Ayat
Terjemahan Per Kata
وَهُوَ
dan Dia
ٱلَّذِيٓ
yang
أَنشَأَكُم
menciptakan kamu
مِّن
dari
نَّفۡسٖ
jiwa/diri
وَٰحِدَةٖ
satu/seorang
فَمُسۡتَقَرّٞ
maka tempat tetap
وَمُسۡتَوۡدَعٞۗ
dan tempat simpanan
قَدۡ
sesungguhnya
فَصَّلۡنَا
Kami telah menjelaskan
ٱلۡأٓيَٰتِ
ayat-ayat/tanda-tanda
لِقَوۡمٖ
bagi kaum/orang-orang
يَفۡقَهُونَ
mereka yang memahami
وَهُوَ
dan Dia
ٱلَّذِيٓ
yang
أَنشَأَكُم
menciptakan kamu
مِّن
dari
نَّفۡسٖ
jiwa/diri
وَٰحِدَةٖ
satu/seorang
فَمُسۡتَقَرّٞ
maka tempat tetap
وَمُسۡتَوۡدَعٞۗ
dan tempat simpanan
قَدۡ
sesungguhnya
فَصَّلۡنَا
Kami telah menjelaskan
ٱلۡأٓيَٰتِ
ayat-ayat/tanda-tanda
لِقَوۡمٖ
bagi kaum/orang-orang
يَفۡقَهُونَ
mereka yang memahami
Terjemahan
Dialah yang menciptakanmu dari diri yang satu (Adam), maka (bagimu) ada tempat menetap dan tempat menyimpan. Sungguh, Kami telah memerinci tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada kaum yang memahami.
Tafsir
(Dan Dialah yang menciptakan kamu) maksudnya yang mengadakan kamu (dari seorang diri) yaitu Nabi Adam (maka ada tempat tetap) bagimu di dalam rahim (dan tempat simpanan) bagimu di dalam tulang rusuk. Dalam suatu qiraat huruf qaf dibaca fatah; yang artinya tempat menetap kamu. (Sesungguhnya telah kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengerti) tentang apa yang dikatakan kepada mereka.
Tafsir Surat Al-An'am: 98-99
Dan Dialah yang menciptakan kalian dari jiwa seorang (Adam), maka (bagi kalian) ada tempat menetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak. Dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai dan kebun-kebun anggur. Dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan buahnya menjadi matang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
Ayat 98
Firman Allah ﷻ: “Dan Dialah yang menciptakan kalian dari jiwa seorang (Adam).” (Al-An'am: 98)
Maksudnya dari Nabi Adam a.s, seperti halnya yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman yang lain, yaitu:
“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan istrinya. Dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (An-Nisa: 1)
Adapun firman Allah ﷻ: “Maka (bagi kalian) ada tempat tetap dan tempat simpanan.” (Al-An'am: 98)
Para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai makna ayat ini.
Dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Abu Abdur Rahman As-Sulami, Qais ibnu Abu Hazim, Mujahid, ‘Atha’, Ibrahim An-Nakha'i, Adh-Dhahhak, Qatadah, As-Suddi, ‘Atha’ Al-Khurrasani, dan lain-lainnya disebutkan bahwa makna “mustaqarrun” adalah tempat menetap di dalam rahim. Dan sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa “mustauda” yaitu tempat simpanan di dalam tulang sulbi. Tetapi dari Ibnu Mas'ud dan sejumlah ulama yang lain berbeda pandangan.
Demikian pula dari Ibnu Mas'ud serta sejumlah ulama, disebutkan bahwa tempat tetap adalah di dunia, sedangkan tempat simpanan adalah setelah mati.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa tempat menetap itu adalah di dalam rahim, di permukaan bumi, dan sesudah meninggal dunia.
Menurut Al-Hasan Al-Basri, “mustaqar” ialah bagi orang yang telah meninggal dunia, karena amalnya telah ditetapkan dengan kematian itu.
Ibnu Mas'ud menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan tempat simpanan atau “mustauda” ialah hari akhirat. Akan tetapi, pendapat pertamalah yang lebih kuat.
Firman Allah ﷻ: “Sesungguhnya Kami telah jelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Al-An'am: 98)
Artinya, Allah telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang Kalamullah (Al-Qur'an) serta maknanya yang terkandung didalamnya.
