Ayat
Terjemahan Per Kata
وَتَضۡحَكُونَ
dan kamu mentertawakan
وَلَا
dan tidak
تَبۡكُونَ
menangis
وَتَضۡحَكُونَ
dan kamu mentertawakan
وَلَا
dan tidak
تَبۡكُونَ
menangis
Terjemahan
Kamu mentertawakan dan tidak menangisi(-nya),
Tafsir
(Dan kalian menertawakan) karena memperolok-olokkannya (dan tidak menangis) sewaktu kalian mendengarkan ancaman dan peringatannya.
Tafsir Surat An-Najm: 56-62
Ini (Muhammad) adalah seorang pemberi peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang terdahulu. Telah dekat terjadinya kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis? Sedangkan kamu melengahkannya)? Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia). Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Orang ini adalah seorang pemberi peringatan. (An-Najm: 56) Yakni Nabi Muhammad ﷺ di antara pemberi-pemberi peringatan yang telah terdahulu. (An-Najm: 56) Yaitu salah seorang dari mereka, dia diutus sebagaimana mereka diutus, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Katakanlah, "Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul. (Al-Ahqaf: 9) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Telah dekat terjadinya hari kiamat. (An-Najm: 57) Yakni hampir tiba masanya hari kiamat terjadi.
Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. (An-Najm: 58) Artinya, kalau demikian tiada yang dapat menolaknya selain hanya Allah, dan tiada yang dapat mengetahui saatnya kecuali hanya Dia. An-Nazir artinya pemberi peringatan yang telah menyaksikan keburukan yang dikhawatirkan akan menimpa manusia yang diberi peringatan olehnya. Seperti yang disebutkan di dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam ayat yang lain yaitu: Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (Saba: 46) Di dalam hadits disebutkan bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda: Aku adalah pemberi peringatan yang tak sempat berpakaian. Dikatakan demikian karena dia tergesa-gesa melihat kerasnya azab yang telah disaksikannya sehingga tidak sempat mengenakan sesuatu dari pakaiannya, dan langsung memberikan peringatan kepada kaumnya sebelum datangnya siksaan itu.
Akhirnya dia datang kepada mereka dalam keadaan telanjang saking terburu-burunya. Pengertian ini senada dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: Telah dekat terjadinya hari kiamat. (An-Najm: 57) Telah dekat hari yang sudah dekat itu, yakni hari kiamat. Ayat ini juga semakna dengan apa yang disebutkan dalam permulaan surat sesudah surat ini, yaitu melalui firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu (kiamat). (Al-Qamar: 1) Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad, telah menceritakan kepadaku Abu Hatim, yang menurut Imam Ahmad pasti dari Sahl ibnu Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Hati-hatilah kalian terhadap dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil itu sama dengan suatu kaum yang beristirahat di suatu lembah, maka datanglah seseorang dengan membawa sebatang kayu dan seseorang lagi dengan membawa sebatang kayu, hingga akhirnya mereka dapat memasak roti mereka.
Dan sesungguhnya dosa-dosa kecil itu bila pelakunya dihukum karenanya, pastilah dapat membinasakannya. Abu Hazim mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda. Abu Nadrah mengatakan bahwa dia tidak mengetahui hadits ini diriwayatkan melainkan dari Sahl ibnu Sa'd. Disebutkan seperti berikut: Perumpamaan antara aku dan hari kiamat adalah seperti kedua jari ini. Beliau ﷺ bersabda demikian seraya memisahkan di antara kedua jarinya, yaitu jari tengah dan jari telunjuknya. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda pula: Perumpamaan antara aku dan hari kiamat sama dengan (jarak) di antara dua kuda (yang sama-sama kencang) dalam perlombaan balapan. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda lagi: Perumpamaanku dan hari kiamat sama dengan seorang lelaki yang dikirim oleh kaumnya untuk mengintai di hadapan mereka. Ketika lelaki itu merasa takut akan kedahuluan, maka ia mengibarkan bajunya yang berarti bahwa kalian diserang, kalian diserang (musuh) Lalu beliau ﷺ bersabda, "Akulah lelaki itu. Masih banyak lagi syahid dan bukti yang menguatkannya dari berbagai jalur yang terdapat di dalam himpunan hadits-hadits shahih dan hasan.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, mengingkari orang-orang musyrik karena mereka mendengar Al-Qur'an, tetapi berpaling darinya dan menyepelekannya: kamu merasa heran. (An-Najm: 59) bila pemberitaan ini benar. dan kamu menertawakan. (An-Najm: 60) karena memperolok-olokkan Al-Qur'an dan mengejeknya. dan tidak menangis? (An-Najm: 60) Sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang meyakini kebenaran Al-Qur'an, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk. (Al-Isra: 109) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sedangkan kamu melengahkan (nya). (An-Najm: 61) Sufyan Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah menyanyi; ini menurut dialek orang-orang Yaman.
