Ayat
Terjemahan Per Kata
كَذَّبُواْ
mereka telah mendustakan
بِـَٔايَٰتِنَا
pada ayat-ayat Kami
كُلِّهَا
semuanya
فَأَخَذۡنَٰهُمۡ
maka Kami ambil/azab mereka
أَخۡذَ
dengan azab
عَزِيزٖ
Maha Perkasa
مُّقۡتَدِرٍ
Maha Kuasa
كَذَّبُواْ
mereka telah mendustakan
بِـَٔايَٰتِنَا
pada ayat-ayat Kami
كُلِّهَا
semuanya
فَأَخَذۡنَٰهُمۡ
maka Kami ambil/azab mereka
أَخۡذَ
dengan azab
عَزِيزٖ
Maha Perkasa
مُّقۡتَدِرٍ
Maha Kuasa
Terjemahan
Mereka mendustakan semua tanda-tanda (kebesaran) Kami. Maka, Kami mengazab mereka dengan azab (Tuhan) Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
Tafsir
(mereka mendustakan ayat-ayat Kami kesemuanya) yakni sembilan ayat yang diberikan kepada Nabi Musa (lalu Kami azab mereka) yakni, Kami turunkan azab kepada mereka (sebagai azab dari Yang Maha Perkasa) Yang Maha Kuat (lagi Maha Kuasa) tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan dan menghalang-halangi-Nya.
Tafsir Surat Al-Qamar: 41-46
Dan sesungguhnya telah datang kepada kaum Firaun ancaman-ancaman. Mereka mendustakan mukjizat-mukjizat Kami kesemuanya, lalu Kami azab mereka sebagai azab dari Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa. Apakah orang-orang kafirmu (wahai kaum musyrik) lebih baik daripada mereka itu, atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam kitab-kitab yang dahulu? Atau apakah mereka mengatakan, 'Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang. Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.
Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menceritakan perihal Fir'aun dan kaumnya, bahwa sesungguhnya telah datang kepada mereka utusan Allah (yaitu Musa a.s.) dan saudara laki-lakinya (yaitu Harun) dengan membawa berita gembira jika mereka mau beriman, dan peringatan jika mereka kafir. Allah menguatkan keduanya dengan mukjizat-mukjizat yang besar dan berbagai macam bukti yang membenarkan kerasulan keduanya. Tetapi mereka semuanya mendustakannya, maka Allah menghukum mereka dengan hukuman dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
Allah subhanahu wa ta’ala membinasakan mereka sehingga tiada seorang pun dari mereka yang tersisa dan tiada pula jejak-jejak mereka. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Apakah orang-orang kafirmu. (Al-Qamar: 43) wahai orang-orang musyrik dari kalangan orang-orang kafir Quraisy, lebih baik daripada mereka itu. (Al-Qamar: 43) Yakni daripada orang-orang yang telah disebutkan di atas di antara orang-orang yang telah dibinasakan karena mereka telah mendustakan rasul-rasul dan kafir kepada kitab-kitab Allah. Apakah kalian lebih baik daripada mereka itu? atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam kitab-kitab yang dahulu? (Al-Qamar: 43) Maksudnya, apakah kamu mempunyai jaminan kebebasan dari Allah yang menyatakan bahwa kamu tidak mendapat balasan dan tidak pula azab? Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan perihal mereka melalui firman selanjutnya: Atau apakah mereka mengatakan, "Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang. (Al-Qamar: 44) Mereka mempunyai keyakinan bahwa sebagian dari mereka dapat membantu sebagian yang lainnya, dan bahwa persatuan mereka dapat menangkal orang lain yang hendak berbuat jahat terhadap mereka.
Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (Al-Qamar: 45) Yakni persatuan mereka akan bercerai-berai dan mereka dapat dikalahkan. Imam Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada kami Khalid, dari Khalid; dari Imam Al-Bukhari mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Affan, dari Wuhaib, dari Khalid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi ﷺ pernah berdoa di dalam kemah kecilnya pada hari Perang Badar: Aku memohon kepada Engkau jaminan dan janji-Mu, ya Allah, jika Engkau kehendaki, niscaya Engkau tidak akan disembah lagi di muka bumi sesudah hari ini untuk selama-lamanya.
