Ayat

Terjemahan Per Kata
لِّكَيۡلَا
supaya jangan
تَأۡسَوۡاْ
kamu berduka-cita
عَلَىٰ
atas
مَا
apa-apa
فَاتَكُمۡ
luput dari kamu
وَلَا
dan janganlah
تَفۡرَحُواْ
kamu gembira
بِمَآ
terhadap apa
ءَاتَىٰكُمۡۗ
Dia berikan kepadamu
وَٱللَّهُ
dan Allah
لَا
tidak
يُحِبُّ
mencintai/menyukai
كُلَّ
setiap/segala
مُخۡتَالٖ
sombong
فَخُورٍ
membanggakan diri
لِّكَيۡلَا
supaya jangan
تَأۡسَوۡاْ
kamu berduka-cita
عَلَىٰ
atas
مَا
apa-apa
فَاتَكُمۡ
luput dari kamu
وَلَا
dan janganlah
تَفۡرَحُواْ
kamu gembira
بِمَآ
terhadap apa
ءَاتَىٰكُمۡۗ
Dia berikan kepadamu
وَٱللَّهُ
dan Allah
لَا
tidak
يُحِبُّ
mencintai/menyukai
كُلَّ
setiap/segala
مُخۡتَالٖ
sombong
فَخُورٍ
membanggakan diri
Terjemahan

(Yang demikian itu kami tetapkan) agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Tafsir

