Ayat
Terjemahan Per Kata
يَٰٓأَيُّهَا
wahai
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
كُونُوٓاْ
adalah/jadilah kamu
أَنصَارَ
penolong-penolong
ٱللَّهِ
Allah
كَمَا
sebagaimana
قَالَ
berkata
عِيسَى
Isa
ٱبۡنُ
anak
مَرۡيَمَ
Maryam
لِلۡحَوَارِيِّـۧنَ
kepada pengikut-pengikut setia
مَنۡ
siapakah
أَنصَارِيٓ
penolong-penolongku
إِلَى
kepada
ٱللَّهِۖ
Allah
قَالَ
berkata
ٱلۡحَوَارِيُّونَ
pengikut-pengikut yang setia
نَحۡنُ
kami
أَنصَارُ
penolong-penolong
ٱللَّهِۖ
Allah
فَـَٔامَنَت
maka berimanlah
طَّآئِفَةٞ
segolongan
مِّنۢ
dari
بَنِيٓ
bani
إِسۡرَٰٓءِيلَ
Israil
وَكَفَرَت
dan kafir
طَّآئِفَةٞۖ
segolongan
فَأَيَّدۡنَا
maka Kami beri kekuatan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
عَلَىٰ
atas
عَدُوِّهِمۡ
musuh-musuh mereka
فَأَصۡبَحُواْ
maka jadilah mereka
ظَٰهِرِينَ
orang-orang yang menang
يَٰٓأَيُّهَا
wahai
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
كُونُوٓاْ
adalah/jadilah kamu
أَنصَارَ
penolong-penolong
ٱللَّهِ
Allah
كَمَا
sebagaimana
قَالَ
berkata
عِيسَى
Isa
ٱبۡنُ
anak
مَرۡيَمَ
Maryam
لِلۡحَوَارِيِّـۧنَ
kepada pengikut-pengikut setia
مَنۡ
siapakah
أَنصَارِيٓ
penolong-penolongku
إِلَى
kepada
ٱللَّهِۖ
Allah
قَالَ
berkata
ٱلۡحَوَارِيُّونَ
pengikut-pengikut yang setia
نَحۡنُ
kami
أَنصَارُ
penolong-penolong
ٱللَّهِۖ
Allah
فَـَٔامَنَت
maka berimanlah
طَّآئِفَةٞ
segolongan
مِّنۢ
dari
بَنِيٓ
bani
إِسۡرَٰٓءِيلَ
Israil
وَكَفَرَت
dan kafir
طَّآئِفَةٞۖ
segolongan
فَأَيَّدۡنَا
maka Kami beri kekuatan
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
عَلَىٰ
atas
عَدُوِّهِمۡ
musuh-musuh mereka
فَأَصۡبَحُواْ
maka jadilah mereka
ظَٰهِرِينَ
orang-orang yang menang
Terjemahan
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, “Siapakah para penolongku menuju kepada (pertolongan) Allah?” Para pengikutnya yang setia itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah.” Maka, segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kufur. Lalu, Kami menguatkan orang-orang yang beriman menghadapi musuh-musuh mereka sehingga menjadi orang-orang yang menang.
Tafsir
(Hai orang-orang yang beriman jadilah kalian penolong-penolong Allah) yakni agama-Nya; menurut suatu qiraat dibaca anshaarallah, artinya dengan dimudhafkan (sebagaimana telah dikatakan) dan seterusnya; makna yang dimaksud ialah sebagaimana yang telah dikatakan oleh kaum Hawariyyun. Pengertian ini disimpulkan dari ayat selanjutnya, yaitu (oleh Isa putra Maryam kepada pengikut-pengikutnya yang setia, "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah?") di antara orang-orang yang bersamaku. (Pengikut-pengikut yang setia itu berkata, "Kami-lah penolong-penolong agama Allah") penolong-penolong atau Hawariyyun adalah teman-teman pilihan Nabi Isa, mereka adalah orang-orang yang paling pertama dan paling dahulu beriman kepada Nabi Isa, dan jumlah mereka ada dua belas orang laki-laki. Lafal Hawariyyun ini diambil dari asal kata al-hur yang artinya putih cemerlang. Akan tetapi menurut suatu pendapat yang lain dikatakan, adalah terdiri dari orang-orang yang pendek dan pakaian mereka dicelup dengan warna putih (lalu segolongan dari Bani Israel beriman) kepada Nabi Isa, dan mereka mengatakan, bahwa Nabi Isa itu adalah hamba Allah yang kemudian diangkat naik ke langit (dan segolongan yang lain kafir) karena mereka telah mengatakan, bahwasanya Nabi Isa itu adalah anak Allah, yang kemudian diangkat ke langit ke sisi-Nya. Akhirnya kedua golongan tersebut berperang (maka Kami berikan kekuatan) Kami jadikan kuat (orang-orang yang beriman) di antara dua golongan tersebut (terhadap musuh-musuh mereka) yakni golongan yang kafir (lalu mereka menjadi orang-orang yang menang) memperoleh kemenangan atas golongan yang kafir.
