Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَا
dan janganlah
تَكُونُواْ
kalian menjadi
كَٱلَّذِينَ
seperti orang-orang
نَسُواْ
(mereka) lupa
ٱللَّهَ
Allah
فَأَنسَىٰهُمۡ
lalu (Allah) menjadikan mereka lupa
أَنفُسَهُمۡۚ
diri mereka
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
هُمُ
mereka
ٱلۡفَٰسِقُونَ
orang-orang yang fasik
وَلَا
dan janganlah
تَكُونُواْ
kalian menjadi
كَٱلَّذِينَ
seperti orang-orang
نَسُواْ
(mereka) lupa
ٱللَّهَ
Allah
فَأَنسَىٰهُمۡ
lalu (Allah) menjadikan mereka lupa
أَنفُسَهُمۡۚ
diri mereka
أُوْلَٰٓئِكَ
mereka itu
هُمُ
mereka
ٱلۡفَٰسِقُونَ
orang-orang yang fasik
Terjemahan
Janganlah kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah sehingga Dia menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.
Tafsir
(Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah) maksudnya tidak mau taat kepada-Nya (lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri) untuk melakukan perbuatan ketaatan dan perbuatan baik. (Mereka itulah orang-orang yang fasik).
Tafsir Surat Al-Hasyr: 18-20
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni'surga itulah orang-orang yang beruntung.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Aun ibnu Abu Juhaifah, dari Al-Munzir ibnu Jarir, dari ayahnya yang mengatakan bahwa ketika kami bersama Rasulullah ﷺ di suatu pagi hari, tiba-tiba datanglah kepada Rasulullah ﷺ suatu kaum yang tidak beralas kaki dan tidak berbaju. Mereka hanya mengenakan jubah atau kain 'abaya, masing-masing dari mereka menyandang pedang. Sebagian besar dari mereka berasal dari Mudar, bahkan seluruhnya dari Mudar. Maka berubahlah wajah Rasulullah ﷺ melihat keadaan mereka yang mengenaskan karena kefakiran mereka. Kemudian Rasulullah ﷺ masuk dan keluar, lalu memerintahkan kepada Bilal agar diserukan azan dan didirikan shalat. Lalu Rasulullah ﷺ shalat. Seusai shalat, beliau berkhotbah dan membacakan firman-Nya: Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu. (An-Nisa: 1), hingga akhir ayat. Beliau membaca pula firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surat Al-Hasyr, yaitu: dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). (Al-Hasyr: 18) Hendaklah seseorang bersedekah dengan uang dinarnya, dengan uang dirhamnya, dengan sa' jewawutnya, dengan sa' buah kurmanya.
Hingga Nabi ﷺ bersabda, bahwa sekalipun dengan separo biji kurma. Maka datanglah seorang lelaki dari kalangan Ansar dengan membawa kantong yang telapak tangannya hampir tidak mampu menggenggamnya, bahkan memang tidak dapat menggenggamnya. Kemudian orang-orang lain mengikuti jejaknya hingga aku (perawi) melihat dua tumpukan makanan dan baju. Dan kulihat wajah Rasulullah ﷺ berseri, seakan-akan berkilauan cemerlang, lalu beliau ﷺ bersabda: ". Barang siapa yang memprakarsai perbuatan yang baik dalam Islam, maka baginya pahala perbuatannya dan pahala orang-orang yang mengikuti jejaknya sesudahnya tanpa mengurangi sesuatu pun dari pahala mereka. Dan barang siapa yang memprakarsai perbuatan yang buruk dalam Islam, maka dia mendapat dosanya dan dosa orang-orang yang mengikuti jejaknya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka barang sedikitpun.
Imam Muslim telah mengetengahkan hadits ini secara munfarid melalui hadits Syu'bah berikut sanad yang semisal. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. (Al-Hasyr: 18) Perintah untuk bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang pengertiannya mencakup mengerjakan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang oleh-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), (Al-Hasyr: 18) Yakni hitung-hitunglah diri kalian sebelum kalian dimintai pertanggung jawaban, dan perhatikanlah apa yang kamu tabung buat diri kalian berupa amal-amal saleh untuk bekal hari kalian dikembalikan, yaitu hari dihadapkan kalian kepada Tuhan kalian.