Ayat 99
Firman Allah ﷻ: “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit.” (Al-An'am: 99)
Yakni Allah menurunkan air hujan dari langit sebagai suatu berkah bagi hamba-hamba-Nya, untuk menyuburkan tanah, memberikan pertolongan kepada semua makhluk, dan sebagai tanda kasih sayang dan rahmat-Nya yang meliputi seluruh ciptaan-Nya.
“Lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan.” (Al-An'am: 99)
Ayat ini semakna dengan firman Allah ﷻ yang lain, yaitu:
“Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.” (Al-Anbiya: 30).
Adapun firman Allah ﷻ: “Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau.” (Al-An'am: 99) Artinya, tanaman dan pepohonan yang hijau. Sesudah itu Kami ciptakan pada tanaman itu biji-bijian dan buah-buahan. Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:
“Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak” (Al-An'am: 99)
Yakni biji-biji itu bertumpuk satu sama lain seperti pada bulir-bulirnya dan lain sebagainya.
“Dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai.” (Al-An'am: 99)
“Qinwan” adalah bentuk jamak dari “qinwun”, artinya tangkai ketandan (mayang) kurma.
“Yang menjulai.” (Al-An'am: 99)
Maksudnya, dekat untuk dipetik sehingga untuk mudah memetiknya.
Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Ali ibnu Abu Talhah Al-Walibi, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan makna firman-Nya:
“Tangkai-tangkai yang menjulai.” (Al-An'am: 99)
Yakni tangkai pohon kurma yang menjulai ke bawah, sehingga mayangnya yang dipenuhi dengan tangkai buah itu mudah dipetik. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Sehubungan dengan ini orang-orang Hijaz mengatakan bahwa “qinwanun” artinya tangkai-tangkai mayang, begitu pula halnya yang dikatakan oleh orang-orang Bani Qais.
Imru-al Qais (seorang penyair Jahiliyyah yang ternama) mengatakan sehubungan dengan makna lafal ini: “Pohonnya berdiri tegak dengan akarnya menancap kuat di tanah, dan mayangnya yang dipenuhi dengan tangkai-tangkai itu menjuntai ke bawah, mayang penuh dengan buah kurma yang merah.” Sedangkan orang-orang Bani Tamim mengatakan bentuk jamaknya adalah “qinyan” dengan memakai ‘ya’. Ibnu Jarir mengatakan bahwa “qinwan” adalah bentuk jamak dari “qinwun”, sebagaimana lafal “sinwan” adalah bentuk jamak dari lafal “sinwun”.
Firman Allah ﷻ: “Dan kebun-kebun anggur.” (Al-An'am: 99) Artinya, Allah ciptakan juga kebun-kebun anggur. Kedua jenis buah-buahan ini yakni kurma dan anggur, buah-buahan ini sangat digemari oleh penduduk Hijaz. Bahkan, mungkin keduanya juga merupakan buah-buahan yang terbaik di dunia.
Perihal kedua buah itu disebutkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya dalam firman-Nya:
“Dan dari buah kurma dan anggur, kalian buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik.” (An-Nahl: 67)
Hal ini disebutkan oleh Allah ﷻ sebelum khamr diharamkan. Juga dalam firman Allah ﷻ yang lainnya, yaitu:
“Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur.” (Yasin: 34)
Adapun firman Allah ﷻ: “Dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.” (Al-An'am: 99) Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa “ghoiro mutasyabih” artinya yang tidak serupa dedaunannya, tetapi bentuknya serupa. Sebagian darinya serupa dengan sebagian yang lain, tetapi berbeda dalam buah yang dihasilkannya, baik dari bentuk, rasa, maupun kandungannya.
Firman Allah ﷻ: “Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan saat buahnya menjadi matang.” (Al-An'am: 99)
Yakni bila telah masak. Demikianlah menurut Al-Barra ibnu Azib, Ibnu Abbas, Adh-Dhahhak, ‘Atha’ Al-Khurrasani, As-Suddi, Qatadah, dan lain-lainnya. Dengan kata lain, perhatikanlah kekuasaan Penciptanya yang telah menciptakan segalanya dari tidak ada menjadi ada. Yang awalnya berupa tumbuh-tumbuhan kecil, lalu menjadi pohon yang menghasilkan buah. Ada yang menghasilkan anggur, ada yang menghasilkan kurma, dan banyak lagi jenis buah dari segala macam tumbuhan dan pohon, yang memiliki warna, bentuk, rasa, dan aroma yang berbeda-beda.
Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama, Kami unggulkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya.” (Ar-Ra'd: 4), hingga akhir ayat. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
“Sesungguhnya pada yang demikian itu.” (Al-An'am: 99)
Wahai manusia.
“Terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah).” (Al-An'am: 99)
Yakni tanda-tanda yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Pencipta semuanya itu, kebijaksanaan, dan rahmat-Nya.
“Bagi orang-orang yang beriman.” (Al-An'am: 99)
Maksudnya, orang-orang yang percaya kepada-Nya dan mengikuti rasul-rasul-Nya.
Aneka makhluk telah diuraikan, baik yang berada di langit maupun di bumi, berikutnya dijelaskan kembali tentang makhluk yang paling dimuliakan Allah, yaitu manusia. Dan Dialah yang menciptakan kamu, wahai umat manusia, dari diri yang satu, yakni Adam, yang melalui istrinya kamu berkembang biak, maka bagimu ada tempat menetap dan juga tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan dengan aneka macam cara dan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui. Keesaan dan kekuasaan Allah telah terbukti dengan jelas bagi yang masih enggan untuk beriman, maka ayat ini menegaskan kembali seakan merangkum dan memerinci apa yang telah disebutkan. Dan Dialah yang menurunkan air, yaitu hujan, dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak padahal sebelumnya hanya satu biji atau benih. Dan, sebagai contoh dari proses di atas, dari mayang, yakni tongkol bunga, kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai yang mudah dipetik, dan kebun-kebun anggur, dan Kami keluarkan pula zaitun dan delima yang serupa bentuk buahnya dan yang tidak serupa aroma dan kegunaannya. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah, dan perhatikan pula proses bagaimana buah tersebut menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman.
Allah mengajak manusia untuk memikirkan kejadian diri mereka sendiri yaitu mereka diciptakan oleh Allah dari diri yang satu. Penjelasan ini memberikan pengertian bahwa semua manusia yang terdiri dari berbagai bangsa dan suku dengan beraneka ragam bentuk dan warna kulitnya, berpangkal dari satu asal yaitu dari Adam dan Hawa. Mereka ini diciptakan oleh Allah dari satu jenis (dari tanah) seperti juga dijelaskan dalam firman-Nya:
Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. (an-Nisa'/4: 1)
Penjelasan ini menjawab rahasia kejadian manusia yang banyak dibahas oleh para ilmuwan, dan sebagai penegasan kepada manusia agar mereka jangan mengagungkan berhala dan bintang-bintang, akan tetapi hendaklah mereka beribadah hanya kepada Pencipta mereka sendiri yaitu Allah Yang Maha Esa dan Mahakuasa; agar mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka, yaitu agar mereka hidup kenal-mengenal dan tolong-menolong di antara sesama manusia karena mereka pada hakekatnya mempunyai martabat yang sama dan berasal dari jenis yang sama pula. Perbedaan kebangsaan, suku, bentuk dan warna kulit janganlah dijadikan sebab untuk permusuhan dan kebencian, akan tetapi hendaklah dijadikan sebab untuk menjalin persaudaraan dan rasa syukur terhadap nikmat Allah Yang Mahakuasa.
Kemudian Allah menjelaskan proses pengembangbiakan manusia, bahwa proses pengembangbiakan itu terjadi atas kuasa Allah pula. Manusia diciptakan dari sperma dan ovum. Sperma berasal dari laki-laki sedangkan ovum dari wanita. Sperma yang terpancar dari laki-laki membuahi ovum, yang dalam beberapa waktu lamanya berada dalam rahim wanita; sesudah melalui proses tertentu lahirlah seorang bayi. Sejak saat itulah bayi itu hidup di alam dunia sampai ajalnya tiba, lalu kembali ke alam baka.
Penjelasan ini merupakan perluasan dari ayat-ayat yang lalu agar manusia mendapatkan penjelasan secara lebih terperinci, bahwa kekuasaan Allah tidak hanya berlaku pada benda-benda mati akan tetapi juga berlaku bagi makhluk-makhluk yang hidup. Hal inipun dapat dipahami oleh orang-orang yang suka memahami.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 95
“Sesungguhnya Allah-lah Pembelah buah dan biji. Dia yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan pengeluar yang mati dari yang hidup."
