Ayat
Terjemahan Per Kata
لَوۡ
sekiranya
أَنزَلۡنَا
Kami turunkan
هَٰذَا
ini
ٱلۡقُرۡءَانَ
Al-Quran
عَلَىٰ
atas
جَبَلٖ
gunung
لَّرَأَيۡتَهُۥ
melihatnya
خَٰشِعٗا
tunduk
مُّتَصَدِّعٗا
terpecah/terbelah
مِّنۡ
dari
خَشۡيَةِ
takut
ٱللَّهِۚ
Allah
وَتِلۡكَ
dan itulah
ٱلۡأَمۡثَٰلُ
perumpamaan-perumpamaan
نَضۡرِبُهَا
Kami buatnya
لِلنَّاسِ
untuk manusia
لَعَلَّهُمۡ
supaya mereka
يَتَفَكَّرُونَ
berfikir
لَوۡ
sekiranya
أَنزَلۡنَا
Kami turunkan
هَٰذَا
ini
ٱلۡقُرۡءَانَ
Al-Quran
عَلَىٰ
atas
جَبَلٖ
gunung
لَّرَأَيۡتَهُۥ
melihatnya
خَٰشِعٗا
tunduk
مُّتَصَدِّعٗا
terpecah/terbelah
مِّنۡ
dari
خَشۡيَةِ
takut
ٱللَّهِۚ
Allah
وَتِلۡكَ
dan itulah
ٱلۡأَمۡثَٰلُ
perumpamaan-perumpamaan
نَضۡرِبُهَا
Kami buatnya
لِلنَّاسِ
untuk manusia
لَعَلَّهُمۡ
supaya mereka
يَتَفَكَّرُونَ
berfikir
Terjemahan
Seandainya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah karena takut kepada Allah. Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.
Tafsir
(Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung) lalu dijadikan-Nya pada gunung tersebut akal sebagaimana manusia (pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah) terbelah-belah (disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu) yang telah disebutkan di atas tadi (Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir) yang karenanya lalu mereka beriman.
Tafsir Surat Al-Hasyr: 21-24
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang mempunyai nama-nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menyebutkan keagungan Al-Qur'an seraya menjelaskan tingginya kedudukan Al-Qur'an, dan bahwa sudah selayaknya bila hati menjadi lunak dan khusuk serta taat saat mendengarnya, mengingat di dalamnya terkandung janji yang benar dan ancaman yang pasti. Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. (Al-Hasyr: 21) Yakni apabila gunung yang begitu keras dan perkasa dapat memahami Al-Qur'an ini dan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya, niscaya ia tunduk dan terpecah belah karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala Lalu bagaimana dengan kamu, wahai manusia, bila hati kamu tidak lunak dan tunduk serta bergetar karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala Padahal kamu telah memahami dari Allah akan perkaranya dan telah kamu pahami Kitab-Nya.
Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. (Al-Hasyr: 21) Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah. (Al-Hasyr: 21), hingga akhit ayat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah berfirman, "Seandainya Aku turunkan Al-Qur'an ini kepada gunung untuk dipikulnya, niscaya akan terpecah belahlah dan tunduk karena beratnya Al-Qur'an dan karena takut kepada Allah." Maka Allah memerintahkan kepada manusia apabila diturunkan kepada mereka Al-Qur'an, hendaklah mereka menerimanya dengan takut yang sangat (kepada Allah) dan tunduk.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. (Al-Hasyr: 21) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Qatadah dan Ibnu Jarir. Di dalam hadits mutawatir telah disebutkan bahwa ketika dibuatkan untuk Rasulullah sebuah mimbar, dan sebelumnya bila Nabi ﷺ berkhotbah selalu berdiri di sebelah salah satu dari batang pohon kurma yang menjadi tiang-tiang masjid. Maka setelah mimbar diletakkan pada yang pertama kali, lalu Nabi ﷺ datang untuk berkhotbah, maka beliau melewati batang kurma itu menuju ke mimbarnya, dan saat itu batang kurma tersebut menangis dan merintih sebagaimana anak-anak merintih karena rindu kepada zikir dan wahyu yang biasa ia dengar di sisinya, maka Nabi ﷺ mendiamkannya. Menurut sebagian riwayat hadits ini, disebutkan bahwa Al-Hasan Al-Basri sesudah mengetengahkan hadits ini mengatakan, "Kalian seharusnya lebih merindukan Rasulullah ﷺ ketimbang batang kurma itu." Demikianlah bunyi ayat yang mulia ini, bahwa apabila gunung-gunung yang merupakan benda mati, seandainya ia mendengar Kalamullah dan memahaminya, niscaya tunduklah ia dan berpecah belahlah ia karena takut kepada Allah.
