Ayat
Terjemahan Per Kata
فَبِأَيِّ
maka yang mana
ءَالَآءِ
nikmat
رَبِّكُمَا
Tuhanmu berdua
تُكَذِّبَانِ
kamu berdua dustakan
فَبِأَيِّ
maka yang mana
ءَالَآءِ
nikmat
رَبِّكُمَا
Tuhanmu berdua
تُكَذِّبَانِ
kamu berdua dustakan
Terjemahan
Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)?
Tafsir
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?).
Tafsir Surat Ar-Rahman: 31-36
Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu, wahai manusia dan jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintas) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kepada kamu berdua (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga, sehingga kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu, wahai manusia dan jin. (Ar-Rahman: 31) Ini merupakan ancaman dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba-hamba-Nya.
Sebenarnya Allah tidak sibuk, Dia selalu berada dalam kesantaian. Hal yang sama telah dikatakan oleh Adh-Dhahhak, bahwa ini mengandung ancaman. Qatadah mengatakan bahwa telah dekat masa kesudahan Allah dari makhluk-Nya. Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firmanya-Nya: Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu. (Ar-Rahman: 31) Artinya, Kami akan melakukan peradilan terhadap kalian. Imam Al-Bukhari mengatakan bahwa Kami akan menghisab kalian, tiada sesuatu pun yang menyibukkan-Nya dari sesuatu yang lain.
Ungkapan ini telah dikenal di kalangan orang Arab. Dikatakan, "Sungguh aku akan memperhatikan sepenuhnya kepada urusanmu," padahal ia tidak mempunyai kesibukan. Dikatakan pula, "Sungguh aku akan menyerangmu di saat kamu lengah." Firman Allah subhanahu wa ta’ala: wahai manusia dan jin. (Ar-Rahman: 31) Yang dimaksud dengan saqalani ialah jin dan manusia, seperti pengertian yang disebutkan dalam hadits shahih (yang menceritakan jeritan orang yang mengalami siksa kubur): terdengar oleh segala sesuatu kecuali oleh saqlain.
Menurut riwayat yang lain disebutkan, "Kecuali al-insu wal jinnu (manusia dan jin)." Dan di dalam riwayat yang lainnya lagi disebutkan, "Kecuali saqalani, yaitu manusia dan jin." Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 32) Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. (Ar-Rahman: 33) Yakni kalian tidak akan dapat melarikan diri dari perintah Allah dan takdirNya, bahkan Dia meliputi kalian dan kalian tidak akan mampu melepaskan diri dari hukum-Nya, tidak pula membatalkan hukum-Nya terhadap kalian, ke mana pun kalian pergi selalu diliput.
Dan ini menceritakan keadaan di Yaumul Mahsyar (hari manusia dihimpunkan); sedangkan semua malaikat mengawasi semua makhluk sebanyak tujuh saf dari semua penjuru, maka tiada seorang pun yang dapat meloloskan diri, kecuali dengan kekuasaan. (Ar-Rahman: 33) Yaitu dengan perintah dari Allah. Pada hari itu manusia berkata, "Ke manakah tempat lari?Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. (Al-Qiyamah: 10-12) Disebutkan pula dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan orang-orang yang mengajarkan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan.
Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Yunus: 27) Karena itulah maka dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya: Kepada kamu berdua (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga, sehingga kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya). (Ar-Rahman: 35) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan syuwaz ialah nyala api. Said ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan syuwaz ialah asap.
Menurut Mujahid, nyala api yang berwarna biru. Abu Saleh mengatakan bahwa syuwaz artinya nyala api yang paling ujung dan sebelum asap. Adh-Dhahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: nyala api. (Ar-Rahman: 35) Yakni gumpalan api bagaikan air bah. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan cairan tembaga. (Ar-Rahman: 35) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan cairan tembaga. (Ar-Rahman: 35) Yaitu asap api. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Abu Saleh, Sa'id ibnu Jubair, dan Abu Sinan.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa orang-orang Arab menyebut dukhan (asap) dengan sebutan nuhas atau nihas, tetapi ulama ahli qiraat telah sepakat membacanya dengan dammah, yakni nuhas yang artinya asap. Seperti pengertian yang terdapat di dalam bait syair Nabigah Ja'dah: bercahaya seperti cahaya lentera minyak, yang Allah tidak menjadikan asap padanya. Yang dimaksud dengan nuhas dalam bait syair ini ialah asap.
Demikianlah menurut Ibnu Jarir. Imam Ath-Thabarani telah meriwayatkan melalui jalur Juwaibir, dari Adh-Dhahhak, bahwa Nabi' ibnul Azraq pernah bertanya kepada Ibnu Abbas tentang makna syuwaz, maka ia menjawab bahwa syuwaz adalah nyala api yang tidak ada asapnya. Lalu Nafi' menanyakan kepada Ibnu Abbas tentang syahid (bukti) yang menguatkan pendapatnya dari segi bahasa. Maka Ibnu Abbas membacakan kepadanya bait syair Umayyah ibnu Abus Silt yang isinya mencela Hassan:
Ingatlah, adakah orang yang mau menyampaikan kepada Hasan pesan dariku dengan perjalanan yang cepat menuju ke pasar 'Ukaz. Bahwa bukankah dahulu ayahmu adalah salah seorang di antara budak-budak kami, yang kelihatan hina bersama budak-budak dari Yaman, dan itu sudah dikenal semua orang. Kerjanya hanya membuat bara api untuk setrika (hewan) dan selalu meniup nyala apinya.
Nafi' berkata, "Engkau benar, lalu apakah artinya nuhas?" Ibnu Abbas menjawab, "Asap yang tidak ada nyala apinya." Nafi' bertanya, "Apakah orang-orang Arab mengenal istilah itu?" Ibnu Abbas menjawab, "Ya, tidakkah engkau mendengar ucapan Nabigah dari Bani Zibyan yang telah mengatakan dalam salah satu bait syairnya: menyala seperti nyala lentera minyak, yang Allah telah menjadikannya tidak berasap.
Mujahid mengatakan bahwa an-nuhas adalah tembaga yang dilebur, lalu dituangkan ke atas kepala mereka. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah. Adh-Dhahhak mengatakan bahwa nuhas artinya cairan tembaga. Makna yang dimaksud dari semua pendapat ialah seandainya kalian pergi melarikan diri di hari kiamat, niscaya para malaikat dan malaikat Zabaniyah (juru siksa) akan mengembalikan kalian ke padang mahsyar, yaitu dengan mengirimkan nyala api dan cairan tembaga yang dilebur terhadap kalian hingga pada akhirnya kalian pasti kembali.
Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan: maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya). Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 35-36)"
31-32. Kami bersama para malaikat akan memberi perhatian sepenuhnya kepadamu, wahai golongan manusia dan jin. Kami akan melakukan perhitungan secara cermat atas semua perbuatanmu. Maka, wahai manusia dan jin, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan'33-34. Allah menegaskan bahwa manusia dan jin tidak akan dapat menghindar dari pertanggung jawaban. Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus atau melintasi penjuru langit dan bumi untuk menghindari pertanggung jawaban dan balasan yang akan menimpamu, maka keluar dan tembuslah keduanya. Ketauhilah, kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan, sedangkan kamu sama sekali tidak mempunyai kekuatan itu. Maka, wahai manusia dan jin, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan'.
Allah ﷻ menantang jin dan manusia, agar mengungkapkan nikmat yang manakah yang mereka dustakan. Adakah yang mereka dustakan itu balasan-balasan yang akan mereka terima pada hari Kiamat nanti baik berupa pahala maupun berupa siksaan pada hari itu tidak ada kedustaan.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.