Ayat
Terjemahan Per Kata
أَلَمۡ
tidakkah
تَرَ
kamu perhatikan
إِلَى
kepada
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
تَوَلَّوۡاْ
(mereka) menjadikan pemimpin
قَوۡمًا
kaum
غَضِبَ
memurkai
ٱللَّهُ
Allah
عَلَيۡهِم
atas mereka
مَّا
tidak
هُم
mereka
مِّنكُمۡ
dari kamu
وَلَا
dan tidak
مِنۡهُمۡ
dari mereka
وَيَحۡلِفُونَ
dan mereka bersumpah
عَلَى
atas
ٱلۡكَذِبِ
kebohongan
وَهُمۡ
dan mereka
يَعۡلَمُونَ
mereka mengetahui
أَلَمۡ
tidakkah
تَرَ
kamu perhatikan
إِلَى
kepada
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
تَوَلَّوۡاْ
(mereka) menjadikan pemimpin
قَوۡمًا
kaum
غَضِبَ
memurkai
ٱللَّهُ
Allah
عَلَيۡهِم
atas mereka
مَّا
tidak
هُم
mereka
مِّنكُمۡ
dari kamu
وَلَا
dan tidak
مِنۡهُمۡ
dari mereka
وَيَحۡلِفُونَ
dan mereka bersumpah
عَلَى
atas
ٱلۡكَذِبِ
kebohongan
وَهُمۡ
dan mereka
يَعۡلَمُونَ
mereka mengetahui
Terjemahan
Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang (munafik) yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai sahabat? Orang-orang itu bukan dari (kaum)-mu dan bukan dari (kaum) mereka. Mereka bersumpah secara dusta (mengaku mukmin), padahal mereka mengetahuinya.
Tafsir
(Tidakkah kamu perhatikan) tidakkah kamu melihat (orang-orang yang menjadikan teman) mereka adalah kaum munafik (suatu kaum) yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi (yang dimurkai Allah? Orang-orang itu bukan) yakni orang-orang munafik itu bukan (dari golongan kalian) orang-orang mukmin (dan bukan pula dari golongan mereka) bukan dari kalangan orang-orang Yahudi akan tetapi mereka adalah orang-orang yang bermuka dua. (Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan) yakni perkataan mereka bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang beriman (sedang mereka mengetahui) bahwa dalam hal ini mereka berdusta belaka.
Tafsir Surat Al-Mujadilah: 14-19
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedangkan mereka mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan.
Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikit pun (untuk menolong) mereka dari azab Allah. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang-orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu, dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta. Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, mengingkari orang-orang munafik karena mereka membantu orang-orang kafir dalam batinnya, padahal dalam waktu yang sama mereka tidak bersama;sama dengan orang-orang kafir, juga tidak bersama-sama dengan kaum mukmin. Sebagaimana yang diterangkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala melalui firman-Nya: Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman dan kafir); tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. (An-Nisa: 143) Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? (Al-Mujadilah: 14) Yakni orang-orang Yahudi yang munafik bersekongkol dan memihak kepada mereka dalam batinnya. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. (Al-Mujadilah: 14) Artinya, orang-orang munafik itu pada hakikatnya bukan dari kalangan kamu, wahai orang-orang mukmin; bukan pula dari kalangan orang-orang yang di pihak oleh mereka, yakni orang-orang Yahudi.
Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan: Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedangkan mereka mengetahui. (Al-Mujadilah: 14) Orang-orang munafik itu bersumpah dengan dusta, sedangkan mereka mengetahui bahwa sumpah yang mereka lakukan itu dusta belaka, yang dikenal dengan yaminul gamus. Hal ini merupakan kebiasaan mereka yang terkutuk, na'uzu billah. Karena sesungguhnya apabila bersua dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, "Kami beriman." Dan apabila datang kepada Rasul, mereka bersumpah kepadanya dengan nama Allah bahwa diri mereka beriman.
Padahal mereka mengetahui dalam dirinya bahwa sumpah yang mereka lakukan itu hanyalah dusta belaka, karena mereka tidak meyakini kebenaran dari apa yang mereka katakan, sekalipun secara lahiriahnya dibenarkan. Karena itulah maka Allah menyaksikan kedustaan sumpah dan persaksian mereka terhadap hal tersebut. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Mujadilah: 15) Yakni sebagai balasan dari perbuatan mereka itu, Allah telah menyiapkan azab yang pedih karena mereka berpihak kepada orang-orang kafir, menolong mereka, dan memusuhi serta menipu orang-orang mukmin.
Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah. (Al-Mujadilah: 16) Yaitu mereka melahirkan keimanan, padahal di dalam batin mereka memendam kekufuran. Mereka menutupi keadaan mereka yang sebenarnya dengan sumpah-sumpah dusta, sehingga kebanyakan orang yang tidak mengetahui keadaan mereka mengira bahwa mereka benar. Akhirnya teperdayalah ia, dan dengan demikain maka berhasillah cara mereka dalam menghalangi sebagian manusia dari jalan Allah.
karena itu. mereka mendapat azab yang menghinakan. (Al-Mujadilah: 16) Yakni sebagai balasan dari penghinaan mereka kepada Allah karena mereka menyebut-Nya dalam sumpah-sumpah dusta mereka. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikit pun (untuk menolong) mereka dari azab Allah. (Al-Mujadilah: 17) Maksudnya, hal tersebut yang mereka miliki sama sekali tidak dapat menolak azab dan pembalasan Allah dari mereka apabila pembalasan itu datang menimpa diri mereka. Mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Al-Mujadilah: 17) Dalam firman selanjutnya disebutkan: (Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah. (Al-Mujadilah: 18) Yakni Allah menghimpunkan mereka semuanya di hari kiamat tanpa ada seorang pun yang tertinggal.
lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). (Al-Mujadilah: 18) Mereka bersumpah kepada Allah subhanahu wa ta’ala bahwasanya diri mereka benar berada pada jalan petunjuk dan istiqamah, sebagaimana sumpah mereka kepada manusia ketika di dunia. Karena sesungguhnya barang siapa yang hidup dengan berpegangan pada sesuatu, maka matinya pun ia berpegang pada sesuatu itu; begitu pula saat ia dibangkitkan. Mereka mengira bahwa hal tersebut dapat memberi manfaat bagi mereka di sisi Allah, sebagaimana dapat memberi manfaat bagi mereka di mata manusia.
Mereka hanya berpegang kepada hal-hal yang lahiriah. Karena itulah dafam firman berikutnya disebutkan: dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). (Al-Mujadilah: 18) Yakni sumpah mereka yang demikian itu kepada Tuhan mereka dapat memberi suatu manfaat bagi diri mereka. Maka dalam firman berikutnya dugaan mereka itu dibantah oleh firman-Nya: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta. (Al-Mujadilah: 18) Kalimat berita ini menguatkan bahwa mereka benar-benar dusta dalam sumpahnya itu.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Nafil, telah menceritakan kepada kami Zuhair, dari Sammak ibnu Harb, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Jubair, bahwa Ibnu Abbas pernah bercerita kepadanya bahwa Nabi ﷺ ketika berada di bawah naungan salah satu dari rumahnya, yang saat itu di hadapan beliau ﷺ terdapat beberapa orang muslim, sedangkan bayangan rumah telah surut dari mereka, maka Nabi ﷺ bersabda: Sesungguhnya akan datang kepada kamu seorang manusia yang melihat dengan kedua mata setan. Maka apabila dia datang kepadamu, janganlah kamu berbicara dengannya. Tidak lama kemudian datanglah seorang lelaki yang bermata biru, lalu Rasulullah ﷺ memanggilnya dan mengajaknya bicara seraya bertanya, "Mengapa kamu mencaci aku dan juga si Fulan dan si Fulan," dengan menyebut nama beberapa orang lainnya.
Lalu lelaki itu pergi dan memanggil mereka yang disebutkan namanya oleh Nabi ﷺ , kemudian mereka datang dan bersumpah kepada Nabi ﷺ serta meminta maaf kepadanya. Lalu Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya: lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta. (Al-Mujadilah: 18) Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad melalui dua jalur dari Sammak dengan sanad yang sama. Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Muhammad ibnul Musanna, dari Gundar, dari Syu'bah, dari Sammak dengan sanad dan lafal yang semisal. Ibnu Jarir telah mengetengahkannya pula melalui hadits Sufyan Ats-Tsauri, dari Sammak dengan lafal yang semisal, sanadnya jayyid, tetapi mereka (Ahlus Sunan) tidak ada yang mengetengahkannya.
Keadaan mereka sama dengan apa yang diceritakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala mengenai perihal orang-orang musyrik melalui firman-Nya: Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan, "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. Lihatlah bagaimana mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri dan hilanglah dari mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan. (Al-An'am: 23-24) Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya: Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah. (Al-Mujadilah: 19) Yakni hati mereka telah dikuasai oleh setan hingga setan membuat mereka lupa daratan dari mengingat Allah subhanahu wa ta’ala, dan memang demikianlah yang dilakukan oleh setan terhadap orang yang telah dikuasainya.
