Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذَا
dan apabila
رَأَيۡتَهُمۡ
kamu melihat mereka
تُعۡجِبُكَ
kamu kagum/tertarik
أَجۡسَامُهُمۡۖ
tubuh-tubuh mereka
وَإِن
dan jika
يَقُولُواْ
mereka berkata
تَسۡمَعۡ
kamu mendengarkan
لِقَوۡلِهِمۡۖ
pada perkataan mereka
كَأَنَّهُمۡ
seakan-akan mereka
خُشُبٞ
kayu
مُّسَنَّدَةٞۖ
tersandar
يَحۡسَبُونَ
mereka mengira
كُلَّ
tiap-tiap
صَيۡحَةٍ
teriakan keras
عَلَيۡهِمۡۚ
atas mereka
هُمُ
mereka
ٱلۡعَدُوُّ
musuh
فَٱحۡذَرۡهُمۡۚ
maka takutlah/waspadalah terhadap mereka
قَٰتَلَهُمُ
membunuh/membinasakan mereka
ٱللَّهُۖ
Allah
أَنَّىٰ
bagaimana
يُؤۡفَكُونَ
mereka dipalingkan
وَإِذَا
dan apabila
رَأَيۡتَهُمۡ
kamu melihat mereka
تُعۡجِبُكَ
kamu kagum/tertarik
أَجۡسَامُهُمۡۖ
tubuh-tubuh mereka
وَإِن
dan jika
يَقُولُواْ
mereka berkata
تَسۡمَعۡ
kamu mendengarkan
لِقَوۡلِهِمۡۖ
pada perkataan mereka
كَأَنَّهُمۡ
seakan-akan mereka
خُشُبٞ
kayu
مُّسَنَّدَةٞۖ
tersandar
يَحۡسَبُونَ
mereka mengira
كُلَّ
tiap-tiap
صَيۡحَةٍ
teriakan keras
عَلَيۡهِمۡۚ
atas mereka
هُمُ
mereka
ٱلۡعَدُوُّ
musuh
فَٱحۡذَرۡهُمۡۚ
maka takutlah/waspadalah terhadap mereka
قَٰتَلَهُمُ
membunuh/membinasakan mereka
ٱللَّهُۖ
Allah
أَنَّىٰ
bagaimana
يُؤۡفَكُونَ
mereka dipalingkan
Terjemahan
Apabila engkau melihat mereka, tubuhnya mengagumkanmu. Jika mereka bertutur kata, engkau mendengarkan tutur katanya (dengan saksama karena kefasihannya). Mereka bagaikan (seonggok) kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan (kutukan) ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya). Maka, waspadalah terhadap mereka. Semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)?
Tafsir
(Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum) karena keindahan dan kebagusannya. (Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka) karena kefasihan tutur katanya. (Mereka adalah seakan-akan) karena tubuhnya yang besar akan tetapi pikirannya kosong tidak dapat memahami (kayu) dapat dibaca khusyubun dan khusybun (yang tersandar) artinya bagaikan kayu yang tersandar ke tembok. (Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan keras) teriakan sebagaimana seruan di dalam kemiliteran, atau bagaikan seruan orang yang mencari barang yang hilang (ditujukan kepada mereka) demikian itu karena hati mereka sudah memendam rasa kecut dan takut terhadap hal-hal yang akan menimpa mereka yang memperbolehkan darah mereka dialirkan. (Mereka itulah musuh yang sebenarnya, maka waspadalah terhadap mereka) karena sesungguhnya mereka pasti membeberkan rahasia kamu kepada orang-orang kafir (semoga Allah membinasakan mereka) menghancurkan mereka. (Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan?) dari iman, padahal bukti-buktinya sudah cukup jelas.
Tafsir Surat Al-Munafiqun: 1-4
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi), lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan perihal orang-orang munafik, bahwa mereka hanya mengakui Islam dengan mulutnya saja, bila datang kepada Nabi ﷺ Adapun di dalam batin mereka adalah kebalikannya dan tidaklah seperti apa yang dilahirkan oleh mereka. Untuk itulah maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah." (Al-Munafiqun: 1) Yakni apabila mereka datang kepadamu dan menghadapimu dengan pengakuan tersebut, serta menampakkan hal itu kepadamu, kenyataannya tidaklah seperti apa yang mereka katakan.