(Supaya janganlah) lafal kay di sini menashabkan fi'il yang jatuh sesudahnya, maknanya sama dengan lafal an. Allah ﷻ menjelaskan yang demikian itu supaya janganlah (kalian berduka cita) bersedih hati (terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira) artinya gembira yang dibarengi dengan rasa takabur, berbeda halnya dengan gembira yang dibarengi dengan rasa syukur atas nikmat (terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian) jika lafal aataakum dibaca panjang berarti maknanya sama dengan lafal a`thaakum, artinya apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Jika dibaca pendek, yaitu ataakum artinya, apa yang didatangkan-Nya kepada kalian. (Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong) dengan apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya (lagi membanggakan diri) membangga-banggakannya terhadap orang lain.
Tafsir Surat Al-Hadid: 22-24
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir.
Dan barang siapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah), maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang takdir yang telah ditetapkan-Nya atas makhluk-Nya sebelum Dia menciptakan semuanya. Untuk itu Dia berfirman: Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri. (Al-Hadid: 22) Maksudnya, di jagat raya ini dan juga pada diri kalian. melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. (Al-Hadid: 22) Yakni sebelum Kami ciptakan manusia dan makhluk lainnya. Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa damir yang terdapat pada lafal nabra-aha merujuk kepada nufus (yakni anfusikum). Menurut pendapat yang lain, kembali kepada musibah.
Tetapi pendapat yang terbaik ialah yang mengatakan kembali kepada makhluk dan manusia, karena konteks pembicaraan berkaitan dengannya. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Jarir, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Mansur ibnu Abdur Rahman yang mengatakan, "Ketika aku sedang duduk bersama Al-Hasan, tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang menanyakan kepadanya tentang makna firman-Nya: 'Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya' (Al-Hadid: 22) Maka kusampaikan kepadanya pertanyaan lelaki itu, lalu Al-Hasan menjawab, 'Subhanallah, siapakah yang meragukan hal ini; semua musibah yang terjadi di antara langit dan bumi, maka telah berada di dalam kitab Allah (Lauh Mahfuz) sebelum Dia menciptakan manusia." Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan 'musibah' di sini ialah musim paceklik atau kekeringan.
dan (tidak pula) pada dirimu sendiri. (Al-Hadid 22) Yakni berupa rasa sakit dan penyakit. Qatadah mengatakan bahwa telah diceritakan kepada kami bahwa tiada seorang pun yang terkena luka karena batang dan tidak pula musibah yang menimpa telapak kaki (tertusuk duri) dan tidak pula terkilirnya urat, melainkan karena perbuatan dosa (yang bersangkutan), dan apa yang dimaafkan oleh Allah darinya adalah lebih banyak. Ayat yang mulia ini juga merupakan dalil yang paling akurat yang membantah golongan Qadariyah yang menafikan adanya pengetahuan Allah yang terdahulu.
Semoga Allah mengutuk mereka. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Haiwah dan Ibnu Lahi'ah. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hani' Al-Khaulani, bahwa ia pernah mendengar Abu Abdur Rahman Al-Habli mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Allah telah menetapkan ukuran-ukuran (semua makhluk-Nya) sebelum menciptakan langit dan bumi dalam jarak lima puluh ribu tahun.
Imam Muslim meriwayatkannya di dalam kitab sahihnya melalui hadits Abdullah ibnu Wahb dan Haiwah ibnu Syuraih dan Nafi' ibnu Yazid, ketiganya dari Abu Hani' dengan sanad yang sama. Dan Ibnu Wahb menambahkan: sedangkan 'Arasy-Nya berada di atas air. Imam At-Tirmidzi telah meriwayatkan pula hadits ini, dan ia mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-Hadid: 22) Artinya, pengetahuan Allah subhanahu wa ta’ala mengenai segala sesuatu sebelum kejadiannya dan pencatatan semuanya itu oleh-Nya sesuai dengan kejadiannya di alam kenyataan adalah mudah sekali bagi Allah.
Karena sesungguhnya Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi serta apa yang tidak akan terjadi, dan bagaimana akibatnya bila hal itu terjadi. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (Al-Hadid: 23) Yaitu Kami beri tahukan kepada kalian tentang ilmu Kami dan ketetapan Kami atas segala sesuatu sebelum kejadiannya, dan ukuran-ukuran yang Kami buatkan untuk semua makhluk sebelum keberadaannya, supaya kalian mengetahui bahwa musibah yang menimpa diri kalian bukanlah hal yang diluputkan dari kalian, dan musibah yang luput dari kalian bukanlah untuk ditimpakan kepada kalian.
Makajanganlah kamu menyesali apa yang luput dari kamu; karena sesungguhnya seandainya hal itu ditakdirkan, niscaya akan terjadi. dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (Al-Hadid: 23) Yakni dengan apa yang didatangkan kepadamu. Makna atakum ialah diberikan-Nya kepadamu; kedua makna saling berkaitan. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa janganlah kamu berbangga diri terhadap manusia dengan nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadamu.
Karena sesungguhnya pemberian itu bukanlah dari usaha kamu, bukan pula dari hasil jerih payahmu. Sesungguhnya hal itu terjadi hanyalah semata-mata karena takdir Allah dan pemberian rezeki-Nya kepadamu. Makajanganlah nikmat-nikmat Allah menjadikan kamu lupa daratan hingga menjadi orang yang jahat lagi angkuh, lalu kamu membangga-banggakannya terhadap orang lain. Untuk itu, maka disebutkan dalam firman berikutnya: Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Al-Hadid: 23) Maksudnya, bersikap angkuh dan sombong serta merasa besar diri terhadap orang lain.
Ikrimah mengatakan bahwa tiada seorang pun melainkan mengalami gembira dan sedih, maka bersyukurlah kamu di saat memperoleh kegembiraan dan bersabarlah dalam menanggung kedukaan (kesedihan). Firman Allah subhanahu wa ta’ala: (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. (Al-Hadid: 24) Yakni gemar mengerjakan hal yang mungkar dan menganjurkan kepada orang lain untuk melakukannya. Dan barang siapa yang berpaling. (Al-Hadid: 24) Yaitu berpaling dari perintah Allah dan jalan ketaatan kepada-Nya. maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Al-Hadid: 24) Semakna dengan apa yang dikatakan oleh Musa a.s.
yang disitir oleh firman-Nya: Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Ibrahim: 8)"
Kami beritahukan hal tersebut agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak dapat kamu capai, dan jangan pula terlalu gembira dan sombong terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan ketahuilah, Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri dengan kelebihan atau anugerah yang Dia karuniakan. 24. Allah tidak menyukai orang sombong dan membanggakan diri, yaitu orang-orang yang kikir, yang enggan menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah, dan menyuruh orang lain berbuat kikir pula. Barang siapa berpaling dari perintah Allah dan mengingkari ajaran-Nya, maka sesungguhnya Allah, Dia Mahakaya dan tidak memerlukan sesuatu, Maha Terpuji dengan segala sifat kebaikan-Nya.
Pada ayat ini Allah ﷻ menyatakan bahwa semua peristiwa itu ditetapkan sebelum terjadinya, agar manusia bersabar menerima cobaan Allah. Cobaan Allah itu adakalanya berupa kesengsaraan dan malapetaka, adakalanya berupa kesenangan dan kegembiraan. Karena itu janganlah terlalu bersedih hati menerima kesengsaraan dan malapetaka yang menimpa diri, sebaliknya jangan pula terlalu bersenang hati dan bergembira menerima sesuatu yang menyenangkan hati. Sikap yang paling baik ialah sabar dalam menerima bencana dan malapetaka yang menimpa serta bersyukur kepada Allah atas setiap menerima nikmat yang dianugerahkan-Nya. Ayat ini bukan untuk melarang kaum Muslimin bergembira dan bersedih hati, tetapi maksudnya ialah melarang kaum Muslimin bergembira dan bersedih hati dengan berlebih-lebihan. 'Ikrimah berkata, "Tidak ada seorang pun melainkan ia dalam keadaan sedih dan gembira, tetapi hendaklah ia menjadikan kegembiraan itu sebagai tanda bersyukur kepada Allah dan kesedihan itu sebagai tanda bersabar." Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa orang yang terlalu bergembira menerima sesuatu yang menyenangkan hatinya dan terlalu bersedih hati menerima bencana yang menimpanya adalah orang yang pada dirinya terdapat tanda-tanda tabkhil dan angkuh, seakan-akan ia hanya memikirkan kepentingan dirinya saja. Allah ﷻ menyatakan bahwa Dia tidak menyukai orang-orang yang mempunyai sifat-sifat bakhil dan angkuh.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.