Dikatakan ismid lana artinya menyanyilah untuk kami. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah. Tetapi menurut riwayat lain yang juga dari Ibnu Abbas, disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sedangkan kamu melengahkan (nya). (An-Najm: 61) Yakni berpaling darinya; hal yang sama dikatakan oleh Mujahid dan Ikrimah. Menurut Al-Hasan, makna yang dimaksud ialah melengahkannya, ini berdasarkan suatu riwayat yang bersumber dari Amirul Muminin Ali ibnu Abu Thalib. Menurut riwayat yang lainnya lagi, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah menyombongkan diri; hal yang sama dikatakan oleh As-Suddi.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk bersujud kepada-Nya dan beribadah kepada-Nya serta mengikuti Rasul-Nya dan mengesakan Tuhan dengan penuh keikhlasan. Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia). (An-Najm: 62) Yakni tunduklah kepada-Nya, ikhlaslah kepada-Nya, dan Esakanlah Dia. Imam Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Abdul Waris, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi ﷺ melakukan sujud (tilawah) karena membaca surat An-Najm dan ikut bersujudlah bersamanya kaum muslim, orang-orang musyrik, jin, dan manusia. Hadits diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari secara tunggal tanpa Imam Muslim. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Rabah, dari Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari Ikrimah ibnu Khalid, dari Ja'far ibnul Mutallib ibnu Abu Wada'ah, dari ayahnya yang menceritakan bahwa di Mekah Rasulullah ﷺ membaca surat An-Najm, maka beliau bersujud, dan bersujud pulalah orang-orang yang ada di dekatnya.
Tetapi Al-Mutallib mengangkat kepalanya dan tidak mau bersujud, saat itu ia masih belum masuk Islam. Setelah itu, maka Al-Mutallib (setelah masuk Islam) tidak sekali-kali mendengar seseorang membaca ayat sajdah surat An-Najm, melainkan ia ikut sujud bersama-sama dengan pembacanya. Imam An-Nasai telah meriwayatkan hadits ini di dalam Kitabus Shalat, dari Abdul Malik ibnu Abdul Hamid, dari Ahmad ibnu Hambal dengan sanad yang sama."
59-60. Wahai kaum kafir, bila kiamat memang akan datang, maka apakah kamu masih merasa heran terhadap pemberitaan ini, lalu menolak kebenarannya' Dan tidak hanya menolaknya, kamu bahkan terus menertawakan berita ini dan tidak menangis sebagaimana orang yang sepenuhnya percaya dan takut karena merasa belum cukup bekal untuk menghadapi hari itu. 61-62. Wahai kaum kafir, saat sedang menertawakan berita tentang kiamat itu kamu berada dalam keadaan lengah dan lalai dari kedatangannya dan siksa di dalamnya. Maka, demi keselamatanmu bersujudlah kepada Allah, patuhi ajaran-Nya, dan sembahlah Dia secara tulus, baik dengan ibadah yang diwajibkan maupun yang dianjurkan.
Ayat ini diungkapkan dalam bentuk pertanyaan, maksudnya: Apakah layak bagi kamu, sesudah keterangan yang jelas itu bahwa manusia merasa heran terhadap Al-Qur'an, sedang AlQur'an membawa petunjuk untuk kamu ke jalan yang benar dan menghantarkan kamu ke jalan yang lurus; atau kamu masih memandangnya rendah dengan mencemoohkan dan berpaling dari padanya. Al-Baihaqi dalam Kitab Syu'abul Iman meriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata, "Ketika turun firman Allah 'maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?" Ahli Suffah menangis sehingga mengalir air mata mereka ke pipi. Dan ketika Nabi Muhammad ﷺ melihat tangisan mereka beliau pun menangis, lalu kami menangis karena tangisan beliau, seraya berkata: Tidak akan masuk neraka orang-orang yang menangis karena takut kepada Allah dan tidak akan masuk surga orang-orang yang terusmenerus mengerjakan maksiat Dan kalaulah orang-orang tidak melakukan dosa sungguh Allah akan mendatangkan orang-orang yang berdosa, lalu mereka beristigfar, maka Allah mengampuni mereka. (Riwayat al-Baihaqi)
Kemudian Allah menyatakan kewajiban mengagungkan dan khusyu' ketika mendengar Al-Qur'an, sebagaimana firman Allah:
Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk. (al-Isra'/17: 109).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
PERINGATAN
Ayat 56
“Ini adalah peningatan dari peringatan-peringatan yang telah dahulu."
