Ayat
Terjemahan Per Kata
فَإِذَا
maka apabila
ٱنشَقَّتِ
terbelah
ٱلسَّمَآءُ
langit
فَكَانَتۡ
lalu adalah/menjadi ia
وَرۡدَةٗ
mawar merah
كَٱلدِّهَانِ
seperti minyak
فَإِذَا
maka apabila
ٱنشَقَّتِ
terbelah
ٱلسَّمَآءُ
langit
فَكَانَتۡ
lalu adalah/menjadi ia
وَرۡدَةٗ
mawar merah
كَٱلدِّهَانِ
seperti minyak
Terjemahan
Maka, apabila langit terbelah, lalu (warnanya) menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak, (terjadilah kengerian yang hebat).
Tafsir
(Maka apabila langit telah terbelah) artinya, terbuka pintu-pintunya karena turunnya malaikat-malaikat (dan menjadi merah mawar) memerah seperti warna bunga mawar (seakan-akan kilapan minyak) bagaikan minyak yang berwarna merah berbeda keadaannya dengan yang biasa. Di dalam ungkapan ayat ini terkandung jawabannya, yakni apabila saat itu datang, betapa dahsyatnya kengerian dan ketakutan melihatnya.
Tafsir Surat Ar-Rahman: 37-45
Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Pada waktu itu manusiadan jin tidak ditanya tentang dosanya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa.
Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka apabila langit telah terbelah. (Ar-Rahman: 37) Yakni kelak di hari kiamat, seperti yang ditunjukkan oleh ayat-ayat sebelumnya dan yang sesudahnya dalam surat ini, juga ayat-ayat lainnya yang semakna, misalnya firman-Nya: dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. (Al-Haqqah: 16) Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang. (Al-Furqan: 25) Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala: .
Apabila langit terbelah dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh. (Al-Insyiqaq: 1-2) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (Ar-Rahman: 37) Yaitu lebur sebagaimana leburnya emas dan perak dalam penuangannya, dan berwarna-warni sebagaimana warna-warni obat celup; maka adakalanya berwarna merah, adakalanya kuning, adakalanya hijau, dan adakalanya biru. Demikian itu terjadi karena kerasnya azab dan dahsyatnya kejadian hari kiamat yang sangat besar. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abus Sahba, telah menceritakan kepada kami Naff alias Abu Galib Al-Bahili, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Manusia kelak dibangkitkan pada hari kiamat, sedangkan langit berjatuhan menimpa mereka bagaikan hujan gerimis.
Al-Jauhari mengatakan bahwa at-tasysyu artinya hujan gerimis. Adh-Dhahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (Ar-Rahman: 37) Yakni seperti kulit yang berwarna merah. Abu Kadinah telah meriwayatkan dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (Ar-Rahman:37) Yaitu seperti warna kulit kuda yang merah. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah warnanya berubah.
Abu Saleh mengatakan bahwa pada mulanya seperti kuda yang berwarna merah, sesudah itu kelihatan mengilap seperti kilapan minyak. Imam Al-Baghawi dan lain-lainnya menceritakan bahwa bunga mawar jika musim semi berwarna kuning dan musim dingin berwarna merah, jika dinginnya terlalu ekstrim berubah warnanya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, bahwa bunga mawar itu beragam warnanya. As-Suddi mengatakan, bahwa bunga mawar itu warnanya ada yang seperti merah beghal, ada pula seperti minyak yang mendidih.
Mujahid mengatakan bahwa ad-dihan artinya seperti warna minyak yang mengilap. ‘Atha’ Al-Khurrasani mengatakan seperti warna minyak mawar yang merah kekuning-kuningan. Qatadah mengatakan bahwa warna langit sekarang adalah biru, dan pada hari itu warnanya berubah menjadi kemerah-merahan, yaitu di hari langit menjadi beraneka ragam warnanya. Abul Jauza mengatakan warnanya sebening warna minyak. Ibnu Juraij mengatakan bahwa langit di hari itu seperti minyak yang mencair, karena terkena panasnya neraka Jahanam.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (Ar-Rahman: 39) Ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: Inilah hari, saat mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), dan tidak diizinkan kepada mereka mengemukakan alasan agar mereka dimaafkan. (Al-Mursalat: 35-36) Apa yang disebutkan dalam ayat ini menceritakan suatu keadaan, dan dalam keadaan yang lainnya semua makhluk akan ditanyai tentang amal perbuatan mereka. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: .
Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Karena itulah maka Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (Ar-Rahman: 39) Bahwa sebenarnya telah dilakukan pertanyaan, kemudian mulut-mulut kaum dikunci dan berbicaralah kedua tangan dan kedua kaki mereka menceritakan apa yang telah mereka kerjakan. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala tidak menanyai mereka, "Apakah kamu telah melakukan anu dan anu?" Karena Dia lebih mengetahui hal itu daripada mereka sendiri, melainkan Allah bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian melakukan anu dan anu?" Ini merupakan pendapat yang kedua.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan ayat ini, bahwa para malaikat tidak menanyakan tentang orang-orang yang berdosa, melainkan para malaikat mengetahui mereka dengan sendirinya melalui tanda-tanda yang ada pada mereka. Ini merupakan pendapat yang ketiga. Seakan-akan pengertian pendapat ini menyebutkan bahwa sesudah orang-orang yang berdosa itu diperintahkan agar dimasukkan ke dalam neraka, maka saat itu mereka tidak ditanyai tentang dosa-dosa mereka, bahkan mereka langsung digiring ke dalamnya, kemudian dicampakkan ke dalamnya, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya. (Ar-Rahman: 41) Yakni melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka.
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa para malaikat mengenal mereka melalui rupa mereka yang hitam dan mata mereka yang biru. Ini kebalikan dari apa yang ada pada diri orang-orang mukmin; mereka dikenal melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka, yaitu mencorong (kemilauan) dan bercahaya akibat dari bekas wudu mereka. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka. (Ar-Rahman: 41) Para malaikat zabaniyah (juru siksa) memegang ubun-ubun dan kedua kaki mereka, lalu mencampakkan mereka ke dalam neraka.
Al-A'masy telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ubun-ubun seseorang dari mereka dipegang bersama kedua kakinya hingga patah sebagaimana kayu bakar dipatahkan di dalam pembakaran roti. Adh-Dhahhak mengatakan, ubun-ubun dan kedua kakinya disatukan dengan rantai dari arah belakang punggungnya. As-Suddi mengatakan bahwa ubun-ubun orang kafir dan kedua telapak kakinya dijadikan menjadi satu dan punggungnya dililitkan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Taubah Ar-Rabi" ibnu Nafi', telah menceritakan kepada karni Mu'awiyah ibnu Salam, dari saudaranya Zaid ibnu Salam, bahwa ia pernah mendengar Abu Salam (yakni kakeknya) mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku seseorang dari Kindah yang mengatakan bahwa ia pernah datang kepada Siti Aisyah, lalu diizinkan masuk menemuinya, sedangkan antara dia dan Aisyah terdapat hijab.
Lalu ia bertanya, "Apakah Rasulullah ﷺ pernah menceritakan kepadamu bahwa akan datang suatu saat yang di saat itu tiada seorang pun yang memiliki syafaat?" Siti Aisyah menjawab, "Benar, aku telah menanyakan tentang masalah itu kepada beliau, sedangkan aku dan beliau berada di dalam satu selimut. Lalu beliau ﷺ menjawab bahwa hal itu benar, yaitu ketika sirat telah dipasang, aku tidak memiliki suatu syafaat pun bagi seseorang saat itu sebelum aku mengetahui ke manakah sirat membawaku. Dan pada hari itu ada wajah-wajah yang kelihatan putih bersinar dan ada pula wajah-wajah yang tampak hitam legam, hingga aku mengetahui apakah yang akan dilakukan terhadapku atau apa yang akan diwahyukan kepadaku dan jembatan itu semakin tajam dan semakin panas.
Aku bertanya, "Apakah yang dimaksud dengan pengertian makin tajam dan makin panas?" Nabi ﷺ menjawab, "Makin bertambah tajam hingga seperti tajamnya mata pedang, dan makin panas hingga seperti panasnya bara api. Orang mukmin akan dapat melaluinya tanpa membahayakan dirinya. Adapun orang munafik, maka ia dapat bergantung kepadanya; dan apabila sampai di pertengahannya, maka terjungkallah ia dan kedua tangannya bergantungan sama dengan kedua kakinya." Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, bahwa tidakkah kamu pernah melihat seseorang yang berjalan tanpa terompah, lalu kakinya tertusuk duri hingga hampir menembus kedua telapak kakinya.
