Ayat
Terjemahan Per Kata
وَمَا
dan tidak
نُرۡسِلُ
Kami mengutus
ٱلۡمُرۡسَلِينَ
para Rasul
إِلَّا
kecuali
مُبَشِّرِينَ
memberi kabar gembira
وَمُنذِرِينَۖ
dan memberi peringatan
فَمَنۡ
maka barang siapa
ءَامَنَ
beriman
وَأَصۡلَحَ
dan mengadakan perbaikan
فَلَا
maka tidak ada
خَوۡفٌ
rasa takut
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
وَلَا
dan tidak
هُمۡ
mereka
يَحۡزَنُونَ
mereka bersedih hati
وَمَا
dan tidak
نُرۡسِلُ
Kami mengutus
ٱلۡمُرۡسَلِينَ
para Rasul
إِلَّا
kecuali
مُبَشِّرِينَ
memberi kabar gembira
وَمُنذِرِينَۖ
dan memberi peringatan
فَمَنۡ
maka barang siapa
ءَامَنَ
beriman
وَأَصۡلَحَ
dan mengadakan perbaikan
فَلَا
maka tidak ada
خَوۡفٌ
rasa takut
عَلَيۡهِمۡ
atas mereka
وَلَا
dan tidak
هُمۡ
mereka
يَحۡزَنُونَ
mereka bersedih hati
Terjemahan
Tidaklah Kami utus para rasul melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Siapa beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.
Tafsir
(Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira) tentang surga terhadap orang yang beriman (dan memberi peringatan) kepada orang yang kafir dengan adanya siksaan neraka. (Siapa yang beriman) kepada rasul-rasul itu (dan mengadakan perbaikan) terhadap amal perbuatannya (maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati) di akhirat kelak.
Tafsir Surah Al-An’am: 46-49
Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaku bagaimana jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, maka siapakah Tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), tetapi mereka tetap berpaling (juga).
Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaku, bagaimana jika datang siksaan Allah kepadamu secara tiba-tiba atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan (Allah) selain dari orang-orang yang zalim?”
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan bertaubat, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa azab disebabkan mereka selalu berbuat fasik (berbuat dosa)
Ayat 46
Allah ﷻ berfirman kepada Rasul-Nya, bahwa katakanlah kepada mereka yang mendustakan dan ingkar kepada kekuasaan Allah ﷻ: “Terangkanlah kepadaku bagaimana jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan kalian.” (Al-An'am: 46)
Yakni Allah mencabut nikmat tersebut dari kalian sebagaimana Dia telah memberikan nikmat kepada kalian. Seperti yang disebutkan dalam firman lain:
“Dialah Yang menciptakan kalian dan menjadikan bagi kalian pendengaran dan penglihatan.” (Al-Mulk: 23), hingga akhir ayat.
Dapat dipahami pula bahwa ungkapan ini mengandung makna larangan menggunakan pendengaran dan penglihatan menurut apa yang diperintahkan oleh syariat, karena pada firman selanjutnya disebutkan:
“Serta menutup hati kalian.” (Al-An'am: 46)
Hal yang sama disebutkan oleh firman-Nya:
“Atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan?” (Yunus: 31)
“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghalang-halangi antara manusia dan hatinya. (Al-Anfal: 24)
Mengenai firman Allah ﷻ: “Siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepada kalian?” (Al-An'am: 46)
Artinya, apakah ada seseorang yang dapat mengembalikan hal (nikmat) itu kepada kalian jika Allah mencabutnya dari kalian? Jelas tidak ada seorang pun yang mampu melakukannya selain Allah ﷻ. Karena itulah pada firman selanjutnya disebutkan:
“Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami).” (Al-An'am: 46)
Yakni Kami terangkan, Kami jelaskan, dan Kami tafsirkan tanda-tanda tersebut yang semuanya menunjukkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan semua yang mereka sembah selain Allah adalah salah dan sesat.
“Kemudian mereka tetap berpaling (juga).” (Al-An'am: 46)
Yaitu meskipun adanya keterangan yang jelas itu, mereka tetap menolak kebenaran dan menghalang-halangi manusia untuk mengikutinya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna “yasdifuuna” ialah menyimpang. Menurut Mujahid dan Qatadah adalah berpaling, sedangkan menurut As-Suddi menghambat (menghalang-halangi).
