Ayat

Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلۡمُصَّدِّقِينَ
orang-orang laki-laki yang benar
وَٱلۡمُصَّدِّقَٰتِ
dan orang-orang perempuan yang benar
وَأَقۡرَضُواْ
dan mereka memberi pinjaman
ٱللَّهَ
Allah
قَرۡضًا
pinjaman
حَسَنٗا
kebaikan/yang baik
يُضَٰعَفُ
akan dilipat gandakan
لَهُمۡ
untuk mereka
وَلَهُمۡ
dan untuk mereka
أَجۡرٞ
pahala
كَرِيمٞ
mulia
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلۡمُصَّدِّقِينَ
orang-orang laki-laki yang benar
وَٱلۡمُصَّدِّقَٰتِ
dan orang-orang perempuan yang benar
وَأَقۡرَضُواْ
dan mereka memberi pinjaman
ٱللَّهَ
Allah
قَرۡضًا
pinjaman
حَسَنٗا
kebaikan/yang baik
يُضَٰعَفُ
akan dilipat gandakan
لَهُمۡ
untuk mereka
وَلَهُمۡ
dan untuk mereka
أَجۡرٞ
pahala
كَرِيمٞ
mulia
Terjemahan

Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan (kepada) Allah pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) kepada mereka dan baginya (diberikan) ganjaran yang sangat mulia (surga).
Tafsir

(Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan, baik laki-laki) mushshaddiqiina berasal dari mashdar tashadduq, kemudian huruf ta diidghamkan kepada huruf shad sehingga jadilah mushshaddiqiina, bentuk asalnya adalah mutashaddiqiina (maupun perempuan) yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya. Menurut qiraat lain kedua lafal tersebut dibaca tanpa tasydid, sehingga bacaannya menjadi innal mushaddiqiina wal mushaddiqaati, karena dianggap berasal dari tashdiq, sehingga artinya menjadi: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan (dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik) dhamir yang ada pada lafal `aqradhuu kembali pada laki-laki dan perempuan, karena memprioritaskan kaum laki-laki. Fi'il atau kata kerja di sini diathafkan kepada isim, yaitu kepada shilah alif dan lam, karena sesungguhnya lafal al-mushshaddiqiina wal mushshaddiqaati yang dimasuki alif dan lam sama kedudukannya dengan fi'il yang berada sesudah shilah. Disebutkannya lafal al-qardhu berikut sifatnya sesudah pengertian tashadduq, hal ini memberikan pengertian adanya ikatan di antara lafal-lafal tersebut. Atau dengan kata lain, bahwa orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya itu adalah orang-orang yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik (maka Allah akan melipatgandakan) menurut suatu qiraat dibaca yudha`'af dengan memakai tasydid pada huruf 'ainnya, artinya balasan pinjaman mereka itu akan dilipatgandakan pahalanya (kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak).
Tafsir Surat Al-Hadid: 18-19
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka.
Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan pahala yang akan Dia berikan kepada orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dengan mendermakan sebagian dari harta mereka kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongannya, kaum fakir dan miskin. dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik. (Al-Hadid: 18) Yakni mereka menyerahkannya dengan niat yang ikhlas karena mengharapkan rida Allah, dan tidak menginginkan balasan dari orang-orang yang diberi olehnya dan tidak pula ungkapan terima kasih. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya). (Al-Hadid: 18) Yaitu Allah menerima dari mereka setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya, dan diberi tambahan pula hingga sampai tujuh ratus kali lipatnya, bahkan lebih dari itu lagi.
dan bagi mereka pahala yang banyak. (Al-Hadid: 18) Yakni pahala yang berlimpah lagi baik, dan tempat kembali yang baik serta tempat tinggal yang mulia. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin. (Al-Hadid: 19) Kalimat ayat ini merupakan kelengkapan dari kalimat yang sebelumnya, dan ini merupakan sifat dari orang-orang yang beriman kepada Allah bahwa mereka adalah orang-orang yang siddiq (membenarkan). Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin. (Al-Hadid: 19) Bahwa ayat ini terpisah dari ayat yang sebelumnya.dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka.
Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. (Al-Hadid: 19) Abud Duha mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: mereka itu orang-orang siddiqin. (Al-Hadid: 19) Kemudian firman berikutnya adalah kalimat baru, yaitu: dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Hal yang sama telah dikatakan oleh Masruq, Adh-Dhahhak, Muqatil ibnu Hayyan, dan lain-lainnya. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Bahwa mereka terdiri atas tiga golongan, yaitu orang-orang yang gemar bersedekah, Orang-orang yang siddiq, dan para syuhada.
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain: Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para siddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. (An-Nisa: 69) Maka dibedakan antara orang-orang yang siddiq dan orang-orang yang mati syahid. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya merupakan dua golongan, dan tidak diragukan lagi bahwa siddiq lebih tinggi kedudukannya daripada syahid, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik ibnu Anas rahimahullah di dalam kitab Muwatta '-nya, dari Safwan ibnu Salim, dari ‘Atha’ ibnu Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:
Sesungguhnya ahli surga benar-benar memandangi para penghuni guraf (gedung) jyawg ada di atas mereka sebagaimana kamu memandangi bintang yang gemerlapan di ufuk timur atau ufuk barat, karena adanya perbedaan keutamaan di antara mereka (ahli surga). Abu Sa'id Al-Khudri berkata, "Wahai Rasulullah, itu pasti kedudukan para nabi yang tidak dapat dicapai selain oleh mereka." Rasululah ﷺ menjawab: Benar, dan demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, dan juga orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan rasul-Nya. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim sepakat dalam pengetengahan hadits ini, yaitu melalui Malik dengan sanad yang sama.
Ulama tafsir lainnya mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Bahwa makna yang dimaksud ialah berita dari Allah subhanahu wa ta’ala yang menyatakan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, bahwa mereka adalah orang-orang yang siddiq dan ada pula yang menjadi syahid. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Mujahid. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan: telah menceritakan kepadaku Saleh ibnu Harb Abu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ajian, dari Zaid ibnu Aslam, dari Al-Barra ibnu Azib yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Orang-orang yang beriman dari kalangan umatku adalah orang-orang yang menjadi saksi.
Al-Barra ibnu Azib mengatakan bahwa kemudian Nabi ﷺ membaca ayat lain, yaitu firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Hadits ini berpredikat gharib. Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Amr ibnu Maimun sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. (Al-Hadid: 19) Bahwa mereka datang bersama-sama di hari kiamat, sebagaimana berdempetannya dua buah jari.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Yakni di dalam surga-surga yang penuh dengan kenikmatan. Seperti yang disebutkan di dalam kitab Shahihain: Sesungguhnya arwah para syuhada berada di dalam perut burung hijau yang terbang bebas di dalam surga sekehendak hatinya, kemudian hinggap pada lentera-lentera itu. Maka Tuhanmu menjenguk mereka, lalu berfirman, 'Apakah yang kamu kehendaki? Mereka menjawab, "Kami menginginkan agar Engkau mengembalikan kami ke dunia, maka kami akan berperang lagi di jalan-Mu sampai gugur sebagaimana keadaan kami yang pertama kali.
Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah memutuskan bahwa mereka tidak dapat kembali lagi ke dunia. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. (Al-Hadid: 19) Yaitu bagi mereka di sisi Allah ada pahala yang berlimpah dan cahaya yang besar yang menerangi bagian depan mereka, dan mereka dalam hal ini berbeda-beda tingkatannya sesuai dengan amal perbuatan yang telah mereka lakukan ketika di dunia.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari ‘Atha’ ibnu Dinar, dari Abu Yazid Al-Khaulani yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Fudalah ibnu Ubaid mengatakan bahwa ia pernah mendengar Umar ibnul Khattab mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Syuhada itu ada empat macam, yaitu seorang lelaki yang beriman dengan iman yang baik, lalu bersua dengan musuh dan ia membenarkan (janjinya) kepada Allah, hingga gugurlah ia, maka dialah kelak yang akan menjadi pusat perhatian pandangan ahli surga seperti ini.
Lalu Umar mengangkat kepalanya, memperagakan apa yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ saat mengucapkannya, dan Umar menjatuhkan pecinya sebagaimana yang dialami oleh beliau ﷺ: Kedua ialah seorang mukmin yang bersua dengan musuh, lalu seakan-akan punggungnya terpukul oleh duri pohon talh, panah musuh nyasar mengenainya hingga gugurlah dia, maka dia berada di peringkat kedua. Ketiga ialah orang mukmin yang mencampuradukkan amal saleh dengan amal lainnya yang buruk, ia bersua dengan musuh dan menghadapinya dengan penuh keikhlasan kepada Allah hingga gugurlah dia, maka dia berada di peringkat yang ketiga.
Keempat ialah orang mukmin yang berlebihan terhadap dirinya dengan keberlebihan yang banyak, lalu ia bersua dengan musuh dan menghadapinya dengan ikhlas karena Allah hingga gugurlah dia, maka dia berada di peringkat yang keempat. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ali ibnul Madini, dari Abu Dawud At-Tayalisi, dari Ibnul Mubarak, dari Ibnu Lahi'ah. Ali ibnul Madini mengatakan bahwa ini merupakan sanad seorang ulama Mesir yang saleh.
Imam At-Tirmidzi meriwayatkannya melalui hadits Ibnu Lahi'ah, dan ia mengatakan bahwa hadits ini gharib. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka. (Al-Hadid: 19) Setelah menyebutkan perihal orang-orang yang berbahagia dan tempat kembali mereka, lalu mengiringinya dengan menyebutkan nasib dan keadaan orang-orang yang celaka."
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah dengan menginfakkan sebagian hartanya, baik laki-laki maupun perempuan, dan mereka dengan ikhlas meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan balasan kebaikan bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia dari sisi-Nya. 19. Dan orang-orang yang beriman dengan mantap kepada Allah dan rasul-rasul-Nya serta tidak meragukan janji-Nya, mereka itu orang-orang yang tulus hati dan pecinta kebenaran, dan mereka menjadi saksi-saksi di sisi Tuhan mereka. Karena keimanan dan kebaikan itu mereka berhak mendapat pahala dan cahaya dari sisi Allah. Tetapi, orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami serta mengingkari ajaran-ajaran Kami, mereka itu penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang membenarkan dan mempercayai Allah dan Rasul-Nya baik laki-laki dan perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik dengan jalan bersedekah dan mendermakan hartanya di jalan Allah dengan ikhlas, mengharap-harapkan rida-Nya semata-mata, tidak menghendaki balasan dan terima kasih, akan dilipatgandakan pembalasannya oleh Allah ﷻ Satu kebaikan yang dikerjakan dibalas dengan sepuluh kebaikan dan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali, dan bagi mereka itu pahala yang banyak dan tempat tinggal yang baik yaitu Jannatun na'im di akhirat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.