Buah dan biji jadi terbelah; sesudah dia terbelah, menjulurlah urat tunggang yang halus dari buah atau biji yang halus itu ke bumi maka ia pun mulailah tumbuh. Kita melihat buah, sebagai buah mangga atau buah durian. Semuanya belah atau rengkah. Asal telah bertemu dengan bumi, mulailah ia diberi tenaga buat hidup. Cobalah pelajari dengan saksama pertumbuhan semua buah dan semua biji itu atau biji di dalam buah, niscaya kita akan melihat keajaiban hidup.
Ketika menafsirkan ayat 59 di atas tadi, yaitu bahwa anak kunci segala yang gaib itu adalah semata-mata pada Allah, telah kita jelaskan betapa jelasnya yang gaib setelah kita memerhatikan yang nyata. Kita manusia hanya sanggup mengetahui keadaannya, tetapi sebab yang asal adalah gaib. Tambah nyata dilihat, tambah nyata pula gaibnya.
Perhatikanlah pertumbuhan segala biji dan benih. Kita misalkan saja tentang tumbuhnya kelapa. Tempurung yang keras jadi belah dan dari dalam tempurung yang keras itu tumbuhlah sesuatu yang lunak akan hidup. Dari barang lunak yang terkurung dari buah kelapa itu akan tumbuh daun-daun, akan tumbuh urat-urat, akan tumbuh kelak batang yang keras, pelepah, selodang, dan mayang.
Apabila kita mendengar berita ada anak lahir berkaki empat, kepalanya menyerupai kepala gajah dan matanya mendelik, orang akan datang berkerumun ke sana karena kelahiran itu adalah ajaib dan luar biasa. Dan kalau usia anak itu panjang, orang tidak akan datang berkerumun lagi karena sudah biasa dan sudah tahu. Namun sebabnya tidak juga dapat diketahui, lain kalau kita percaya akan yang gaib.
Maka, pecahnya tempurung yang keras, yang dibalut oleh sabut yang amat tebal, sedangkan di dalamnya ada barang yang lunak. Kemudian barang yang lunak itu menembus dan memecahkan tempurung yang keras lalu hidup dan mempunyai batang yang lebih keras dari tempurung yang mengurungnya tadi jauh lebih ajaib, lebih dahsyat, dan lebih gaib daripada kelahiran anak berkaki empat berkepala gajah itu. Perjalanan hidup kelapa mulai dari dalam tempurung sampai berbatang dan berbuah lebat itu, tetaplah gaib dan tetaplah tidak terpecahkan masalahnya oleh ahli-ahli anatomi mana pun.
Barulah batin manusia akan puas dan menyerah kalau dia mulai percaya akan adanya Yang Mahakuasa mengatur semuanya ini.
Dan di sini kita ulangkan sekali lagi bahwa yang nyata ini sekalipun, bila dilihat dengan nyata, bertambah nyatalah gaibnya. Siapa yang mengaturnya dan demikian gaib? Dialah Allah. Tuhanlah pembelah buah dan biji itu sehingga kemudian dia pun hidup."Dia yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan pengeluar yang mati dari yang hidup."
Perhatikanlah buah dan biji itu kembali. Seumpama buah kelapa yang sudah sangat tua dan masak, dia kelihatanlah mati. Namun, dari buah kelapa yang mati itu kita akan melihat timbulnya hidup. Dan batang kelapa adalah hidup, tetapi dia akan menjatuhkan buah yang mati. Demikianlah dari yang mati kehidupan timbul dan dari yang hidup, yang mati datang. Dari ayam yang hidup, kita mendapat telur yang mati. Dan, telur yang tidak bernyawa itu kelaknya akan menimbulkan anak ayam yang hidup. Bersambunglah terus di antara hidup dengan mati dan mati dengan hidup. Semuanya menakjubkan. Di mana terletak rahasia itu? Orang yang belum bertemu dengan Allah berkata bahwa semua itu sifat natuur. Memang semuanya itu sifat natuur. Namun, siapa yang meletakkan sifat-sifat yang demikian pada natuur? Sungguh, telah maju pengetahuan manusia tentang alam, tetapi belum ada orang yang dapat mengetahui hakikat dari adanya hidup itu sendiri. Di mana-mana kita melihat bekas hidup di dalam alam. Kemudian, timbullah pertanyaan yang sampai sekarang tidak terjawab oleh ilmu dan tidak oleh filsafat, yaitu dari mana sumber hidup itu? Yang menjawab ini hanya agama. Allah-lah sumber hidup!
