Ayat
Terjemahan Per Kata
وَثَمُودَاْ
dan kaum Tsamud
فَمَآ
maka tidak
أَبۡقَىٰ
Dia tertinggal
وَثَمُودَاْ
dan kaum Tsamud
فَمَآ
maka tidak
أَبۡقَىٰ
Dia tertinggal
Terjemahan
dan (kaum) Samud. Tidak seorang pun ditinggalkan-Nya (hidup).
Tafsir
(Dan kaum Tsamud) jika dibaca Sharf, dengan memakai Tanwin berarti nama kakek moyang, bila dibaca dengan tidak memakai Tanwin berarti nama suatu kabilah, berarti di'athafkan kepada lafal Ad. (Maka tidak seorang pun yang ditinggalkan) hidup; maksudnya tiada seorang pun di antara mereka yang dibiarkan hidup oleh-Nya.
Tafsir Surat An-Najm: 42-55
Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu), dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan, dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan. Dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati), dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan, dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi'ra, dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum Ad yang pertama, dan kaum Tsamud.
Maka tidak seorang pun yang ditinggalkan-Nya (hidup). Dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zalim dan paling durhaka, dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah, lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. Maka terhadap nikmat Tuhanmu yang manakah kamu ragu-ragu? Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm: 42) Yakni dikembalikan di hari kiamat nanti. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Khalid, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Amr ibnu Maimun Al-Audi yang menceritakan bahwa Mu'az ibnu Jabal berdiri di antara kami, lalu berkata, "Wahai Bani Aud, sesungguhnya aku adalah utusan Rasulullah ﷺ kepada kalian, kalian harus mengetahui bahwa kita semua akan dikembalikan kepada Allah; adakalanya ke surga atau ke neraka." Al-Baghawi telah meriwayatkan melalui Abu Ja'far Ar-Razi, dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b, dari Nabi ﷺ sehubungan dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm: 42) Maka Nabi ﷺ bersabda: Tidak boleh memikirkan tentang Tuhan.
Al-Baghawi mengatakan bahwa ini merupakan kesamaan dari apa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu 'yang hadisnya menyebutkan: Pikirkanlah tentang makhluk dan janganlah kalian memikirkan tentang Khaliq (Pencipta), karena sesunguhnya Dia tidak dapat diliput oleh pemikiran. Demikianlah menurut apa yang dikemukakan oleh Al-Baghawi, tetapi tidak dikenal bunyi teks seperti ini, dan yang terdapat di dalam kitab shahih bunyinya hanyalah seperti berikut: Setan datang kepada seseorang di antara kalian, lalu mengatakan (membisikkan kepadanya), "Siapakah yang menciptakan ini dan siapakah yang menciptakan ini? Hingga akhirnya setan mengatakan, "Siapakah yang menciptakan Tuhanmu? Apabila sampai kepada seseorang di antara kalian hal tersebut, hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dan menghentikannya.
Di dalam hadits lain yang terdapat di dalam kitab-kitab sunan disebutkan seperti berikut: Pikirkanlah tentang makhluk Allah dan janganlah kamu memikirkan tentang Zat Allah, karena sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan seorang malaikat yang besar antara bagian bawah telinganya sampai pundaknya sama dengan jarak perjalanan tiga ratus tahun. Atau hal yang semakna dengan sabda Nabi ﷺ Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis. (An-Najm: 43) Yakni Dia menciptakan hamba-hamba-Nya dapat tertawa dan menangis, juga menciptakan penyebab keduanya; keduanya merupakan sikap yang bertentangan. dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan. (An-Najm: 44) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Yang menjadikan mati dan hidup. (Al-Mulk: 2) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: .
dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani, apabila dipancarkan. (An-Najm: 45-46) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia dahulu setetes air mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi 'alaqah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (Al-Qiyamah: 36-40) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati). (An-Najm: 47) Yakni sebagaimana Dia menciptakan makhluk pada yang pertama kali, maka Dia mampu pula mengembalikannya menjadi hidup kembali sesudah matinya dalam ciptaan yang baru di hari kiamat nanti.
dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan. (An-Najm: 48) Dia memilikkan kepada hamba-hamba-Nya harta benda, dan menjadikannya sebagai modal mereka yang ada di tangan mereka tanpa memerlukan mereka memperjualbelikannya; dan ini merupakan kelengkapan dari nikmat Allah subhanahu wa ta’ala yang diberikan kepada mereka. Banyak kalangan ulama tafsir yang mengartikan makna ayat ini, antara lain Abu Saleh, Ibnu Jarir, dan selain keduanya. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa makna agna ialah memberikan harta, sedangkan aqna ialah memberikan pelayan.
Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah. Ibnu Abbas dan juga Mujahid mengatakan bahwa agna artinya memberi, sedangkan aqna artinya memuaskan. Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah Mahakaya diriNya dan menjadikan semua makhluk berhajat kepada-Nya. Demikianlah menurut pendapat Al-Hadrami ibnu Lahiq. Menurut pendapat yang lain, Allah memperkaya siapa yang dikehendaki-Nya dari kalangan makhlukNya dan menjadikan miskin siapa yang dikehendaki-Nya dari mereka.
Demikianlah menurut Ibnu Zaid yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, tetapi kedua pendapat terakhir jauh dari kebenaran bila di tinjau dari segi pengertian lafaznya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang syi'ra. (An-Najm: 49) Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya mengatakan bahwa bintang yang dimaksud adalah bintang yang cahayanya cemerlang, yang juga dikenal dengan nama Mirzamul Jauza (Venus) yang oleh segolongan orang Arab Badui disembah-sembah (di masa Jahiliahnya). dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Ad yang pertama. (An-Najm: 50) Mereka adalah kaum Nabi Hud, yang juga dikenal dengan nama 'Ad ibnu Iram ibnu Sam ibnu Nuh, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: .
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Ad?, (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. (Al-Fajr: 6-8) Mereka termasuk manusia yang keras lagi kuat dan paling menentang kepada Allah dan rasul-Nya, maka Allah membinasakan mereka. dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. (Al-Haqqah: 6-7) Yakni berturut-turut tanpa henti-hentinya selama tujuh malam delapan hari.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan kaum Tsamud. Maka tidak seorang pun yang ditinggalkan-Nya (hidup). (An-Najm: 51) Allah binasakan mereka semua, tanpa ada seorang pun dari mereka yang tersisa. Dan kaum Nuh sebelum itu. (An-Najm: 52) Yaitu sebelum kaum Tsamud. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zalim dan paling durhaka. (An-Najm: 52) Yakni sangat pendurhaka, lebih keras daripada orang-orang yang sesudah mereka. dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah. (An-Najm: 53) Yakni kota-kota yang dihuni oleh kaum Luth. Allah membalikkan kota-kota itu di atas mereka dan menjadikan bagian bawahnya berada di atas mereka, dan Allah menghujani mereka bertubi-tubi dengan batu-batu dari tanah yang terbakar.
Karena itulah maka dalam firman berikutnya disebutkan: lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. (An-Najm: 54) Maksudnya, batu-batuan yang ditimpakan kepada mereka. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu), maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang telah diberi peringatan itu. (Asy-Syu'ara: 173) Qatadah mengatakan bahwa penduduk kota-kota negeri kaum Luth seluruhnya berjumlah empat juta orang, lalu lembah tempat mereka berada menyemburkan api dan mengalirkan minyak mentah dan aspal (ter) yang membakar mereka seperti halnya pemanggangan roti membakar roti.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang sama dari ayahnya, dari Muhammad ibnu Wahb ibnu Atiyyah, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Khulaid, dari Qatadah dengan lafal yang sama. Tetapi riwayat ini gharib sekali. Firman Allah.subhanahu wa ta’ala: Maka terhadap nikmat Tuhanmu yang manakah kamu ragu-ragu? (An-Najm: 55) Yaitu nikmat Allah yang manakah yang kamu ragukan, wahai manusia? Demikianlah menurut Qatadah. Ibnu Juraij mengatakan bahwa firman-Nya: Maka terhadap nikmat Tuhanmu yang manakah kamu ragu-ragu? (An-Najm: 55) ditujukan kepada Nabi Muhammad ﷺ Akan tetapi, pendapat yang pertamalah yang utama, dan menjadi pilihan Ibnu Jarir."