Maka sahabat Abu Bakar memegang tangan Rasulullah ﷺ seraya berkata, "Wahai Rasulullah, cukuplah, engkau telah memohon dengan mendesak kepada Tuhanmu." Lalu Rasulullah ﷺ segera keluar dari kemah seraya melompat dan mengenakan baju besinya (tamengnya), lalu membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala: Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (Al-Qamar:.45-46) Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Imam Al-Bukhari dan Imam An-Nasai dalam berbagai tempat melalui hadits Khalid ibnu Mahran Al-Hazza dengan sanad yang sama. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abur Rabi' Az-Zahrani, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Ayyub, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (Al-Qamar: 45) Maka Umar bertanya, "Golongan manakah yang akan dikalahkan, dan golongan manakah yang akan beroleh kemenangan?" Umar mengatakan bahwa ketika Perang Badar meletus, ia melihat Rasulullah ﷺ melompat dengan menyandang tamengnya seraya berkata: Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (Al-Qamar: 45) Maka sejak saat itu ia mengetahui takwil ayat tersebut.
Imam Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, bahwa Ibnu Juraij pernah menceritakan kepada mereka, bahwa ia mendapat berita dari Yusuf ibnu Mahik yang telah menceritakan bahwa ketika ia berada di hadapan Aisyah Ummul Muminin, maka Aisyah berkata bahwa ayat berikut diturunkan di Mekah kepada Muhammad ﷺ yang saat itu ia masih anak-anak sedang bermain-main, yaitu firman-Nya: Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (Al-Qamar: 45) Demikianlah bunyi riwayat ini yang diriwayatkan Al-Bukhari dalam bab ini dengan singkat, tetapi di dalam bab, "Keutamaan Al-Qur'an" ia meriwayatkannya dengan panjang lebar; sedangkan Imam Muslim tidak mengetengahkannya."
41-42. Dari kisah kaum Nabi Lut Allah beralih menyebut kisah Fira'un dan kaumnya. Dan sungguh, peringatan Kami telah datang kepada keluarga Fira'un dan kaumnya agar mereka beriman kepada Allah Yang Esa. Namun, mereka mendustakan mukjizat-mukjizat Kami semuanya yang ditunjukkan oleh Nabi Musa, maka Kami azab mereka dengan azab dari Allah Yang Mahaperkasa, lagi Mahakuasa. 43. Allah kemudian mengalihkan arah komunikasi kepada kaum musyrik Mekah. Wahai kaum musyrik, apakah orang-orang kafir di lingkunganmu yang lebih baik daripada mereka yang telah dikisahkan itu, ataukah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan dari azab seperti yang tercantum dalam kitab-kitab terdahulu, sehingga kamu bersikeras untuk ingkar'
Ayat-ayat ini menerangkan bahwa sungguh peringatan demi peringatan telah berkali-kali disampaikan kepada kaum Fir'aun dan pengikut-pengikutnya. Namun mereka tetap mendustakannya. Peringatan-peringatan itu adalah semua tanda-tanda kerasulan dan mukjizat yang Allah berikan kepada Nabi Musa sebagaimana diungkapkan dalam Surah al-A'raf/7: 133 dan al-Isra'/17: 101. Karena itu Allah menurunkan azab kepada mereka. Azab datang dari Zat yang Mahakuat dan Mahakuasa, yang menunjukkan bahwa azab itu amat hebat. Berupa tenggelamnya Fir'aun dan pengikutnya di Laut Merah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KAUM FIR'AUN TURUT MENDUSTAKAN
Ayat 41
“Dan sesungguhnya telah datang kepada keluanga Fir'aun peringatan."