Artinya ialah bahwasanya peringatan keras atau ancaman yang diberikan oleh Nabi Muhammad ﷺ kepada umat yang beliau datangi kemudian, isinya tidaklah berbeda dengan peringatan-peringatan yang telah dibawa oleh nabi-nabi dan rasul-rasul yang datang sebelum beliau. Yaitu basyiran dan nadziiran. Basyiran berarti kabar gembira bagi barangsiapa yang taat dan patuh lalu dijanjikan akan hidup berbahagia dunia dan akhirat. Timbalannya ialah nadziiran yang berdiri ancaman bagi barangsiapa yang durhaka, itulah sebabnya maka sebelum sampai kepada ayat 56 ini diberi peringatan terlebih dahulu tentang nasib kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Nabi Nuh, dan kaum Nabi Luth. Semuanya terlebih dahulu telah diberi peringatan keras. Semoga dengan adanya peringatan kepada umat yang telah lalu itu maka umat Muhammad yang datang di belakang dan mengerti dan dapat pula memilih jalan yang diridhai oleh Allah.
Ayat 57
“Telah dekat hal yang dekat itu."
Hari yang telah dekat itu ialah hari Kiamat maka hari yang telah dekat itu, memang telah dekat. Dunia yang terpakai telah lama dari yang belum terpakai, tegasnya dunia itu sendiri telah tua.
Ayat 58
“Tidak ada baginya selain dari Allah yang akan membukakan."
Ayat ini menjelaskan bahwa penguasaan terhadap bila akan terjadi Kiamat itu, tidak ada orang yang mengetahui rahasianya, hatta Nabi ﷺ sendiri pun tidak tahu. Kunci rahasianya ada di dalam tangan Allah sendiri. Dia yang akan membuka kunci itu dan semua kita bersedia menunggunya. Walaupun mungkin kita yang sekarang tidak menghadapi Kiamat yang kubra, namun pasti kita akan menghadapi yang shughraa, yaitu maut!
Ayat 59
“Apakah dari sebab pembicanaan ini, kamu akan menasa tencengang?"
Akan tercengang terheran-heranlah kamu mendengar berita hari akan Kiamat itu? Terpesonakah kamu melihat matahari masih terbit setiap pagi dan terbenam setiap petang dan angin masih berembus, dan ombak masih berdebur di tepi pantai dan burung-burung masih bernyanyi? Mengapa engkau akan tercengang? Bukankah semuanya itu hal kecil belaka di hadapan Allah. Apabila Dia kehendaki, semuanya terjadi. Apabila Dia kehendaki, semuanya pun musnah. Apa pertahanan alam di hadapan Allah?
Ayat 60
“Dan kamu tertawa-tawa dan tiada kamu menangis."
Memang, apabila manusia hanya melihat tenangnya perjalanan alam ini, dia akan tertawa. Apatah lagi kalau usia sedang muda, badan sedang sehat dan tenaga masih penuh. Memang manusia akan tertawa melihat keindahan yang terbentang di hadapan matanya. Tetapi apakah tidak ada waktu baginya buat merenungkan lebih mendalam, bahwasanya kesehatan menunggu sakit, kemudaan menjelang tua.
Ayat 61
“Dan kamu melengah saja?"
Kamu lengah dan kamu lalai. Kamu lupa peredaran hidup bahwasanya tidak ada sesuatu yang kekal. Karena kelengahan itu, menurutlah kelalaian.
Apakah kamu menyangka bahwa kalau misalnya engkau berusia 70 tahun, bahwa umurmu panjang? Mengapa kamu salah menghitung. Bila usiamu telah sampai 70 atau 80 tahun, janganlah engkau lengah dan janganlah engkau lalai, yakinlah bahwa telah banyak usia itu terpakai. Setiap hari tidaklah ada orang yang bertambah umurnya, melainkan berkurang. Akhirnya tinggal sedikit dan sedikit lagi. Ketika diri telah terhampar di tempat tidur dan daya upaya tidak ada lagi, di waktu itulah engkau akan yakin bahwa persediaan telah habis. Itu adalah pasti. Oleh sebab itu di akhir surah datanglah peringatan Allah,
Ayat 62
“Maka bensujudlah kepada Allah dan menyembahlah."