“Demikian itulah Allah maka ke mana lagi kamu akan dipalingkan ?"
Benarlah apa yang pernah dikatakan oleh ahli pikir yang terkenal, yaitu Cresson dalam kitab kecilnya. Manusia tidaklah hidup sendiri. Bahwasanya ilmu sejati itu membawa kita pada iman. Oleh sebab itu, daripada merenungkan terbelahnya buah-buahan dan biji-bijian, kita pasti sampai pada kepercayaan akan adanya Allah. Kalau kita tidak juga sampai ke sana, sengaja tidak sampai? Niscaya bukan akal kita yang murni lagi, tetapi hawa nafsu kita. Hawa nafsu yang tidak membawa kita pada kesimpulan yang jujur.
Ayat 96
“Pembelah shubuh."
Di ayat tersebut kita disuruh memerhatikan belah atau rengkahnya buah-buahan dan biji-bijian. Dari memerhatikan yang halus itu kita dibawa sampai kepada kesimpulan bahwa Allah-lah pembelah buah dan biji itu. Sekarang, setelah menekur melihat buah dan biji, kita disuruh menengadah melihat ke sebelah timur kala malam akan berganti dengan siang. Orang yang taat bangun shubuh untuk mengerjakan shalat Shubuh, hampir tiap pagi dapat memerhatikan bagaimana waktu shubuh itu terbelah. Tadiriya malam gelap-gelita. Kemudian, terlihatlah di sebelah timur cahaya fajar membelah kegelapan malam, sebab matahari telah dekat terbit. Waktu itu bernama waktu shubuh dan waktu itulah Muslim yang taat tiba saat mengerjakan shalat Shubuh. Waktu shubuh ialah dari mulai fajar membelah malam sampai matahari terbit. Maka, Allah-lah yang membelah shubuh itu dengan peredaran falaq, bumi mengelilingi matahari."Dan telah Dia jadikan malam itu tenang." Semua kita dapat merasai ketenangan malam karena manusia dan margasatwa pun istirahat.
Orang Islam yang taat dianjurkan memperbanyak bangun di sepertiga malam yang terakhir untuk merasakan ketenangan itu dengan melakukan shalat Tahajjud. Ketenangan malam amat memengaruhi jiwa seorang yang beriman, buat mendekatkan dirinya kepada Allah dan dalam hadits Qudsi pun disebutkan bahwa Allah waktu itu mendekat ke langit pertama untuk mendengarkan munajat dan seruan hamba-Nya yang mengambil kesempatan dari ketenangan malam. Artinya, Allah dapat didekati hamba-Nya di waktu itu. Badan diistirahatkan sebentar dengan tidur untuk mencari kekuatan baru mencari penghidupan besok siangnya, tetapi jiwa selalu dikontakkan kepada Allah."Dan matahari dan bulan untuk hitungan." Edaran matahari dalam setahun adalah 365 hari, 12 bulan, dan 52 minggu. Hitungan peredaran bulan 354 hari dalam setahun dan bulannya 12 juga. Dan perjalanan itu tetap dan teratur, tidak pernah berselisih dari ketentuan falaknya, walaupun satu menit dalam 10 ribu tahun. Lantaran tepatnya peredaran itu dan masa ke masa, manusia sudah boleh menghitung bilangan, jam, hari, pekan, bulan, dan tahun dengan seteliti-telitinya, tercapailah ilmu falak dan hisab sehingga menjadi perhitungan itu bagian yang penting dalam kehidupan manusia yang berakal.
“Demikianlah ditentukan oleh Yang Maha-gagah lagi Maha Mengetahui."
