Ayat
Terjemahan Per Kata
لَهُمۡ
bagi mereka
دَارُ
rumah
ٱلسَّلَٰمِ
perdamaian
عِندَ
di sisi
رَبِّهِمۡۖ
Tuhan mereka
وَهُوَ
dan Dia
وَلِيُّهُم
Pelindung mereka
بِمَا
dengan/disebabkan apa
كَانُواْ
mereka adalah
يَعۡمَلُونَ
mereka kerjakan
لَهُمۡ
bagi mereka
دَارُ
rumah
ٱلسَّلَٰمِ
perdamaian
عِندَ
di sisi
رَبِّهِمۡۖ
Tuhan mereka
وَهُوَ
dan Dia
وَلِيُّهُم
Pelindung mereka
بِمَا
dengan/disebabkan apa
كَانُواْ
mereka adalah
يَعۡمَلُونَ
mereka kerjakan
Terjemahan
Bagi mereka (disediakan) tempat yang damai (surga) di sisi Tuhannya. Dialah pelindung mereka karena apa (amal kebajikan) yang mereka kerjakan.
Tafsir
(Bagi mereka disediakan Darussalam) yakni rumah keselamatan atau surga (pada sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan).
Tafsir Surat Al-An'am: 126-127
Dan inilah jalan Tuhanmu yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.
Bagi mereka (disediakan) tempat yang damai (surga) di sisi Tuhannya. Dan Dialah pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan.
Ayat 126
Setelah Allah ﷻ menyebutkan jalan orang-orang yang menolak dan tersesat dari jalan-Nya, maka Dia mengisyaratkan perihal kemuliaan apa yang Dia sampaikan kepada Rasul-Nya, yaitu berupa hidayah dan agama yang benar. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: “Dan inilah jalan Tuhanmu yang lurus.” (Al-An'am: 126)
Lafal “mustaqiiman” di-nasab-kan karena menjadi hal (kata keterangan keadaan), yakni inilah agama yang Kami perintahkan untukmu, wahai Muhammad, melalui apa yang Kami wahyukan kepadamu berupa Al-Qur'an ini, yaitu jalan Allah yang lurus.
Seperti yang telah disebutkan dalam hadits Al-Haris, dari Ali mengenai sifat Al-Qur'an, yaitu: “Al-Qur'an adalah jalan Allah yang lurus, dan merupakan tali Allah yang kuat, serta Al-Qur'an adalah suatu peringatan yang bijaksana.” Hadits ini secara panjang lebar diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam At-Tirmidzi.
“Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami).” (Al-An'am: 126)
Maksudnya, kami telah menjelaskan, menerangkan, dan menafsirkannya.
“Kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.” (Al-Anam: 126)
Yaitu kepada orang yang berpemahaman dan berkesadaran serta mau menggunakan akalnya untuk mengetahui Allah dan Rasul-Nya.
“Bagi mereka (disediakan) tempat yang damai (surga).” (Al-An'am: 127) Yakni surga.
“Pada sisi Tuhannya.” (Al-An'am: 127)
Yaitu kelak di hari kiamat.
Allah menggambarkan surga dengan sebutan Darussalam dalam ayat ini mengingat mereka telah menempuh jalan yang membawa kepada keselamatan, yaitu jalan yang lurus mengikuti jejak dan sepak terjang para nabi. Dengan kata lain, sebagaimana mereka selamat dari malapetaka penyelewengan, maka mereka pun dapat sampai ke Darussalam (surga).
“Dan Dialah pelindung mereka.” (Al-An'am: 127)
Allah Yang memelihara mereka, Yang menolong, dan Yang mendukung mereka.
“Disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan.” (Al-An'am: 127)
Yakni sebagai balasan atas amal-amal mereka yang saleh, maka Allah menyerahkan kepada mereka dan memberi mereka surga dari karunia dan kemurahan-Nya.