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah? Pengikut-pengikut yang setia itu berkata, 'Kamilah penolong-penolong agama Allah, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, bahwa hendaklah mereka menjadi penolong-penolong agama Allah dalam semua keadaan mereka dengan lisan, perbuatan, serta dengan mengurbankan jiwa dan harta benda mereka.
Dan hendaklah mereka memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana kaum Hawariyyin memenuhi seruan Isa ketika ia berkata: Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah? (Ash-Shaff: 14) Yakni siapakah yang akan menolongku dalam menyampaikan seruan untuk menyembah Allah subhanahu wa ta’ala? Pengikut-pengikut yang setia itu menjawab, "Kamilah penolong penolong agama Allah, " (Ash-Shaff: 14) Kaum Hawariyyin adalah pengikut setia Nabi Isa a.s. Yakni kamilah orang-orang yang akan menolongmu dalam menyampaikan apa yang engkau diutus untuknya, dan kami akan mendukungmu dalam hal tersebut.
Karena itulah maka Nabi Isa mengutus mereka guna menyeru manusia di negeri Syam dan di kalangan orang-orang Bani Israil dan orang-orang Yunani. Hal yang sama telah dikatakan oleh Rasulullah ﷺ di musim-musim haji: Siapakah orangnya yang mau memberiku tempat hingga aku dapat menyampaikan risalah Tuhanku, karena sesungguhnya orang-orang Quraisy telah mencegahku untuk dapat menyampaikan risalah Tuhanku. Hingga pada akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala menetapkan baginya orang-orang Aus dan orang-orang Khazraj dari kalangan penduduk Madinah. Maka mereka membaiatnya, menolongnya, dan mengikat janji setia dengannya, bahwa mereka bersedia membelanya dari gangguan orang-orang berkulit hitam dan orang-orang berkulit merah jika dia berhijrah kepada mereka.
Dan ketika beliau ﷺ berhijrah kepada mereka dengan para sahabatnya, mereka memenuhi apa yang telah mereka janjikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala melalui Rasul-Nya. Karena itulah maka Allah dan Rasul-Nya menamai mereka dengan sebutan kaum Ansar, dan akhirnya nama tersebut menjadi gelar bagi mereka, semoga Allah melimpahkan rida-Nya bagi mereka dan membuat mereka puas. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir. (Ash-Shaff: 14) Yaitu setelah Isa putra Maryam a.s. menyampaikan risalah Tuhannya kepada kaumnya, dan ia mendapat dukungan dari orang-orang yang mendukungnya, yaitu dari kalangan kaum Hawariyyin; maka segolongan dari Bani Israil ada yang mendapat hidayah dari apa yang disampaikannya kepada mereka.
Dan segolongan yang lainnya sesat, lalu menyimpang dari apa yang disampaikannya kepada mereka, bahkan mereka mengingkari kenabiannya dan menuduh dia dan ibunya dengan tuduhan-tuduhan yang tidak senonoh. Mereka adalah orang-orang Yahudi, semoga laknat Allah terus-menerus ditimpakan kepada mereka sampai hari kiamat. Ada pula segolongan dari para pengikutnya yang berpendapat ekstrem hingga mereka meninggikannya lebih dari apa yang diberikan oleh Allah kepadanya, yaitu kenabian; dan mereka menjadi berpecah belah terdiri dari berbagai macam aliran dan sekte.
Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah, ada yang mengatakan bahwa dia adalah salah satu dari yang tiga, yaitu tuhan ayah, tuhan anak, dan Ruhul Qudus. Ada pula yang mengatakan bahwa Isa itu tuhan. Rincian mengenai hal ini telah diterangkan di dalam tafsir surat An-Nisa. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka. (Ash-Shaff: 14) Yakni Kami berikan pertolongan kepada mereka dalam menghadapi orang-orang yang memusuhi mereka dari kalangan sekte-sekte Nasrani.
lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (Ash-Shaff: 14) atas musuh-musuh mereka, yang demikian itu terealisasikan bagi mereka setelah diutusnya Nabi Muhammad ﷺ Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Abu Ja'far ibnu Jarir rahimahullah. Dia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abus Sa-ib, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Allah subhanahu wa ta’ala hendak mengangkat Isa ke langit, terlebih dahulu Isa menemui sahabat-sahabatnya yang semuanya berada di dalam rumah yang sama; jumlah mereka ada dua belas orang. Saat itu Nabi Isa baru keluar dari mata air yang ada di dalam rumah itu, sedangkan dari rambut kepalanya masih menetes air bekas mandinya.