dan bertakwalah kepada Allah. (Al-Hasyr: 18) mengukuhkan kalimat perintah takwa yang sebelumnya. sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Hasyr: 18) Artinya, ketahuilah oleh kalian bahwa Allah mengetahui semua amal perbuatan dan keadaan kalian, tiada sesuatu pun dari kalian yang tersembunyi bagi-Nya dan tiada sesuatu pun baik yang besar maupun yang kecil dari urusan mereka yang luput dari pengetahuan-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. (Al-Hasyr: 19) Yaitu janganlah kamu lupa dari mengingat Allah, yang akhirnya kamu akan lupa kepada amal saleh yang bermanfaat bagi diri kalian di hari kemudian, karena sesungguhnya pembalasan itu disesuaikan dengan jenis perbuatannya.
Maka disebutkanlah dalam firman berikutnya: Mereka itulah orang-orang yang fasik. (Al-Hasyr: 19) Yakni orang-orang yang keluar dari jalan ketaatan kepada Allah, yang akan binasa di hari kiamat lagi merugi di hari mereka dikembalikan. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Munafiqun: 9) Al-Hafidzh Abul Qasim At-Ath-Thabarani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Wahhab Ibnu Najdah Al-Huti, telah menceritakan kepada kami Al-Mugirah, telah menceritakan kepada kami Jarir ibnu Usman, dari Na'im ibnu Namihah yang mengatakan bahwa di antara isi khotbah yang diucapkan oleh Abu Bakar As-Siddiq adalah seperti berikut, bahwa tidakkah kalian ketahui bahwa kalian berpagi hari dan bersore hari sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan? Maka barang siapa yang mampu menghabiskan waktunya untuk beramal karena Allah subhanahu wa ta’ala, hendaklah ia mengerjakannya.
Dan kalian tidak akan dapat meraih hal itu kecuali dengan pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala Sesungguhnya ada suatu kaum yang menghabiskan waktu (usia) mereka untuk selain diri mereka. Maka Allah melarang kalian menjadi orang seperti mereka. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. (Al-Hasyr: 19) Manakah teman-teman kalian yang kalian kenal? Mereka telah menunaikan amal perbuatan mereka di masa lalu. Akhirnya mereka menerima balasannya, ada yang berbahagia dan ada yang celaka.
Di manakah orang-orang yang sewenang-wenang yang terdahulu yang telah menghuni kota-kota besar yang mereka bentengi dengan tembok-tembok yang tinggi, kini mereka telah berada di bawah batu dan sumur. Dan ini adalah Kitabullah yang keajaibannya tidak pernah lenyap, maka ambillah penerangan darinya untuk menghadapi hari yang gelap. Dan ambillah penerangan dari sinar dan keterangannya. Sesungguhnya Allah telah memuji Zakaria dan ahli baitnya melalui firman-Nya: Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas.
Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami. (Al-Anbiya: 90) Tiada kebaikan pada ucapan yang tidak dimaksudkan untuk mendapat rida Allah, dan tiada kebaikan pada harta yang tidak dibelanjakan kepada jalan Allah. Dan tiada kebaikan pada orang yang sifat jahilnya mengalahkan sifat penyantunnya. Dan tiada kebaikan pada orang yang takut kepada celaan orang yang mencela dalam membela agama Allah. Sanad atsar ini jayyid dan semua perawinya siqah.
dan gurunya Jarir ibnu Usman adalah Na'im ibnu Namihah, sepanjang pengetahuan saya tiada yang mempertentangkannya dan tiada pula yang mengukuhkannya, hanya saja Abu Dawud As-Sijistani telah memutuskan bahwa semua guru Jarir adalah orang-orang yang berpredikat siqah. Dan Khotbah ini telah diriwayatkan melalui jalur-jalur lain yang menguatkannya; hanya Allah-Iah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga. (Al-Hasyr: 20) Yakni antara mereka dan mereka tidaklah sama menurut hukum Allah subhanahu wa ta’ala kelak di hari kiamat, semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu. (Al-Jatsiyah: 21) Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka.
Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. (Al-Mumin: 58) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? (Shad: 28) Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah memuliakan orang-orang yang berbakti dan menghina orang-orang yang durhaka. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. (Al-Hasyr: 20) Yaitu orang-orang yang selamat dan terbebas dari azab Allah subhanahu wa ta’ala"
Allah mengingatkan orang berimaan dengan berfirman, 'Dan janganlah kamu, wahai orang-orang beriman seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, tidak menyadari bahwa Allah senantiasa mengawasi manusia dalam kehidupan ini sehingga Allah menjadikan mereka, karena pola hidup mereka yang hanya mencari kepuasaan, kelezatan, dan kenikmatan duniawi tanpa mempertimbangkan kebutuhan hidup sesudah mati, manusia yang lupa akan diri sendiri, yakni manusia yang tercabut dari akar kemanusiaannya. Mereka itulah, manusia yang lupa kepada Allah dan lupa kepada diri sendiri adalah orang-orang fasik, yaitu orang-orang yang bergelimang dosa dan perbuatan keji. '20. Manusia yang lupa kepada Allah hingga lupa terhadap diri sendiri adalah manusia yang bergelimang dosa dan akan menjadi penghuni neraka. Tidak sama para penghuni neraka, pola pikir, sikap dan perilakunya dengan para penghuni surga. Para penghuni surga itu adalah orang-orang beriman yang berusaha menyucikan jiwanya, mendekatkan diri kepada Allah, menjalani hidup dengan berbagi dan peduli. Mereka lah orang-orang yang memperoleh kemenangan mendapatkan surga karena keberhasilannya mengendalikan hawa nafsu dan tipu daya iblis dalam hidup dan kehidupan.
Ayat ini dapat berarti khusus dan dapat pula berarti umum. Berarti khusus ialah ayat ini berhubungan dengan orang munafik dan orang-orang Yahudi Bani Nadhir serta sikap dan tindakan mereka terhadap kaum Muslimin pada waktu turunnya ayat ini. Berarti umum ialah semua orang yang suka menyesatkan orang lain dari jalan yang benar dan orang-orang yang mau disesatkan karena teperdaya oleh rayuan dan janji-janji yang muluk-muluk dari orang yang menyesatkan.
Maksudnya, janganlah sekali-kali orang yang beriman seperti orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah melupakannya. Orang yang lupa kepada Allah, seperti orang munafik dan orang Yahudi Bani Nadhir di masa Rasulullah saw, tidak bertakwa kepada-Nya. Mereka hanya memikirkan kehidupan dunia saja, tidak memikirkan kehidupan di akhirat. Mereka disibukkan oleh harta dan anak cucu mereka serta segala yang berhubungan dengan kesenangan duniawi. Firman Allah:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (al-Munafiqun/63: 9)
Kemudian diterangkan bahwa jika seseorang lupa kepada Allah, maka Allah pun melupakannya. Maksud pernyataan Allah melupakan mereka ialah Allah tidak menyukai mereka, sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan, makin lama mereka makin sesat, sehingga makin jauh dari jalan yang lurus, jalan yang diridai Allah. Oleh karena itu, di akhirat mereka juga dilupakan Allah, dan Allah tidak menolong dan meringankan beban penderitaan mereka. Akhirnya mereka dimasukkan ke dalam neraka, sebagai balasan perbuatan dan tindakan mereka.
Ditegaskan bahwa orang-orang seperti kaum munafik dan Yahudi Bani Nadhir adalah orang-orang yang fasik. Mereka mengetahui mana yang baik (hak) dan mana yang batil, mana yang baik dan mana yang jahat. Namun demikian, mereka tidak melaksanakan yang benar dan baik itu, tetapi malah melaksanakan yang batil dan yang jahat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERSEDIAAN UNTUK HARI ESOK
Setelah demikian banyak diceritakan tentang jalan salah yang ditempuh oleh kaum munafik dan pengkhianatan hendak membunuh Nabi sampai mereka diusir, yang dilakukan oleh Yahudi Bani Nadhir, maka sudahlah patut hal itu semua jadi cermin perbandingan bagi orang yang beriman. “Wahai orang-orang yang beriman, takwalah kepada Allah." Semata-mata iman atau percaya saja, belumlah cukup, sebelum dilengkapi dengan mempercepat hubungan dengan Allah. Keikhlasan batin kepada Ilahi tawakal berserah diri, ridha menerima ketentuan-Nya, syukur menerima nikmat-Nya, sabar menerima cobaan-Nya, semuanya itu didapat karena adanya takwa. Memperteguh ibadah kepada Allah seperti shalat, puasa, zakat dan sebagainya, semuanya itu menyuburkan takwa.
