Ayat

Terjemahan Per Kata
أَلَمۡ
apakah tidak
يَرَوۡاْ
kamu perhatikan
كَمۡ
berapa banyak
أَهۡلَكۡنَا
Kami telah binasakan
مِن
dari
قَبۡلِهِم
sebelum mereka
مِّن
dari
قَرۡنٖ
kurun
مَّكَّنَّـٰهُمۡ
Kami telah teguhkan mereka
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِ
muka bumi
مَا
apa
لَمۡ
yang belum
نُمَكِّن
Kami teguhkan
لَّكُمۡ
bagi kalian
وَأَرۡسَلۡنَا
dan Kami telah mengirimkan
ٱلسَّمَآءَ
langit/hujan
عَلَيۡهِم
atas mereka
مِّدۡرَارٗا
lebat
وَجَعَلۡنَا
dan Kami telah jadikan
ٱلۡأَنۡهَٰرَ
sungai-sungai
تَجۡرِي
mengalir
مِن
dari
تَحۡتِهِمۡ
bawah mereka
فَأَهۡلَكۡنَٰهُم
lalu Kami binasakan mereka
بِذُنُوبِهِمۡ
dengan dosa-dosa mereka
وَأَنشَأۡنَا
dan Kami tumbuhkan/ciptakan
مِنۢ
dari
بَعۡدِهِمۡ
sesudah mereka
قَرۡنًا
kurun/generasi
ءَاخَرِينَ
yang lain
أَلَمۡ
apakah tidak
يَرَوۡاْ
kamu perhatikan
كَمۡ
berapa banyak
أَهۡلَكۡنَا
Kami telah binasakan
مِن
dari
قَبۡلِهِم
sebelum mereka
مِّن
dari
قَرۡنٖ
kurun
مَّكَّنَّـٰهُمۡ
Kami telah teguhkan mereka
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِ
muka bumi
مَا
apa
لَمۡ
yang belum
نُمَكِّن
Kami teguhkan
لَّكُمۡ
bagi kalian
وَأَرۡسَلۡنَا
dan Kami telah mengirimkan
ٱلسَّمَآءَ
langit/hujan
عَلَيۡهِم
atas mereka
مِّدۡرَارٗا
lebat
وَجَعَلۡنَا
dan Kami telah jadikan
ٱلۡأَنۡهَٰرَ
sungai-sungai
تَجۡرِي
mengalir
مِن
dari
تَحۡتِهِمۡ
bawah mereka
فَأَهۡلَكۡنَٰهُم
lalu Kami binasakan mereka
بِذُنُوبِهِمۡ
dengan dosa-dosa mereka
وَأَنشَأۡنَا
dan Kami tumbuhkan/ciptakan
مِنۢ
dari
بَعۡدِهِمۡ
sesudah mereka
قَرۡنًا
kurun/generasi
ءَاخَرِينَ
yang lain
Terjemahan

Tidakkah mereka perhatikan betapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan? (Yaitu) generasi yang telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yang belum pernah Kami lakukan kepada kamu; dan Kami curahkan air hujan yang lebat, Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka; lalu Kami binasakan mereka karena dosa-dosa mereka, selanjutnya Kami munculkan sesudah mereka generasi lain.
Tafsir

(Apakah mereka tidak memperhatikan) dalam perjalanan-perjalanan mereka menuju ke negeri Syam dan negeri-negeri lainnya (berapa banyak) kalimat khabariah atau bukan kata tanya yang artinya betapa banyaknya (generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka) umat-umat yang terdahulu (padahal mereka telah Kami teguhkan) Kami berikan kedudukan (di muka bumi) melalui kekuatan dan kekuasaannya (yaitu keteguhan yang belum pernah Kami menganugerahkan) Kami berikan (kepadamu) dalam Lafal ini terkandung pengertian iltifat/peralihan dari orang ketiga ke orang kedua yang maksudnya ditujukan kepada orang ketiga (dan Kami curahkan) hujan (atas mereka dengan derasnya) tahap demi tahap (dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka) di bawah rumah-rumah tempat tinggal mereka (kemudian Kami binasakan mereka karena dosa-dosa mereka sendiri) oleh sebab kedustaan mereka terhadap para nabi (dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.).
Tafsir Surat Al-An'am: 4-6
Dan tak ada suatu ayat pun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu berpaling darinya. Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang hak (Al-Qur'an) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan. Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepada kalian; dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka, dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.