Maka Isa berkata, "Sesungguhnya di antara kalian akan ada orang yang kafir kepadaku sebanyak dua belas kali sesudah ia beriman kepadaku." Selanjutnya Isa a.s. bertanya, "Siapakah yang rela mau menjadi orang yang mirip denganku, lalu ia akan dibunuh sebagai penggantiku, maka kelak dia akan mendapatkan derajat pahala yang sama denganku?" Lalu berdirilah seorang pemuda yang paling muda usianya di antara mereka, "Aku bersedia." Tetapi Nabi Isa menjawab, "Duduklah kamu!" Kemudian Isa a.s.
mengulangi perkataannya kepada mereka. Maka pemuda itu bangkit lagi dan berkata, "Aku bersedia." Tetapi Isa a.s. berkata, "Duduklah kamu!" Kemudian Isa a.s. mengulangi perkataannya kepada mereka, dan ternyata pemuda itu berdiri kembali dan berkata, "Aku bersedia." Akhirnya Isa a.s. berkata, "Baiklah, engkaulah orangnya." Maka dijadikanlah dia mirip dengan Isa, sedangkan Isa a.s. sesudah itu diangkat ke langit dari atap rumah itu (sebuah lubang yang ada di atas rumah itu).
Kemudian datanglah orang-orang Yahudi yang mengejarnya, lalu. mereka menangkap orang yang serupa Isa itu dan membunuhnya serta menyalibnya. Sebagian dari mereka kafir kepada Isa sebanyak dua belas kali sesudah mereka beriman kepadanya. Pada akhirnya mereka berpecah belah menjadi tiga golongan; suatu golongan mengatakan, "Tadi tuhan bersama kita selama masa yang dikehendaki-Nya, kemudian ia naik ke langit," mereka adalah golongan Ya'qubiyah.
Golongan yang lain mengatakan, "Tadi anak Allah ada bersama kita selama masa yang dikehendaki-Nya, kemudian Dia mengangkatnya ke sisi-Nya," mereka adalah golongan Nasturiyah. Dan golongan yang terakhir mengatakan, "Tadi hamba Allah dan Rasul-Nya ada bersama kita selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya ke sisi-Nya," mereka adalah orang-orang yang Islam. Maka kedua golongan yang kafir itu memerangi golongan yang muslim dan membunuhi mereka, dan Islam sejak saat itu tidak disebut-sebut lagi hingga Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Nabi Muhammad ﷺ lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir. (Ash-Shaff: 14) Yakni segolongan dari kaum Bani Israil di masa Isa ada yang kafir, dan segolongan yang lainnya ada yang beriman.
maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (Ash-Shaff: 14) Yaitu dengan kemenangan Nabi Muhammad ﷺ dan agamanya atas agama orang-orang kafir. Demikianlah bunyi teks riwayat ini di dalam kitab tafsirnya (Ibnu Jarir) dalam tafsir ayat yang mulia ini. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam An-Nasai dalam tafsir ayat ini di dalam kitab sunannya, dari Abu Kuraib, dari Muhammad ibnul Ala, dari Abu Muawiyah dengan lafal yang sama. Maka umat Nabi Muhammad ﷺ masih tetap membela perkara yang hak hingga datanglah perintah Allah, sedangkan mereka dalam keadaan demikian, dan hingga orang-orang yang terakhir dari mereka memerangi Dajjal bersama-sama dengan Al-Masih Isa putra Maryam a.s., sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadits-hadits shahih.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Demikianlah akhir dari tafsir surat Ash-Shaff, segala puji dan karunia adalah milik Allah."
Wahai orang-orang yang beriman! Di mana pun dan kapan pun kamu hidup, jadilah kamu penolong-penolong agama Allah dengan memahami, mengamalkan, dan mengharumkan Islam dan kaum muslim, serta berjihad membela hak dan kehormatan Islam sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, kaum hawariyun, 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah dalam kehidupan ini'' Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata kepada Nabi Isa dengan meyakinkan, 'Kamilah penolong-penolong agama Allah. ' Mereka menyampaikan ajaran Allah kepada masyarakat dan mengajak masyarakat beriman dan mengamalkannya; lalu segolongan dari Bani Israil beriman kepada Allah dan mengikuti ajaran Nabi Isa dengan setia; dan segolongan yang lain yang jumlahnya jauh lebih banyak memilih kafir, yaitu menjadi orang yang menutup diri, menolak, dan mendustakan ajaran Nabi Isa, bahkan berusaha menghalangi penyebaran ajarannya dan membunuh para juru dakwahnya. Orang beriman itu bermunajat kepada Kami, lalu Kami memberikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka dengan menghilangan perasaan lemah, takut, dan ragu untuk berjihad sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang dalam menghadapi musuh. 1. Apa yang ada di langit, bintang, bulan, matahari dan seluruh planet; dan apa yang ada di bumi, hewan dan tetumbuhan bertasbih kepada Allah, mengakui dan menyatakan kemahasucian Allah yang berbeda dengan seluruh makhluk ciptaan-Nya; Dia adalah Maharaja yang kekuasaan-Nya mutlak; Yang Mahasuci dari segala yang diduga manusia; dan Dialah Yang Mahaperkasa menciptakan dan menghancurkan jagat raya sekejap mata; Mahabijaksana, tidak terburu menggunakan kekuasaan-Nya yang tiada terbatas untuk menghancurkan jagat raya atau menghukum manusia yang berdosa.