Karena itulah maka dalam ayat ini diletakkan kalimat sisipan yang memberitahukan bahwa sesungguhnya Nabi ﷺ adalah utusan Allah, yaitu: Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya. (Al-Munafiqun: 1) Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (Al-Munafiqun: 1) Yaitu dalam pemberitaan mereka, sekalipun pada lahiriahnya mereka menampakkan hal yang sungguhan, karena sesungguhnya mereka tidak meyakini kebenaran dari apa yang mereka ucapkan dan tidak pula membenarkannya dalam hati mereka. Karena itulah maka mereka didustakan berdasarkan keyakinan yang tersimpan dalam hati mereka.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. (Al-Munafiqun: 2) Artinya, mereka melindungi diri mereka dengan sumpah yang palsu lagi berdosa agar lawan bicara mereka percaya kepada apa yang .mereka katakan, dan teperdayalah oleh mereka orang-orang yang tidak mengetahui hakikat perkara mereka, sehingga menyangka mereka sebagai orang-orang Islam. Adakalanya mereka dijadikan panutan dalam perbuatannya, dan ucapannya dibenarkan, padahal sesungguhnya keadaan mereka dalam batinnya sama sekali tidak memperhatikan kepentingan Islam dan para pemeluknya.
Dengan demikian, maka sikap mereka yang demikian itu menimpakan kemudaratan yang besar kepada kebanyakan orang. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman Allah subhanahu wa ta’ala: lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Munafiqun: 2) Karena itulah maka Adh-Dhahhak ibnu Muzahim membaca ayat ini dengan bacaan berikut: Mereka itu menjadikan iman mereka sebagai perisai. (Al-Munafiqun: 2) dengan membaca aimanahum menjadi Imanahum, yakni pembenaran yang mereka lahirkan dijadikan oleh mereka sebagai perisai untuk melindungi diri agar jangan dibunuh.
Tetapi jumhur ulama membacanya aimanahum bentuk jamak dari yamin. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi), lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (Al-Munafiqun: 3) Yakni sesungguhnya ditetapkan atas mereka kemunafikan tiada lain karena mereka menanggalkan keimanan mereka dan mengenakan kembali kekufurannya dan mengganti hidayah dengan kesesatan. lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti. (Al-Munafiqun: 3) .
Artinya, petunjuk tidak akan dapat sampai ke dalam hati mereka, dan tiada kebaikan yang dapat menggugahnya, maka hati mereka tidak dapat mengerti dan tidak dapat memperoleh hidayah. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. (Al-Munafiqun: 4) Mereka memiliki penampilan yang baik-baik, pandai berbicara, dan berlisan fasih.
Apabila perkataan mereka didengar, maka pendengarnya akan terpesona oleh perkataan mereka yang berparamasastra. Padahal kenyataannya hati mereka sangat lemah, rapuh, mudah sok, penakut, dan pengecut. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. (Al-Munafiqun: 4) Yakni manakala terjadi suatu peristiwa atau suatu kejadian atau hal yang menakutkan, maka mereka berkeyakinan bahwa hal itu akan menimpa diri mereka, hal ini disebabkan hati mereka yang pengecut lagi penakut.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati; dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedangkan mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-Ahzab: 19) Mereka adalah orang-orang yang berpenampilan saja, tetapi dalamnya kosong sama sekali.
Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? (Al-Munafiqun: 4) Yaitu bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari petunjuk kepada kesesatan?
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Qudamah Al-Jumahi, dari Ishaq ibnu Bukair ibnu Abul Furat, dari Sa'id ibnu Sa'id Al-Maqbari, dari ayahnya, dari Abu Hurairah , bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya orang-orang munafik itu mempunyai ciri-ciri khas yang dapat diketahui, yaitu salam penghormatan mereka berupa laknat, makanan mereka adalah hasil rampokan, dan ganimah mereka adalah hasil penggelapan (korupsi).
Mereka tidak mendekati masjid-masjid melainkan menjauhinya, dan mereka tidak mendatangi shalat kecuali paling belakang. Mereka bersikap sombong, tidak bersikap rukun dan tidak pula bersikap simpatik. Mereka di malam hari bagaikan kayu (yang tersandar) dan di siang hari gaduh. Menurut Yazid ibnu Murrah, mereka di siang hari sangat ribut."