Ayat 47
Firman Allah ﷻ: “Katakanlah, ‘Terangkanlah kepadaku, bagaimana jika datang siksaan Allah kepada kalian secara tiba-tiba’.” (Al-An'am: 47)
Yakni kalian tidak merasakannya sehingga kedatangannya mengejutkan kalian.
“Atau terang-terangan.” (Al-An'am: 47)
Maksudnya, dengan jelas dan kelihatan.
“Maka adakah yang dibinasakan (Allah) selain dari orang-orang yang zalim?” (Al-An'am: 47)
Yakni sesungguhnya azab itu hanyalah menimpa orang-orang yang berbuat zalim terhadap dirinya sendiri, karena kemusyrikan mereka. Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang tidak mempersekutukan-Nya dan yang menyembah-Nya dengan ikhlas. Maka tiada akan ketakutan yang mencekam bagi mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Sama halnya dengan yang disebutkan oleh firman-Nya:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik).” (Al-An'am: 82), hingga akhir ayat.
Ayat 48
Adapun firman Allah ﷻ: “Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan.” (Al-An'am: 48)
Yaitu utusan Allah menyampaikan berita gembira untuk kebaikan kepada hamba-hamba Allah yang beriman, dan memberi peringatan kepada orang-orang yang kafir terhadap azab Allah dan siksaan-siksaan-Nya.
Dalam ayat selanjutnya disebutkan: “Barang siapa yang beriman dan bertaubat.” (Al-An'am: 48)
Yakni barang siapa yang hatinya beriman kepada yang disampaikan oleh para rasul dan (bertaubat) memperbaiki amal perbuatannya dengan mengikuti petunjuk mereka.
“Maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka.” (Al-An'am: 48)
Yaitu bila dikaitkan dengan masa depan mereka.
“Dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-An'am: 48)
Yakni bila dikaitkan dengan masa lalu mereka dan apa yang mereka tinggalkan di belakang mereka menyangkut perkara duniawi dan sebagainya. Allah-lah yang menjadi pelindung mereka dari apa yang telah mereka tinggalkan dan Allah-lah yang memelihara mereka dari masa lalunya.
Ayat 49
Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa azab disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (Al-An'am: 49)
Maksudnya, mereka akan mendapat azab karena kekafiran mereka terhadap apa yang telah disampaikan oleh para rasul, karena mereka menyimpang jauh dari perintah-perintah Allah, tidak mau taat kepada-Nya, selalu mengerjakan hal-hal yang dilarang dan yang diharamkan-Nya serta selalu melanggar batasan-batasan yang diharamkan-Nya.
Kalau pada akhirnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksa dari Allah, seperti dijelaskan pada ayat sebelumnya, hal ini bukan karena Allah berbuat sewenang-wenang, karena telah sampai kepada mereka para rasul yang Kami utus itu yang tugas utamanya adalah untuk memberi kabar gembira bagi yang taat dan memberi peringatan bagi yang durhaka. Kalau pada akhirnya mereka memilih bersikap durhaka, maka konsekuensinya mereka mendapat siksa. Maka, barang siapa beriman dengan keimanan yang benar dan mengadakan perbaikan dengan bertobat secara sungguh-sungguh, maka tidak ada rasa takut pada mereka, yaitu tidak ada kekeruhan jiwa menyangkut sesuatu yang belum terjadi baik di dunia maupun di akhirat, dan mereka tidak bersedih hati atas sesuatu yang telah terjadi. Para rasul telah diutus dengan membawa bukti kebenaran dan juga peringatan. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, yaitu mengingkari risalah yang disampaikan para rasul tersebut, maka akan ditimpa azab yang sangat pedih baik di dunia ataupun akhirat, karena mereka selalu berbuat fasik, yaitu selalu melakukan aktivitas yang menjadikan mereka keluar dari keimanan dan ketaatan kepada Allah atau keluar dari sistem yang ditetapkan-Nya.
.
Tujuan Allah mengutus para Rasul itu tidak lain hanyalah untuk menyampaikan berita gembira, memberi peringatan, menyampaikan ajaran-ajaran Allah yang akan menjadi pedoman hidup bagi manusia agar tercapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, serta memperingatkan manusia agar jangan sekali-kali mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun dan jangan membuat kerusakan di muka bumi.