Allah memerintahkan kaum Muslimin agar menjadi penolong-penolong agama Allah, menyebarluaskan agama-Nya, meninggikan kalimat-Nya sehingga tidak ada yang mengalahkannya, dengan beriman dan berjihad. Hal yang sama pernah dilakukan sahabat-sahabat terdekat Nabi Isa yang berkata kepada mereka, "Siapakah penolong agama Allah?" Mereka menjawab, "Kamilah penolong-penolong agama Allah."
Ketika Nabi Isa menyampaikan risalahnya kepada Bani Israil dengan bantuan sahabat-sahabat setianya, sebagian Bani Israil itu ada yang memperkenankan seruannya, sedang yang lain ada yang mengingkari dan menolaknya. Mereka yang menolak itu menuduh Isa sebagai seorang anak zina, yang dilahirkan karena perzinaan ibunya Maryam dengan seorang laki-laki, dan ada pula yang mengatakan bahwa Isa itu putra Allah, kekasih-Nya, dan sebagainya.
Dalam menghadapi orang-orang yang mengingkari seruan Nabi Isa itu serta mengada-adakan kebohongan tentangnya, maka Allah menguatkan hati orang-orang yang beriman dari mereka, sehingga mereka berhasil mengalahkan musuh-musuh itu. Firman Allah:
Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat). (Gafir/40: 51).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERNIAGAAN YANG PASTI BERUNTUNG
Ayat 10
“Wahai orang-orang yang beriman! Sukakah kamu aku tunjukkan kepada kamu atas suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih?"
Semua manusia selalu menginginkan laba dan untung dan semua manusia tidaklah suka merugi. Orang yang berniaga pun selalu mengharapkan keuntungan. Maka dalam ayat ini Allah menanyakan kepada hamba-Nya yang beriman, apakah mereka suka jika Allah sendiri yang menunjukkan kepada mereka suatu perniagaan yang jelas akan besar untungnya? Keuntungannya yang nyata ialah terlepas daripada adzab yang pedih.
Sudah pasti orang yang beriman akan menjawab pertanyaan Allah itu dengan tegas, “Tentu saja kami suka, ya Allah!" Sedangkan sesama manusia, yang mengatakan ada satu keuntungan, kami segera memasang telinga, apalah lagi kalau yang mengatakan itu Allah sendiri.
Di ujung pertanyaan Allah telah dikatakan yang sangat utama dari keuntungan perniagaan yang akan ditunjukkan Allah itu ialah barangsiapa yang melakukannya akan terlepas daripada adzab yang pedih. Keuntungan yang satu itu saja sudah sangatlah besarnya. Saudagar-saudagar dunia yang besar-besar, raja-raja yang berkuasa, orang-orang besar dalam suatu negara, banyak yang merasakan hidup senang di dunia ini, tetapi belum tentu terlepas daripada adzab yang pedih di akhirat. Oleh sebab itu maka orang yang beriman akan mendengarkan dengan hati-hati apakah perniagaan itu. Lalu datanglah ayat selanjutnya.
Ayat 11
“Beriman kamu kepada Allah dan Rasul-Nya."
Iman kepada Allah dan Rasul adalah pokok (modal) yang pertama dan utama. Kalau modal pertama ini belum ada, susahlah buat menambah dengan modal yang lain. Dalam hal ini ar-Razi menulis dalam tafsirnya, “Perniagaan ialah pertukaran sesuatu dengan sesuatu, yang dari pertukaran itu mengharapkan keuntungan. Berniaga hendaklah melepaskan si saudagar dari kerugian dan berniaga memerlukan kesabaran, maka perniagaan yang ditunjukkan oleh Allah ini sangat memerlukan kepercayaan dengan seluruh sikap hidup dan ucapan dengan lidah. Sebagaimana perniagaan mengakibatkan untung atau rugi, demikian pulalah perniagaan dengan Allah ini; barangsiapa yang bermodalkan iman dan beramal saleh, dia pasti mendapat ganjaran dan laba yang berlipat ganda dan kekayaan tidak terhingga. Dan barangsiapa yang tidak mau percaya dan tidak pula beramal yang saleh, jelaslah dia akan menyesal dan mendapat kerugian yang besar." Demikian ar-Razi. Dengan modal pertama yang telah kuat ini hendaklah tambah modal kedua, yaitu “Dan berjihad kamu pada jalan Allah dengan harta benda kamu dan diri-diri kamu." Sesudah iman kepada Allah dan Rasul mantap, hendaklah buktikan dengan kesanggupan dan kesukaan berjihad pada jalan Allah. Yaitu bekerja keras, berjuang, tidak kenal menyerah, tidak mengenal berhenti apatah lagi mundur, di dalam menegakkan jalan Allah. Harta benda dikorbankan untuk perjuangan itu. Kebatilan tidaklah sesuai dengan iman. Dan bukan harta saja, jiwa pun kalau perlu diberikan untuk menegakkan jalan Allah.