Karena itulah Imam Abu Dawud mengatakan: ". telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Zaidah, telah menceritakan kepada kami As-Sa-ib ibnu Hubaisy, dari Ma'dan ibnu AbuTalhah Al-Ya'muri, dari Abu Darda yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Tidak ada tiga orang dalam suatu kampung dan tidak pula dalam suatu daerah pedalaman bila tidak ditegakkan shalat di kalangan mereka, melainkan setan telah menguasai diri mereka.
Maka berpegang teguhlah kepada jamaah, karena sesungguhnya serigala iiu hanya memangsa kambing yang jauh (menyendiri). Zaidah mengatakan bahwa As-Sa-ib menafsirkan kata jamaah di sini dengan pengertian shalat berjamaah. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya: mereka itulah golongan setan. (Al-Mujadilah: 19) Yaitu orang-orang yang telah dikuasai oleh setan hingga setan membuat mereka lupa mengingat Allah subhanahu wa ta’ala Lalu dalam firman selanjutnya disebutkan: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (Al-Mujadilah: 19)"
Pada ayat sebelumnya diterangkan kebiasaan orang-orang beriman yang akan menghadap Rasulullah, yaitu bersedekah kepada kaum duafa sebelum menghadap Nabi. Pada ayat ini diterangkan kebiasaan orang-orang munafik yang menyembunyikan kekafiran dalam memperlakukan Nabi dan larangan berteman akrab dengan orang-orang yang memusuhi Islam. Apakah engkau Muhammad, tidak memperhatikan orang-orang munafik di Madinah yang secara lisan menyatakan beriman kepada engkau, tetapi faktanya mereka adalah orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang telah dimurkai Allah, yaitu kaum Yahudi di Madinah, sebagai sahabat' Orang-orang munafik itu bukan dari kaum kamu, yakni orang-orang beriman yang benar sebagaimana pengakuan mereka. Orang-orang munafik mengaku beriman untuk mengambil hati orang-orang beriman saja; dan bukan dari kaum mereka, golongan Yahudi yang benar. Mereka mengaku Yahudi untuk memperoleh perlindungan dari Yahudi. Dan mereka, orang-orang munafik itu tidak segan-segan bersumpah dengan menyebut nama Allah bahwa mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, padahal sumpah mereka itu atas kebohongan, yakni bersumpah beriman, padahal tidak beriman; sedangkan mereka, orang-orang munafik itu, mengetahui kebohongan-nya. 15. Allah telah menyediakan azab yang sangat keras bagi mereka, orang-orang munafik, yaitu berada di dalam kerak neraka. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan di dunia, yaitu menipu Allah, Rasulullah, dan orang-orang beriman, padahal hakikatnya mereka menipu diri mereka sendiri.
Allah memerintahkan kaum Muslimin agar memperhatikan dengan seksama orang-orang munafik yang menjadikan orang-orang Yahudi sebagai teman setia mereka, dan mereka menyampaikan kepada orang-orang Yahudi rahasia-rahasia yang sering mereka dengarkan dari Nabi ﷺ dan kaum Muslimin. Bila bertemu dengan orang-orang yang beriman, mereka menyatakan keimanan mereka, serta berjanji akan ikut berdakwah dan berjuang menegakkan kalimat Allah. Akan tetapi, bila mereka bertemu dengan orang-orang Yahudi, mereka menggambarkan kejelekan kaum Muslimin dan berjanji bersama-sama akan menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Firman Allah:
Dan di antara manusia ada yang berkata, "Kami beriman kepada Allah dan hari akhir," padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta. (al-Baqarah/2: 8-10)
Menurut riwayat Ahmad dan al-hakim yang diterima dari as-Suddi dari Ibnu 'Abbas, bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan 'Abdullah bin Nabtal, seorang munafik yang sering menyampaikan rahasia-rahasia kaum Muslimin kepada orang-orang Yahudi. Pada suatu hari, Rasulullah sedang duduk di rumahnya, kemudian beliau menyampaikan kepada para sahabat yang duduk di sekitar beliau, "Akan datang ke tempatmu ini seorang yang pandangannya seperti pandangan setan. Jika ia datang nanti, janganlah kalian berbicara dengannya." Tidak berapa lama kemudian, datanglah seseorang, yaitu 'Abdullah bin Nabtal, dan Rasulullah berkata kepadanya, "Mengapa kamu beserta teman-teman kamu itu mencaci-makiku dan sahabat-sahabatku?" Orang itu menjawab, "Akan aku panggil sahabat-sahabatku untuk membuktikan ketidakbenaran tuduhan itu." Setelah ia dan teman-temannya sampai di hadapan Rasulullah saw, mereka bersumpah dengan menyebut nama Allah, bahwa mereka semua tidak pernah melakukan seperti apa yang dituduhkan itu.