Allah berfirman menceritakan perihal orang-orang musyrik yang mendustakan Allah dan ingkar kepada-Nya, bahwa mereka itu apabila kedatangan suatu ayat, yakni tanda dan mukjizat serta hujjah yang menunjukkan akan keesaan Allah dan kebenaran rasul-rasul-Nya yang mulia, sesungguhnya dengan serta merta mereka berpaling darinya; mereka tidak memandangnya dengan sebelah mata pun dan sama sekali tidak mempedulikannya. Untuk itulah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang hak (Al-Qur'an) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu merekaperolok-olokkan. (Al-An'am: 5) Hal ini mengandung ancaman dan peringatan yang keras terhadap perbuatan mereka yang mendustakan perkara yang hak, bahwa pasti akan sampai kepada mereka berita apa yang mereka dustakan itu, dan mereka pasti akan menjumpai akibatnya serta pasti akan merasakan akibat kedustaannya itu.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman menasihati mereka seraya memperingatkan mereka akan datangnya azab dan pembalasan di dunia yang menimpa mereka, seperti halnya apa yang telah menimpa orang-orang dari kalangan umat-umat terdahulu yang perbuatannya serupa dengan perbuatan mereka. Padahal mereka lebih kuat, lebih banyak jumlahnya, serta lebih banyak harta benda dan anak-anaknya, juga lebih berkuasa serta lebih tinggi kebudayaannya ketimbang mereka. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepada kalian. (Al-An'am: 6) Yakni mereka lebih banyak memiliki harta benda, anak-anak, bangunan-bangunan, kedudukan yang kuat, pengaruh yang luas, dan bala tentara.
Dalam firman selanjutnya disebutkan: dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka. (Al-An'am: 6) Yang dimaksud dengan midraran ialah hujan yang diturunkan kepada mereka secara berangsur-angsur. dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka. (Al-An'am: 6) Yakni Kami perbanyak turunnya hujan atas mereka dan sumber-sumber air sebagai istidraj dan memuaskan mereka. Kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri. (Al-An'am: 6) Yakni disebabkan dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan yang mereka perbuat. dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. Al-An' am: 6) Yakni setelah generasi yang pertama dilenyapkan dan kami jadikan mereka sebagai bagian dari sejarah.
dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. Al-An' am: 6) Yakni generasi lain untuk Kami uji lagi, ternyata generasi yang baru ini melakukan amal perbuatan yang serupa dengan pendahulu mereka; akhirnya mereka dibinasakan pula, sama seperti para pendahulunya. Karena itu, hati-hatilah kalian, wahai orang-orang yang diajak bicara, jangan sampai menimpa kalian apa yang pernah menimpa mereka. Tiadalah kalian menurut Allah lebih kuat daripada mereka.
Dan Rasul yang kalian dustakan itu adalah lebih mulia bagi Allah ketimbang rasul mereka. Karena itu, kalian adalah orang-orang yang lebih utama untuk mendapat azab dan penyegeraan siksaan ketimbang mereka, seandainya saja tidak ada kelunakan dan kebaikan-Nya.
Sebagai perbandingan, Allah mengajak orang-orang kafir itu untuk memperhatikan nasib orang-orang sebelum mereka yang selalu mengingkari ayat-ayat Allah. Tidakkah mereka memperhatikan dengan cermat dan merenungkan secara mendalam berapa banyak generasi sebelum mereka yang menolak keyakinan tidak ada tuhan selain Allah karena kesombongannya, telah Kami binasakan dengan berbagai bencana alam yang menimpa mereka; padahal Kami telah meneguhkan kedudukannya di bumi dengan memberikan kekuasaan, kekayaan, dan keturunan yang banyak dan berkualitas yang belum pernah Kami berikan kepadamu, Muhammad dan umatmu. Selain itu, Kami pun mencurahkan hujan yang lebat untuk mereka sehingga lahan pertanian mereka menjadi subur; dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah tempat tinggal mereka, sehingga negeri mereka indah dan subur, kehidupan mereka sejahtera; kemudian Kami binasakan mereka, karena kekufuran dan kesombongannya dengan berbagai bencana alam. Bencana itu Kami timpakan karena dosa-dosa mereka sendiri dan kesukaan mereka hidup berfoya-foya, boros, dan hedonis, serta melakukan penyimpangan seksual, kejahatan, dan pembunuhan yang melampaui batas kemanusiaan. Dan Kami pun segera menciptakan generasi yang lain, yang baru sama sekali, setelah generasi mereka dibinasakan. Orang-orang kafir tetap akan menolak kebenaran Al-Qur'an, walaupun diturunkan Allah dalam bentuk lembaran-lembaran kertas atau sebagainya. Dan sekiranya Kami menurunkan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, Al-Qur'an dalam bentuk tulisan di atas kertas, langsung dari langit, sehingga mereka dengan mudah dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, niscaya orang-orang kafir yang sombong dan selalu mendustakan ayat Al-Qur'an, akan berkata dengan menghina, Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata, bukan wahyu Allah atau kitab suci yang pantas dijadikan pedoman hidup.
