Ayat

Terjemahan Per Kata
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
أَرۡسَلۡنَا
Kami mengutus
نُوحٗا
Nuh
وَإِبۡرَٰهِيمَ
dan Ibrahim
وَجَعَلۡنَا
dan Kami jadikan
فِي
pada
ذُرِّيَّتِهِمَا
anak cucu/keturunan mereka
ٱلنُّبُوَّةَ
kenabian
وَٱلۡكِتَٰبَۖ
dan Al Kitab
فَمِنۡهُم
dan diantara mereka
مُّهۡتَدٖۖ
mendapat petunjuk
وَكَثِيرٞ
dan kebanyakan
مِّنۡهُمۡ
dari mereka
فَٰسِقُونَ
orang-orang fasik
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
أَرۡسَلۡنَا
Kami mengutus
نُوحٗا
Nuh
وَإِبۡرَٰهِيمَ
dan Ibrahim
وَجَعَلۡنَا
dan Kami jadikan
فِي
pada
ذُرِّيَّتِهِمَا
anak cucu/keturunan mereka
ٱلنُّبُوَّةَ
kenabian
وَٱلۡكِتَٰبَۖ
dan Al Kitab
فَمِنۡهُم
dan diantara mereka
مُّهۡتَدٖۖ
mendapat petunjuk
وَكَثِيرٞ
dan kebanyakan
مِّنۡهُمۡ
dari mereka
فَٰسِقُونَ
orang-orang fasik
Terjemahan

Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh dan Ibrahim serta Kami memberikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya. Di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak pula di antara mereka yang fasik.
Tafsir

(Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan pada keturunan keduanya kenabian dan Alkitab) yaitu kitab yang empat; Taurat, Injil, Zabur dan Al-Furqan. Kitab-kitab tersebut diturunkan kepada anak cucu Nabi Ibrahim (maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang fasik).
Tafsir Surat Al-Hadid: 26-27
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami jadikan kepada keturunan keduanya kenabian dan Al-Kitab, maka di antara mereka ada yang menerima petunjuk dan banyak di antara mereka fasik. Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang.
Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan bahwa sejak Dia mengutus Nuh ‘alaihissalam tidaklah Dia mengutus seorang rasul dan tidak pula seorang nabi sesudahnya melainkan dari keturunannya. Demikian pula Ibrahim ‘alaihissalam kekasih Tuhan Yang Maha Pemurah, tiada suatu kitab pun yang diturunkan dari langit dan tiada pula seorang rasul diutus serta tiada pula diwahyukan kepada seseorang manusia sesudahnya melainkan dia berasal dari keturunannya.
Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al' Ankabut: 27) hingga akhir nabi dari kalangan kaum Bani Israil, yaitu Isa putra Maryam, yang menyampaikan berita gembira akan kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sesudahnya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula) Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil. (Al-Hadid: 27) Injil adalah kitab yang diwahyukan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada Isa ‘alaihissalam dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya. (Al-Hadid: 27) Mereka dikenal dengan sebutan kaum Hawariyyin. rasa santun. (Al-Hadid: 27) Yakni kelembutan hati, alias rasa takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan kasih sayang. (Al-Hadid: 27) kepada sesama makhluk. Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah. (Al-Hadid: 27) Maksudnya, umat Nasrani mengada-adakan peraturan rahbaniyyah ini. padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka. (Al-Hadid: 27) Yaitu padahal Kami tidak memerintahkan hal itu, sesungguhnya hanya mereka sendirilah yang mewajibkannya atas diri mereka.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: untuk mencari keridaan Allah. (Al-Hadid: 27) Ada dua pendapat sehubungan dengan makna ayat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa mereka bermaksud dengan hal itu untuk mendapat rida Allah; ini menurut apa yang dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Qatadah. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa padahal Kami tidak mewajibkan hal itu kepada mereka, sesungguhnya yang Kami wajibkan kepada mereka hanyalah mencari rida Allah.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. (Al-Hadid: 27) Yakni mereka tidak memelihara apa yang mereka wajibkan atas diri mereka dengan pemeliharaan yang semestinya. Ini mengandung celaan terhadap mereka dipandang dari dua segi. Pertama, karena mereka telah mengada-adakan sesuatu peraturan di dalam agama Allah, padahal Allah tidak memerintahkannya. Kedua, karena mereka tidak mengerjakan apa yang mereka wajibkan atas diri mereka sendiri, yang mereka anggap sebagai amal taqarrub yang dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Abu Hamzah alias Abu Ya'qub Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Abdi Rabbihi, telah menceritakan kepada kami Bukair ibnu Ma'ruf, dari Muqatil ibnu Hayyan, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Mas'ud, dari ayahnya, dari kakeknya (yaitu Ibnu Mas'ud) yang telah mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepadanya, "Wahai Ibnu Mas'ud!" Aku menjawab, "Labbaika, ya Rasulullah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tahukah kamu bahwa orang-orang Bani Israil telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan? Tiada suatu golongan pun yang selamat kecuali tiga golongan, yang hidup di antara para raja dan orang-orang yang melampaui batas sesudah Isa putra Maryam ‘alaihissalam
Mereka menyeru kepada agama Allah dan agama Isa putra Maryam, lalu mereka memerangi orang-orang yang melampaui batas, tetapi akhirnya mereka terbunuh dan tetap bersabar dan akhirnya mereka selamat. Kemudian bangkit lagi golongan lainnya yang tidak mempunyai kekuatan untuk berperang, mereka bangkit di antara para raja dan orang-orang yang lalim dan menyeru mereka kepada agama Allah dan agama Isa putra Maryam.