“Demikian itulah yang baik bagi kamu, jika kamu mengetahui."
Tegasnya meskipun kamu mengaku beriman kepada Allah dan Rasul, padahal kamu tidak mau bekerja keras, jelaslah kamu akan rugi. Bukan rugi untuk dirimu saja, bahkan rugi untuk agamamu sendiri. Rugi untuk anak-cucu keturunanmu. Agama tidak akan tegak kalau semangat jihad tidak ada lagi. Tepat sekali sebuah hadits yang bunyinya.
Dari Abu Bakar, berkata dia, bahwa Rasulullah ﷺ berkata, “Tidaklah meninggalkan jihad suatu kaum, melainkan akan diratakan Allah adzab atas mereka." (HR ath-Thabrani dari Majmu'uz Zawaaid)
Apakah keuntungannya? Keuntungan itulah yang dijelaskan Allah pada ayat berikutnya.
Ayat 12
“Akan diampuni-Nya bagi kamu dosa kamu."
Artinya bahwa dosa tersebab kelalaian dan kemalasan berjihad selama ini akan dihapuskan oleh Allah. Dosa yang berkecil-kecil dengan sesama manusia pun akan diampuni juga. Sebab dengan kamu telah masuk ke dalam barisan jihad, berarti kamu telah berjasa kepada sesama manusia, karena menghapuskan kehinaan dari mereka. “Dan akan dimasukkan-Nya kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai" Taman Indra Loka surga Ilahi yang subur dan sejuk nyaman, karena air mengalir terus dengan jernihnya di dalam sungai-sungai yang membawa kesuburan. “Dan tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn;" yaitu istana, mahligai, gedung indah, villa dan bungalow tempat peranginan.
“Demikian itulah kemenangan yang besar."
Memang itulah kemenangan paling besar dan paling agung. Tak ada kemenangan yang mengatasi itu lagi. Sebab nikmat surga itu kelak adalah kekal buat selama-lamanya, untuk masa yang tidak berbatas. Sehingga kemenangan-kemenangan perjuangan dunia ini tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kemenangan surga itu. Apatah lagi kalau mendapat syahid karena perjuangan, korban dari sebab mempertahankan jalan Allah; berlipat ganda pula kejayaan yang akan dirasakan di akhirat kelak.
Ayat 13
“Dan yang lain lagi yang kamu inginkan dia."
Apakah yang lain yang kamu inginkan itu? Dijawab langsung oleh terusan ayat, “Pertolongan daripada Allah dan kemenangan yang telah dekat." Maka laba perniagaan yang diinginkan itu, ada yang akan diterima kelak dan ada yang langsung diterima kini, dan ada pula yang akan diterima dalam masa terdekat.
“Dan sampaikanlah berita kesukaan kepada orang-orang yang beriman."
Yaitu, laba perniagaan yang mula sekali, terlepas dari adzab yang pedih.
Laba yang kedua, dosa-dosa diampuni. Laba kelak di akhirat, Masuk surga, diberi kediaman yang baik dalam surga ‘Adn yang kekal.
Laba yang akan diterima segera di dunia, yaitu pertolongan Allah dan kemenangan yang telah dekat. Yaitu bahwa musuh-musuh yang selama ini menghadapi hendak meruntuhkan, hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulutnya, semua itu akan kalah. Kesulitan apa saja akan dapat diatasi. Ajaran Muhammad akan tetap mengatasi sekalian agama, walaupun orang-orang yang kafir itu akan sakit telinganya mendengar lantaran sangat bencinya.
Ayat 14
“Wahai orang-orang yang beniman! Jadilah kamu pembantu-pembantu Allah."
Anshaarullah, kita artikan pembantu- pembantu Allah. Kalau orang tidak meresapkan rasa agama dalam jiwanya niscaya bertanyalah dia, “Bukankah Allah itu Maha Kuat, Mahakuasa dan berdiri sendiri-Nya; tidak perlu ditolong?"