50-51. Setelah menjelaskan ajaran dan tuntunan Allah dalam suhuf Nabi Ibrahim dan Musa, pada ayat ini Allah menyebut azab yang telah ditimpakan-Nya kepada umat-umat masa lalu. Dan diterangkan bahwa sesungguhnya Dialah yang telah membinasakan umat Nabi Hud, yakni kaum 'Ad pada zaman dahulu kala, dan Allah pula yang telah membinasakan kaum Samud, umat Nabi Saleh. Karena kafir, mereka semua dibinasakan dan tidak seorang pun yang ditinggalkan-Nya dalam keadaan hidup. 52. dan karena keingkarannya pula kaum Nabi Nuh dibinasakan sebelum itu. Sungguh, mereka adalah orang-orang yang paling zalim dan paling durhaka dibanding kedua umat sebelumnya, 'Ad dan Samud.
Allah membinasakan kaum Samud dan tidak membiarkan mereka hidup, bahkan mereka disiksa dengan azab Tuhan yang sangat dahsyat, dalam ayat yang bersamaan maksudnya Allah berfirman:
Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka? (al-haqqah/69: 8).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KEKUASAAN ALLAH MAHALUAS
Ayat 43
“Dan sesungguhnya Dia adalah yang membuat onang tertawa dan menangis."
Kegembiraan dan kesedihan tidaklah akan terlepas daripada kehidupan manusia. Ada masanya kita tertawa-tawa, terbahak-bahak karena mendapat suatu hal yang menggembirakan hati. Dan dengan tidak disangka-sangka dalam sangat gembira itu, ada saja hal yang menyebabkan hati sedih dan kita menangis. Tersebut dalam pepatah orang Melayu, “Mujur sepanjang hari, sedih sekejap mata" Kadang-kadang kesusahan itu sendiri mengandung kegembiraan dan begitu juga sebaliknya. Ada pula kegembiraan yang amat mengharukan.
Kita lihat dua orang tua, ayah dan bunda bersyukur kepada Allah karena perkawinan anaknya sudah berlangsung, ijab dan kabul sudah selesai. Dia gembira, sehingga dari sangat gembiranya dia pun menangis. Sebab itu dapatlah dipahamkan lebih dalam ayat yang berbunyi,
“Maka sesungguhnya beserta dengan kesukaran itu, di sanalah terletak kemudahan. Sesungguhnya beserta dengan kesukaran itu, di sanalah terletak kemudahan" (al-Insyiraah: 5-6)
Yang mengatur itu semuanya ialah Allah. Lantaran itu kita diajar supaya jangan terlalu gembira jika datang yang menyenangkan hati, melainkan bersyukur kepada Allah. Dan jangan terlalu bersedih jika datang yang mendukakan hati karena kerapkali di dalam kedukaan yang mendalam itu terletak rahasia dari kemenangan hidup.
Ayat 44
“Dan sesungguhnya Dialah yang mematikan dan menghidupkan."
Dalam ayat ini didahulukan mematikan, kemudian baru disebut yang menghidupkan. Ini sesuai dengan ayat 2 dari surah al-Mulk, bahwa Allah itu menciptakan mati dan hidup, karena akan menguji manusia siapa di antara mereka yang sanggup berbuat kebajikan di dalam hidup ini. Dalam kehidupan sehari-hari memang lebih dahulu tertawa daripada menangis, namun di dalam soal kehidupan ini, manusia kerapkali lalai memerhatikan bahwa dia pasti mati, karena asyiknya kepada kehidupan. Manusia itu pada umumnya memang asyik dan terpesona oleh hidup, sehingga dia pun lupa kepada maut, atau takut mengingat maut. Padahal, meskipun kita lupa kepadanya, namun dia tidak lupa kepada kita. Meskipun kita takut kepadanya, namun perjalanan hidup kita selalu mengejak dia, menempuh dia.
Di dalam buku yang saya karang pada tahun 1938, bernama Tasawuf Modern, telah saya uraikan panjang lebar, mengapa manusia takut menghadapi maut? Padahal maut itu pasti akan dihadapinya? Apakah takut karena amal ibadah berkurang-kurang? Maka kalau amal ibadah sudah dipenuhi, apakah lagi yang ditakutkan? Ada setengah orang mengatakan bahwa mati itu sangat sakit. Sebenarnya kalau maut sudah mulai meliputi badan, segala perasaan tidak ada lagi. Yang menyebabkan enggan mati sebenarnya ialah karena hati telah terpaut kepada dunia, ke arah rumah yang bagus, kepada kendaraan yang megah, kepada istri yang cantik, atau suami yang tampan.
