Ayat
Terjemahan Per Kata
أَمۡ
ataukah/apakah
لَهُ
bagi-Nya
ٱلۡبَنَٰتُ
anak-anak perempuan
وَلَكُمُ
dan bagimu
ٱلۡبَنُونَ
anak-anak laki-laki
أَمۡ
ataukah/apakah
لَهُ
bagi-Nya
ٱلۡبَنَٰتُ
anak-anak perempuan
وَلَكُمُ
dan bagimu
ٱلۡبَنُونَ
anak-anak laki-laki
Terjemahan
Apakah (pantas) bagi-Nya anak-anak perempuan, sedangkan untuk kamu anak-anak laki-laki?
Tafsir
("Ataukah untuk Allah anak-anak perempuan) sesuai dengan tuduhan kalian (dan untuk kalian anak-anak laki-laki?) Maha Tinggi Allah dari segala apa yang mereka duga itu.
Tafsir Surat Ath-Thur: 35-43
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa? Ataukah mereka mempunyai tangga (ke langit) untuk mendengarkan pada tangga itu (hal-hal yang gaib)? Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka mendatangkan suatu keterangan yang nyata. Ataukah untuk Allah anak-anak perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki? Ataukah kamu meminta upah kepada mereka sehingga mereka dibebani dengan utang? Apakah ada pada sisi mereka pengetahuan tentang yang gaib, lalu mereka menuliskannya? Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu, merekalah yang kena tipu daya.
Ataukah mereka mempunyai tuhan selain Allah. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Semua pertanyaan yang disebutkan di atas untuk membuktikan bahwa Dialah Tuhan seru sekalian alam dan Dialah Yang Maha Esa. Untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (Ath-Thur: 35) Yakni apakah mereka ada dengan begitu saja tanpa ada yang menciptakan? Ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri? Yakni tidaklah demikian keadaannya, bahkan Allah-lah Yang Menciptakan dan yang mengadakan mereka dari tiada.
Imam Al-Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Humaidi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Az-Zuhri, dari Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi ﷺ dalam shalat Magribnya membaca surat Ath-Thur; dan ketika sampai pada ayat ini, yaitu firman-Nya: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa? (Ath-Thur: 35-37) Hampir saja hatiku (jantungku) copot.
Hadits ini diketengahkan di dalam kitab Shahihain melalui berbagai jalur dari Az-Zuhri dengan sanad yang sama. Dan Jubair ibnu Mut'im datang kepada Nabi ﷺ sesudah Perang Badar untuk menebus para tawanan, saat itu ia masih musyrik. Ayat-ayat inilah yang ia dengar dari Nabi ﷺ dan menjadi salah satu faktor yang mendorongnya untuk masuk Islam sesudahnya. Selanjutnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (Ath-Thur: 36) Yakni apakah mereka yang menciptakan langit dan bumi? Ini merupakan reaksi dari keingkaran mereka yang mempersekutukan Allah subhanahu wa ta’ala, padahal mereka mengetahui bahwa hanya Dialah semata Yang Menciptakan semuanya, tiada sekutu bagi-Nya. Akan tetapi, ketidakyakinan merekalah yang mendorong mereka tetap pada kemusyrikannya.
Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa:' (Ath-Thur: 37) Yaitu apakah mereka yang mengatur kerajaan (dunia) ini dan di tangan kekuasaan mereka terletak semua kunci perbendaharaannya? atau merekakah yang berkuasa? (Ath-Thur: 37) Yakni yang menghisab semua makhluk? Sebenarnya tidaklah demikian, bahkan di tangan kekuasaan-Nyalah kerajaan ini, Dialah Yang Merajai, Yang Mengatur, lagi Yang Maha Berbuat terhadap apa yang dikehendakiNya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Ataukah mereka mempunyai tangga (ke langit) untuk mendengarkan pada tangga itu. (Ath-Thur: 38) Yakni tangga naik ke alam atas, untuk mendengarkan hal-hal yang gaib? Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka mendatangkan suatu keterangan yang nyata. (Ath-Thur: 38) Maka hendaklah orang yang mendengar dari mereka mendatangkan alasan-alasannya secara jelas untuk membuktikan kebenaran perbuatan dan ucapan mereka itu.