Sebagaimana kita maklumi, dalam Al-Qur'an kita berjumpa keterangan tentang Fir'aun. Raja Mesir zaman purbakala yang terkenal karena sangat keras kekuasaannya dan sampai dia sendiri mendakwakan dirinya menjadi “Tuhan Yang Mahakuasa". Tetapi jika kita perhatikan penyebutan Al-Qur'an tentang dirinya itu selalu disebutkan Fir'aunwa mala'ihi, yang dapat diartikan Fir'aun bersama para pembantunya. Di dalam ayat yang tengah kita tafsirkan ini disebut aala Fir'auna, yang berarti keluarga Fir'aun. Maka dari ayat-ayat ini dapat kita pahamkan bahwasanya kenaikan Fir'aun yang begitu tinggi sampai berani mengakui dirinya sendiri sebagai Tuhan, ialah karena sokongan keras dari para pengikutnya. Pengikut-pengikut itu akan berusaha keras mengangkat Fir'aun tinggi-tinggi, sampai dianggap sebagai Tuhan, karena ketinggian orang yang diangkat-angkat itu menguntungkan mereka. Bertambah raja diangkat, maka bertambah pula yang mengangkat tadi diangkat tinggi-tinggi oleh raja, angkat-mengangkat, lambung melambungkan. Orang yang berada di kiri kanan raja selalu menyanjung raja, menuhankan raja, mendewakan raja, sebab dengan demikian pangkatnya pun bertambah diangkat tinggi oleh raja. Fir'aun tidak akan berkedudukan setinggi itu, sampai disamakan dengan Tuhan, kalau dia sendiri tidak pula suka dipanggilkan demikian. Lantaran itu, tali bertalilah di antara raja dengan orang-orang besarnya, lebih banyak menyanjung puji kepada raja, lebih banyak pula mendapat bintang dan kehormatan, sehingga yang mempertahankan kemuliaan baginda, mendapatlah pangkat yang lebih tinggi. Tambah mengangkat raja, tambah tinggi pula kemuliaan yang didapat.
Ayat 42
“Mereka dustakan ayat-ayat Kami sama-sekali."
Mereka menyanggah dan menentang kalau ada suara-suara yang terdengar mengatakan bahwa ada Tuhan selain Fir'aun. Kita teringat salah satu riwayat yang didapati oleh Nabi ﷺ ketika beliau pergi Mi'raj. Di sana terkenal kisah Masyitah, tukang sisir Fir'aun yang ketika menyisir rambut anak perempuan Fir'aun terlanjur dari mulutnya perkataan yang menyebutkan kekuasaan Allah Yang Mahakuasa dan Mahaagung. Si anak melapor kepada ayahnya dan si perempuan yang bernama Masyitah mengakui terus terang keyakinan akan Keesaan Allah, bahwa Tidak Ada Tuhan selain Allah. Lalu dia bersama anak-anaknya dihukum, diceburkan ke dalam minyak yang sangat panas. Disebutkan dalam kisah Mi'raj itu bahwa Nabi Muhammad ﷺ bertanya kepada Jibril mengapa tempat itu berbau sangat harum. Jibril menceritakan bahwa di tempat itulah Masyitah disuruh menghamburi minyak yang sedang sangat panas bersama anak-anaknya, yang demikian jauhnya jarak tahun, namun bau harumnya masih terbau oleh Nabi Muhammad ﷺ. Dan bolehlah kita pastikan bahwa sudah empat belas abad pula sampai sekarang setelah Nabi wafat, namun bau itu masih ada, terbau harum oleh ruhani manusia yang insaf akan arti pengorbanan.
“Maka Kami siksalah mereka, siksaan dari Yang Maha Berwenang"
Siksaan Allah akhirnya datang juga. Allah yang mempunyai wewenang yang mutlak menjatuhkan adzab-Nya, Fir'aun dan seluruh pembantu dan pegawai-pegawai tingginya ditenggelamkan di dalam Lautan Qulzum.
Kemudian datanglah pertanyaan Allah untuk menimbulkan keinsafan bagi umat manusia yang masih ingkar, yang datang sesudah Fir'aun, sesudah kaum Tsamud yang ingkar, sesudah kaum ‘Ad dan kaum Nabi Luth. Firman Allah,
Ayat 43
“Apakah orang-orang yang kafin di antana kamu itu lebih baik dari orang-orang itu."
Pertanyaan ini dihadapkan kepada kaum Quraisy yang telah membantah Nabi ﷺ dan menuduh Nabi ﷺ seorang tukang sihir atau penyair, atau tuduhan gila. Berapa orangkah mereka semuanya dan adakah kekuatan dan kemegahan mereka yang dapat mengatasi kaum Fir'aun dan kaum nabi-nabi yang terdahulu itu?