Tetapi kalau hati orang kecewa dengan segala kemegahan dunia itu, kalau utangnya tidak terbayar, kalau istri yang cantik meng-khianati dia, kalau suami yang tampan membelok kepada yang lain, tidak sedikit orang yang bosan, putus asa dan benci kepada hidup mi sendiri, lalu merasa sempit dunia ini dan mau saja mati. Sebab itu dengan ayat-ayat ini kita diberi didikan memulangkan segala urusan kepada Allah dan percaya bahwasanya Allah yang memberikan maut itu dan Allah pula yang memberikan hidup. Dan sementara hidup di dunia ini kita disuruh bersedia menginsafi bahwasanya pasti suatu waktu dunia akan kita tinggalkan dan apabila telah pergi dari sini, kita tidak akan kembali kemari lagi. Pada kedatangan yang hanya sekali ini, marilah kita isi anugerah Allah ini, dalam kehidupan ini, dengan sebaik-baik pengisian.
Ayat 45
“Dan sesungguhnya Dia adalah yang menciptakan pasangan, laki-laki dan penempuan."
Dan semua yang ada ini pun diberi Allah pasangan; awal berpasangan dengan akhir, lahir berpasangan dengan batin, tinggi berpasangan dengan rendah, hina berpasangan dengan mulia, lemah berpasangan dengan kuat, sedih berpasangan dengan gembira, jauh berpasangan dengan dekat. Itulah alam, semuanya serba dua. Hanya Allah saja yang Esa.
Itu pun kalau hendak dipasangkan juga dapat kita lakukan. Bukankah Khaliq itu mempunyai makhluk? Pencipta mengadakan yang dicipta?
Bagaimana kejadian manusia dari pasangan laki-laki dan perempuan itu?
Ayat 46
“Daiipada nuthfah apabila dia menimbulkan mani."
Nuthfah ialah perpaduan di antara dua mani, dari yang laki-laki dan dari yang perempuan. Dia keluar dari shulbi laki-laki dan taraib perempuan. Setelah kedua macam mani itu berpadu, itulah yang dinamai nuthfah. Setelah empat puluh hari dia berpadu dinamai nuthfah, yaitu gabungan jadi satu dari dua macam mani, maka dia pun menjelmalah menjadi ‘alaqah, yaitu darah segumpal. Dan setelah empat puluh hari jadi ‘alaqah. dia pun berpadu menjadi mudhghah!
Ayat 47
“Dan sesungguhnya atas-Nyaiak kemunculan yang lain lagi “
Yaitu bahwasanya sesudah dalam dunia ini manusia diciptakan oleh Allah melalui cara yang tersebut itu, kumpulan mani menjadi nuthfah, lalu jadi ‘alaqah, dan lalu jadi mudhghah, kemudian itu lahir ke dunia, paling akhir ialah mati. Mati adalah akhir hidup di dunia, dinamai hidup yang fana. Kemudian jenazah jasmani ini akan dikuburkan; tetapi kelak akan dimunculkan lagi dalam peraturan yang lain pula pada hidup yang kedua kali, hidup yang baqaa itulah kehidupan akhirat. Itulah artinya bahwa atas-Nyalah, yaitu atas kehendak Allah kemunculan yang lain lagi di hari akhirat.
Ayat 48
“Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan kaya dan membeli kecukupan."
Ayat ini mengandung hikmah yang besar sekali. Di sini diterangkan bahwa Dia, Allah Yang Mahakuasa memberikan kekayaan kepada hamba-Nya. Maka adalah hamba Allah itu yang menerima kekayaan pemberian Allah itu dengan bersyukur dan merasa cukup, tenteramlah hidupnya dengan pemberian Allah, dan itulah kekayaan yang sejati.
Tetapi ada juga hamba Allah yang diberi kekayaan, namun dia belum juga merasa cukup dengan anugerah Ilahi yang telah ada, dia masih mengomel dan mengeluh, mengapa cuma sebegini saja. Apabila dia telah diberi kekayaan misalnya suatu lembah daripada emas, dia meminta lagi agar diberi satu lembah emas lagi, dua lembah emas lagi. Padahal dalam perjalanan hidup yang sangat terbatas di dunia ini, kesudahan daripada perjalanan mencari emas tiga empat lembah itu, akhirnya dia akan mendapat tanah hanyalah seukuran panjang badannya untuk menjadi kuburannya.