Tunduklah kepada Allah dan yakinilah bahwa dari Dia engkau datang dan kepada-Nya
“Tuhanku! Tidak ada tempat bernaung dan tidak ada tempat melepaskan diri daripada-Mu, melainkan kepada Engkau jua
Menurut keterangan dari Bukhari, perawi hadits yang terkenal dari riwayat Ikrimah, dari ibnu Abbas, setelah sampai ujung surah ini, yang isinya menyuruh sujud, maka sujudlah bersama-sama dengan Nabi ﷺ segala orang yang hadir, baik orang Islam ataupun orang yang masih musyrik, baik jin ataupun manusia, semuanya sama bersujud. Orang musyrik ada yang turut sujud karena terpengaruh oleh bunyi susunan ayat dan sangat halusnya sastra ayat yang dibaca, sehingga dengan tidak sadar mereka pun turut sujud. Sampai al-Walid bin al-Mughirah yang masih musyrik mengambil sekepal tanah dengan tangannya, lalu bersujud di atas tanah itu.
Akan tetapi oleh karena orang-orang yang belum Islam pun ada yang turut sujud ketika sampai di akhir ayat ini, timbullah khayat bagi orang-orang yang hendak mengacau Islam. Mereka meriwayatkan bahwasanya sesampai kepada ayat,
“Apakah kamu melihat al-Laata dan al-'Uzza, dan Manaata ketiga yang lain." (an-Najm: 19-20)
Sampai pada ujung ayat itu, menurut riwayat yang mereka perbuat, teringatlah oleh Nabi Muhammad ﷺ menambah bunyi ayat itu dengan yang tidak diwahyukan oleh Allah karena beliau ingin sekali supaya suka hati kaum musyrikin itu mendengarkan ayat yang dia baca. Tambahan yang timbul dari Nabi ﷺ itu ialah
“Inilah gharaaniq yang pertama dan syafa'atnya sangat diharapkan."
Dalam satu riwayat dikatakan bahwasanya setan mengajarkan itu kepada Nabi, dengan menjatuhkan tambahan itu kepada lidah beliau. Kata setengah riwayat lagi, Nabi ﷺ sangat menginginkan hendaknya ada ayat yang dapat menarik kaumnya, yang membuat mereka merasa dekat kepadanya. Menurut riwayat lain lagi, bahwa Nabi mengharap agar jangan hendaknya turun ayat yang menyebabkan kaumnya tidak senang kepadanya.
Dalam riwayat itu dikatakan bahwa tidak berapa lama kemudian, Malaikat Jibril pun datang kepada Nabi lalu Nabi membacakan ayat yang baru turun itu, disertai tambahan yang ditambahkannya itu. Maka mendengar tambahan itu, Jibril menyatakan bahwa beliau tidak ada membawa tambahan tersebut, mengapa telah ada saja tambahannya. Lalu bersedih hatilah Nabi ﷺ karena tambahan itu. Maka untuk mengobat hati Nabi yang kecewa itu, datanglah ayat Allah,
“Dan tidaklah mengutus Kami akan seorang Rasul dan tidak pula seorang Nabi, melainkan apabila dia telah mengangankan sesuatu maka setan pun menetapkan dalam angan-angannya itu. Maka dihapuskan Allah-lah apa yang diletakkan oleh setan itu, kemudian meneguhkan Allah akan ayat-ayat-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (al-Hajj: 52)
Apabila pengetahuan kita tentang perjuangan Nabi kita Muhammad ﷺ hanya se-paruh-separuh, apabila kita tidak mempelajari perjuangan beliau sejak semula sampai terakhir, mungkin bisa saja kita menerima keterangan itu. Padahal berpuluh ayat yang lain mengatakan bahwa pendirian Nabi adalah teguh memegang tauhid, teguh menentang syirik, teguh menentang kepercayaan kepada berhala. Dan di dalam ayat yang lain pula, sebagaimana telah kita maklumi, kalau kiranya Nabi berani menambah-nambah saja ayat Allah dengan kemauannya sendiri, hukum Allah akan mengejar dia sampai ke ujung jantungnya. Lehernya akan dipotong dan hukum Allah akan mengenai jantungnya sendiri.
Sekarang tersebut bahwa setelah ayat dari surah al-Hajj itu turun, barulah Nabi Muhammad ﷺ hilang kesedihan hatinya. Karena keterlan-juran beliau menambah ayat tadi.