Maka seperti itulah keadaan orang munafik, tangan dan kepalanya terjatuh ke tempat kedua telapak kakinya, lalu malaikat zabaniyah (juru siksa) memukulinya dengan pengait-pengait pada ubun-ubun dan telapak kakinya. Kemudian malaikat zabaniyah mencampakkannya ke dalam neraka Jahanam dan ia terjatuh ke dalamnya selama kurang lebih lima puluh tahun. Aku (Aisyah) bertanya, "Bagaimakah dengan berat seorang lelaki?" Nabi ﷺ menjawab, "Sama beratnya dengan sepuluh ekor unta yang gemuk-gemuk, dan pada hari itu orang-orang yang berdosa dapat dikenal melalui tanda-tanda yang ada pada diri mereka, lalu ditangkaplah ubun-ubun dan kedua telapak kaki mereka (dan dilemparkan ke dalam Jahanam)." Hadits ini gharib sekali dan di dalamnya terdapat banyak lafal yang tidak dapat dikatakan berpredikat marfu', sedangkan dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang tidak disebutkan namanya.
Hadits semisal ini tidak dapat dijadikan sebagai hujah; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa. (Ar-Rahman: 43) Maksudnya, inilah neraka yang dahulu kalian dustakan keberadaannya, kini berada di hadapan kalian yang kalian saksikan sendiri dengan mata kalian sendiri. Dikatakan hal ini kepada mereka sebagai kecaman, cemoohan, dan penghinaan terhadap mereka.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44) Yakni adakalanya mereka disiksa di dalam neraka Jahanam, dan adakalanya mereka diberi minum hamim, yaitu minuman yang panasnya sama dengan tembaga yang dilebur hingga semua usus dan isi perut mereka hancur karenanya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: .
ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalamapi. (Al-Mumin: 71-72) Firman Allah subhanahu wa ta’ala yang menyebutkan an artinya sangat panas hingga tidak tertahankan lagi karenanya. Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44) Titik didihnya telah mencapai puncaknya hingga panasnya tak terperikan. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa'id ibnu Jubair. Adh-Dhahhak, Al-Hasan, Ats-Tsauri, dan As-Suddi. Qatadah mengatakan bahwa telah mendidih sejak Allah menciptakan bumi dan langit.
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa seorang hamba ditangkap, lalu diputar pada ubun-ubunnya di dalam air yang telah memuncak panasnya itu, hingga semua dagingnya lebur dan yang tertinggal adalah tulang-tulangnya serta kedua matanya yang ada di kepala. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api. (Al-Mumin: 72) Al-hamim sama artinya dengan al-har, yakni air yang sangat panas.
Di riwayatkan dari Al-Qurazi dalam riwayat yang lain bahwa hamimin an artinya air yang sangat panas yang disediakan saat itu juga; hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Zaid. Pengertian ini tidaklah bertentangan dengan apa yang diriwayatkan dari Al-Qurazi di atas, yang mengatakan air yang sangat panas, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. (Al-Ghasyiyah: 5) Yakni yang disuguhkan dalam keadaan sangat panas lagi tak terperikan panasnya.
Sama juga dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya). (Al-Ahzab: 53) Yaitu kemasakan dan kematangannya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: air mendidih yang memuncak panasnya. (Ar-Rahman: 44) Maksudnya, air yang titik didihnya telah mencapai puncak yang tertinggi dan sangat panas. Mengingat hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka lagi berdosa dan pemberian nikmat kepada orang-orang yang bertakwa merupakan karunia, rahmat, keadilan, dan kasih sayang-Nya kepada makhluk-Nya dan adalah peringatan Allah terhadap mereka tentang azab dan pembalasan-Nya untuk mencegah mereka dari kemusyrikan dan kedurhakaannya dan lain sebagainya, maka dalam ayat berikut Allah subhanahu wa ta’ala berfirman menyebutkan perihal karunia-Nya itu kepada makhluk-Nya: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 45)"
37-38. Usai menjelaskan ketidakmampuan manusia menghindar dari pertanggung jawaban, Allah menguraikan keadaan pada hari kemudian. Maka apabila langit telah terbelah karena takut dengan balasan Allah dan menjadi merah mawar seperti kilauan minyak akibat panas yang menerpanya. Maka, wahai manusia dan jin, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan'37-38. Usai menjelaskan ketidakmampuan manusia menghindar dari pertanggung jawaban, Allah menguraikan keadaan pada hari kemudian. Maka apabila langit telah terbelah karena takut dengan balasan Allah dan menjadi merah mawar seperti kilauan minyak akibat panas yang menerpanya. Maka, wahai manusia dan jin, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan'.