Maka bagaimanakah dengan kalian (manusia), padahal kalian telah mendengarnya dan memahaminya? Dalam ayat lain telah disebutkan melalui firman-Nya: Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat diguncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah kitab itu adalah Al-Qur'an). (Ar-Ra'd: 31), hingga akhir ayat. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan bahwa tentu Al-Qur'an itulah dia. Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman dalam ayat lain: Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai darinya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. (Al-Baqarah: 74) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Al-Hasyr: 22) Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa Dia adalah Tuhan yang tiada Tuhan selain Dia, maka tiada Rabb selain Dia dan tiada Tuhan bagi semua alam wujud selain Dia.
Semua yang disembah selain Dia adalah batil. Dan bahwa Dia Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Yakni Dia mengetahui semua makhluk yang dapat disaksikan oleh kita dan semua makhluk yang gaib dari kita. Tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya di bumi dan di langit, baik yang besar maupun yang kecil, dan baik yang dimuliakan maupun yang hina, hingga semut-semut kecil di dalam kegelapan.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Al-Hasyr: 22) Dalam permulaan kitab tafsir ini telah disebutkan keterangan mengenainya dan tidak perlu diulangi lagi. Kesimpulannya ialah bahwa Allah adalah Tuhan Yang mempunyai rahmat yang luas lagi mencakup semua makhluk, Dia adalah Yang Maha Pemurah di dunia dan akhirat, dan Maha Penyayang pada keduanya. Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman dalam ayat lain: dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. (Al-A'raf: 156) Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. (Al-An'anv 54) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala lainnya yang menyebutkan: Katakanlah, "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baikdaripada apa yang mereka kumpulkan.(Yunus: 58) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja. (Al-Hasyr: 23) Yakni Raja bagi segala sesuatu yang mengatur segala sesuatu tanpa ada yang menghalangi-Nya dan juga tanpa ada yang menyaingi-Nya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang Mahasuci. (Al-Hasyr: 23) Menurut Wahb ibnu Munabbih, artinya suci. Menurut Mujahid dan Qatadah, artinya Yang Memberkati. Menurut Ibnu Juraij, disebutkan demikian karena para malaikat yang mulia menyucikan-Nya. Yang Mahasejahtera. (Al-Hasyr: 23) Yaitu Mahasejahtera dari segala bentuk cela dan kekurangan, karena kesempurnaan zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang Mengaruniakan keamanan. (Al-Hasyr: 23) Adh-Dhahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah makhluk-Nya merasa aman dari mendapat perlakuan aniaya oleh-Nya.
Qatadah mengatakan, makhluknya merasa aman dengan adanya firman-Nya yang menyatakan bahwa Dia Mahahak (benar). Menurut Ibnu Zaid, hamba-hamba-Nya yang beriman membenarkan keimanan mereka kepada-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang Maha Memelihara. (Al-Hasyr: 23) Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Dia Maha Menyaksikan semua makhluk-Nya tentang amal perbuatan mereka. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Dia Maha Mengawasi mereka.
Semakna dengan yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. (Al-Mujadilah: 6; Al Buruj: 9) padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kamu kerjakan. (Ali Imran: 98) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap diri terhadap apa yang diperbuatnya (sama dengan yang tidak demikian sifatnya)? (Ar-Ra'd: 33), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang Mahaperkasa. (Al-Hasyr: 23) Yakni Yang Menang atas segala sesuatu dan mengalahkannya. Dia mengalahkan segala sesuatu, maka tiada sesuatu pun yang dapat mencapai Zat-Nya karena keperkasaan, keagungan, kekuasaan, dan kebesaran-Nya.
Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. (Al-Hasyr: 23) Yaitu Yang tidak pantas bersifat kuasa selain Dia dan tidak pantas bersifat agung selain Dia karena keagungan-Nya. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam sebuah hadits shahih (hadits Qudsi) yang mengatakan: ". Kebesaran adalah (bagaikan) kain-Ku dan Keagungan adalah (bagaikan) selendang-Ku; maka barang siapa yang menyaingi-Ku pada salah satu dari keduanya, niscaya Kuazab dia. Qatadah mengatakan bahwa makna al-jabbar ialah Tuhan Yang menundukkan makhluk-Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya.
Ibnu Jarir mengatakan, al-jabbar artinya Tuhan Yang memperbaiki urusan-urusan makhluk-Nya. Yang mengatur mereka sesuai dengan apa yang menjadi kemaslahatan bagi mereka. Qatadah mengatakan bahwa al-mutakabbir artinya Yang Maha Agung dari semua keburukan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Al-Hasyr: 23) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa. (Al-Hasyr: 24) Menciptakan artinya merencanakan, dan mengadakan artinya merealisasikan apa yang telah direncanakan dan ditetapkan ke alam wujud dan alam nyata. Tiada seorang pun yang merencanakan sesuatu dapat melaksanakan dan merealisasikannya selain hanya Allah subhanahu wa ta’ala Seorang penyair memuji orang lain melalui bait syairnya:
Sesungguhnya engkau adalah orang yang mampu merealisasikan apa yang engkau rencanakan, padahal sebagian kaum mampu membuat rencana, tetapi tidak dapat merealisasikannya. Yakni hanya Engkaulah yang mampu merealisasikan apa yang telah Engkau rencanakan. Lain halnya dengan selain Engkau, ia tidak akan mampu merealisasikan apa yang dikehendakinya. Hanya Engkaulah Yang Menciptakan, Yang Merencanakan, Yang Membuat, dan Yang Mengadakan.
Termasuk ke dalam pengertian kalimat ini bila dikatakan pejagal hewan telah memotong hewan, lalu merampungkannya, yakni memotong-motong sembelihannya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa. (Al-Hasyr: 24) Yaitu Yang apabila Dia menghendaki sesuatu tinggal mengatakan kepadanya, "Jadilah kamu," maka jadilah dia sesuai dengan gambaran yang dikehendaki dan rupa yang dipilih-Nya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu. (Al-Infithar: 8) Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: Yang Membentuk rupa. (Al-Hasyr: 24) Yakni Yang melaksanakan apa yang ingin direalisasikan-Nya menurut gambaran yang dikehendaki-Nya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Yang mempunyai nama-nama Yang Paling baik. (Al-Hasyr: 24) Pembicaraan mengenai ayat ini telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-A'raf. Dan di sini kami akan mengetengahkan sebuah hadits yang diriwayatkan di dalam hadits Sahihain melalui Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, alias seratus kurang satu. Barang siapa yang menghitung-hitungnya, niscaya masuk surga; Dia Witir dan menyukai yang witir. Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan konteks yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah yang juga melalui Abu Hurairah.