“Atau untuk kamu sudah ada kebebasan dalam kitab-kitab suci."'
Artinya, apakah kamu menyangka bahwa yang dituntut pertanggungjawabnya oleh Allah akan kesalahan, kemusyrikan dan kekafiran yang mereka lakukan sekarang ini, dengan mendustai ajaran Nabi Muhammad ﷺ, bahwa mereka telah dibebaskan berlaku demikian, mereka tidak akan dituntut lagi seperti tuntutan kepada umat-umat yang telah terdahulu itu.
Ayat 44
“Atau adakah mereka berkata bahwa kami semuanya ini akan menang?"
Yaitu mereka menyangka bahwa perbuatan mereka mendurhakai Allah itu tidak ada apa-apanya. Kalau ada tuntutan dari Allah, mereka sanggup bertukar pikiran untuk mempertahankan pendirian mereka. Dan kalau terjadi pertukaran pikiran itu, berdebat tentang hal itu, mereka pasti menang.
Kemudian, datanglah firman kepastian dari Allah sendiri.
Ayat 45
“Semuanya akan dikalahkan."
Kata-kata mereka bahwa merekalah yang akan menang, adalah persangkaan yang keliru. Bahkan sebaliknyalah yang akan terjadi, yaitu bahwa merekalah yang akan kalah.
“Dan mereka akan mundur ke belakang."
Mereka mengatakan bahwa merekalah yang akan menang itu ialah ketika mereka masih membangga dengan kekuatan mereka di Mekah. Tetapi Rasulullah ﷺ dan sahabat-sahabat yang setia telah hijrah ke Madinah. Beberapa waktu kemudian terjadilah Perang Badar. Di sanalah terjadi perang berkecamuk antara 300 orang Islam dengan 1.000 kafir Quraisy. Kononnya, sebelum terjadi Peperangan Badar itu, bila membaca ayat ini, Umar bertanya, “Mana yang akan kalah? Mana yang akan menang?" Tetapi setelah terjadi Perang Badar itu, ketika kedua tentara telah bertemu dan perang telah berdesak, Rasulullah ﷺ menetakkan pedang beliau.
“Semuanya akan dikalahkan, dan mereka akan mundur ke belakang." Dan ketika itu Umar telah maklum bahwa di waktu itulah janji Allah itu berlaku. Perang Badar adalah perang yang sangat menentukan. Meskipun sesudah itu kaum Quraisy mencoba hendak memulihkan kemenangan dalam Perang Uhud, namun Nabi Muhammad ﷺ memperhitungkan bahwa sesudah Uhud itu, habislah masa menyerang bagi Quraisy, namun buat selanjutnya tinggallah bagi mereka bertahan. Sedang pihak kaum Muslimin sejak Uhud itu pula mulailah menyerang.
Ayat 46
“Bahkan hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka."
Kekalahan yang menimpa kaum yang ingkar dan menolak kebenaran Ilahi itu, bukanlah cukup hingga di dunia ini saja, atau di Padang Badar saja.
“Dan Kiamat itu adalah lebih ngeri dan lebih pahit."
Namun apabila mereka segera tobat dan menempuh jalan yang benar, tobat itu akan diterima oleh Allah, sebagaimana terjadi dengan Abu Sufyan, yang menentang Nabi sejak dari permulaan perjuangan sampai kepada kekalahannya dalam diplomasi, sampai dia menyerah karena tidak dapat melawan lagi. Maka dalam suatu perhentian tentara, ketika Nabi ﷺ akan menyerbu dan menaklukkan Mekah, di hari terakhir, di waktu itulah dia menyatakan diri memeluk Islam. Dan pengakuan itu diterima oleh Nabi ﷺ, meskipun istrinya Hindun dengan penuh rasa kebencian telah menyuruh budak Wahsyi membelah dada Hamzah bin Abdul Muthalib, menggigit dan mengunyah jantung Hamzah dengan dendam dan benci yang meluap. Namun demikian, Abu Sufyan dan istrinya telah masuk Islam, dan memeluk Islam dengan baik sebelum mereka mati, sehingga akan terhindarlah mereka daripada adzab yang ngeri dan pahit itu.