Al-Qadhi Iyadh pengarang sejarah Nabi Muhammad ﷺ yang bernama asy-Syiffaa, menolak dengan keras penafsiran ini. Pertama beliau tolak karena riwayat itu sendiri kacau. Satu kali diriwayatkan tambahan itu,
“Itulah gharaniq yang amat tinggi dan sesungguhnya syafa'atnya sangat diharap."
Dan satu kali diriwayatkan lagi “turtadhaa", bukan “turtajaa". Dan artinya pun sudah berlainan. Turtadhaa berarti diridhai, turtajaa berarti yang diharap.
Riwayat yang lain pula tertulis,
“Dan .sesungguhnya dia adalah beserta gharaniq yang tinggi."
Dan yang lain lagi ditulis jili “al-gharaaniqatul ‘ulaa".
Setelah menerangkan riwayat yang ber-kacau itu, sehingga pengertian satu demi satu jadi berbeda maknanya dan tidak ada orang dapat menyatakan mana yang lebih kuat, berkatalah Qadhi Iyadh:
“Ketahuilah olehmu, semoga Allah memberikan kemuliaan kepada kamu bahwasanya kita terhadap penafsiran ini semua merasakan kemusykilan atas hadits ini ada dua hal. Pertama tentang lemah pokok ambilannya, kedua karena tidak dapat menerimanya. Dan hendaklah engkau ketahui bahwasanya hadits ini tidak pernah dikeluarkan oleh seorang jua pun dari ahli-ahli hadits yang diketahui shahih riwayatnya, tidak ada seorang perawi hadits yang dipercaya yang pernah merawikannya dengan sanad yang baik dan dapat diterima. Hal ini cuma dirawikan oleh penafsir-pe-nafsir dan ahli-ahli sejarah yang suka sekali mengumpul-ngumpul kata kacau balau yang didapatnya dalam catatan, baik pun perkataan yang dikumpulkan itu perkataan yang benar masuk akal, atau perkataan yang saqiim, tidak ada harga samasekali. Maka apa yang pernah dikatakan oleh al-Qadhi Bakr Ibnu al-Maliki adalah benar.
Beliau berkata, “Orang telah disesatkan oleh setengah penafsir yang memperturutkan hawa nafsunya saja, yang orang-orang yang mengingkari agama suka sekali memegang perkataan itu, meskipun pemindahannya amat dhaif (lemah) dan riwayatnya berkacau dan isnadnya terputus-putus sehingga tidak dapat dipegang dan berbeda-beda susun kalimatnya. Ada yang mengatakan bahwa wahyu ini turun ketika beliau ﷺ sedang shalat. Yang lain meriwayatkan bahwa hal itu datang ketika beliau ﷺ berada bersama-sama kaumnya, yang ketika itu surah ini turun. Ada pula yang mengatakan bahwa ayat itu ditambahnya ketika dia sangat mengantuk. Ada pula yang mengatakan bahwa hal itu mulanya diingatnya, kemudian beliau lupa. Yang lain mengatakan bahwa ketika itu setan hinggap kepada lidah beliau ﷺ lalu setan itulah yang berkata lalu ditolak oleh Jibril dengan mengatakan bukan begitu ayat itu aku turunkan kepada kamu. Dan yang lain mengatakan bahwa setan sendiri yang mengajarkan kepada Nabi, tetapi setelah dia baca, beliau pun menambah, bukan begitu aku terima dari Jibril. Dan ada lagi riwayat-riwayat lain yang berbeda-beda. Dan lagi, kalau ada ahli-ahli tafsir atau tabi'in yang membawakan riwayat ini, tidak ada yang menjelaskan dari siapa sanadnya dia terima. Dan yang terbanyak dari riwayat itu adalah dhaif dan lemah. Ada hadits yang marfu' padanya, diterima dari Syu'bah dan Abu Bisyr dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas, yang setelah saya selidiki dengan saksama, ternyata bahwa beliau sendiri pun ragu tentang nilai hadits ini.
Abu Bakar al-Bazaar perawi hadits terkenal berkata, “Tidak pernah kita mengetahui bahwa Haditsini dirawikan dari Nabi dengan isnad yang muttashil." (Muttashil artinya hubungan riwayat yang tidak terputus-putus.]
Adapun dalam hadits yang shahih, sebagai disebutkan oleh Bukhari yang kita salinkan tadi ialah bahwa setelah surah ini ditutup dengan seruan supaya bersujud, semua orang pun sujud, baik yang telah mengakui Islam atau yang masih musyrik, baik jin ataupun manusia.
Dan selesai penafsiran surah an-Najm.