Dan tambahan, "Dia Witir dan menyukai yang witir," merupakan lafal Ibnu Majah. Menurut lafal Imam At-Tirmidzi disebutkan sebagai berikut: ". Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahamulia, Yang Mahaperkasa, Yang Mahabesar, Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk rupa, Yang Maha Pengampun, Yang Maha Mengalahkan, Yang Maha Pemberi karunia, Yang Maha Pemberi rezeki, Yang Maha Pemberi Keputusan, Yang Maha Mengetahui, Yang Menyempitkan rezeki dan Yang Melapangkan rezeki, Yang Merendahkan dan Yang Meninggikan, Yang Memuliakan dan Yang Menghinakan, Yang Maha Mendengar, Yang Maha Melihat, Yang Memutuskan, YangMahaadil, Yang Mahalembut, Yang Maha Mengenal, Yang Maha Penyantun, Yang Mahaagung, Yang Maha Pemberi ampunan, Yang Maha Mensyukuri, Yang Mahatinggi, Yang Mahabesar, Yang Maha Memelihara, Yang Memberi waktu, Yang Maha Menghitung, Yang Mahaagung, Yang Mahamulia, Yang Mengawasi, Yang Memperkenankan, Yang Mahaluas, Yang Mahabijaksana, Yang Maha Mencintai, Yang Maha Pemurah, Yang Membangkitkan, Yang Maha Menyaksikan, Yang Hak, Yang Melindungi, Yang Mahakuat, Yang Mahakokoh, Yang Menolong, Yang Maha Terpuji, Yang Maha Mencatat, Yang Memulai (penciptaan), Yang Mengembalikan (penciptaan), Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Mahahidup, Yang Mengatur makhluk-Nya, Yang Mahakaya, Yang Mahaagung, Yang Maha Esa, Yang Bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Yang Mahakuasa, Yang Berkuasa, Yang Mendahulukan, Yang Mengakhirkan, Yang Awwal, Yang Akhir, Yang Zahir, Yang Batin, Yang Menolong, Yang Mahatinggi, Yang Melimpahkan kebaikan, Yang Maha Menerima tobat, Yang Membalas, Yang Memaaf, Yang Pengasih, Raja semua raja, Yang mempunyai Keagungan dan Kemuliaan, Yang Adil, Yang Menghimpun, Yang Kaya, Yang memberi kekayaan, Yang Memberi, Yang mencegah, Yang Menimpakan Mudarat, Yang memberi manfaat, Cahaya (Mahaterang), Yang Memberi petunjuk, Yang Membuat, Yang Kekal, Yang Mewarisi, Yang Memberi petunjuk, Yang Maha Penyabar.
Sedangkan menurut konteks Ibnu Majah ada kelebihan dan kekurangannya, dan ada yang didahulukan dan yang diakhirkan. Hal ini telah kami sebutkan dengan panjang lebar, lengkap berikut semua jalur periwayatan dan lafal-lafaznya yang tidak perlu lagi dikemukakan di sini. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. (Al-Hasyr: 24) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.
Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Isra: 44) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan Dialah Yang Mahaperkasa. (Al-Hasyr: 24) Yakni Zat-Nya tidak dapat dicapai. lagi Mahabijaksana. (Al-Hasyr: 24) dalam syariat dan ketetapan-Nya. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Khalid (yakni Ibnu Tahman alias Abul Ala Al-Khaffaf), telah menceritakan kepada kami Nafi' ibnu Abu Nafi', dari Ma'qal ibnu Yasar, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Barang siapa mengucapkan doa ini di waktu pagi hari sebanyak tiga kali, yaitu: "Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk, kemudian membaca pula tiga ayat dari akhir surat Al-Hasyr, maka Allah memerintahkan kepada tujuh puluh ribu malaikat untuk memohonkan ampunan baginya hingga petang hari.
Dan jika ia mati di hari itu, maka ia mati sebagai syahid. Dan barang siapa yang mengucapkannya di kala petang hari, maka ia beroleh kedudukan yang seperti itu. Imam At-Tirmidzi meriwayatkannya dari Mahmud ibnu Gailan, dari Abu Ahmad Az-Zubairi dengan sanad yang sama, lalu ia mengatakan bahwa hadits ini gharib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui jalur ini."
Allah menjelaskan bahwa Al-Qur'an diturunkan bagi manusia yang menggunakan nalar dan mengikuti hati nurani. Sekiranya Kami turun-kan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung yang diberi akal, pikiran, dan perasaan seperti manusia; pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah, karena gunung-gunung itu akan menggunakan nalar, rasa, dan nuraninya dalam memahami Al-Qur'an dan mengamalkannya. Dan perumpamaan-perumpamaan itu, yakni manusia yang kecil dan lemah dibandingkan dengan gunung yang begitu besar, tinggi dan keras; Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir bahwa gunung bisa menggunakan nalar, rasa dan nurani untuk memahami dan menerapkan Al-Qur'an hingga tunduk dan pecah karena takut kepada Allah. Mengapa manusia yang benar-benar memiliki nalar, rasa dan nurani tidak menggunakannya secara optimal dalam memahami dan menerapkan Al-Qur'an dalam kehidupan ini'22. Al-Qur'an adalah wahyu Allah petunjuk bagi manusia. Pada ayat ini dan seterusnya hingga akhir surah, Allah menjelaskan al-asma' al-husna, nama-nama Allah yang indah. Apabila al-asma' al-'usna dipahami dan diresapkan secara mendalam ke dalam sanubari akan menguatkan keyakinan kepada-Nya. Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Dia memperkenalkan nama-nama-Nya. Bila zat-Nya dipikirkan akan membingungkan, karena pikiran manusia tidak sanggup menjangkaunya; bila nama-Nya disebut akan menggetarkan hati yang beriman; bila sifat-Nya diuraikan akan mempesona; dan bila perbuatan-Nya diamati dengan cermat akan mengagumkan setiap manusia; karena itu tidak ada Tuhan layak diibadati selain Dia. Yang Mengetahui yang gaib, karena pengetahuan-Nya tak terbatas; dan Yang Mengetahui yang nyata, karena pengetahuan-Nya meliputi zarrah. Dialah Yang Maha Pengasih, yang kasih sayang-Nya tak mengenal batas; Maha Penyayang, yang rahmat-Nya kepada orang yang beriman sejak di dunia hingga di surga.