Barangsiapa yang membenarkan dan mengikuti para Rasul yang diutus kepadanya, mengerjakan amal yang saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap diri mereka akan ditimpa azab di dunia, seperti yang pernah ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan Rasul dahulu dan mengingkari Allah, demikian pula terhadap azab akhirat yang dijanjikan untuk orang-orang yang kafir. Mereka tidak akan sedih dan putus asa diwaktu menemui Allah terhadap sesuatu yang telah luput dari mereka, karena mereka telah yakin seyakin-yakinnya bahwa semua yang datang itu adalah dari Allah. Mereka yakin bahwa Allah selalu menjaga dan memelihara mereka.
Allah ﷻ berfirman:
Kejutan yang dahsyat tidak membuat mereka merasa sedih, dan para malaikat akan menyambut mereka (dengan ucapan), "Inilah harimu yang telah dijanjikan kepadamu." (al-Anbiya'/21: 103)
Orang-orang yang mengikuti Rasul dan mengerjakan amal yang saleh, tidak akan bersedih hati bila ditimpa musibah, seperti meninggalnya anak atau salah satu anggota keluarganya, musnahnya sebagian atau seluruh hartanya, atau mereka ditimpa penyakit dan sebagainya. Mereka akan tabah dan sabar menghadapinya, apa saja yang terjadi tidak akan mempengaruhi iman, amal, akhlak dan moral mereka. Sebaliknya orang-orang yang kafir akan putus asa dan bersedih hati karena sesuatu cobaan yang kecil dari Allah.
Allah ﷻ berfirman:
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfudh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. (al-hadid/57: 22-23)
.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 46
“Katakanlah, ‘Bagaimana pikiran kamu jika dicabut Allah pendengaran kamu dan penglihatan kamu dan Dia materai (segel) hati kamu. Siapakah Tuhan selain Allah yang akan mengembalikannya kepada kamu?"
Bagaimana sebabnya maka telinga ini dapat mendengar? Bagaimana sebabnya maka mata ini dapat melihat? Ahli-ahli anatomi tubuh manusia mengatakan bahwa pada telinga dan mata itu ada urat-urat saraf yang sangat halus, sangat teratur sehingga dengan pertalian urat-urat itu dengan otak, telinga dapat mendengar dan mata dapat melihat.
Ahli-ahli hanya dapat menyelidiki dan mengetahui bahwa urat-urat saraf itu ada, tetapi mereka tidaklah sanggup menggantinya jika urat-urat yang amat halus itu hilang atau putus. Ilmu pengetahuan modern tentang mata telah mengetahui bahwa selaput mata seseorang yang akan mati boleh disimpan dan dimasukkan ke dalam bank mata, untuk diberikan kepada orang yang telah hilang penglihatannya. Namun, kita sudah mengetahui lebih dahulu bahwa selaput mata yang dipindahkan itu, bukan buatan dokter yang memindahkan, melainkan Allah juga yang empunya takdir. Demikian jugalah kalau jadi dimaterai atau dicap atau disegel oleh Allah sehingga tertutup, tidak dapat lagi akal budi mempertimbangkan buruk dan baik, Lihatlah orang-orang idiot atau orang dungu, pandir. Matanya cukup, telinganya mendengar, tetapi akalnya tidak berjalan. Kepalanya besar, tetapi otaknya kosong. Sekali-sekali diadakan Allah manusia semacam itu untuk menjadi i'tibar bagi manusia-manusia yang berakal bahwasanya akal dan hati untuk berpikir, bukanlah pemberian orang lain, melainkan dari Allah juga. Kalau demikian, mengapa kamu menyembah berhala atau menyembah pada yang lain? Padahal yang lain itu tidak sanggup memberimu pendengaran jika kamu tuh atau memberimu penglihatan jika matamu buta atau kabur dan tidak ada dokter yang dapat mengobati sehingga seorang pandir bisa menjadi profesor.
“Perhatikanlah, betapa Kami mengulang-ulang ayat-ayat itu. Kemudian itu, mereka pun berpaling juga."
Dengan segala macam jalan, Allah Ta'aala telah menunjukkan ayat-ayat-Nya, memperli-hatkan tanda kebesaran-Nya, yang akal budi mereka tidak akan dapat menolak kebenarannya, tetapi mereka masih berpaling juga.
Ayat 47
“Katakanlah, kabarkanlah kepadaku jika datang kepada kamu adzab Allah dengan tiba-tiba atau berterang-terang, adakah yang dibinasakan selain dari kaum yang aniaya?"