Dan apabila engkau, Nabi Muhammad, melihat mereka secara lahiriah, tubuh mereka akan mengagumkanmu, karena penampilan mereka menarik. Dan jika mereka berkata tentang agama dan kemasyarakatan, engkau akan mendengarkan tutur-katanya baik dan benar seperti orang bijak. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar, benda yang memiliki bentuk, tetapi tak bernyawa, penampilan mereka menarik dan pandai berorasi, tetapi otak mereka kosong tidak dapat memahami kebenaran. Mereka mengira bahwa setiap teriakan, yakni ungkapan amar makruf dan nahi mungkar yang diucapkan Rasulullah dan para sahabat, ditujukan kepada mereka, karena hati kecil mereka merasa dan menyadari kesalahan mereka. Mereka itulah musuh yang sebenarnya, jika topeng mereka dibuka. Maka waspadalah terhadap mereka, wahai Nabi dan orang-orang beriman; Allah membinasakan mereka di dunia melalui tanganmu dan di akhirat dengan dimasukkan ke dalam neraka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan dari iman, padahal mereka menyaksikan turunnya Al-Qur'an kepada Nabi'5. Ayat ini menjelaskan penolakan orang-orang munafik, apabila diajak beriman dan memohon ampun kepada Allah. Dan apabila dikatakan kepada mereka dalam berbagai kesempatan, 'Marilah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasulullah memohonkan ampunan bagimu dari segala kesalahan kamu,' mereka membuang muka, karena keengganan mereka untuk beriman; dan engkau lihat mereka berpaling dari ajakanmu dengan menyombongkan diri, karena merasa dirinya hebat.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa orang-orang munafik itu terlihat sangat menakjubkan. Tubuh mereka tegap-tegap, simpatik, dan lancar berbicara serta mengasyikkan. Apabila mereka berkata, orang senang mendengarnya karena tutur bahasanya yang teratur, menarik, dan tidak membosankan. Mereka tidak ubahnya seperti kayu yang tersandar, benda yang mempunyai bentuk, tetapi tidak bernyawa. Ini biasa dipakai sebagai perumpamaan bagi orang yang kelihatannya bagus, tetapi amal perbuatannya jelek. Lahiriahnya elok, tetapi hatinya busuk, tidak ubahnya dengan kayu yang di dalamnya kosong melompong, kelihatannya indah, tetapi tidak dapat digunakan, tidak dapat diharapkan daripadanya hal yang baik dan bermanfaat.
Setiap ada kata-kata yang sifatnya amar ma'ruf nahi mungkar, mereka menyangka bahwa kata-kata itu ditujukan kepadanya. Mereka takut kalau-kalau kedudukan dan pangkatnya terancam dan rahasianya terbongkar. Cercaan dan cemoohan terhadap mereka akan datang dan mereka akan menjadi bulan-bulanan. Allah berfirman:
Mereka kikir terhadapmu. Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam. (al-Ahzab/33: 19)
Mereka itu sebenarnya adalah musuh, karena itu berhati-hatilah menghadapinya, jangan terpengaruh dengan keramah-tamahan mereka, dan jangan termakan dengan bujuk rayu mereka. Mereka kelihatan tersenyum, tetapi di dalam hatinya terpendam dendam yang mendalam, iktikad jahat yang membawa maut. Mereka itu dilaknat Allah dan jauh dari rahmat-Nya, karena perbuatan mereka yang sangat jahat. Penerangan dan penjelasan tentang kebenaran telah cukup diberikan kepada mereka, tetapi mereka itu membuang kebenaran itu, dan melaksanakan kebatilan yang dilarang oleh Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-MUNAAFIQUUN
(KAUM MUNAFIK)
SURAH KE-63,11 AYAT, DITURUNKAN DI MADINAH
(AYAT 1-11)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
GARA-GARA KAUM MUNAFIK
Di dalam surah ash-Shaff kita dapati peringatan kepada kaum yang beriman agar mereka menyesuaikan perkataan dengan perbuatan. Dipujikan orang yang bersusun ber-shaf menegakkan jalan Allah laksana susunan rumah yang kukuh.