Bagi mereka ada beberapa penghargaan yang agung dari Allah. Pertama, disediakan tempat yang damai, yaitu surga yang tidak ada kesulitan apa pun di dalamnya. Kedua, mereka berada di suatu tempat yang sangat terhormat yaitu di sisi Tuhannya yang telah membimbing mereka. Dan, ketiga, Dialah pelindung mereka yang selalu mengasihi dan menyertai mereka dalam segala suasana. Hal itu semua disebabkan karena amal kebajikan yang mereka kerjakan.
Allah menjelaskan sebagian dari ihwal orang-orang yang zalim pada hari Kiamat di hadapan Allah. Dan ingatlah pada hari ketika Dia mengumpulkan mereka semua, yaitu orang-orang yang sesat dan menyesatkan dari kelompok jin atau setan dan manusia, dan Allah berfirman kepada segolongan jin (setan), karena merekalah yang menjadi asal mula adanya kesesatan pada manusia, Wahai golongan jin! Kamu telah banyak menyesatkan manusia dengan membujuk mereka untuk melakukan kemusyrikan, kekafiran, dan kemaksiatan. Dan kawan-kawan mereka dari golongan manusia berkata, mengadu dengan memberikan pengakuan kepada Allah terhadap apa yang terjadi, Ya Tuhan, kami telah saling mendapatkan kesenangan. Manusia memanfaatkan jin melalui perbuatan sihir, tenung, dan juga tergoda untuk melakukan kemaksiatan dan lainnya, dan jin merasa bangga bahwa mereka dijadikan panutan, penguasa, dan pengayom oleh manusia. Dan sekarang waktu yang telah Engkau tentukan buat kami telah datang. Setelah mendengarkan pengakuan dari kedua belah pihak, Allah berfirman untuk memberikan putusan akhir, Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain. Allah mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas dalam segala hal. Sungguh, Tuhanmu Mahabijaksana yang meletakkan sesuatu pada tempatnya, menyiksa orang yang berdosa dengan keadilan-Nya, dan memasukkan orang yang bertakwa ke dalam surga dengan anugerah-Nya. Dia Maha Mengetahui siapa yang berbuat baik dan siapa yang berbuat buruk.
Bagi mereka yang menempuh jalan yang lurus disediakan Darussalam (surga) di sisi Tuhan. Mereka hidup mengikuti pedoman para nabi yang memberi petunjuk kepada mereka sehingga mereka terhindar dari jalan-jalan yang bengkok dan akhirnya sampailah mereka ke Darussalam. Allah memimpin mereka dan mencukupkan balasan bagi setiap perbuatan yang mereka kerjakan di dunia. Allah memberi petunjuk kepada mereka selama di dunia dan memberi taufik untuk melakukan amal kebajikan, sehingga mereka memperoleh pahalanya, dan diizinkan untuk memasuki surga-Nya semata-mata atas karunia-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 125
“Dan, barangsiapa yang dikehendaki Allah hendak memberinya petunjuk, niscaya akan Dia bukakan dadanya buat (menerima) islam."
Ayat ini membuka pintu kesempatan yang besar bagi setiap insan yang cinta akan kebe-naran. Bagaimana seseorang diselubungi dosa dan syirik dan kegelapan selama ini, satu waktu jika petunjuk datang, wajah hidupnya bisa saja berubah. Yang penting ialah penerangan agama yang diterimanya. Oleh sebab itu, Rasulullah ﷺ diperintah Allah menyampaikan seruan Allah dengan sebaik-baik penyampaian. Dengan demikian, memberikan dakwah agama hendaklah dengan memakai tiga peringatan. Pertama, dengan hikmah. Kedua, dengan mau'izhah hasanah, memberikan pengajaran secara baik. Ketiga, wa jadil hum biliati hiya ahsan, bertukar pikiran (berdiskusi) bersama mereka dengan jalan yang sebaik-baiknya.