Artinya, cobalah pikirkan dan nyatakan-lah pendapat pikiranmu itu jika sekiranya adzab Allah datang dengan tiba-tiba, padahal kamu tidak menyediakan bekal untuk menghadapinya karena kamu selama ini mempersekutukan yang lain dengan Allah. Kemudian, datang adzab itu dengan tiba-tiba karena hal yang demikian bisa saja berlaku, menurut sunnatullah. Atau datang dengan berterang-terang, yaitu kelihatan lebih dahulu tanda-tandanya. Jika datang waktu yang demikian, bagaimana akalmu? Padahal kamu masih dalam mempersekutukan yang lain dengan Allah? Padahal pada saat adzab itu datang, yang akan disapubersihkan hanyalah orang yang zalim dan aniaya. Adapun orang Mukmin yang mengikut Rasul, tidaklah akan merasai adzab itu. Ke mana kamu akan lari dari ancaman adzab yang tiba-tiba atau telah terang di hadapan mata?
Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa yang akan binasa karena adzab itu hanyalah orang-orang yang aniaya, yang zalim, yang mendurhakai Allah. Adapun bagi orang yang beriman, tidaklah akan merasai adzab itu. Kalau misalnya suatu bahaya datang gunung berapi meletus, air bah, dan banjir, gempa bumi, bahaya perang, dan sebagainya. Meskipun pada lahir kelihatan semua tertimpa, bagi orang yang beriman tidaklah bahaya itu mengguncangkan mereka. Misalnya, dua orang ditimbun lahar gunung berapi yang satu fasik dan yang satu beriman maka yang fasik akan merasai siksaan batin, sebab tidak ada kepercayaan kepada Allah dan bagi yang beriman mati yang demikian adalah mati syahid. Seumpama ketika tentara Inggris menghujankan bom dan peluru meriam di Surabaya pada bulan November 1945. Itu adalah bahaya yang datang dengan tiba-tiba. Untuk orang yang mempersekutukan yang lain dengan Allah bahaya itu adalah adzab. Namun, untuk pejuang yang mencintai tanah air yang didasarkan iman akan Allah, hal itu bukanlah adzab, melainkan fajar dari kemerdekaan. Kalau mereka mati karena dihujani bom itu, mereka merasa berbahagia.
Ayat 48
“Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul itu melainkan sebagai pembawa berita gembira dan berita ancaman."
Kedatangan Rasul ialah memberi peringatan akan kelanjutan hidup sesudah hidup yang sekarang. Kepada yang menauhidkan Allah, yang tidak menyembah Tuhan yang lain selain Allah, diberikan berita gembira oleh rasul-rasul itu bahwa surgalah tempat yang akan ditujunya kelak kalau dia mati. Adapun terhadap orang yang kafir, musyrik, durhaka kepada Allah, ialah berita ancaman. Oleh karena itu, mati itu sendiri bukanlah adzab. Semua orang, baik dia beriman maupun musyrik, akan mati. Dan banyak orang yang beriman mati terbunuh dan banyak pula orang mati sebagai biasa di tempat tidurnya. Atau keduanya mati terbunuh atau keduanya sama-sama mati di tempat tidur. Namun, sifat kematian itu tidaklah menjadi persoalan. Yang jadi persoalan, bagaimanakah aqidah seseorang ketika dia menghadapi maut. Apakah dia beriman atau adakah dia kufur.
“Maka barangsiapa yang beriman dan berbuat perbaikan, tidaklah ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berduka cita."
Buat orang yang beriman, banjir besar yang datang menyapu negeri, gunung berapi meletus mengalirkan lahar, musuh menghujani sebuah negeri dengan bom atom atau penyakit menular menyapu rata penduduk, pendeknya adzab yang datang tiba-tiba ataupun adzab yang datang secara berhanyut-hanyut, bagi orang yang beriman semuanya itu tidaklah menyebabkan mereka takut. Bagaimana mereka akan takut? Padahal jiwa mereka telah ditujukan kepada Allah, yang dari Dia kita datang, dengan Dia kita hidup, dan kepada-Nya kita akan kembali? Dan mereka pun tidak akan berduka cita karena adzab yang mengancam di akhirat sebab mereka ada beramal. Dia tidak memisahkan di antara dua, pertama iman kedua berbuat islah (ihsan). Artinya, selalu setiap saat memperbaiki mutu amalnya sehingga layaknya dia berhadapan dengan Allah pada waktunya kelak.