Tetapi akhirnya mereka sendirilah yang dibunuh dan dipotong dengan memakai gergaji serta dibakar, mereka sabar dan akhirnya mereka selamat. Kemudian bangkit lagi golongan lainnya yang juga tidak mempunyai kekuatan untuk berperang. Dan mereka tidak mampu untuk menegakkan keadilan, akhirnya mereka mengasingkan diri ke gunung-gunung (daerah pedalaman), lalu mereka menyembah Allah dan mengadakan rahbaniyah. Mereka adalah orang-orang yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala di dalam firman-Nya, "Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka. (Al-Hadid: 27) Ibnu Jarir meriwayatkan hadits ini dengan lafal yang lain melalui jalur lain.
Untuk itu ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Thalib, telah menceritakan kepada kami Daud ibnul Muhabbar, telah menceritakan kepada kami As-Sa'q ibnu Jarir, telah menceritakan kepada kami Uqail Al-Ja'di, dari Abu Ishaq Al-Hamdani, dari Suwaid ibnu Gaflah, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: Orang-orang sebelum kita telah bercerai-berai menjadi tujuh puluh tiga golongan, hanya ada tiga golongan dari mereka yang selamat, sedangkan yang lainnya binasa.
Lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadits di atas, yang antara lain disebutkan di dalamnya firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya. (Al-Hadid: 27) Mereka adalah orang-orang dari kalangan mereka yang beriman kepadaku dan membenarkanku. dan banyak di antara mereka orang-orang fasik. (Al-Hadid: 27) Mereka adalah orang-orang dari kalangan mereka yang mendustakan aku dan menentangku. Dengan adanya tambahan ini perlu diteliti ulang mengenai keadaan Daud ibnul Muhabbar, karena sesungguhnya dia adalah salah seorang pemalsu hadits.
Akan tetapi, Abu Ya'la telah mengisnadkannya dari Syaiban ibnu Farukh, dari As-Sa'q ibnu Hazn dengan sanad yang sama dan lafal yang semisal sehingga kedudukan hadits ini kuat bila ditinjau dari jalur ini. Ibnu Jarir dan Abu Abdur Rahman An-An-Nasai yang lafal hadits berikut menurut apa yang ada padanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Hurayyis, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Musa, dari Sufyan ibnu Sa'id, dari ‘Atha’ ibnus Sa-ib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu para raja sesudah masa Isa ‘alaihissalam
telah mengubah Taurat dan Injil, sedangkan di kalangan mereka masih ada sejumlah orang-orang yang beriman dan membaca kitab Taurat dan kitab Injil yang asli. Lalu dikatakan kepada raja-raja mereka, "Kami belum pernah menemukan sesuatu yang lebih memberatkan kami selain dari cacian yang dilancarkan oleh mereka (yang beriman), karena sesungguhnya mereka selalu membaca: 'Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir' (Al-Maidah: 44) Yakni ayat-ayat yang semakna dengannya.
Selain itu mereka pun mencaci maki sebagian dari amal perbuatan kita dalam bacaan mereka. Maka panggillah mereka dan suruhlah mereka membaca sebagaimana kita membaca, dan suruhlah mereka beriman sebagaimana kita beriman." Lalu raja mereka memanggil orang-orang yang beriman itu dan menawarkan kepada mereka dua alternatif dibunuh atau membaca kitab seperti bacaan yang dilakukan olehnya (yang telah diubah). Mereka menjawab, "Apakah yang kamu maksud dengan semua ini, biarkanlah kami." Segolongan dari mereka (yang beriman) mengatakan, "Bangunkanlah untuk kami bangunan yang tinggi, kemudian naikkanlah kami ke atasnya, tetapi berikanlah sesuatu kepada kami agar kami dapat mengangkat makanan dan minuman kami, setelah itu kami tidak akan lagi datang kepada kamu." Golongan lainnya mengatakan, "Biarkanlah kami mengembara di muka bumi, kami akan makan dan minum sebagaimana hewan-hewan liar minum dan makan.