Allah menegaskan bahwa orang-orang munafik bukanlah orang mukmin yang benar, sebagaimana pengakuan mereka. Mereka mengaku beriman semata-mata untuk mengambil hati orang-orang yang beriman saja, dan menjaga hubungan baik dengan mereka. Orang-orang munafik itu juga tidak termasuk golongan Yahudi yang benar. Mereka mengaku Yahudi semata-mata untuk mengambil hati orang-orang Yahudi, sehingga memperoleh perlindungan dari mereka. Dengan cara bermuka dua itu, mereka menduga akan dapat menghindarkan diri dari peperangan yang terjadi antara kaum Muslimin dan orang-orang kafir, termasuk di dalamnya orang Yahudi. Allah berfirman:
Mereka dalam keadaan ragu antara yang demikian (iman atau kafir), tidak termasuk kepada golongan ini (orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang kafir). Barang siapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka kamu tidak akan mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. (an-Nisa'/4: 143)
Diterangkan bahwa orang-orang munafik itu tidak segan-segan bersumpah dengan menyebut nama Allah untuk meyakinkan orang-orang yang beriman dan menyatakan bahwa mereka benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Demikian pula bila mereka bertemu dengan orang-orang Yahudi, mereka bersumpah pula bahwa mereka adalah teman setia dan berjanji akan saling membantu dalam menghadapi orang-orang Islam. Orang-orang munafik itu mengetahui benar bahwa perbuatan mereka itu adalah tidak baik dan terlarang.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KERUNTUHAN JIWA ORANG-ORANG MUNAFIK
“Apa tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman?" Kita telah maklum bahwa sesampai di Madinah, Nabi Muhammad ﷺ telah membuat perjanjian akan bertetangga secara damai dengan orang Yahudi yang berdiam di sana. Agama mereka tidak akan diganggu dan mereka tidak akan dipaksa memeluk agama Islam, asal mereka pun tahu diri, bahwa yang berkuasa dalam masyarakat Madinah ialah Nabi Muhammad karena kepercayaan yang telah diberikan kaum Anshar, dari Aus dan Khazraj kepada beliau dan mereka pula yang mengajak Nabi dan sahabat supaya hijrah ke Madinah. Tetapi lama-kelamaan orang Yahudi itu kian menyatakan sikap yang memusuhi, menghina, dan mencemooh sehingga timbullah permusuhan secara terbuka di antara mereka dengan kaum Muslimin.
Kepada Nabi kita ﷺ ditanyakan, “Apa tidakkah engkau perhatikan mereka itu?" Sebab mereka itu lebih jahat dari Yahudi yang dimurkai Allah itu, “Orang-orang itu bukanlah dari golongan kamu." Tegasnya, mereka itu bukanlah benar- benar memasukkan diri ke dalam golongan Mukmin. Karena kalau mereka Mukmin tidaklah masuk akal orang-orang yang mengaku beriman, berteman, atau condong kepada golongan yang dimurkai Allah. “Dan bukan pula dari golongan mereka." Mereka juga tidak benar-benar masuk golongan Yahudi, karena aqidah asasi dari orang Yahudi bahwa golongan yang mulia di dunia hanyalah orang Yahudi saja; karena Yahudi menganggap sebagai kaum pilihan Tuhan, kaum yang berkedudukan istimewa di alam ini. Sebab itu bagaimanapun orang Arab pergi mendekatkan diri atau melekatkan diri kepada mereka, tidak jugalah akan mereka terima sebagai Yahudi penuh!
“Dan mereka bersumpah atas kebohongan." Ini pun salah satu ciri yang khas dari kaum yang munafik bahwa mereka tidak keberatan mengucapkan sumpah, menyebut kesucian Allah untuk mempertahankan suatu kebohongan. “Padahal mereka tahu." (ujung ayat 14) Padahal mereka tahu bahwa mempermain-mainkan kesucian nama Allah dengan mengambilnya jadi sumpah untuk memper-tahankan suatu perkataan yang bohong adalah perbuatan yang sangat hina, sangat tercela dan menjatuhkan martabat manusia.
“Allah telah menyediakan adzab yang sangat kenas untuk mereka." Sebab orang seperti ini betul-betul tidak dapat dipercaya. Mereka hanya mencari keuntungan untuk satu pikiran jahat yang terkandung dalam hati. “Sesungguhnya mereka itu amat jahatlah apa yang telah mereka kerjakan itu." (ujung ayat 15) Sebab segala pekerjaan mereka tidak ada yang bermaksud jujur dan tidak timbul dari hati yang tulus.