Disebut di sini sifat Allah yang Aziz, yang gagah, berwibawa, berlaku hukumnya dengan sangat streng, tidak ada yang dapat melampaui untuk mengetahui betapa tepatnya nama Allah yang Aziz, berarti gagah itu dalam ayat ini maka perhatikanlah terlebih dahulu kekayaan Allah yang amat penting itu dan pelajari berapa besarnya. Berapa besar bulan dan berapa beratnya? Berapa besar bumi dan berapa beratnya dan berapa pula besar matahari dan berapa beratnya? Maka, lihatlah ketiganya itu beredar dengan patuhnya menurut jalan yang ditentukan Allah. Setengah second (detik) pun tidak boleh mengubah dan tidak akan berubah. Karena segala sesuatunya itu diatur dengan kaidah perseimbangan yang teliti sekali. Apabila satu saja menyeleweng, runtuhlah semua dan Kiamatlah dunia seluruhnya. Hanya Allah Yang Aziz saja yang sanggup memaksakan kegagahan-Nya kepada seluruh cakrawala itu sehingga patuh. Dan Allah pun mengetahui segala yang tersimpul dalam perhitungan itu. Adapun seorang masinis kereta api harus mengetahui kekuatan dan persediaan kereta yang dikemudikannya agar kereta itu berjalan lancar atau seorang nakhoda kapal mengetahui kapal yang diriakhodainya, dapatlah kita pahami betapa pengetahuan Allah terhadap alam dengan segala perjalanannya ini.
Ayat 97
“Dan Dialah yang telah menjadikan untuk kamu bintang-bintang untuk kamu berpedoman dengan dia pada kegelapan darat dan laut."
Setelah diterangkan kegunaan matahari dan bulan untuk menghitung musim dan tahun, mengikat janji dan padan, mengenang masa yang lalu dan nanti, diterangkan pula bahwa bintang-bintang itu pun berguna untuk kamu untuk menjadi pedoman, menentukan haluan timur dan barat, utara dan selatan, di dalam kegelapan malam. Baik waktu musafir di darat, di padang pasir yang luas dan jauh atau di laut yang besar. Kelompok bintang-bintang itu jelas tempatnya selalu, di ufuk yang mana dan penjuru yang mana, walaupun gelap di bumi, tengadahlah langit. Bintang dapat memberitahukan kepada kamu ke jurusan mana kamu menuju dan di bagian mana kamu berada.
“Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda bagi kaum yang berpengetahuan."
Terang sekali bahwa ujung ayat ini sangat menganjurkan untuk menambah pengetahuan tentang alam, tentang perhitungan matahari dan bulan yang menghendaki ilmu falak khususnya dan ilmu hitung tertinggi, algebra (aljabar) umumnya. Demikian pula mengetahui letak bintang untuk menentukan arah haluan, sampai pada mengukur letak bintang. Untuk itu, penting didirikan teropong bintang sebagai yang terdapat di Lembang itu. Dengan ilmu penyelidikan bintang-bintangyang telah sangat maju itu sehingga mengukur jauhnya sebuat bintang dari bumi telah memakai ukuran kecepatan cahaya saja. Telah diketahui tentang adanya galaksi, yaitu kekeluargaan atau daerah bintang-bintang. Satu galaksi melingkupi berjuta-juta bintang-bintang sedang galaksi-galaksi itu pun berjuta-juta pula. Mengukur letak sudah dengan perjalanan cahaya. Satu detik perjalanan cahaya ialah 86.000 mil. Sehingga dalam satu menit menjadi 5.160.000 mil dan satu tahun 6 triliun mil. Maka, dalam penyelidikan itu bisa diketahui bahwa bintang yang paling dekat dengan kita mencapai empat setengah tahun cahaya! Bintang “Elang Terbang" baru sampai cahayanya ke bumi melalui 14.50 (empat belas setengah) tahun karena jauhnya 87 triliun mil. Bintang “Elang Jatuh" baru sampai cahayanya ke bumi sekitar tiga puluh tahun sebab jauhnya dari kita 180 triliun mil. Bintang Syi'ra (Bintang Lembu) baru sampai cahayanya setelah 9 tahun dan ada bintang lain yang baru sampai cahayanya setelah 1,000 tahun. Penghitung bilang tahun dengan perjalanan cahaya yang pertama dikenal orang ialah Strou, lalu datang lagi yang lain menyempurnakannya.