Ayat ini menerangkan bahwa apabila datang hari Kiamat, terbelahlah langit dan warnanya menjadi merah mawar seperti kilapan minyak. Maka rusaklah peraturan-peraturan alam dan bertebaranlah bintang-bintang serta segala apa-apa yang ada di langit, pindah dari tempatnya karena dahsyatnya hari itu. Dalam ayat-ayat lain Allah berfirman:
Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. (al-Infithar/82: 1-2)
Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh. (al-Insyiqaq/84: 1-2).
Dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi rapuh. (al-haqqah/69: 16)
Ayat di atas berbicara mengenai alam semesta. Alam semesta diperkirakan berumur antara 15 sampai 18 miliar tahun. Batuan tertua yang pernah ditemukan di bumi berumur sekitar 4,6 miliar tahun. Kehidupan tertua di bumi ditemukan berumur 3,8 juta tahun yang lalu. Sedangkan manusia mulai menghuni bumi baru sekitar 100.000 tahun yang lalu. Apapun yang mengakibatkan terbentuknya alam semesta, yang pasti, ia sangat besar dan hebat, dan tidak mungkin tercipta secara kebetulan. Apa yang diungkap oleh Al-Qur'an tersebut, nampaknya mustahil dikemukakan oleh seseorang yang hidup 1400 tahun yang lalu. Teori mengenai "lahirnya" alam semesta ini, hanya dapat dijelaskan oleh seseorang yang paham sekali dengan ilmu "fisika nuklir" (nuclear physics). Suatu bidang keilmuan yang baru berkembang dalam beberapa dekade terakhir. Bagaimana mungkin seorang Muhammad pada saat itu dapat menyatakan bahwa asal bumi dan seluruh isi langit dari materi "asap" yang sama. Sangat mustahil. Ayat 37 Surah ar-Rahman di atas menggambarkan ledakan sebuah bintang. Gambaran mengenai ledakan bintang tersebut dikonfirmasi oleh ilmu pengetahuan modern. Ledakan bintang yang demikian ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Fenomena alam ini juga tidak dapat ditangkap dengan menggunakan teropong bintang biasa. Diperlukan teropong bintang super canggih sekaliber "Huble Space Super Telescope" yang dimiliki oleh NASA, suatu lembaga antariksa Amerika Serikat. Namun hal ini sudah digambarkan dalam Al-Qur'an secara sangat jelas pada 1400 tahun yang lalu. Dengan kemajuan teknologi, ternyata apa yang diuraikan dalam Al-Qur'an, terbukti secara detail. Ledakan yang terjadi memang sangat mirip dengan bunga mawar merah yang sedang berkembang. Ledakan bintang atau disebut dengan istilah supernova, adalah sebuah bintang raksasa yang "menghancurkan diri sendiri" dalam ledakan dahsyat. Materi intinya akan bertebaran ke seluruh penjuru. Cahaya yang dihasilkan dalam peristiwa ini ribuan kali lebih terang daripada keadaan normal. Para ilmuwan masa kini menganggap bahwa supernova memainkan peran penting dalam penciptaan alam semesta. Ledakan ini menyebabkan unsur atau materi yang berbeda-benda berpencar dan berpindah ke bagian lain alam semesta. Diasumsikan bahwa materi yang dilontarkan ledakan ini kemudian bergabung untuk membentuk galaksi atau bintang baru di bagian lain alam semesta. Menurut hipotesis ini, tata surya kita, matahari dan planetnya termasuk bumi, merupakan produk supernova yang terjadi dahulu kala. Meskipun supernova tampak seperti ledakan biasa, pada kenyataannya, ledakan tersebut sangat terstruktur dalam setiap detailnya. Jarak antar supernova, dan bahkan antar semua bintang, sangat penting untuk alasan yang lain. Jarak antar bintang dalam galaksi kita adalah sekitar 30 juta tahun cahaya. Jika jarak ini lebih dekat, orbit planet-planet akan tidak stabil. Jika lebih jauh, maka debu hasil supernova akan tersebar begitu acak sehingga sistem planet seperti tata surya kita tidak mungkin pernah terbentuk. Jika alam semesta menjadi rumah bagi kehidupan, maka kedipan supernova harus terjadi pada laju yang sangat tepat dan jarak ratarata di antaranya harus sangat dekat dengan jarak yang teramati sekarang. Perbandingan antara supernova dan jarak antar bintang hanyalah dua rincian yang sangat selaras pada alam semesta yang penuh keajaiban. Mengamati lebih teliti alam semesta, maka pengaturannya akan terlihat begitu indah, baik dalam rancangan maupun susunannya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.