Di dalam surah al-Jumu'ah dilihat lagi betapa besar pengaruh ajaran Nabi ﷺ sehingga kaum yang ummiy, tidak ada berpengetahuan apa-apa, yang dahulunya sesat tidak tentu tujuan, kemudian dapat menjadi umat yang cerdas, berpengertian, mendapat didikan Kitab dan Hikmah dan menuju hidup dalam kesucian. Dan di dalam surah al-Jumu'ah juga diberi ingat bila hari Jum'at supaya siap sedia mengerjakan shalat Jum'at, berkumpul beribadah, mengerjakan dzikir kepada Allah dan mendengarkan khutbah.
Maka dengan kedua surah itu, ash-Shaff dan al-Jumu'ah, tampaklah bimbingan menegakkan kesatuan umat dalam aqidah.
Tetapi pada surah al-Munaafiquun mulailah diterangkan orang yang tidak setia menuruti anjuran dan ajaran Nabi, yang hatinya bercabang dua, mulutnya lain dan hatinya lain, yaitu orang-orang munafik.
Ayat 1
“Apabila datang kepada engkau orang-orang munafik itu, mereka berkata, ‘Kami mengakui bahwa sungguhlah engkau benar-benar Rasul Allah.'"
Di pangkal ayat ini bertemu dua kata penting yang keduanya menunjukkan perlawanan. Kalimat pertama ialah munaafikun, yang berarti orang munafik, orang-orang yang berlain di antara kulit dengan isi, lahir dengan batin, atau mulut dengan hati. Sesudah itu bertemu kata-kata nasyhadu, yang di sini kita artikan mengakui. Kadang-kadang disebut juga naik saksi! Maka pada pangkal ayat itu saja sudah nyata bahwa ini tidak mungkin. Kata-kata nasyhadu yang berarti mengakui atau naik saksi adalah kata-kata yang berat dan bertanggung jawab, sehingga seorang yang masih kafir lalu hendak memeluk Islam, dia mesti lebih dahulu mengucapkan,
“Aku bersaksi-atau mengakui dengan sesungguh hati- bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah; dan aku bersaksi-atau mengakui dengan sesungguh hati bahwa Nabi Muhammad benar-benar utusan Allah."
Sekarang orang-orang munafik telah mengakui dengan mengucapkan nasyhadul Bukankah itu sudah cukup?
Pengakuannya itu diterima dingin oleh Allah. Sebab setelah itu Allah memberi ingat kepada Rasul-Nya, “Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya engkau memanglah Rasul-Nya." Artinya meskipun orang-orang munafik menyatakan bahwa dia mengakui Nabi Muhammad Rasulullah, ataupun mereka tidak ada mengakui sama sekali, bagi Allah sama saja. Mereka mengaku atau tidak mengaku, namun Muhammad memang Rasulullah.
Tegasnya adalah bahwa pengakuan dari orang munafik tidak ada artinya.
Malah Allah menjelaskan lagi,
“Dan Allah pun menyaksikan bahwa sesungguhnya orang-orang yang munafik itu benar-benarlah orang-orang pembohong."
Mengapa mereka dikatakan Allah orang-orang pembohong? Padahal mereka telah melengkapkan syahadat, memakai nasyhadu segala?
Mereka adalah pembohong karena pengakuan atau kesaksian itu tidaklah dari hati mereka. Bahkan hati sanubari mereka menolak sekeras-kerasnya kerasulan Nabi Muhammad ﷺ.
Sebab itu walaupun yang mereka katakan itu padahal hakikatnya benar, oleh karena tidak diakui oleh hatinya sendiri, bohong juga namanya. Syahadat atau kesaksian itu adalah bohong, karena tidak sesuai dengan kepercayaan di hati.
Ayat 2
“Mereka mengambil sumpah mereka sebagai perisai."
