walau mereka itu sendirian tidak terlihat oleh siapa pun, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar. 13. Gunjingan kaum musyrik yang ternyata diketahui oleh Rasulullah, menjadikan mereka saling merendahkan bahkan merahasiakan ucapan di antara mereka agar tidak didengar Tuhan Nabi Muhammad. Ayat ini turun untuk meresponss sikap tersebut. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati dan segala apa yang kamu rahasiakan.
Ayat ini menerangkan tanda-tanda orang bertakwa yang tunduk dan patuh kepada Allah, dan yakin bahwa Allah mengetahui segala yang mereka lakukan baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
Tanda-tanda itu ialah:
1. Senantiasa takut kepada azab Allah walaupun azab itu merupakan suatu yang gaib, tidak tampak dan belum tentu kapan datangnya.
2. Merasa takut akan kedatangan hari Kiamat, karena mengingat malapetaka yang akan terjadi pada diri mereka seandainya mengingkari Allah, seperti peristiwa yang akan terjadi pada hari perhitungan, hari pembalasan, dan azab neraka yang tiada terkirakan.
3. Yakin dan percaya bahwa Allah selalu mengawasi, memperhatikan, dan mengetahui di mana dan dalam keadaan bagaimana mereka setiap saat.
Dalam hadis Nabi Muhammad disebutkan:
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, "Tak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah. (Riwayat at-Tirmidhi, an-Nasa'i, Ahmad, al-hakim, dan lainnya)
Orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh, tidak ada kekhawatiran terhadap diri mereka dan mereka tidak bersedih hati terhadap segala sesuatu yang luput dari mereka, sebagaimana firman Allah:
Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (al-Baqarah/2: 277)
Orang-orang yang beriman dan taat kepada Allah selalu merasa mendapat pengawasan dari-Nya. Mereka yakin bahwa Dia melihat dan memperhatikan mereka, sebagaimana yang diucapkan Nabi Muhammad dalam konteks ihsan:
Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatmu. (Riwayat al-Bukhari, Muslim, dan Abu Hurairah)
Allah menjanjikan bahwa orang-orang mukmin yang bersifat demikian akan diampuni dosa-dosanya dan akan diberi pahala yang besar di akhirat kelak.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
TAKUT KEPADA TUHAN YANG GAIB
Ayat 12
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya dengan gaib."
Allah tidak kelihatan oleh mata, tidak terdengar oleh telinga. Tetapi Allah itu nyata kelihatan oleh mata hati kita setelah melihat beribu-ribu bukti tentang ada-Nya.
Tiap-tiap sesuatu adalah bukti Tuhanku Esa sudahlah pasti!
“Bagi mereka adalah ampunan dan pahala yang besar."
Tentang apa mendapat ampunan? Ialah tentang dosa dan kesalahan membuang-buang tempoh dan umur dengan sia-sia, karena lupa akan kegunaan hidup.
Tentang apa mendapat pahala yang besar? Karena manusia telah mulai menempuh jalan baru setelah ma'rifat kepada Allah. Yaitu mencari Allah dalam afal-Nya, dalam Perbuatan-Nya.
Di pangkal ayat ada tersebut tentang takut. Timbullah pertanyaan, mengapa ada rasa takut?
Banyaklah yang ditakuti apabila tidak mengenal Allah. Terutama yang sangat ditakuti ialah kebodohan. Karena bodoh adalah induk dari segala penyakit. Tidak tahu akan kegunaan hidup di dunia. Bertambah mendalam ma'rifat orang kepada Allah, bertambahlah dia merasa takut akan terjauh dan Allah.
Ayat 13
“Dan bisikkanlah perkataanmu atau nyaringkanlah dengan dia, sesungguhnya. Dia Maha Mengetahui apa yang terkandung dalam dada."
Artinya, ialah bahwa Allah tetap mengetahui walaupun engkau berbisik atau bersuara nyaring. Bagi Allah sama saja. Walaupun apa yang terasa dalam hatimu tidak engkau ucapkan sama sekali, namun perasaan yang terkandung dalam hatimu itu tetap juga diketahui oleh Allah. Inilah suatu peringatan bagi manusia supaya dia berhati yang tulus dan ikhlas, jangan lain di mulut lain di hati. Dan ini pun suatu peringatan agar sebutlah nama Allah itu dengan sederhana tidak perlu disorak-soraikan, sebagaimana kebanyakan dilakukan oleh ahli-ahli tasawuf di dalam melakukan dzikir.
Ayat 14
“Apakah tidak mengetahui Maha Pencipta?`
Inilah satu pertanyaan yang memberi kesadaran kepada manusia. Sudah dijelaskan bahwa walau kita berbisik atau bersuara nyaring, Allah pasti tahu. Masakan Tuhan Pencipta seluruh alam tidak akan tahu apa yang Dia ciptakan? Kalau disusun kembali kata-kata itu menurut susunan bahasa kita, beginilah bunyinya, ‘Apakah Allah Maha Pencipta disangka tidak akan mengetahui keadaan makhluk-Nya."
“Padahal Dia adalah Mahahalus, lagi Mahamengerti?"
Dia adalah lathif, artinya Mahahalus penyelidikan-Nya dan peraturan-Nya, sehingga tungau yang kecil pun mempunyai hati jantung juga sebagai hati jantung itu pun ada pada gajah. Dan Allah pun Mahamengerti apa yang patut bagi seluruh makhluk itu. Kalau dia ikan diberilah dia insang. Kalau dia burung diberilah dia sayap. Kalau dia binatang yang hidup di alam bebas diberilah dia bulu penahan dingin. Iklim, pergantian udara, pertukaran musim dan sebagainya memengaruhi kepada hidup menurut jalannya masing-masing.