Dalam ayat ini diterangkan bahwa seandainya gunung-gunung itu diberi akal, pikiran, dan perasaan seperti yang telah dianugerahkan kepada manusia, kemudian diturunkan Al-Qur'an kepadanya, tentulah gunung-gunung itu tunduk kepada Allah, bahkan hancur-lebur karena takut kepada-Nya. Akan tetapi, Al-Qur'an bukan untuk gunung, melainkan untuk manusia. Sungguh indah metafora ini, membandingkan manusia yang kecil dan lemah, dengan gunung yang begitu besar, tinggi, dan keras. Dikatakan bahwa gunung itu akan tunduk di hadapan wahyu Allah, dan akan hancur karena rasa takut.
Ayat ini merupakan suatu peringatan kepada manusia yang tidak mau menggunakan akal, pikiran, dan perasaan yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka. Mereka lebih banyak terpengaruh oleh hawa nafsu dan kesenangan hidup di dunia, sehingga hal itu menutup akal dan pikiran mereka. Karena takut kehilangan pengaruh dan kedudukan, maka mereka tidak akan mau mengikuti kebenaran.
Betapa tingginya nilai Al-Qur'an, sehingga tidak semua makhluk Allah dapat memahami dengan baik maksud dan tujuannya. Untuk memahaminya harus memenuhi syarat-syarat tertentu, antara lain: ilmu yang memadai, menggunakan akal pikiran, membersihkan hati nuraninya, dan niat yang setulus-tulusnya.
Keadaan sebagian manusia diterangkan dalam firman Allah:
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. (al-Baqarah/2: 74)
Ayat ini sama pula dengan firman Allah:
Dan sekiranya ada suatu bacaan (Kitab Suci) yang dengan itu gunung-gunung dapat diguncangkan, atau bumi jadi terbelah, atau orang yang sudah mati dapat berbicara, (itulah Al-Qur'an). (ar-Ra'd/13: 31)
Kemudian diterangkan bahwa perumpamaan-perumpamaan yang terdapat dalam Al-Qur'an itu harus menjadi pelajaran bagi orang yang mau mempergunakan akal, pikiran, dan perasaannya. Dengan demikian, mereka dapat melaksanakan petunjuk-petunjuk Al-Qur'an dengan sebaik-baiknya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERSEDIAAN UNTUK HARI ESOK
Setelah demikian banyak diceritakan tentang jalan salah yang ditempuh oleh kaum munafik dan pengkhianatan hendak membunuh Nabi sampai mereka diusir, yang dilakukan oleh Yahudi Bani Nadhir, maka sudahlah patut hal itu semua jadi cermin perbandingan bagi orang yang beriman. “Wahai orang-orang yang beriman, takwalah kepada Allah." Semata-mata iman atau percaya saja, belumlah cukup, sebelum dilengkapi dengan mempercepat hubungan dengan Allah. Keikhlasan batin kepada Ilahi tawakal berserah diri, ridha menerima ketentuan-Nya, syukur menerima nikmat-Nya, sabar menerima cobaan-Nya, semuanya itu didapat karena adanya takwa. Memperteguh ibadah kepada Allah seperti shalat, puasa, zakat dan sebagainya, semuanya itu menyuburkan takwa.