Pengakuan atau kesaksian yang telah mereka ucapkan itu sama juga artinya dengan sumpah “kami naik saksi" atau “kami mengakui," sama juga dengan ucapan “Demi Allah." Maka kedatangan mereka kepada Nabi menyampaikan pengakuan bahwa Muhammad memang Rasul Allah, lain tidak hanya sebagai perisai saja. Sebagaimana kita maklum, perisai ialah satu alat pemagar diri dari senjata yang ditikamkan musuh. Mereka berharap dengan mengucapkan pengakuan atau kesaksian bahwa Muhammad memang Rasulullah, mereka tidak akan diragukan lagi. Tetapi sesudah mereka mengucapkan sumpah atau kesaksian itu, agar diri mereka jangan ada yang mengganggu, sikap dan perbuatan mereka tidaklah berubah, “Lalu mereka menghambat daripada jalan Allah." Kalau ada orang-orang lain yang lemah, yang bodoh, yang tidak mengerti apa-apa, akan mendekat kepada Rasul atau hendak mempelajari hakikat Islam, maka orang-orang yang munafik itu berusaha menghambat orang itu supaya jangan mendekat kepada Nabi. Orang menyangka bahwa dia adalah orang dalam, orang yang lebih dekat kepada Nabi, maka dia berusaha berbuat dan bercakap agar orang itu percaya kepada apa yang dia katakan. Kalau orang yang mereka halang-halangi itu bertanya tentang kebenaran apa yang mereka fitnahkan, mudah saja bagi mereka bersumpah, mengatakan bahwa apa yang mereka katakan itu adalah benar. Betul-betul sumpah itu sebagai perisai pemelihara diri bagi mereka.
“Sesungguhnya mereka itu, amat jahatlah apa yang mereka perbuat."
Itulah kejahatan yang berlapis-lapis. Lapis pertama bersumpah buat membela diri, tegasnya sumpah dijadikan perisai untuk memelihara diri dari pembuktian orang atas kepalsuan mereka. Mereka mengakui bahwa diri mereka “orang dalam", bahwa mereka “orang Islam" juga, tetapi tiap-tiap langkah untuk menuju hidup yang sesuai Islam itu, mereka halangi terus. Orang lain mereka halangi, mereka hambat-hambat dan mereka sendiri pun tidak mau tahu dan tidak mau menyelidiki kebenaran Islam itu. Sikap yang demikian adalah suatu kejahatan jiwa, karena jauh dari kejujuran, bahkan curang dari awal sampai akhir.
Apa sebab sampai seperti itu kejahatan perbuatan mereka?
Ayat 3
“Yang demikian itu ialah karena sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian mereka kafir. "
Artinya ialah bahwa pada mulanya mereka telah mengaku beriman. Pada mulanya mereka menerima apa yang diterangkan dan disampaikan oleh Nabi, tetapi tidak didalami. Atau ketika mendengar keterangan pertama, hati mereka menerima, tetapi ketika diminta agar apa yang telah mereka ketahui itu diamalkan, di waktu itu mereka merasa berat mengerjakannya, lalu berangsur-angsur mundur ke tempat semula, yaitu menjadi kafir.
Hal seperti ini mudah saja terjadi, kalau orang tidak hati-hati menjaga perimbangan dengan hawa nafsunya dengan ajaran agama yang murni. Misalnya tentang berjuang, berjihad menegakkan ajaran Allah. Semua orang jika mendengar riwayat orang yang berani berkorban, berani mati di medan perjuangan karena menegakkan cita-cita yang mulia, semua orang memujinya dan menyatakan kagum atas perbuatannya. Dan jika tewas dia tewas mencapai syahid karena perjuangan itu, semua orang memuji. Tetapi jika hal itu tiba-tiba terjadi pula dan mesti dihadapi, tidaklah semua orang yang memuji akan sudi menuruti langkah itu. Akan ada yang takut. Orang yang takut ini berangsur-angsur mengundurkan diri. Lama-lama iman yang tadinya mulai tumbuh karena ketakutan tidaklah dipelihara lagi, dan lama-lama berlarut kembali menjadi kafir.
Ada juga yang menyatakan iman karena mengharapkan keuntungan. Kemudian setelah nyata bahwa dia tidak mendapat apa-apa, dia pun mundur. Dalam perjuangan agama yang sejati harta benda dan jiwa raga si Mukmin yang diminta, bukan masyarakat itu yang mesti memuji-muji dan mengangkat-angkatnya. Kemudian setelah nyata bahwa dia tidak dipuji, tidak diangkat-angkat, dia pun kembali kafir. Lantaran hal yang demikian; “Maka dicap Allah-lah hati mereka." Dicap hati mereka, atau dimaterai hati mereka sehingga telah membeku, tidak dapat digerakkan lagi. Sehingga jalan yang salah itu telah menjadi sikap hidup.
“Maka tidaklah mereka paham."
Mereka tidak mengerti bahwa mereka telah jauh terlempar dan keluar dan garis. Mereka tidak mengerti bahwa mereka telah ditinggalkan oleh putaran roda waktu. Orang telah maju jauh, mereka masih disini-sini juga, atau seperti mehesta kain sarung, berputar dari situ ke situ saja.