Oleh sebab itu diberi ingatlah manusia kembali bahwa kekayaan yang sejati ialah merasa cukup dengan apa yang dikaruniakan Allah. Bersyukur atas apa yang telah diterima dan bersabar menerima apa yang ada itu, jangan mengeluh dan tetaplah ingat kepada Allah yang kekuasaan-Nya meliputi akan seluruh alam, baik yang paling dekat ataupun yang paling jauh.
Ayat 49
“Dan sesungguhnya Dialah Tuhan dari bintang Syi'naa"
Bintang Syi'raa adalah bintang yang terlalu tinggi tempatnya, di al-jauzaak, langit yang teramat tinggi, sehingga ukuran perjalanan ke sana sudah menghitung perjalanan cahaya belaka. Ratusan ribuan tahun perjalanan cahaya barulah perhitungan akan sampai ke sana. Adapun manusianya sendiri tidak ada yang akan sampai ke sana karena usia manusia paling banyak hanya sampai 100 tahun. Dan kalau sudah sampai 100 tahun, tidaklah akan sanggup kena embusan angin lagi. Perjalanan cahaya, menurut kata ahli, adalah 180.000 mil dalam satu detik. Kalaupun manusia mendapat alat teknologi, sehingga dengan alat itu manusia sanggup mengembara di ruang angkasa 100 tahun, tidak juga manusia akan sampai kepada bintang Syi'raa itu. Sebab dalam ukuran perjalanan cahaya, jauhnya ke bintang Syi'raa itu adalah kira-kira 175.000 (seratus tujuh puluh lima ribu] tabun. Jadi kalau manusia pergi ke bintang Syi'raa dengan suatu alat yang dapat menempuh jarak cahaya, yaitu 180.000 mil dalam satu detik, manusia yang hendak pergi ke bintang Syi'raa harus mempunyai umur sekurang-kurangnya
(3) tahun dan beristirahat di bintang Syi'raa itu barang satu hari saja.
Bintang Syi'raa itu pun disembah, di-tuhankan oleh setengah bangsa Arab. Hal yang demikian hanya dapat diperkatakan dalam perhitungan dan tidak ada seorang manusia pun yang berusia sampai 350.000 tahun.
Maka dalam ayat ini Allah memberi ingat kepada manusia bahwasanya bintang Syi'raa yang begitu jauhnya dari bumi dan berjuta-juta bintang yang lain pun, ada yang lebih jauh lagi letaknya dari bintang Syi'raa itu. Semua bintang itu, Tuhannya adalah Allah jua. Semua jauh dari jangkauan kita, hanya ada dalam perhitungan kita, namun yang mengatur semuanya ialah Allah Yang Maha Esa jua!
Ayat 50
“Dan sesungguhnya Dialah yang telah membinasakan ‘Ad yang pentama."
Bintang Syi'raa adalah ruang yang jauh dari bumi, sedang kaum ‘Ad adalah waktu yang zamannya telah lampau. Yang tinggal hanya bekas ceritanya.
Kaum ‘Ad yang diutus Nabi Huud kepada merekamembawaseruantauhid, namun mereka ingkari dan mereka tidak mau percaya, bahkan mereka menentang Allah. Maka datanglah siksaan yang ngeri dari Allah. Di dalam surah al-Haaqqah ayat 6 dan ayat 7 dijelaskan bahwa kaum ‘Ad itu dibinasakan Allah dengan angin puting beliung yang hebat sekali, menghancurleburkan, mengisarhancurkan kaum itu dalam masa tujuh malam dan delapan hari, hingga hancur dan rata dengan bumi.
Ayat 51
“Dan Tsamud tnaka tidaklah ada yang dia tinggalkan."
Kepada kaum Tsamud itu Allah telah mengutus Nabi Shalih. Mereka pun ingkar, tidak mau percaya. Dari 140.000 penduduk, hanya 70.000 yang beriman, sedang yang
(4) lagi menentang sampai mereka sembelih unta Allah yang telah dimunculkan Allah ke dunia sebagai mukjizat bagi Nabi Shalih. Mereka dustakan seruan itu semuanya, sehingga mereka pun dihancur-musnahkan dengan adzab siksaan jua. Datang penyakit yang sangat dahsyat dalam masa tiga hari, di hari yang keempat terdengar bunyi yang sangat keras, sehingga tidak tahan jantung mereka mendengar bunyi itu, lalu hancur berkeping semuanya.