Memang Allah tidak memerlukan pertolongan. Namun ungkapan seperti ini adalah guna membangkitkan semangat orang yang Mukmin itu supaya lebih mendekati Allah. Orang yang beriman tidaklah berpikir bahwa Allah memerlukan pertolongan, namun agama Allah, kebenaran yang diwahyukan Allah perlu diperjuangkan dan dipertahankan. Orang yang menyediakan diri menolong agama Allah itu diberi tata kehormatan oleh Allah, disebut Ansharullah, pembantu Allah. Dalam surah Muhammad, ayat 7 Allah pun berfirman,
“Kalau kamu tolong Allah niscaya ditolong-Nya pula kamu dan diteguhkan-Nya pendirian kamu." (Muhammad: 7)
Kata-kata ini adalah kata-kata halus untuk membangkitkan semangat orang yang beriman. Sama juga dengan firman Allah yang lain. “Siapa di antara kamu yang suka meminjami Allah Allah" (yuqridhullaaha qardhan hasanari). Atau “Sebagaimana pernah dikatakan oleh Isa anak Maryam kepada hawari-hawari, ‘Siapakah pembantu-pembantuku di jalan Allah?'" Dengan penuh hormat Nabi Isa al-Masih menanyakan kepada hawari-hawari-nya, yang dua belas orang banyaknya itu, siapa-kah di antara mereka yang sudi menjadi pembantu-pembantu beliau menuju ridha Allah, menempuh garis jalan yang menuju langsung kepada Allah?
Untuk membersihkan salah sangka beliau tidak menanyakan siapakah pembantu- pembantu Allah, tetapi pembantu-pembantu beliau di dalam menegakkan jalan Allah. Tetapi oleh karena hawari-hawari paham bahwa jalan yang akan ditegakkan itu ialah jalan Allah, “Berkata Hawari-hawari itu, ‘Kamilah pembantu-pembantu Allah!'" Artinya bahwa mereka telah sedia sejak semula menerjunkan diri menjadi tentara Allah. Karena yang dilakukan oleh Isa al-Masih anak Maryam selama ini tiada lain daripada menegakkan jalan Allah, maka mereka pun sebagai hawari, bersedia turut berjuang di samping beliau.
Seperti yang telah ditawarkan oleh Nabi Isa al-Masih anak Maryam itu pulalah yang telah diucapkan oleh Nabi kita Muhammad ﷺ dalam pertemuan di Aqabah, Mina, dengan orang-orang yang telah mengaku beriman, yang datang menemui beliau secara sembunyi dari Yatsrib. Beliau berkata, “Siapalah kiranya yang sudi membelaku, membantu dan menerima aku menumpang, sehingga aku dapat menyampaikan risalah Tuhanku, sedang orang Quraisy telah selalu menghalang-halangi maksudku itu?"
Lalu orang-orang yang datang itu, dari kabilah Aus dan Khazraj menyediakan diri.
Mereka sediakan harta benda, jiwa raga dan tenaga untuk membela dan membantu Nabi ﷺ, bahkan mereka persilakan Nabi pindah (hijrah) ke negeri mereka dan dijadikanlah negeri mereka, al-Madinatu Al-Munawwarah, bahkan disebut Madinatun Nabiy, jadi pusat perjuangan Islam. Mereka mendapat nama kemuliaan dari Allah sebagai al-Anshaar.
Orang-orang yang menyediakan diri jadi pembantu-pembantu Allah dan menyatakan kesanggupan kepada Nabi Isa anak Maryam disebut Hawari. Diambil dari kata-kata hiwaar yang berarti perbincangan atau diskusi. Yaitu murid-murid dari Nabi Isa yang beliau ajak bercakap, atau bermusyawarah.
Dan pemuka-pemuka kabilah Aus dan Khazraj yang menyanggupi membela Nabi Muhammad ﷺ dan menyediakan kampung halaman mereka buat tempat beliau berhijrah, diberi nama al-Anshaar, sebagai timbalan dari al-Muhajirin yang datang bersama hijrah dengan Nabi dari Mekah. Di dalam surah at-Taubah yang diturunkan di Madinah juga, dua kali nama al-Anshaar seiringan dengan al- Muhajirin disebutkan; pertama pada ayat 100 dan kedua pada ayat 117.