Ayat 49
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami itu akan mengenalah kepada mereka adzab dari sebab apa yang telah mereka fasik kan itu"
Orang yang tidak beriman, amal pun tidak, perbaikan diri pun tidak, melainkan tetap mendustakan perintah Allah, tidak mau percaya, masih mempersekutukan saja yang lain dengan Allah, masih saja memperturutkan perdayaan setan dan hawa nafsu; orang beginilah yang akan dikenai oleh adzab. Baik adzab kegelisahan jiwa karena dosa, kekosongan hidup, tidak mempunyai pegangan di dunia ini maupun adzab neraka di akhirat.
Dengan kedua ayat ini, lebih ditekankanlah perbedaan jiwa dari kedua golongan itu. Ayat ini dapat dihubung-hubungkan dengan ilmu-ilmu jiwa yang berkenaan dengan ketabiban. Seperti ketabiban yang berhubungan dengan semua tertimpa, bagi orang yang beriman tidaklah bahaya itu mengguncangkan mereka. Misalnya, dua orang ditimbun lahar gunung berapi yang satu fasik dan yang satu beriman maka yang fasik akan merasai siksaan batin, sebab tidak ada kepercayaan kepada Allah dan bagi yang beriman mati yang demikian adalah mati syahid. Seumpama ketika tentara Inggris menghujankan bom dan peluru meriam di Surabaya pada bulan November 1945. Itu adalah bahaya yang datang dengan tiba-tiba. Untuk orang yang mempersekutukan yang lain dengan Allah bahaya itu adalah adzab. Namun, untuk pejuang yang mencintai tanah air yang didasarkan iman akan Allah, hal itu bukanlah adzab, melainkan fajar dari kemerdekaan. Kalau mereka mati karena dihujani bom itu, mereka merasa berbahagia.
Ayat 48
“Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul itu melainkan sebagai pembawa berita gembira dan berita ancaman."
Kedatangan Rasul ialah memberi peringatan akan kelanjutan hidup sesudah hidup yang sekarang. Kepada yang menauhidkan Allah, yang tidak menyembah Tuhan yang lain selain Allah, diberikan berita gembira oleh rasul-rasul itu bahwa surgalah tempat yang akan ditujunya kelak kalau dia mati. Adapun terhadap orang yang kafir, musyrik, durhaka kepada Allah, ialah berita ancaman. Oleh karena itu, mati itu sendiri bukanlah adzab. Semua orang, baik dia beriman maupun musyrik, akan mati. Dan banyak orang yang beriman mati terbunuh dan banyak pula orang mati sebagai biasa di tempat tidurnya. Atau keduanya mati terbunuh atau keduanya sama-sama mati di tempat tidur. Namun, sifat kematian itu tidaklah menjadi persoalan. Yang jadi persoalan, bagaimanakah aqidah seseorang ketika dia menghadapi maut. Apakah dia beriman atau adakah dia kufur.
“Maka barangsiapa yang beriman dan berbuat perbaikan, tidaklah ada ketakutan atas mereka dan tidaklah mereka akan berduka cita."
Buat orang yang beriman, banjir besar yang datang menyapu negeri, gunung berapi meletus mengalirkan lahar, musuh menghujani sebuah negeri dengan bom atom atau penyakit menular menyapu rata penduduk, pendeknya adzab yang datang tiba-tiba ataupun adzab yang datang secara berhanyut-hanyut, bagi orang yang beriman semuanya itu tidaklah menyebabkan mereka takut. Bagaimana mereka akan takut? Padahal jiwa mereka telah ditujukan kepada Allah, yang dari Dia kita datang, dengan Dia kita hidup, dan kepada-Nya kita akan kembali? Dan mereka pun tidak akan berduka cita karena adzab yang mengancam di akhirat sebab mereka ada beramal. Dia tidak memisahkan di antara dua, pertama iman kedua berbuat islah (ihsan). Artinya, selalu setiap saat memperbaiki mutu amalnya sehingga layaknya dia berhadapan dengan Allah pada waktunya kelak.
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami itu akan mengenalah kepada mereka adzab dari sebab apa yang telah mereka fasik kan itu"
(ayat 49)