Dengan kata lain, mereka pasti tidak mempunyai jalan ke arah itu karena mereka tidak berada pada jalan yang benar sama sekali, dan tiada dalil bagi mereka. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mengingkari perbuatan mereka yang menisbatkan anak-anak perempuan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan menganggap para malaikat adalah jenis perempuan; dan mereka memilih laki-laki buat diri mereka, sedangkan perempuan tidak. Karena apabila disampaikan berita gembira kepada seseorang dari mereka akan kelahiran anak perempuan, maka wajahnya berubah hitam dengan penuh kemarahan. Tetapi anehnya setelah mereka menganggap para malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah, mereka menyembah para malaikat itu di samping Allah.
Maka Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Ataukah untuk Allah anak-anak perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki? (Ath-Thur: 39) Ini mengandung ancaman yang keras dan peringatan yang pasti lagi kuat. Ataukah kamu meminta upah kepada mereka. (Ath-Thur: 40) sebagai imbalan dari penyampaianmu kepada mereka akan risalah Allah subhanahu wa ta’ala Engkau sama sekali bukanlah orang yang meminta upah dari mereka atas hal tersebut barang sedikit pun. sehingga mereka dibebani dengan utang? (Ath-Thur: 40) Yakni pada kenyataannya sebaliknya hal sekecil apa pun yang dilakukan oleh Nabi ﷺ, maka mereka mengecamnya dan hal tersebut dianggap mereka memberatkan mereka. Apakah ada pada sisi mereka pengetahuan tentang yang gaib, lalu mereka menuliskannya? (Ath-Thur: 41) Duduk perkara yang sebenarnya tidaklah demikian, karena sesungguhnya tiada seorang pun dari penduduk langit dan penduduk bumi yang mengetahui hal-hal yang gaib selain Allah subhanahu wa ta’ala Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu, merekalah yang kena tipu daya. (Ath-Thur: 42) Allah subhanahu wa ta’ala berfirman bahwa ataukah mereka bermaksud dengan perkataan mereka yang ditujukan terhadap diri Rasulullah ﷺ dan agama yang dibawanya untuk memperdaya manusia, dan mendiskreditkan Rasul beserta para sahabatnya.
Maka silakan mereka melancarkan tipu dayanya, karena sesungguhnya akibat dari tipu daya mereka itu justru akan berbalik menimpa diri mereka sendiri; orang-orang kafirlah yang justru teperdaya. Ataukah mereka mempunyai tuhan selain Allah. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Ath-Thur: 43) Ini merupakan keingkaran yang keras ditujukan kepada orang-orang musyrik karena mereka menyembah berhala dan tandingan-tandingan bersama Allah. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menyucikan diri-Nya Yang Mahamulia dari apa yang dikatakan dan dibuat-buat oleh orang-orang musyrik itu, untuk itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Ath-Thur: 43).
Allah mengecam kaum musyrik yang meyakini Dia punya anak perempuan, yaitu para malaikat, 'Ataukah pantas bila kalian mengatakan bahwa untuk Dia Yang Maha Esa itu anak-anak perempuan seperti yang kamu yakini, sedangkan untuk kamu anak-anak laki-laki' Sungguh, itu semua merupakan anggapan yang sangat keji dan keliru. '40. Allah lalu mengajak bicara Nabi Muhammad, 'Ataukah keengganan kaum musyrik untuk beriman adalah karena engkau meminta imbalan kepada mereka saat menyampaikan dakwah sehingga mereka dibebani de-ngan utang' Tentu tidak. Engkau tidak pernah meminta upah pada mereka atas dakwahmu. '.
Dalam ayat ini Allah ﷻ bertanya kepada mereka dengan mengatakan apakah menurut mereka Tuhan mempunyai anak-anak perempuan yang dinamakan malaikat, sedangkan mereka mempunyai anak laki-laki, padahal mereka tahu anak laki-laki lebih diinginkan dari pada anak perempuan. Dalam ayat ini Allah berfirman:
Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. (anNajm/53: 2)
Ini merupakan kelengkapan penjelasan bahwa barang siapa yang berpendapat seperti itu, jelaslah bahwa dia tidak termasuk orangorang yang mempunyai pikiran yang sehat.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MARI TERUSKAN PENERANGAN
Ayat 39
“Ataukah bagi Dia anak perempuan dan bagi kamu anak laki-laki?"