Allah memperingatkan bahwa sesungguhnya orang kafir sudah mengetahui berapa banyak generasi dari umat-umat terdahulu yang telah dimusnahkan Allah seperti kaum Nuh, 'ad, samud dan lain-lain. Mereka termasuk generasi-generasi umat yang telah diberi Allah kekuatan, keteguhan, kemerdekaan di bumi yang belum pernah diberikan Allah kepada orang Arab yang musyrik itu. Bumi mereka senantiasa mendapat curahan air hujan yang deras menimbulkan kemakmuran dan kesuburan. Sungai-sungai mengalir membasahi kebun-kebun tanaman mereka, menambah indah dan makmur bumi mereka. Segala nikmat dan anugerah Allah yang diberikan kepada umat terdahulu tidak menghalangi azab-Nya disebabkan dosa yang mereka perbuat.
Dua macam dosa yang mereka perbuat yang mengakibatkan kebinasaan mereka adalah: Pertama, dosa menentang rasul-rasul dan mengingkari ajaran-ajaran mereka serta memperolok-olokkannya; dan kedua, dosa kufur nikmat, yakni sikap ingkar terhadap berbagai nikmat yang telah diberikan Allah kepada mereka. Mereka bahkan mempergunakan nikmat-nikmat itu untuk hal-hal yang berlawanan dengan petunjuk Allah.
Banyak ayat Al-Qur'an yang menceritakan tentang sebab-sebab kehancuran mereka. Misalnya antara lain firman Allah:
dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan (penduduk) negeri; kecuali penduduknya melakukan kezaliman. (al-Qasas/28: 59)
Azab Tuhan yang dijatuhkan kepada umat yang ingkar ada dua macam, yaitu:
Pertama, azab dengan cara membinasakan secara menyeluruh sampai musnah. Kedua, azab dengan cara melenyapkan kemerdekaan dan kekuatan umat itu sehingga mereka menjadi umat yang lemah dan hina.
Bilamana mereka musnah, maka yang lain yang memiliki sifat-sifat yang baik, berlawan dengan sifat-sifat umat yang musnah itu akan muncul menggantikan mereka.
Ayat ini memperingatkan kaum musyrik Mekah bahwa kekuatan dan kekuasaan mereka tidaklah dapat menghalangi hukuman Allah, seperti halnya telah ditimpakan kepada umat-umat terdahulu.
Surah al -An'aam
(BINATANG TERNAK)
SURAH KE-6,165 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
Ayat 1
“Segala puji-pujian untuk Allah yang telah menjadikan semua langit dan bumi dan telah mengadakan yang gelap-gelap dan cahaya."
Kalau kita wiridkan membaca Al-Qur'an sebagaimana yang dikatakan tadi, ujung surah al-Maa'idah telah meninggalkan bekas dalam jiwa kita tentang Kerajaan Allah yang meliputi seluruh langit dan bumi. Ketika itu, terbayanglah dalam pikiran segala alam yang masih dapat dijangkau oleh penglihatan mata dan dapat dikenang oleh ingatan. Terasa kebesaran Allah pada waktu itu. Di langit, tampaklah keindahan peraturan, di bumi kelihatan nikmat yang tidak berhenti mengalir. Tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang batil. Oleh sebab itu, di permulaan ayat ini timbullah pujian kepada Allah, bahkan segala puji-pujian hanya untuk Dia saja. Dari lubuk hati kita, timbul pujian itu, sebab kita diberikan kesempatan dengan adanya perasaan, kenangan, ingatan, dan akal untuk merasakan nikmat itu. Bagaimana kita akan melakukan kontak dengan langit dan bumi, kalau pada diri kita sendiri tidak ada alat untuk menghubungi keindahan langit dan bumi itu? Kalau kita hidup dengan sentosa di atas hamparan bumi ini, di bawah naungan langit yang biru, kepada siapa kita mengaturkan puji kalau tidak kepada Allah? Dalam kalimat alhamdu, yang berarti segala puji, bulatlah segala puji-pujian hanya untuk Allah. Di sini, kita telah merasakan nikmat perasaan tauhid. Misalnya, jika matahari mengirimkan sinarnya, bukanlah matahari itu yang patut kita puji, melainkan diberikan kepada yang menciptakan matahari itu. Semua langit dan bumi itu Dia yang menciptakan. Bertambah kita renungkan langit dan bumi, bertambah datanglah pujian kita yang baru. Dengan demikian, dapatlah kita pahami jika riwayat dan hadits, baik para sahabat Rasulullah maupun tabi'in mengatakan bahwa surah ini ketika diturunkan, telah diiringkan 70 ribu malaikat yang mengucapkan tahmid (pujian) “Alhamdulilah", dan tasbih “Subhanallah al-'Azhim'1. Apalagi setelah Dia menjadikan langit dan bumi itu, Dia adakan pula yang gelap-gelap dan cahaya. Oleh karena itu, disebutkanlah yang lebih dulu dijadikan ialah semua langit dan bumi, artinya seluruh alam setelah ada seluruh alam, Allah pun mengadakan yang gelap-gelap. Dan, setelah ada yang gelap-gelap, baru Allah menjadikan yang terang, yaitu cahaya. Di dalam ayat ini dan di dalam ayat-ayat yang lain, selalu Allah menyebutkan yang gelap-gelap. Zhulumaat, yaitu kalimat jamak, menunjukkan bahwa yang gelap itu banyak ragamnya, tetapi terang cahaya hanya satu, yang disebut Nur. Banyak yang gelap, tetapi sumber cahaya hanya satu. Cahaya yang satu inilah yang memancarkan sinar yang bisa terbagi ke hulu dan ke hilir. Namun, sumber cahaya yang menyebabkan semua kegelapan menjadi sirna hanyalah satu jua.