Di dalam dasar jiwa tiap-tiap manusia tersembunyi sesuatu yang baik. Kalau bukan karena jiwa telah sakit benar, kebaikan di dasar jiwa itu bisa dibangkitkan kembali. Kalau mereka mendengarkan keterangan yang baik tentang agama dari ahli dakwah atau muba-ligh yang berpengertian dan berpengalaman, mereka bisa menerima. Dada mereka bisa terbuka buat menerima Islam. Sebab, sebenarnyalah bahwa tiap-tiap manusia yang berakal sangat menginginkan pegangan hidup yang akan mereka pegang teguh, hidup yang akan dipakai, mati yang akan ditumpang.
Di dalam ayat ini difirmankan Allah bahwa kalau Allah menghendaki agar seseorang mem-peroleh petunjuk, niscaya dilapangkanlah atau dibukakanlah dadanya untuk menerima Islam. Ayat ini bagi orang yang beriman akan menambah imannya, selalu dia memohon kepada Allah agar ditunjuki dan dibuka dadanya, dibuka mata hatinya menerima kebenaran.
Kalau kita melihat seorang kejam, jahat, dan kasar tampaknya, janganlah kita tergesa berburuk sangka kepadanya, menyangka kalau orang ini akan sukar menerima kebenaran. Kalau hati orang ini terkena oleh Islam, sikapnya yang tegas dan gagah dan kelihatan kasar itu, pastilah dia akan menjadi pahlawan menegakkan agama.
Kita lihat contohnya pada diri Umar bin Khaththab sendiri. Pada mulanya, dia amat benci kepada Rasul dan para pengikutnya sehingga dia bermaksud hendak membunuh mereka, apalagi setelah dia tahu banyak di antara mereka telah hijrah ke Habsyi dan telah banyak perselisihan timbul di antara orang berkeluarga. Namun, setelah dia dapat membaca ayat-ayat pertama dari surah Thaahaa yang pada tangan adik kandung perempuannya yang rupanya telah masuk Islam, terbukalah dadanya dan datanglah petunjuk sehingga pada saat itu juga dia menyatakan diri hendak berjumpa dengan Nabi, dan setelah berjumpa langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak hari itu, bertambah majulah dia dalam keislaman sehingga menjadi Muslim yang sangat penting sampai diberi gelar kehormatan oleh Rasulullah ﷺ, yaitu ‘Al-Faruuq", artinya orang yang sanggup memisahkan dan membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
Sikap kasarnya dahulu, kerasnya pada pendirian, dan tidak mau bertolak angsur di dalam mempertahankan pendirian, tetap menjadi bentuk jiwanya setelah dia menjadi Muslim. Dan, dengan sikap jiwa yang demikian pula dia menegakkan agama Islam sehingga memperkukuh Islam setelah Rasulullah ﷺ dan khalifah pertama. Abu Bakar ash-Shiddiq, meninggal dunia.
Alhasil, jika dada telah terbuka menerima Islam, segala bakat dan bawaan diri pada zaman jahiliyyah atau zaman kafir, akan berkembang dengan indah di bawah pimpinan Islam.
“Dan barangsiapa yang Dia kehendaki menyesatkan nya, Dia jadikanlah dadanya sempit picik, seakan-akan dia akan meningkat ke langit"
Contoh ini pun bertemu dengan Abu Jahal tadi. Adapun tentang kebesaran, sombong, kekerasan hati, disegani orang banyak, samalah kedudukan Umar bin Khaththab dengan Abu Jahal pada zaman jahiliyyah itu sehingga Rasulullah ﷺ pernah memohonkan kepada Allah supaya Islam diberi kekuatan dengan salah seorang dari kedua orang itu. Abu Jahal pun pernah beberapa malam berturut-turut pergi sembunyi-sembunyi mendengarkan Nabi ﷺ membaca Al-Qur'an di dalam rumahnya. Namun, sedikit pun tidak membekas ke dalam hatinya hendak menerima Islam. Ketika ditanyai orang, dia pun pernah mengakui terus terang bahwa Muhammad ﷺ itu bukanlah seorang pendusta. Umar membaca Al-Qur'an di rumah adiknya hanya satu kali, tetapi yang satu kali itu sudah cukup buat meresap ke dalam jiwanya. Abu Jahal mendengar sampai tiga kali, dan hati kecilnya payah buat menolak kebenarannya. Akan tetapi, karena hawa nafsu yang pantang kerendahan, karena takut kalau kalau Bani Abdu Manaf akan mengalahkan Bani Mukhzum, yaitu kabilahnya sendiri dalam perebutan pengaruh, berkeraslah Abu Jahal mempertahankan yang batil. Dengan demikian, ditakdirkan Allah-lah dia menjadi pemimpin kekafiran sampai tewasnya di medan Perang Badar. Sempit hatinya buat menerima Islam, picik dadanya buat menyambut kebenaran, sebagaimana picik sempitnya dada orang yang hendak naik ke langit layaknya.