“Mereka jadikan sumpah-sumpah mereka jadi perisai." Mereka mudah mengeluarkan sumpah, agar orang segera percaya. Sumpah bagi mereka adalah perisai untuk mempertahankan diri dari panah kebenaran. Namun perisai itu adalah rapuh, sebab yang dipertahankan adalah barang yang dusta. “Lalu mereka halangi manusia dari jalan Allah." Segala jalan yang baik mereka halang-halangi, dikuatkan dengan sumpah “Demi Allah". Nama Allah hanya sampai di mulutnya saja, tidak lebih. Padahal dalam hati sanubarinya, sangatlah bencinya jika orang yang beriman menyebut nama Allah. “Maka untuk mereka adalah adzab yang sangat menghinakan." (ujung ayat 16)
“Tidaklah akan benguna bagi mereka harta benda mereka dan tidak pula anak-anak mereka terhadap Allah sedikit jua pun." Mentang-mentang mereka kaya, banyak harta sehingga ada manusia yang segan dan silau melihat hartanya, maka janganlah dia menyangka bahwa di hadapan Allah dia akan dapat mempergunakan hartanya untuk melepaskan diri dari tuntutan Allah. Harta yang dia banggakan itu hanyalah pemberian Allah saja kepadanya. “Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka di dalamnya akan kekal." (ujung ayat 17)
“(Yaitu) pada hari yang Allah akan membangkitkan mereka semuanya." Itulah hari Kiamat kelak. Di waktu itu seluruh manusia akan dibangkitkan, termasuk orang-orang yang munafik itu, buat mempertanggungjawabkan sikap hidup mereka di dunia. “Lalu mereka pun bersumpah kepada-Nya, sebagaimana mereka bersumpah kepada kamu." Tidak juga mereka sadar ketika mulai dibangkitkan itu bahwa kehidupan sudah bertukar. Bahwa mereka tidak di dunia lagi melainkan di akhirat. Sebab itu kebiasaan buruknya di kala hidup di dunia dahulu; dia bersumpah lagi membela diri, mempertahankan kebohongan, padahal sudah berada di hadapan Allah. “Dan mereka menyangka bahwa mereka ada di atas sesuatu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka adalah orang-orang pembohong." (ujung ayat 18)
“Mereka telah dipengaruhi setan." Orang yang telah jatuh ke bawah pengaruh orang lain tidak lagi mempunyai kemerdekaan untuk bertindak sendiri. Apatah lagi yang dipengaruhi oleh setan. Bertambah lemahlah kepribadiannya sendiri untuk melawan pengaruh itu, laksana anak-anak muda yang telah terlanjur meminum ganja atau morphine. Itulah “Yang telah membuat mereka lupa mengingat Allah." Karena mereka telah dibuat mabuk oleh setan itu. “Mereka itu adalah golongan setan." Atau telah masuk menjadi anggota partai setan. “Ketahuilah, sesungguhnya golongan setan itu, merekalah yang merugi." (ujung ayat 19) Sebab jalan setan adalah jalan tidak ada ujung. Kalau ada ujung itu, tidak lain hanyalah neraka. Tenaga telah habis, namun hasilnya tidak ada.
“Sesungguhnya orang-orang yang menantang Allah dan Rasul-Nya." Menantang Allah dan Rasul terutama ialah karena tidak mau menerima atau tidak mau menjalankan peraturan yang didatangkan dari Allah dan disampaikan oleh Rasul. Atau membuat peraturan lain, atau menerima peraturan lain. Padahal yang lain itu adalah semata-mata bikinan manusia. Seakan-akan merasa bahwa mereka lebih pandai dari Allah dalam mengatur manusia. “Mereka itu sendirilah yang termasuk orang-orang yang rendah hina." (ujung ayat 20)
“Allah telah menentukan." Yaitu suatu ketentuan yang tidak bisa diubah oleh siapa pun untuk selama-lamanya. “Pasti akan menanglah Aku dan rasuI-rasul-Ku." Sebab Allah itu kekal, dan ajal manusia yang melawan sangat terbatas. Allah kaya, sedang manusia yang melawan-Nya tidak mempunyai cukup persediaan. “Sesungguhnya Allah adalah Mahakuat, Mahaperkasa." (ujung ayat 21) Sedang orang yang menantang-Nya adalah sangat lemah.
“Wahai dia, yang menanduk gunung karena ingin melukainya,
kasihanilah kepalamu, tak usah dikasihani bukit itu."