Gelap dan terang dapat dipahami pada lahir dan batinnya, pada kenyataan di luar diri dan di dalam diri. Pada malam hari, kita mengenal kegelapan. Namun, setelah matahari terbit, hari pun siang dan terang pun menyirnakan yang gelap. Ukuran umur dan perhitungannya kita tentukan pada pergantian yang gelap-gelap dan terang. Pada waktu malam, kita dapat beristirahat sebab gelap. Pada siang hari kita dapat berusaha, sebab terang. Namun, ada lagi yang gelap-gelap dan yang terang cahaya itu di dalam diri kita sendiri, dalam ruhani kita yang disebut gelap-gelap dan terang-terang maknawi.
Kebodohan sama dengan serba gelap, ilmu sama dengan terang cahaya. Bertambah luas dan dalam ilmu, bertambah dalam dan luas yang dapat diterangi oleh mata hati kita. Tidak jarang, dua dan tiga orang yang sama-sama berdiri di bawah sinar matahari melihat alam, tetapi apa yang mereka dapat nikmati di bawah cahaya matahari atau daerah terang yang dapat mereka kenal tidaklah sama. Hal itu terjadi karena cahaya terang yang ada di dalam diri mereka masing-masing tidak sama. Mata dan telinga adalah alat penerima gelap-gelap dan terang yang ada di luar diri untuk disampaikan pada batin kita sendiri. Namun, kalau persediaan menerima tidak ada, banyaklah yang tidak terlihat oleh mata dan tidak terdengar oleh telinga.
Ibnu Abbas menafsirkan dengan tegas bahwa yang dimaksud dengan yang gelap-gelap di dalam ayat ini ialah kufur, sedangkan yang dimaksud dengan terang dan cahaya ialah iman. Oleh karena itu, menurut beliau kufur ialah kegelapan ruhani dan iman ialah terangnya.
Dapatlah dipahami penafsiran Ibnu Abbas, sebab dalam ayat ini kegelapan disebut dalam bilangannya yang banyak. Orang yang kufur ialah mereka yang musyrik. Oleh sebab itu, kegelapannya pun banyak. Di lain pihak, orang yang beriman hanya disinari oleh satu cahaya Sebab yang diimani hanya satu.
Kata Abusy-Syaikh, dengan bunyi ayat menerangkan Allah yang mencipta semua langit dan bumi, dicabutkanlah orang dari kegelapan tidak berbahaya, yaitu orang Dahri dan Mulhid. Naturalis dan ateis yang berkata bahwa alam ini tidak ada yang menjadikan. Dan dengan bunyi ayat bahwa Dia yang menjadikan yang gelap-gelap dan terang, diperbaikilah kesalahan orang Majusi yang menyatakan bahwa Tuhan itu dua, yaitu Tuhan terang yang mereka namai Ahuramazda dan Tuhan gelap yang mereka namai Ahrimah."Kemudian itu," artinya, sesudah seterang dan sejelas itu bahwa yang mencipta menjadikan semua langit dan bumi hanya Allah dan yang mengadakan gelap dan terang hanya Dia sehingga hanya Dia pula yang patut menerima segala pujian,
“Orang-orang yang kafir itu adalah mereka, dengan Tuhan mereka mempersekutukan."
Apa sebab masih ada yang memperseku-tukan-Nya? Itu semua terjadi karena cahaya terang yang satu itu belum juga masuk ke dalam ruhani mereka dan yang gelap-gelap masih bersarang di dalam. Satu di antaranya ialah gelap kejahilan, kedua ialah gelap hawa nafsu, ketiga ialah gelap yang didiridirigkan oleh setan, dan macam-macam lagi kegelapan yang lain. Lantaran itu, tidaklah mereka merasakan nikmat yang sejati yang telah menimbulkan bekas bahwa sekalian puji-pujian hanya dihadapkan kepada Allah. Pada ujung ayat ditulis Ya'diluri' yang oleh ahli tafsir diartikan mempersekutukan yang lain dengan Allah yang dapat juga diartikan dengan kata populer yang baru tumbuh di Indonesia, yaitu “menyeleweng"; membelok dari jalan lurus yang telah ditentukan Allah sehingga cahaya terang yang dibawa oleh wahyu, mereka tinggalkan dan mereka pilih kembali jalan dalam kegelapan.