Sempit dadanya menerima kebenaran. Inilah suatu ungkapan yang tepat terhadap orang yang dirinya telah dikurung oleh hawa nafsunya sendiri. Pada hati kecilnya dia tidak dapat lagi membantah kebenaran itu. Namun, dengan keras dia menolak. Dia mau mati di dalam mem-pertahankan pendiriannya, walaupun salah. Abu Jahal sendiri sampai mati berkeras mem-pertahankan pendiriannya. Dia dahulu pernah mengakui bahwa Nabi Muhammad itu tidak berdusta. Dan, sebagaimana yang terlebih dulu pernah kita jelaskan, dia pernah mendengarkan Nabi membaca Al-Qur'an dengan sembunyi-sembunyi agar jangan diketahui oleh orang lain. Dia memang seorang yang keras hati dan keras pendirian. Itu sebabnya, Rasulullah ﷺ pernah berdoa agar Islam dimuliakan, ditinggikan martabatnya dengan salah seorang dari dua, yaitu Umar bin Khaththab atau Abu Jahal. Namun, Umar bin Khaththab yang diberikan Allah buat mengabulkan doa Nabi itu. Abu Jahal kafir sampai matinya dalam Peperangan Badar. Dia tidak mau menerima Islam atau sukar sekali Islam akan masuk ke dalam hatinya, sama dengan mendaki ke langit layaknya. Terlalu tinggi, sukar dia memanjatnya dan sesak napasnya jika dia mencoba hendak mendaki.
Misal yang sedikit ini pun, yaitu sempit dadanya seakan-akan orang yang mencoba hendak naik ke langit, selain dari mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada rasul-Nya, Nabi Muhammad ﷺ ketika beliau melakukan Isra' dan Mi'raj, barulah di dalam abad sekarang ini, abad ke-20 Masehi (abad ke-14 Hijriyah), manusia mencoba naik ke angkasa, mulanya dengan kapal terbang, dan akhir-akhir ini telah diperbuat oleh manusia alat-alat modern untuk mengarung-ruang angkasa yang lebih tinggi karena mencoba hendak pergi ke bulan atau bintang-bintang yang lain. Ternyata bahwa memang sempit picik dada manusia kalau naik ke ruang angkasa terlebih tinggi, bahkan bisa mati karena kesempitan napas, karena di sana tidak ada lagi zat asam (oksigen) buat bernapas, terutama setelah lepas dari daya tarik bumi sehingga apabila pergi ke sana mesti disediakan zat oksigen itu untuk bernapas di sana.
“Seperti demikianlah Allah menjadikan kekotoran atas orang-orang yang tidak mau beriman."