“Dan hendaklah merenungkan setiap diri;" artinya bawa berpikir, bawa merenung, bawa tafakur dan tadzakur (memikirkan dan mengingat). “Apakah yang telah diperbuatnya untuk hari esok." Hari esok ialah Hari Akhirat. Percaya kepada Hari Akhirat menyebabkan rezeki yang diberikan Allah, sebagian besarnya dikirimkan terlebih dahulu untuk persediaan hari esok, itulah arti qaddamat, yaitu mengirim lebih dahulu.
Hitunglah terlebih dahulu laba rugi hidup sendiri sebelum dihitung kelak. Renungkanlah perbekalan yang telah ada dan mana lagi yang kurang. Karena perjalanan akan terus maju dari dunia ini ke pintu kubur, ke alam barzakh dan ke Hari Akhirat. “Dan takwalah kepada Allah!" Ini diperingatkan sekali lagi, supaya lebih mantap dalam hati. “Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui apa pun jua yang kamu kerjakan." (ujung ayat 18)
“Dan janganlah keadaan kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah; lalu Allah pun membuatnya lupa kepada dirinya sendiri." Artinya janganlah kamu lupa mengingat kepada Allah, atau dzikir. Karena bila kamu telah lupa mengingat Allah, Allah pun akan membuat lupa apa-apa yang patut dikerjakan untuk kepentingan dirimu sendiri, yang akan membawa manfaat bagimu di akhir kelak kemudian hari. Ibnul Qayyim menulis, “Oleh sebab itu maka mengenal Allah adalah pokok pangkal segala ilmu, pokok pangkal kebahagiaan dan kesempurnaan seorang hamba Allah, dunianya dan akhiratnya. Dan kalau jahil, tidak mengetahui hubungan diri dengan Allah, pastilah dia pun tidak akan tahu siapa dirinya yang sebenarnya dan apa yang harus dilakukannya supaya dia mencapai kemenangan. Sebab itu maka mengenal Allah adalah pangkal bahagia, dan jahil akan Dia pangkal celaka." “Itulah orang-orang yang fasik." (ujung ayat.19)
“Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni sunga." Janganlah sampai terpesona melihat orang fasik, jalan hidup tidak menurut aturan itu. Bagaimana jua pun hendaklah orang beriman selalu ingat kepada Allah, dzikir kepada Allah, beribadah kepada-Nya. Orang yang selalu ingat akan Allah niscaya akan selalu dibimbing oleh-Nya ke jalan yang benar. Bagaimana pun susahnya berjuang menegakkan kebenaran itu, namun jiwanya senang, hatinya tentaram, karena merasa dekat dengan Allah. Di dunia selamat, di akhirat masuk surga. “Penghuni-penghuni surga, itulah orang-orang yang beruntung." (ujung ayat 20) Memang, tentang neraka dan surga adalah tentang hari esok, wajib kita percaya akan hari esok itu. Namun yang terang dalam hidup di dunia ini pun sudah jelas, bahwa hidup orang yang melupakan Allah dengan hidup orang yang mengikuti tuntunan Allah tetap berbeda. Bahkan sampai kepada pandangan terhadap ekonomi, sosial, atau politik sekalipun; tidaklah mungkin disamakan. Bagaimana akan menyatukan antara minyak dengan air?
GUNUNG PUN BISA RUNTUH
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini ke atas sebuah gunung, niscaya akan engkau lihatlah gunung itu tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah." Hendaklah khusyu tunduk hati itu menerima Al-Qur'an dan laksana pecah ketika mendengarnya. Sebab di sanalah terdapat janji-janji Allah yang benar dan ancaman bagi siapa yang durhaka yang tegas. Kalau kiranya gunung yang begitu besar dan kasar mempunyai pikiran seperti manusia, niscaya ia akan khusyu tunduk merendahkan diri karena takutnya kepada Allah. Maka adakah patut bagimu, hai insan, tidak akan melunak hatimu karena takut kepada Allah? Padahal kamu telah dapat memahamkan apa isinya, mengerti apa yang diperintahkan. Begitulah tafsiran dari Ibnu Katsir. “Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami perbuat untuk manusia supaya mereka berpikir." (ujung ayat 21)