Ayat 2
“Dialah yang telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian Dia tentukan suatu ajal dan suatu ajal bagi yang telah tertentu ada disisi-Nya."
Setelah di ayat satu, Allah mewahyukan bahwa Dialah yang menjadikan semua langit dan bumi, serta mengadakan yang gelap-gelap dan cahaya, dalam daerah alam yang besar (mikrokosmos) bahwa mereka pun menjadikan Tuhan dari tanah yang sudah ada. Tanah itu adalah bagian kecil saja dari bumi. Sesudah ada langit dan bumi, entah berapa juta tahun lamanya, barulah manusia didptakan, diambil dari bumi yang telah ada itu, yaitu dari tanahnya. Manusia yang pertama, yang menurut kepercayaan kita orang yang beragama ialah Adam. Manusia pertama, Adam, “bahan" tubuhnya diambil dari tanah. Taruhlah sebentar, kita ikuti teori ahli ilmu hayat yang tidak percaya bahwa Adam adalah manusia yang pertama, tetapi mereka tidah dapat menolak bahwasanya asal manusia yang pertama menurut teori mereka itu, tidak lain dari tanah juga. Ada yang mengatakan dari “lumut"-lah terdapat hayat yang pertama. Akan tetapi, lumut tidaklah didatangkan dari bintang lain, melainkan dari bintang yang bernama bumi juga, yaitu tanah yang tumbuh menjadi lumut.
Dan kita sendiri pun, seluruh manusia ini, sebagai keturunan dari manusia pertama pun bahan tubuh kita diambil dari tanah. Ayah bunda kita makan ikan, sayur dan daging, cukup vitamin, dan hormon. Semuanya itu tergabung menjadi darah, itulah sperma atau mani, dan itulah bibityang keluar dari sulbi dan tara-ib bunda. Tak ada bahan lain untuk tubuh manusia, sebagai penghuni bumi melainkan dari tanah lain untuk tubuh manusia, sebagai penghuni bumi melainkan dari tanah bumi. Oleh karena itu, ayat ini menutup pintu tentang dongeng “dewa" yang turun dari kayangan lalu menjelma menjadi manusia, lalu menjadi raja di satu daerah."Kemudian itu, Dia tentukan suatu ajal dan suatu ajal lagi yang telah tertentu ada di sisi-Nya." Dengan demikian, manusia yang telah Dia jadikan dari tanah itu ditentukanlah ajalnya, janji, dan jangka hidupnya. Dari tanah dia diciptakan, lalu diberi nyawa. Nanti datanglah waktunya dan janjinya. Adapun setelah mati, bercerailah nyawanya dengan badannya. Dan dia pun kembali kepada asalnya, yaitu tanah, baik dikuburkan ke perut bumi maupun dibakar menjadi abu. Semuanya itu ialah janji pasti. Kepastian hidup dan kepastian mati. Itulah ajal pertama. Kemudian, ditentukan-Nya pula ajal kedua yang telah pasti di sisi-Nya sendiri. Tidak ada makhluk yang tahu, yaitu kapan dunia ini akan Kiamat. Pada waktu itu, semua makhluk yang bernyawa, yang masih tersisa dari yang telah mati, akan dimatikan semua lalu dibangkitkan lagi. Rahasia bilakah masa Kiamat itu ada di tangan-Nya sendiri. Oleh sebab itu, kita diberi dua ajal. Ajal pertama adalah dari hidup menjelang mati, ajal kedua adalah hari kebangkitan kembali.
“Kemudian, kamu masih (juga) ragu-ragu."
Siapakah yang masih ragu-ragu juga? Merekalah orang yang jiwanya masih gelap tadi, yang masih kufur dan musyrik. Mereka masih ragu-ragu karena pikirannya tidak jalan. Padahal kalau mau berpikir, tidaklah mereka akan menolak kemungkinan ajal yang kedua itu. Terlebih setelah mereka melihat peristiwa tumbuhnya ajal yang pertama, yang telah diuraikan itu. Dari tanah manusia dijadikan, baik manusia pertama maupun manusia yang menjadi keturunan ini. Baik diri mereka sendiri maupun diri anak-anaknya. Bagaimana sekebat daun sayur bayam yang mengandung zat besi dan sayur yang lain, digiling oleh “kilang" cernaan makanan dalam perut, ampasnya menjadi kotoran dan keluar kembali melalui dubur, sedangkan sarinya masuk ke dalam darah lalu menjadi air mani, yang selanjutnya menjadi manusia. Semuanya itu aneh, tetapi benar. Kalau demikian adanya pertumbuhan hidup, mengapa akan mustahil bagi Allah untuk menimbulkan lagi ajal yang kedua, yaitu kebangkitan pada hari Kiamat?