Ujung ayat ini menjelaskan apa sebab maka dada menjadi picik sempit menerima kebenaran Islam. Sebabnya adalah karena dada itu penuh dengan berbagai kotoran sehingga udara yang bersih tidak mau lagi masuk ke dalamnya. Dosalah yang telah mengotori jiwa itu. Dalam bahasa aslinya disebut rijsun, yang kita artikan kekotoran. Ingat pula ayat 145 yang akan sampai kita bicarakan pula kelak, yaitu ketika Anda membicarakan apa sebab daging babi diharamkan. Hal itu karena babi rijsun, kotor, jijik, keji sehingga di antara segala binatang babilah yang paling kotor. Sekarang, dibawa kepada manusia. Menjadi sukar sekali mereka hendak mendaki mening-kat kemurnian Islam sebab jiwa mereka telah penuh kekotoran sehingga, walaupun bagaimana dia diajak pada kebersihan, dia akan kembali kepada yang kotor juga. Dan, kotornya rijsun perangai babi dengan perangai syirik.
Pada ayat ini disuruhlah tiap-tiap kita menilik diri sendiri. Kalau sudah mulai mendengar seruan kebenaran, sempit dan picik rasanya dada menerima, pastilah sudah mulai ada kekotoran dalam jiwa kita. Maka, hendaklah segera kita basuh kekotoran itu dengan tobat kepada Allah, jangan sampai bintik dosa yang sedikit itu meluas atau meruyak dalam hati kita. Amalan yang lahir dengan amalan yang batin mempunyai pertalian yang kuat dalam hal ini. Kita diperintahkan shalat sekurangnya lima kali sehari semalam, dan sebelum shalat kita diwajibkan berwudhu. Dengan demikian, kita pertalikan pembersihan anggota tubuh yang lahir itu dengan pembersihan hati sendiri dari segala penyakit, yang pada ayat 120 tadi sudah juga disuruh kita berawas diri darinya, yaitu dosa lahir dan dosa batin. Beberapa penyakit yang menjadi dosa batin sangat menyekat menghalangi pernapasan ruh untuk menerima kebenaran Islam. Pertama sekali ialah syirik. Selain itu, ialah takabur, sombong sehingga memandang enteng segala ajakan kepada ke-benaran sebab merasa diri lebih dari orang lain. Dan, termasuk juga di dalamnya riya, beramal karena hanya mengharapkan pujian dan penghargaan manusia. Maka, kalau selalu telah diusahakan membersihkan dada dari segala penyakit batin itu, menjadi lapanglah dia dan bisalah terbuka menerima kebenaran Islam sehingga tidak ada perintah Allah dan Rasul yarg terasa berat bagi kita memikulnya.
Ayat 126
“Dan inilah jalan Tuhan engkau, yang lurus."
Jika telah tertempuh jalan yang lurus itu niscaya akan lekaslah sampai pada yang dituju, yaitu ridha Allah. Sebab, sudah lama dimaklumi bahwasanya garis lurus ialah jarak yang paling dekat di antara dua titik. Untuk meratakan jalan lurus itulah rasul-rasul diutus, kitab-kitab diturunkan dan syari'at berdiri.
Dan, selamatlah orang yang tertempuh jalan lurus itu.
“Sesungguhnya telah Kami jelaskan ayat-ayat Kami kepada kaum yang mau ingat."
Di ujung ayat ini diterangkanlah bahwa ini adalah peringatan buat orang yang selalu mau ingat. Yadz-dzakkaruuna, selalu ingat. Sehingga, dapatlah kita mengerti bahwasanya betapa pun lurusnya jalan yang akan ditempuh itu, tetapi apabila di tengah perjalanan kita lalai dan lengah, mudah saja akan terjerumus masuk jurang. Maka, adalah ayat-ayat Allah itu diberikan sebagai peringatan-peringatan, laksana tanda-tanda yang dipasang di pinggir-pinggir jalan tentang adanya bahaya, tentang adanya bengkolan, tentang adanya jalan yang mendaki atau menurun, atau adanya jurang,sehingga orang yang tengah berjalan itu selalu ingat dan waspada, dan selalu pula menjaga kemudi, dan tidak mengantuk sehingga dia selamat menempuh jalan yang lurus itu.
“Bagi mereka adalah negeri yang sejahtera di sisi Tuhan mereka, dan Dialah penolong mereka, dengan sebab apa yang mereka amalkan"
(ayat 127)