“Dan hendaklah merenungkan setiap diri;" artinya bawa berpikir, bawa merenung, bawa tafakur dan tadzakur (memikirkan dan mengingat). “Apakah yang telah diperbuatnya untuk hari esok." Hari esok ialah Hari Akhirat. Percaya kepada Hari Akhirat menyebabkan rezeki yang diberikan Allah, sebagian besarnya dikirimkan terlebih dahulu untuk persediaan hari esok, itulah arti qaddamat, yaitu mengirim lebih dahulu.
Hitunglah terlebih dahulu laba rugi hidup sendiri sebelum dihitung kelak. Renungkanlah perbekalan yang telah ada dan mana lagi yang kurang. Karena perjalanan akan terus maju dari dunia ini ke pintu kubur, ke alam barzakh dan ke Hari Akhirat. “Dan takwalah kepada Allah!" Ini diperingatkan sekali lagi, supaya lebih mantap dalam hati. “Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui apa pun jua yang kamu kerjakan." (ujung ayat 18)
“Dan janganlah keadaan kamu seperti orang-orang yang melupakan Allah; lalu Allah pun membuatnya lupa kepada dirinya sendiri." Artinya janganlah kamu lupa mengingat kepada Allah, atau dzikir. Karena bila kamu telah lupa mengingat Allah, Allah pun akan membuat lupa apa-apa yang patut dikerjakan untuk kepentingan dirimu sendiri, yang akan membawa manfaat bagimu di akhir kelak kemudian hari. Ibnul Qayyim menulis, “Oleh sebab itu maka mengenal Allah adalah pokok pangkal segala ilmu, pokok pangkal kebahagiaan dan kesempurnaan seorang hamba Allah, dunianya dan akhiratnya. Dan kalau jahil, tidak mengetahui hubungan diri dengan Allah, pastilah dia pun tidak akan tahu siapa dirinya yang sebenarnya dan apa yang harus dilakukannya supaya dia mencapai kemenangan. Sebab itu maka mengenal Allah adalah pangkal bahagia, dan jahil akan Dia pangkal celaka." “Itulah orang-orang yang fasik." (ujung ayat.19)
“Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni sunga." Janganlah sampai terpesona melihat orang fasik, jalan hidup tidak menurut aturan itu. Bagaimana jua pun hendaklah orang beriman selalu ingat kepada Allah, dzikir kepada Allah, beribadah kepada-Nya. Orang yang selalu ingat akan Allah niscaya akan selalu dibimbing oleh-Nya ke jalan yang benar. Bagaimana pun susahnya berjuang menegakkan kebenaran itu, namun jiwanya senang, hatinya tentaram, karena merasa dekat dengan Allah. Di dunia selamat, di akhirat masuk surga. “Penghuni-penghuni surga, itulah orang-orang yang beruntung." (ujung ayat 20) Memang, tentang neraka dan surga adalah tentang hari esok, wajib kita percaya akan hari esok itu. Namun yang terang dalam hidup di dunia ini pun sudah jelas, bahwa hidup orang yang melupakan Allah dengan hidup orang yang mengikuti tuntunan Allah tetap berbeda. Bahkan sampai kepada pandangan terhadap ekonomi, sosial, atau politik sekalipun; tidaklah mungkin disamakan. Bagaimana akan menyatukan antara minyak dengan air?
GUNUNG PUN BISA RUNTUH
“Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini ke atas sebuah gunung, niscaya akan engkau lihatlah gunung itu tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah." Hendaklah khusyu tunduk hati itu menerima Al-Qur'an dan laksana pecah ketika mendengarnya. Sebab di sanalah terdapat janji-janji Allah yang benar dan ancaman bagi siapa yang durhaka yang tegas. Kalau kiranya gunung yang begitu besar dan kasar mempunyai pikiran seperti manusia, niscaya ia akan khusyu tunduk merendahkan diri karena takutnya kepada Allah. Maka adakah patut bagimu, hai insan, tidak akan melunak hatimu karena takut kepada Allah? Padahal kamu telah dapat memahamkan apa isinya, mengerti apa yang diperintahkan. Begitulah tafsiran dari Ibnu Katsir. “Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami perbuat untuk manusia supaya mereka berpikir." (ujung ayat 21)