Ayat 3
“Dan Dialah Allah di semua langit dan di bumi."
Allah, Zat Yang Mahakuasa itu, jelas keku-asaan-Nya, ke-Allah-an-Nya di semua langit dan di bumi, di semua penjuru dan pelosok, di alam raya yang besar, di hama dan kuman yang halus. Di matahari yang besar dengan satelitnya dan atom yang amat kecil dengan satelitnya pula. Ke mana saja perhatian ditujukan yang kita lihat hanya satu kekuasaan belaka. Allah. Tidak ada yang lain. Sekiranya berhasillah penyelidikan manusia atas bulan atau bintang Mars, ataupun yang lain, niscaya manusia tetap akan bertemu hanya satu kekuasaan yang serupa di bintang mana pun dengan kekuasaan yang meliputi bumi ini. Dan dengan itu pula kita mendapat pengajaran bahwa Allah itu bukan saja pencipta, melainkan juga pengatur, penyelenggara, dan pemelihara. Inilah yang disebut tauhid uluhiyah dan tauhid rububiyah."Dia mengetahui akan rahasia kamu dan yang terang dari kamu." Kekuasaan Allah meliputi seluruh langit dan bumi, dan seluruh lahir serta batin kamu sendiri, hai manusia! Dia itu tidak hanya menguasai dan mengatur alam semesta, yang lalu tidak menguasai keadaan lahir dan batin manusia. Jangankan lahir dan batin manusia, lahir dan batin kuman yang sangat halus pun diketahui-Nya dan diatur-Nya. Tungau dan kuman yang kecil itu pun berhati berjantung seperti manusia juga. Dan kepada sesama manusia, mungkin kita dapat memperlihatkan dua macam kehidupan, yaitu kehidupan lahir dan kehidupan batin. Kehi-dupan di masyarakat, kehidupan di rumah. Kehidupan di pekarangan dan kehidupan di dalam kamar. Namun dengan Allah, kita tidak dapat berbuat demikian, bahkan jiwa kita sendiri pun merasakan ada sesuatu yang selalu mengawasi kita.
“Dan Dia pun mengetahui apa yang kamu usahakan."
Adapun yang masih tercetus dalam hati, belum menjadi kenyataan Dia bisa tahu, apa lagi yang telah menjadi usaha dan pekerjaan. Ke mana kita menuju sebelum melangkah, apa niat yang ada dalam hati pada waktu itu, niat baikkah atau niat buruk. Sudah menjadi kepastian kalau kita selalu dalam pengawasan Allah. Kalau usaha dan pekerjaan itu baik, niscaya diberi-Nya pahala dan kalau jahat niscaya diberi-Nya dosa. Dengan tiga ayat ini, tersimpullah pokok pangkal ajaran tauhid. Bertemulah di sini lima hal yang selalu menjadi soal dalam pikiran manusia, yaitu adanya alam, adanya hidup, adanya insan, adanya peraturan, dan adanya pencipta. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika ketiga ayat pangkal dari surah al-An'aam ini selalu kita baca dengan memperdalam pahamnya. Dengan demikian, ketika penulis membaca hadits-hadits yang menerangkan fadhilah (pahala-pahala) membaca ayat-ayat Al-Qur'an, ketika bertemu sebuah hadits yang dirawikan oleh ad-Dailami dari Abdullah bin Mas'ud dan riwayat-riwayat yang lain dari beberapa tabi'in, dapatlah penulis memahami maksud hadits itu. Bunyi hadits itu ialah:
“Berkata Rasulullah saus, ‘Barangsiapa mengerjakan shalat fajar dengan berjamaah dan duduk dia di tempat shalatnya lalu dibacanya tiga ayat dan pangkal surah al-An'aam, niscaya akan diwakilkan Allah tujuh puluh malaikat yang mengucapkan tasbih kepada Allah dan memo-honkan ampun untuk dia sampai pada hari Kiamat.'" (HR ad-Dailami)
Maksudnya, yaitu dibaca dan dipahami untuk memperteguh tauhid dan iman dalam hati. Apalagi dengan adanya malaikat yang selalu memohonkan ampunan bagi hamba Allah yang taat, memang termaktub di dalam beberapa ayat dalam Al-Qur'an. Di antaranya ialah pada surah al-Mu'min: ayat 7. Yang di sana diterangkan bahwa malaikat-malaikat yang memikul Arsy sendirilah yang memohonkan ampun itu. Demikian juga pada surah-surah yang lain.