Dari sini, tampaklah betapa anjuran Al-Qur'an mengetahui ilmu alam untuk memperdalam pengertian tentang adanya Allah. Lebih akan masuklah rasa iman ke dalam hati dan jiwa karena pengetahuan daripada jika kita bertekun mempelajari “Sifat Dua puluh". Dengan begini, tidaklah mungkin pengetahuan lepas dari agama melainkan dianjurkan agama.
Ayat 98
“Dan Dialah yang telah menimbulkan kamu daripada diri yang satu lalu ditetapkan dan ditumbangkan."
Menurut kepercayaan kita orang Islam dan sejarah Ahlul Kitab, Yahudi dan Nasrani, bahwa kita manusia ini adalah berasal dari satu diri, yaitu Nabi Adam a.s.. Maka diri yang satu itulah yang berkembang biak memenuhi dan meratai dunia dengan berbagai bangsa dan bahasa dan warna kulit karena pengaruh iklim. Kita ditumbuhkan mulai dari setetes mani lalu berangsur tumbuh menjadi segumpal nuthfah, kemudian itu ‘alaqah, kemudian itu mudhghah, kemudian itu lahir ke dunia menjadi manusia. Sebagaimana tumbuhnya biji kecil hingga menjadi pohon besar yang rindang, demikian pula pertumbuhan manusia. Kemudian, ditetapkan sementara waktu tinggal di dunia ini. Setelah itu, akan ditumpangkan di dalam kubur yang sunyi sampai datang masa panggilan.
“Sesungguhnya telah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang mau memahamkan."
Ayat 99
“Dan Dialah yang telah menurunkan ain dari langit maka Kami keluarkan dengan dia tumbuh-tumbuhan dari tiap-tiap sesuatu lalu Kami keluarkan daripadanya kehijauan."
Di sini, diterangkanlah kepentingan air hujan bagi hidup. Air hujan yang turun itu menyebabkan tumbuhnya berbagai warna tumbuh-tumbuhan, besar dan kecil, mulai dari rumput hingga beringin, bumi menjadi subur. Yang dimaksud dengan hijau atau kehijauan di sini adalah pohon-pohon yang banyak menghasilkan buah dan biji-bijian. Kehijauan ialah kesuburan."Yang Kami keluarkan daripadanya biji-biji yang bersusun." Banyak pohon yang menghijau memberikan buah bersusun untuk manusia, seumpama susunan buah pisang atau jagung atau yang lain, yang menghijau lantaran suburnya."Dan dari kurma, dari mayangnya (jadi) tandan yang mudah dipetikMaka dari antara pohon menghijau yang banyak macamnya dengan buah dan biji bersusun itu, Allah menyuruh memerhatikan kurma, makanan penting bagi bangsa yang mula menerima Al-Qur'an itu. Dalam mayangnya yang bergantung pada tandannya itu, bersusunlah buahnya yang luar biasa lezatnya. Kemudian itu diperingatkan pula darihal kebun-kebun."Dan kebun-kebun dari anggur dan zaitun dan delima, yang bersamaan dan yang tidak bersamaan." Baik anggur maupun zaitun terutama delima ada yang serupa. Ada anggur yang putih dan hijau dan merah warnanya, tetapi sama manisnya. Zaitun demikian pula. Delima ada yang serupa sama-sama manis. Ada pula yang sama rupa, tetapi berlain rasa. Kadang-kadang di dalam rasa yang sama-sama manis terdapat pula perlainan manisnya, seumpama yang kita lihat pada pisang juga. Meskipun batang dan daun pisang serupa, bermacamlah jenis pisang. Pisang ambon, pisang raja serai, pisang raja tenalun, pisang jarum, pisang lidi, pisang tembatu, dan sebagainya. Demikian pula delima tadi."Pandanglah olehmu akan buah-buahannya apabila dia berbuah dan masaknya." Cobalah perhatikan apabila datang musim segala buah itu berbuah sungguh-sungguh semuanya itu mengherankan dan menakjubkan. Apalagi bila diperhatikan setelah dia masak. Niscaya akan timbullah iman dalam hati bahwa manusia hidup di dalam dunia ini yang berkembang berasal dari satu jiwa adalah mendapat jaminan hidup yang sempurna dari Allah. Dan tidak ada selain Allah yang membuatnya jadi begitu.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi kaum yang beriman."
(ujung ayat 99)