Maka tidaklah mereka kekal. Tidaklah tercapai apa yang biasa disemboyankan oleh suatu bangsa bahwa mereka akan bebas merdeka yang kekal abadi, melainkan runtuh dari kemegahannya sehingga kemudian hanya jadi cerita saja dari anak cucu yang datang di belakang. Nabi kita Muhammad ﷺ pernah dalam suatu perjalanan kafilah menghadapi satu peperangan, melintas di tempat bekas kaum Tsamud itu. Nabi menceritakan kepada sahabat bahwa di sinilah tempatnya. Di sana bertemu air tergenang, telah beribu tahun. Nabi ﷺ melarang mengambil air di sana dan meminumnya.
Ayat 52
“Dan kaum Nuh dari sebelum itu."
Diperingatkan lagi tentang kaum Nabi Nuh, yang kejadiannya lama sebelum kejadian pada ‘Ad dan Tsamud, malahan menurut riwayat kaum Nuh itu masih dekat kepada zaman Adam, manusia masih lengang dalam dunia ini.
“Maka adalah dia itu sangat aniaya dan durhaka."
Maka seluruh negeri yang telah ada di zaman Nabi Nuh, semuanya ditenggelamkan dalam lautan, pada masa yang terkenal dengan Kiamat Nabi Nuh atau Topan Nabi Nuh. Dan semuanya telah diceritakan lebih terperinci di dalam surah-surah yang lain, terutama surah Huud, dari ayat 25 sampai ayat 48.
Ayat 53
“Dan kota yang dihancurkan, Dia rubuhkan."
Kota yang dihancurkan dan dirubuhkan oleh Allah itu ialah negerinya Nabi Luth. Karena sudah bersimaharajalela pula kemesuman dalam negeri itu, yaitu penyakit akhlak yang buruk sekali. Orang tidak bersyahwat lagi menghadapi perempuan, laki-laki lebih suka bersetubuh dengan laki-laki. Datang murka Allah, dihancurkan pula negeri itu, ditung-gang-balikkan, sehingga yang sebelah atas dibalikkan menjadi sebelah bawah, dan penduduknya menjadi remuk semua.
Ayat 54
“Maka menutupilah akan dia apa yang menutupi."
Yaitu setelah negeri itu ditunggang-balik-kan, didatangkanlah hujan abu maka habislah tertimbun penduduk negeri itu; “menutupi akan dia apa yang menutupipasir dan tanah liatlah yang menutupi mereka, sehingga tidak ada lagi sisa yang hidup.
Kemudian itu datanglah pertanyaan Allah,
Ayat 55
“Maka karunia Tuhan engkau yang manakah lagi yang hendak engkau bantah?"
Ayat ini adalah peringatan agar direnungkan oleh kaum Quraisy yang didatangi oleh Muhammad Rasulullah ﷺ. Berbagai seruan telah beliau sampaikan, ada basyiran yaitu kabar berita yang menyenangkan dan menggembirakan dan ada pula nadziiran, yaitu ancaman bagi yangtidakmau mengerti. Mereka pun membantah, mereka pun mengingkari, namun Allah tidak memberi mereka siksaan seperti yang diterima oleh kaum yang dahulu itu, baik sAd ataupun Tsamud, baik kaum Nabi Nuh ataupun kaum Nabi Luth. Itu saja pun sudah nikmat dari Allah yang tidak kamu bantah lagi.
Malahan kemudiannya ketika terpaksa terjadi Peperangan Badar, segala pemuka Quraisy itu mati hancur dalam Peperangan Badar, termasuk Abu Jahal dan paman Nabi sendiri Abu Lahab mati karena sangat terkejut mendengar kekalahan kaumnya yang menentang Nabi ﷺ itu di Peperangan Badar. Namun siksaan seperti yang diterima umat yang dahulu itu tidak lagi dijalankan, bahkan pernah Nabi Muhammad ﷺ menyatakan penghargaan bahwa kalau ayah-ayahnya tidak mau menerima Islam, semoga anak-anak keturunan mereka akan menerimanya jua.