Ayat 4
“Dan apabila engkau lihat mereka itu, membuat kagum engkaulah tubuh-tubuh mereka."
Asal mula wahyu ini ialah memperkata- kan bagaimana tubuh-tubuh pemuka-pemuka kaum munafik itu, yaitu Abdullah bin Ubay, Mughits bin Qais, dan Jadd bin Qais; orangnya gagah-gagah, cakap dan bagus; membuat orang jadi kagum. Terutama Abdullah bin Ubay, badannya tegap, dada bidang, rupa gagah, “Dan apabila mereka berkata-kata, engkau dengarlah perkataan mereka" yaitu bahwa mereka pandai bercakap menyusun kata dan mengatur butir-butir yang akan diperkatakan, sehingga kalau Abdullah bin Ubay itu berkata-kata, Nabi Muhammad ﷺ sendiri pun terpesona dengan caranya menyusun kata. Tetapi hanya percakapan itu saja yang bagus susunannya. Adapun pelaksanaannya tidak ada. Perkataannya yang bagus itu tidak sesuai dengan kenyataan. “Seakan-akan mereka adalah kayu-kayu yang tersandar." Diumpamakan mereka dengan kayu-kayu yang tersandar, karena belum tahu apa akan gunanya dan di mana akan dipasangkan. Biasa juga lebih-lebih penggergajian balok-balok yang besar, tegap tetapi tidak tentu apa akan gunanya. Meskipun badan mereka gagah, tegap dan mengagumkan, dan bercakap pandai dan pintar-pintar, namun kepintarannya tidak dipergunakan dan tidak ada manfaatnya, masuk tidak menggenapi dan keluar tidak mengurangi. “Mereka menyangka tiap-tiap suara keras adalah menuju mereka" ini adalah satu ungkapan yang tepat sekali untuk orang yang munafik. Mereka suka sekali memasang telinga, cemas, dan takut kalau-kalau mereka yang dibicarakan orang. Oleh sebab mereka sendiri selalu bersalah membicarakan orang lain dengan cara yang buruk, mereka sangka bahwa kalau ada orang yang berbicara, tentu mereka pula yang dibicarakan orang.
Atau suatu ungkapan dari sifat orang yang pengecut merasa bersalah. Ribut suara tikus di loteng rumah, disangka orang mengintip dia. Didengarnya derap kaki sepatu orang berjalan, disangkanya orang akan menangkap atau melawan dia. Sebab timbulnya rasa cemburu yang demikian ialah karena mereka sendiri tahu bahwa orang lain tidak percaya kepada mereka. Maka datanglah peringatan Allah, “Mereka itu adalah musuh." Bagaimanapun senyumnya, bagaimanapun gagahnya, bagaimanapun manis mulutnya, yang terang ialah bahwa mereka musuh dalam selimut, yang lebih berbahaya daripada musuh yang datang dan luar. “Maka awaslah terhadap mereka." Sebab orang-orang munafik itu karena pengecutnya, tidaklah mereka akan menantang berhadapan, melainkan melempar batu sembunyi tangan. Kalau mereka menyatakan setuju, tanda ada udang di balik batu yang mereka inginkan. Segala sesuatu mereka ukur dengan keuntungan benda yang akan mereka dapat. “Allah mencelakakan mereka!" Segala usaha mereka tidaklah akan diberkati oleh Allah, segala rencana buruk mereka, selalu akan digagalkan oleh Allah. Tegasnya sebagaimana ditafsirkan oleh Ibnu Isa ialah bahwa mereka akan dikutuk, dilaknat oleh Allah.
“Bagaimanakah mereka dipalingkan?"
(ujung ayal 4)
Ujung ayat ini ialah mengandung keheranan yang bercampur dengan kasihan. Artinya ialah, bagaimanakah sebabnya maka orang-orang ini sampai begini kehancuran dan kejatuhan mereka? Sampai terpaling keluar dari dalam garis jalan yang diridhai Allah?
Qatadah menafsirkan, “Terpaling daripada jalan yang benar."
Hasan al-Bishri menafsirkan, “Terpaling dari yang terang kepada yang gelap."
Artinya lagi, “Bagaimana mereka sampai begitu tersesat ke dalam jalan yang salah, padahal jalan sejelas itu?"