“Maka berimanlah yang satu golongan dari Bani Israil dan kufur yang segolongan," Artinya ialah setelah Nabi Isa anak Maryam melakukan tugasnya menyampaikan dakwah kepada Bani Israil, dengan dibantu oleh hawarinya yang dua belas itu, maka satu golongan dari Bani Israil mendapat petunjuk dan beriman. Diterimanya risalah itu dengan baik. Mereka inilah yang biasa disebut umat yang mengikuti syari'at Nabi Isa. Termasuklah di dalamnya seorang pendeta yang terkenal dan dapat ujian karena salehnya, yaitu pendeta Juraij yang pernah diceritakan oleh Rasulullah ﷺ di dalam hadits yang shahih. Termasuk di dalamnya Ghulam atau anak kecil yang kuat imannya, yang sekali-kali mau dibunuh tidak mempan. Kemudian ia sendiri menunjukkan cara untuk membunuh dia, yaitu supaya kalau hendak memanahnya, hendaklah dimulai membaca “Dengan nama Allah, Tuhan dari anak ini." Dengan membaca “Bismillah Rabbil Ghulam," panah tepat mengenai dadanya dan matilah anak itu. Yang segolongan lagi tidaklah mereka mau percaya, bahkan dituduhnyalah Nabi Isa anak Maryam seorang anak di luar nikah dan dituduhnya ibu beliau, Maryam dara yang suci itu, mendapat anak karena hubungan di luar nikah. Tetapi di kalangan orang yang telah menyatakan beriman ada pula yang berlebih-lebihan, karena dari sangat kagumnya kepada Nabi Isa anak Maryam, mereka katakanlah bahwa Nabi Isa itu adalah Allah sendiri yang menyatakan diri-Nya sebagai manusia merupakan dirinya sebagai anak-Nya. Ada yang mengatakan bahwa dia itu adalah Allah sendiri yang menjelma menjadi anak. Ada yang mengatakan bahwa dia itu adalah anak Allah. Ada yang mengatakan bahwa dia itu ialah adalah satu dalam tiga; dia Allah dan dia juga Isa dan dia juga Ruhul Qudus,
“Maka Kami bantulah orang-orang yang beriman menghadapi musuh-musuh mereka." Artinya, bahwa setelah Nabi Isa al-Masih wafat, terjadilah perselisihan yang hebat sesama mereka. Yaitu di antara yang beriman bahwa Nabi Isa itu adalah rasul Allah, manusia biasa, bukan anak Allah; manusia yang diangkat Allah dan dipilih Allah menjadi rasul-Nya. Mereka ini berselisih dengan yang mengatakan bahwa Isa adalah Allah yang menjelma menjadi anak Allah dan sebagainya itu. Sampailah hal ini dibicarakan dalam Consili di Nicea. Akhirnya setelah Kaisar Konstantin di Roma menyatakan dirinya jadi pemeluk Kristen, dikuatkannyalah golongan yang sesuai dengan pendiriannya, lalu diputuskanlah tentang “Tiga Oknum jadi satu." Lalu dikalahkanlah golongan yang mengatakan Isa al-Masih itu bukan Tuhan, bukan anak Tuhan. Mereka diusir dan dikejar-kejar. Inilah yang dikenal dengan Arius dan kawan-kawannya. Mereka dituduh Hartaqah, atau tersesat dan terkucil dari gereja. Tetapi akhirnya paham mereka dapat bernapas dan menang kembali, yaitu dengan kedatangan Nabi Muhammad ﷺ yang beberapa kali pernah menyampaikan wahyu Ilahi, bahwa Isa itu adalah hamba Allah, bukan Allah dan bukan putra-Nya. Beberapa orang Kristen yang sadar akan ajaran Nabi ﷺ itu sesuai dengan yang asli ajaran Isa al-Masih langsunglah menyatakan diri menjadi pengikut Nabi Muhammad. Seumpama Najasyi, Raja Habsyi, Adi bin Hatim, dan saudara perempuannya, yaitu putra-putra dari Hatim ath-Thaaiy, dermawan yang masyhur. Demikian juga Tamim ad-Dariy dan beberapa orang pendeta Habsyi yang datang sendiri menghadap Rasulullah ﷺ di Madinah.
“Maka jadilah mereka itu orang-orang yang menang."
Artinya bahwa sejak itu tidaklah ada lagi satu kekuatan kekafiran yang dapat menghalangi tumbuh, berurat dan berakarnya paham itu, bahwa Isa al-Masih bukan Allah dan bukan Allah yang menjelma menjadi anak. Islam menjadi pemeluk dan pembela aqidah itu. Dua surah membicarakan kesucian Isa al-Masih dan ibunya. Pertama, surah Maryam yang diturunkan di Mekah, kedua surah Aali Tmraan yang diturunkan di Madinah.
Meskipun dalam masa 1.400 tahun dengan kekuatan senjata, dengan kekuatan harta benda, dengan kekuatan penjajahan hendak menyuruh dunia “menelan" ajaran bahwa Allah itu adalah “Tiga Tetapi Satu", dan Isa itu adalah Allah dan juga anak dari Allah dan tidak henti-hentinya pula usaha hendak melawan, menentang, dan membunuh kepercayaan bahwa Allah adalah Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, yang jadi tiang agung dari Islam, namun Islam tidaklah bertambah mundur dan tidaklah mati. Dia berkembang terus. Itulah tanda kemenangannya.
Surah ash-Shaff ini benar-benar membangunkan jiwa Mukmin buat berjihad menegakkan imannya kepada Allah, yang pertama sekali diperingatkan ialah agar sesuai di antara perkataan dengan perbuatan; persesuaian di antara perkataan dengan perbuatan hanya timbul daripada jiwa yang terlatih jujur dan ikhlas. Dengan pendirian yang demikian orang selalu berusaha mempertinggi mutu dirinya. Kejujuran adalah hasil dari iman. Tiap-tiap Mukmin melatih diri dan membersihkan batinnya. Setelah setiap orang mengusahakan agar dirinya lebih bersih, lebih berguna, dia pun masuklah ke dalam barisan. Yaitu barisan orang Muslimin dan Mukminin, menyatukan tenaga di bawah pimpinan seorang imam. Imam pertama ialah Rasul ﷺ.