Ayat 15
“Dialah yang menjadikan bumi itu rendah."
“Zalulan" kita artikan rendah,yaitu rendah, di bawah kaki manusia atau di bawah injakan manusia. Bagaimana pun tingginya gunung, apabila manusia mendakinya, namun puncak gunung itu terletak di bawah kaki manusia juga. “Maka berjalanlah kamu di segala penjurunya" Diumpamakanlah manusia berjalan di atas permukaan bumi sebagai berjalan di atas pundak atau bahu atau belikat bumi. Bumi yang besar diinjak bahunya oleh kita manusia. Yang tinggi hendaklah kamu daki, lurah yang dalam hendaklah kamu turuni, padang yang luas hendaklah kamu seruak, lautan yang dalam hendaklah kamu selami dan layari. Artinya bumi yang telah direndahkan untuk kamu itu kuasailah, bongkarlah rahasianya, keluarkanlah kekayaannya, galilah buminya, timbalah lautannya, tebanglah kayunya, pukatlah ikannya. “Dan makanlah daripada rezeki-Nya." Usahakanlah dengan segala daya upaya yang ada padamu. Dengan akal, pikiran dan kecerdasan. Kamu tidak boleh hanya berpangku tangan menunggu rezeki. Rezeki akan didapat menurut sekadar usaha dan perjuangan.
“Dan kepada-Nyalah akan pulang."
Sebagai manusia kita dikirim Allah ke muka bumi. Dari muka bumi itu disediakan segala kelengkapan hidup kita di sini. Tidaklah kita dibiarkan bermalas-malas, menganggur dengan tidak berusaha. Muka bumi adalah rendah di bawah kaki kita. Kita akan mendapat hasil dari muka bumi ini menurut kesanggupan tenaga dan ilmu. Zaman moden disebut zaman teknologi. Kepintaran dan kecerdasan manusia telah membuka banyak rahasia yang tersembunyi. Puncak gunung yang setinggi- tingginya pun sudah dapat dinaiki dengan mudah, misalnya dengan helikopter! Tambang-tambang digali orang mengeluarkan simpanan bumi. Manusia ditakdirkan Allah bertabiat suka kepada kemajuan. Cuma satu hal tidak boleh dilupakan, yaitu bahwa sesudah hidup kita akan mati. Dan mati itu ialah kembali kepada Allah, kembali ke tempat asal, untuk mempertanggungjawabkan apa yang pernah kita perbuat di dunia ini.
Ayat 16
“Apakah kamu merasa aman saja, terhadap Dia yang di langit?"
Artinya, tidaklah terpikir olehmu agak sejenak bahwa “Dia yang di langit" adalah yang menjamin keamananmu di atas bumi ini?
“Bahwa Dia akan menjungkirkan bumi, sehingga dia dengan tiba-tiba bergoncang?"
Maksud seluruh ayat ialah memberi ingat bahwa kamu hidup di atas bumi ini dalam keadaan aman dan tenteram, tidak ada gangguan apa-apa ialah karena ada jaminan dari Allah yang bertakhta di langit artinya Yang Mahatinggi dan Luhur. Janganlah kamu lupa bahwa Yang Mahatinggi di langit itu satu waktu berkuasa mengalihkan keadaan, menukar ketentaraman menjadi jungkir balik, ketenangan menjadi kegoncangan.
Ayat 17
“Atau apakah kamu merasa aman saja terhadap Dia yang di langit akan mengirimkan badai halimbubu kepada kamu."
Artinya, langit yang tenang, langit yang jernih dan angin berembus sepoi-sepoi basa dengan tiba-tiba bisa saja berubah menjadi badai halilintar, halimbubu yang dahsyat dengan tidak disangka-sangka.
“Maka akan tahulah kamu betapa akibat peringatan-Ku."
Bahwasanya yang demikian itu mudah saja terjadi.
Orang yang sedang berlayar dalam lautan yang tenang tidak berombak, tidaklah mengira bahwa taufan besar akan datang, karena langit jernih saja, tidak ada awan kecuali sedikit di sebelah utara sekelompok kecil. Tetapi yang sekelompok kecil itulah dalam beberapa menit saja dapat mengubah membawa ribut besar. Dalam saat yang demikian manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Di saat yang demikianlah akan terasa bagaimana kecilnya dan lemahnya manusia berhadapan dengan Mahakuasa dan Perkasa Allah.
Ayat 18
“Dan sesungguhnya telah mendustakan orang-orang yang sebelum mereka."
Kalau kiranya kaum musyrikin telah mendustakan seruan yang dibawa oleh Muhammad ﷺ di waktu surah ini turun, maka sebelum Muhammad didustakan sekarang, maka di zaman lampau nabi-nabi yang dahulu dari Nabi Muhammad pun telah didustakan pula. Semuanya diceritakan dengan terang dalam Al-Qur'an, seperti kaum Nabi Nuh mendustakan Nuh, kaum Tsamud men-dustakan Shalih, kaum Ad mendustakan Hud, Sadum dan Gamurrah mendustakan Luth dan Fir aun mendustakan Musa dan Harun, Tetapi cobalah perhatikan
“Betapa hebatnya ancaman-Ku."
Semua yang menantang itu dihancurkan oleh Allah dan kebenaran yang dibawa oleh nabi-nabi dan rasul-rasul jugalah yang menang dan tegak?