Maka jika kamu dapat menangkap kami di negerimu, silakan bunuh kami." Golongan lainnya mengatakan, "Bangunkanlah untuk kami biara-biara di padang pasir, maka kami akan menggali sumur sendiri dan kami akan bercocok tanam sayur-mayur, lalu kami tidak akan lagi datang kepada kamu dan tidak pula lewat kepadamu." Dan tiada suatu kabilah pun melainkan mempunyai hubungan yang erat dengan mereka, dan hal tersebut diberlakukan terhadap mereka.
Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya: Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka, tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. (Al-Hadid: 27) Dan orang-orang yang selain mereka mengatakan, "Kami beribadah sebagaimana si Fulan beribadah, dan kami mengembara sebagaimana si Fulan mengembara, dan kami membangun biara sebagaimana si Fulan membangun biara." Mereka dalam kemusyrikannya tidak mempunyai pengetahuan apa pun tentang keimanan orang-orang yang dijadikan panutan oleh mereka. Ketika Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiada yang tersisa dari kalangan mereka yang beriman itu kecuali hanya sejumlah kecil saja.
Lalu turunlah seseorang dari mereka dari biaranya dan datanglah seorang pengembara dari mereka, dan keluarlah seseorang dari mereka dari gerejanya, lalu mereka beriman kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membenarkannya. Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmatNya kepadamu dua bagian. (Al-Hadid: 28) Dua pahala, yang satu karena keimanan mereka kepada Isa putra Maryam dan jerih payah mereka dalam memelihara kitab Taurat dan Injil. Sedangkan yang kedua karena berkat keimanan mereka kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kepercayaan mereka kepadanya. Firman Allah Swt: dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan. (Al-Hadid: 28) Yakni Al-Qur'an dan disebabkan mereka mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam supaya Ahli Kitab mengetahui. (Al-Hadid: 29) Yaitu orang-orang yang menyerupai kamu. bahwa mereka tiada mendapat sedikit pun akan karunia Allah (j ika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasanya karunia itu adalah di tangan kekuasaan Allah.
Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Hadid: 29) Tetapi konteks riwayat ini mengandung hal-hal yang gharib, dan nanti akan diterangkan tafsir kedua ayat ini di tempat yang lain, insya Allah. Al-Hafidzh Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Abdur Rahman ibnu Abul Amya.
Sahl ibnu Abu Umamah pernah menceritakan kepadanya bahwa dia dan ayahnya pernah mengunjungi Anas ibnu Malik di Madinah di masa pemerintahan Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz, yang saat itu Anas menjabat sebagai Amir Madinah. Anas saat itu sedang mengerjakan suatu shalat yang ringan yang seakan-akan salatnya itu seperti shalat orang yang sedang musafir atau mendekati itu.
Setelah Anas bersalam, Abu Umamah berkata, "Semoga Allah merahmatimu. Bagaimanakah menurutmu, apakah shalat ini adalah shalat fardu ataukah shalat sunat?" Anas menjawab, bahwa sesungguhnya shalat yang baru saja ia kerjakan adalah shalat fardu, dan sesungguhnya shalat tersebut pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Ia tidak akan keliru kecuali bila ia lupa sesuatu yang ia terima dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: Janganlah kamu memperberat dirimu sendiri, maka akibatnya kamu akan diperberat. Karena sesungguhnya pernah ada suatu kaum yang memperberat terhadap dirinya sendiri, maka akibatnya mereka diperberat.
Dan itulah sisa-sisa mereka berada di biara-biara dan gereja-gereja; mereka telah mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka. Kemudian pada keesokan harinya mereka berkata, "Marilah kita berkendara (berangkat) untuk melihat dan mengambil pelajaran." Anas ibnu Malik menjawab, "Baiklah." Lalu mereka semua pergi dengan berkendaraan. Ternyata mereka menjumpai perkampungan yang tak berpenghuni, semua penghuninya telah binasa dan punah, temboknya telah runtuh menimpa atap rumah-rumah mereka.