Menyusun barisan itu mulai dilambangkan dengan shalat. Susunan shaf mesti rapat, sehingga bahu bersentuh dengan bahu, tidak ada yang renggang. Karena Rasulullah ﷺ pernah mengatakan,
“Yang kerap kali ditangkap oleh serigala hanyalah kambing-kambing yang terpencil jauh." (al-Hadits)
Perpecahan adalah bahaya. Perpecahan menghilangkan kekuatan. Kemudian itu dijelaskan betapa beratnya beban perjuangan, dengan menunjukkan kesulitan yang dihadapi oleh nabi-nabi yang dahulu, terutama Musa dan Isa al-Masih. Dengan mengemukakan kedua nama nabi itu, umat Muhammad dapat memahami bahwa mereka pun akan mendapat berbagai kesulitan dari pihak musuh, sebagaimana kesulitan yang dihadapi nabi-nabi itu.
Setelah itu dijelaskan apa usaha yang nyata dari musuh, yaitu hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut. Tegasnya hendak memadamkan cahaya Islam sebelum Islam berkembang, namun Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya. Mulut orang zalim yang hendak memadamkan cahaya Allah akan payah dengan percuma. Di ayat selanjutnya ditegaskan lagi bahwa memang Islam itulah cahaya Allah. Itulah petunjuk dan agama yang benar.
Dia akan tetap mengatasi sekalian agama yang ada di dunia ini. Lantaran itu kaum musyrik akan benci. Namun kebencian mereka tidak akan dapat menghambat kenaikan cahaya Islam itu.
Hal itu kita rasakan, sampai kepada saat kita sekarang ini. Bangsa-bangsa di dunia kadang-kadang benci mendengar nama Islam. Masa empat belas abad dipergunakan untuk menghalangi perkembangan Islam. Banyak yang jadi korban, berkali-kali Islam didesak. Dihancurkan Baghdad oleh Tartar dan Mongol, diusir kaum Muslimin dari Andalusia (Spanyol), diserang dengan Perang Salib, disambung dengan penjajahan, dilanjutkan dengan merebut Palestina dari Arab oleh Inggris (1916), dan di sanalah Lord Ellenbey mengatakan, “Baru hari ini saja selesai Perang Salib." Dilanjutkan lagi dengan menyerahkan Palestina itu ke tangan Yahudi, dilanjutkan lagi dengan menjatuhkan Khalifah Bani Utsman di Istambul dengan memakai tangan seorang putra Turki sendiri, yang Islam telah lama keluar dari dadanya.
Namun perjuangan tidaklah berhenti. Namun Allah tetap menjanjikan bahwa Islam akan tetap mengatasi segala agama di dunia. Tetapi Allah pun memanggil umat yang beriman itu, yang telah biasa bersusun bershaf di belakang imam itu, yang telah mendidik diri menyesuaikan perkataan dengan perbuatan. Allah menawarkan kepada mereka suatu perniagaan yang akan beruntung dengan melepaskan dari segala kesengsaraan. Perniagaan itu ialah iman kepada Allah dan Rasul, yang diikuti dengan Jihad fi Sabilillah.
Allah menjanjikan bagi siapa yang menceburkan dirinya ke dalam dunia Jihad fi Sabilillah itu bahwa:
1. akan terlepas dari adzab yang pedih,
2. akan diampuni dosa,
3. akan dimasukkan ke dalam surga dan di sana akan diberi kediaman yang bagus, dan lain dari itu ialah,
4. pertolongan dari Allah dan,
5. kemenangan yang telah dekat.
Kemudian sekali Allah menawarkan siapa yang sudi menjadi Ansharullah, seperti diserukan Isa al-Masih kepada Hawari, lalu Hawari menyanggupkan diri jadi Ansharullah. Berarti bahwa kita umat Muhammad yang datang di belakang ini pun harus sedia menjadi AnsharuIIah.
Dimulai dengan:
1. kejujuran hidup,
2. masuk barisan untuk berperang pada jalan Allah,
3. teguh hati menghadapi segala rintangan,
4. berniaga dengan Allah dengan dua modal, modal iman dan modal jihad! Dan untuk semuanya itu ialah,
5. bersedia semua menjadi AnsharuIIah, pembantu-pembantu Allah.
Camkanlah surah ini, niscaya akan didapati bahwa sejak ayat pertama, sampai ayat terakhir, ayat 14, ialah menyuruh orang yang beriman bersemangat yang tabah; sebab selama dunia terkembang tampaknya agama kita ini tidak akan hidup dan berkembang, kalau tidak ada kesediaan berjihad pada pemeluknya.
Selesai Tafsir Surah ash-Shaff.