(4) Dan tidaklah datang kepada mereka satu ayat pun dari ayat-ayat Tuhan mereka, melainkan mereka berpaling daripadanya.
(5) Maka, sesungguhnya mereka telah mendustakan kebenaran tatkala dia telah datang kepada mereka. Karena itu, akan datanglah kepada mereka berita-berita tentang apa yang telah mereka perolok-olokkan itu.
(6) Apakah tidak mereka lihat berapa banyak angkatan yang telah Kami binasakan sebelum mereka, yang telah Kami beri mereka kekuasaan yang teguh di bumi, yang tidak Kami berikan kepada kamu. Dan telah Kami turunkan hujan lebat kepada mereka dan telah Kami jadikan sungal-sungai yang mengalir di bawah mereka. Maka, telah Kami binasakan mereka itu karena dosa-dosa mereka dan Kami timbulkan sesudah mereka angkatan yang lain.
Setelah diterangkan pada tiga ayat permulaan itu betapa luas dan besarnya kekuasaan Allah mencipta alam, mencipta gelap dan terang, menjadikan manusia dari tanah, mengatur langit dan bumi sesudah menjadikan, mengetahui rahasia manusia dan kenyataannya, tetapi masih ada makhluk yang lalai tidak mau tahu. Inilah yang menentang kebenaran Allah, menyembah berhala, menjadi musyrik. Surah diturunkan di Mekah, kala kaum Musyrikin masih menentang hebat. Dan perjuangan di antara paham tauhid dengan syirik itu masih akan tetap ada di dunia.
Ayat 4
“Dan tidaklah datang kepada mereka satu ayat pun dari ayat-ayat Tuhan mereka, melainkan mereka berpaling daripadanya."
Berapa banyaknya ayat yang datang, yaitu tanda dari kekuasaan Allah. Berapa banyaknya ayat itu terbentang di langit, dengan matahari memancarkan sinar, dengan bulan menyebar cahaya, dengan bintang berkelip-kelip. Berapa banyaknya ayat di bumi sendiri, tempat mereka hidup, sebagai tumbuh-tumbuhan dan binatang ternak. Berapa banyaknya mereka menyaksikan sendiri orang lahir ke dunia kemudian mati. Berapa banyaknya lagi ayat-ayat dan tanda-tanda yang lain yang patut mereka renungkan, tetapi semuanya itu tidak juga menarik perhatian mereka. Mereka masih tetap berpaling, tidak mau mengacuhkan, membuang muka, dan menghadapkan punggung, bahkan menentang dengan segala kekerasan. Mereka telah mengetahui hanya ada satu kekuasaan yang meliputi semua langit dan bumi. Allah Yang Satu menguasai semua, tetapi mereka masih saja menyembah yang lain, memuja berhala.
Ayat 5
“Maka, sesungguhnya mereka telah mendustakan kebenaran tatkala dia telah datang kepada mereka."
Telah diutus Allah seorang rasul kepada mereka, menyatakan kebenaran itu. Kebenaran hanya satu, yaitu agama yang diajarkan rasul sebagai wahyu dari Allah, yakni Allah Pencipta dan Pengatur langit, bumi, dan diri manusia itu. Namun, kebenaran itu telah mereka dustakan. Mereka tidak mau menerimanya dan tidak mau percaya. Terdapat dua macam ayat. Pertama ayat pada alam, yang dapat disaksikan oleh mata dan direnungkan oleh pikiran, Kedua, ayat wahyu, firman Ilahi yang disampaikan Rasul, berupa Al-Qur'an. Ayat yang terbentang di mata tidak mereka perhatikan, ayat yang datang berupa Al-Qur'an pun mereka dustakan. Mereka tidak menerimanya. Bagaimanakah akhir kelaknya aqidah dari sikap mereka itu? Karena di dalam mendustakan itu ada tambahan lagi, yaitu mereka perolok-olokkan apa yang disampaikan oleh Rasul itu. Akibatnya ialah,
“Karena itu, akan datanglah kepada mereka berita-berita tentang apa yang telah mereka penolok-olokkan itu."
Mereka perolok-olokkan segala kebenaran itu dan mereka dustakan Rasul yang me-nyampaikannya dan mereka tidak mau peduli bahkan membelakangi dan menolak. Mereka menyangka, lantaran mereka menolak dan mendustakan, kebenaran itu tidak akan tegak. Itu adalah persangkaan yang salah. Tunggulah masanya yang tidak lama lagi, niscaya mereka akan melihat sendiri bahwa kebenaran yang mereka olok-olokkan itu pasti tegak dan pasti menang. Sebagaimana kata orang zaman sekarang: roda revolusi pasti berputar terus. Karena mereka tidak mau ikut di dalamnya, pastilah mereka akan digiling dan digulung roda revolusi.