Lalu mereka berkata, "Tahukah kamu perkampungan ini?" Anas ibnu Malik menjawab, "Sepanjang pengetahuanku perkampungan ini dan para penghuninya telah dibinasakan oleh perbuatan keji dan dengki. Sesungguhnya dengki itu memadamkan cahaya kebaikan, dan kekejianlah yang membenarkan atau mendustakannya; mata bisa saja berzina, telapak tangan, kaki, jasad dan lisan bisa saja berzina, dan yang membenarkan atau mendustakannya adalah kemaluan yang bersangkutan." Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Zaid yang tuna netra, dari Abu Iyas, dari Iyas ibnu Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah Bagi tiap-tiap nabi ada rahbaniyyahnya sendiri dan rahbaniyyah umat ini adalah berjihad di jalan Allah subhanahu wa ta’ala Al-Hafidzh Abu Ya'la telah meriwayatkan hadits ini dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Asma, dari Abdullah ibnul Mubarak, yang lafaznya berbunyi seperti berikut: Bagi tiap-tiap umat ada rahbaniyyahnya sendiri, dan rahbaniyyah umat ini adalah berjihad di jalan Allah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Iyasy (yakni ibnu Ismail), dari Al-Hajjaj ibnu Harun Al-Kala'i dan Uqail ibnu Mudrik As-Sulami, dari Abu Sa'id Al-Khudri , bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepadanya, lalu berkata, "Berwasiatlah kepadaku." Abu Sa'id Al-Khudri menjawab, "Engkau telah bertanya mengenai hal yang pernah kutanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelummu, (maka beliau menjawab), 'Aku berwasiat kepadamu agar bertakwa kepada Allah, karena sesungguhnya takwa itu adalah penghulu segala sesuatu. Berjihadlah kamu, karena sesungguhnya jihad itu adalah rahbaniyyah Islam. Dan berzikirlah kamu kepada Allah dan bacalah Al-Qur'an, karena sesungguhnya hal tersebut adalah rohmu di langit dan sebutanmu di bumi'." Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini secara munfarid(tunggal), hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
Kehidupan kependetaan bukan ajaran Allah. Dan sungguh, Kami telah mengutus Nabi Nuh dan Ibrahim kepada umat masing-masing untuk mengajak mereka bertauhid, dan Kami berikan pula kenabian dan kitab petunjuk kepada keturunan keduanya; di antara mereka ada yang menerima petunjuk itu sehingga beriman dan berbuat kebajikan sesuai perintah-Nya, dan banyak di antara mereka yang fasik akibat mengingkari petunjuk itu dan memilih kekafiran. 27. Sesudah Nabi Nuh dan Ibrahim, kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami untuk mengikuti jejak mereka, yaitu dengan mengajak umatnya beriman dan mentaati perintah-Nya, dan Kami susulkan pula Isa putra Maryam, dan Kami berikan Injil kepadanya sebagai pedoman bagi umatnya, dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang kepada sesama manusia dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Sebagian dari mereka mengada-adakan rahb'niyyah, yaitu hidup membujang dan mengurung diri dalam biara, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka. Ka-mi hanya mewajibkan mereka untuk mencari keridaan Allah, tetapi tuntunan itu tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka, kepada orang-orang yang beriman di antara mereka dan berbuat kebajikan, Kami berikan pahalanya. Dan banyak di antara mereka yang fasik dengan mengingkari atau mengubah ajaran itu.
Allah menerangkan bahwa Dia telah mengutus Nuh sebagai rasul kepada kaumnya, kemudian Dia mengutus Ibrahim sebagai rasul kepada kaum yang lain. Diterangkan pula bahwa para rasul yang datang kemudian setelah kedua orang rasul itu, semuanya berasal dari keturunan mereka berdua, tidak ada seorang pun daripada rasul yang diutus Allah yang bukan dari keturunan mereka berdua. Hal ini dapat dibuktikan kebenarannya sampai kepada rasul terakhir Nabi Muhammad saw. Diterangkan bahwa tidak semua keturunan Nuh dan Ibrahim beriman kepada Allah, di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan dari mereka tidak beriman, mereka adalah orang-orang yang fasik, yang mengurangi, menambah dan mengubah agama yang dibawa oleh para rasul sesuai dengan keinginan hawa nafsu mereka. Dari ayat ini dipahami bahwa belum tentu seseorang hamba yang saleh kemudian anaknya menjadi hamba yang saleh pula, tetapi banyak tergantung kepada bagaimana cara seseorang mendidik dan membesarkan anaknya. Ayat ini juga merupakan peringatan keras dari Allah kepada orang-orang yang telah beriman dan mengikuti para rasul yang diutus kepada mereka, tetapi mereka tidak mengikuti ajaran yang dibawa para rasul itu.