Setelah mengingat pertalian ayat ini dengan tiga ayat pembukaan tadi, berkatalah ar-Razi dalam tafsirnya, bahwasanya hal-ihwal tingkat pertama: orang yang kafir itu terbagi dalam tiga tingkat.
Tingkat pertama: mereka tidak mau memerhatikan dalil-dalil yang terdapat di alam sekeliling dan tidak mau memikirkan keterangan.
Tingkat kedua: bahkan mereka dustakan pula sehingga kalau sikap pertama semata-mata tidak mau tahu maka pada tingkat kedua sudah lebih meningkat, yaitu nyata-nyata mendustakan.
Tingkat ketiga: mereka mulai memper-olok-olokkan. Oleh karena itu, kalau sampai sesudah mendustakan, naik kepada sikap memperolok-olokkan, tibalah mereka di puncak kafir.
Dari ayat ini kita mendapat pegangan yang teguh bahwasanya kepercayaan tauhid yang sejati ialah meminta pemikiran, mempergunakan akal, dan melatih pikiran serta kecerdasan. Taklid, beriman turut-turutan tidak ada tempatnya dalam membentuk iman yang sejati. Dan kalau sudah sampai tidak peduli, lalu naikepada mendustakan dan tiba di puncak, yaitu memperolok-olokkan, teranglah bahwa budi telah runtuh dan jiwa telah terperosok ke dalam kegelapan. Dan sikap yang seperti ini niscaya membawa akibat yang jauh.
Ayat 6
“Apakah tidak mereka lihat berapa banyak angkatan yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang telah Kami beri mereka kekuasaan yang teguh di bumi yang tidak Kami berikan kepada kamu."
Di dalam ayat tersebut qarni kita artikan “angkatan". Atau ke dalam bahasa Indonesia modern telah dipinjamkan bahasa asing yang telah biasa dipakai, yaitu generasi. Ada ulama penafsir bangsa kita memberi arti qarnin itu dengan qaum. Namun, kita akan menggunakan angkatan. Sebab, qarnin itu diartikan juga satu abad. Oleh sebab itu, yang cocok di sini pada pendapat penafsir ialah angkatan. Satu angkatan ialah satu generasi. Ingatlah: angkatan tua, angkatan muda, angkatan yang dahulu, angkatan yang sekarang, angkatan anak-cucu keturunan kita. Kata ahli bahasa Arab, satu qarnin itu pertengahannya ialah di antara 70 dan 80 tahun. Dan ada juga yang menyebut di antara 40 dan 60 tahun. Dan ada juga yang menyebut 100 tahun (satu abad). Jadi, yang dimaksud dengan qarnin ialah manusia-manusia yang hidup dalam satu ang-katan itu. Dalam ayat ini, Allah mengatakan bahwasanya pada zaman lampau memang telah ada pula angkatan-angkatan yang tidak peduli kemudian sampai mendustakan dan akhirnya sampai ke puncak, yaitu mengolok-olok, seperti ditafsirkan ar-Razi tadi. Angkatan-angkatan yang telah lalu itu, lebih kuat dan teguh kedudukan mereka daripada kamu yang sekarang ini, hai Musyrikin Mekah."Dan telah Kami turunkan hujan lebat kepda mereka." Hujan yang lebat kalau turun ke suatu negeri, timbullah kesuburan dalam negeri itu, makmurlah penduduknya sebab tanaman tum-buh dengan baiknya dan binatang ternak berkembang biak karena cukup makanan. Bumi yang subur adalah pangkal dari kekayaan."Dan telah Kami jadikan sungal-sungai yang mengalir di bawah mereka." Hujan yang turun itu bukan saja membasahi bumi sementara ia turun, tetapi membentuk sungal-sungai. Jadi, walaupun bukan musim hujan, tanah itu subur juga. Oleh karena itu, mereka pun kaya-raya dan hidup makmur. Itulah bangsa-bangsa Mesir di tepi Sungai Nil dan bangsa Babilon di pinggir Dajlah dan Furat, bangsa Palestina di pinggir Sungai Yordan. Dan banyak lagi bangsa yang lain, angkatan demi angkatan. Kesuburan negeri mereka menambah kukuh kedudukan mereka sehingga dapat mendirikan negeri-negeri yang berpemerintahan teratur, jauh lebih kukuh dari kedudukan masyarakat kamu, wahai penduduk Hejaz yang tidak mempunyai sungai besar yang pernah bersejarah itu. Mereka pun tidak peduli akan ayat-ayat Kami. Mereka menolak kebenaran Kami dan tidak percaya akan rasul-rasul utusan Allah.
“Maka, telah Kami binasakan mereka itu karena dosa-dosa mereka dan Kami timbulkan sesudah mereka angkatan yang lain."
(ujung ayat 6)