Ada kepercayaan bagi kaum jahiliyyah itu bahwa Allah ada beranak dan anak Allah itu menurut kepercayaan mereka ialah perempuan. Berhala-berhala yang mereka sembah, yang mereka namai al-Laata, dan Ma-naata, semuanya itu perempuan dan semuanya itu anak Allah! Tetapi buat mereka sendiri sebagai manusia jahiliyyah, mereka merasa aib, merasa hina sekali kalau mereka mendapat anak perempuan. Maka datanglah ayat 39 ini bertanya! Bagaimana kamu sekalian berpikir, mengapa kalian mengatakan Allah beranak, sedang anaknya ialah perempuan, sedang kamu sendiri memandang hina rendah orang yang beranak perempuan, sehingga jika kamu dapat anak perempuan kamu merasa malu, malah ada yang membunuh anak perempuan, menguburkannya hidup-hidup. Kamu hanya senang kalau dapat anak laki-laki saja. Sebab itu jika kamu mengatakan Allah beranak perempuan, artinya ialah bahwa kamu menghinakan Allah dan kamu lebih memuliakan manusia yang beroleh anak laki-laki.
Maka pertanyaan Allah seperti ini sebagai juga pertanyaan-pertanyaan yang terdahulu berisi keterangan menjelaskan salahnya segala perkiraan mereka. Demikian juga ayat reka mendapat berita gaib itu selengkapnya.
Ayat 42
“Maka orang-orang yang tidak mau percaya itulah yang tertipu."
Mereka itu menuduh seruan Rasul ﷺ itu hanya tipuan belaka. Padahal mereka yang pergi membujuk-bujuk orang itulah yang menipu. Mereka menipu orang banyak agar jangan mendekat kepada Rasul ﷺ Orang-orang yang mendengar rayuan mereka itu lalu menjauh dari Rasul. Sedang orang-orang yang mendekati Rasul mendapat hidup yang berbahagia karena dapat ajaran iman. Mereka lepas dari hidup yang gelap gulita kepada terang-benderang. Dan orang-orang yang tertipu oleh mulut manis dan rayuan itu tetap dalam kegelapannya.
Ayat 43
“Atau adakah bagi mereka Tuhan selain Allah?"
Yang dikatakan Allah ialah yang menguasai jalan hidup manusia. Yang menjadikan manusia daripada tidak ada kepada ada. Yang mendatangkan manfaat atau menghindarkan mudharat, yang menganugerahkan makan dan minum, dan menentukan hidup dan mati. Adakah selain dari Allah yang pantas, yang patut dianggap sebagai Tuhan? Apakah keris yang akan dianggap Tuhan padahal keris itu manusia sendiri yang membuatnya? Apakah sapi atau lembu yang akan dipuja sebagai Tuhan padahal kalau tidak manusia menyediakan rumput akan makanannya, sapi dan lembu itu akan mati kelaparan.
“Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan itu."
Pikiran yang sehat akan menolak sekeras-kerasnya jika ada yang lain bersekutu kekuasaannya dengan kekuasaan Allah yang mutlak.
Ayat 44
“Dan jika mereka melihat kelak sepotong adzab dari langit jatuh ke bawah."
Pangkal ayat menjelaskan bahwa adzab Allah itu akan datang dengan tiba-tiba dan tidak disangka-sangka. Di antaranya ialah berupa sepotong awan, yang kelihatan kecil saja di tengah-tengah langit yang cerah. Awan yang segumpal kecil itu bagi pelaut-pelaut yang berpengalaman sudah dapat membawa kepastian bahwa badai besar akan datang.
Dari segumpal awan kecil tidak berapa menit kemudian akan membawa topan dahsyat, sehingga perahu atau bahtera yang sedang belayar dengan enaknya bisa saja tenggelam dan hancur. Tetapi orang yang tidak percaya betapa Mahabesarnya kekuasaan Allah dan tidak insaf akan kebesaran-Nya,
“Mereka akan mengatakan, ‘Awan bergumpal!"‘
Kami ketika wukuf di Arafah, bulan September tahun 1950, telah mengalami datangnya topan dahsyat itu. Mulanya angin berembus lunak, kemudian keras, dan sangat keras, sampai kemah tempat kami berlindung dibongkar oleh angin. Keras angin, sampai orang-orang yang berdiri diterbangkan oleh angin itu. Pakaian ihram bisa saja diterbangkan angin dan meninggalkan kita telanjang. Saya dan beberapa teman selamat karena segera lari berlindung ke bawah naungan sebuah mobil truk besar. Padahal sebelum saya sampai berlindung ke bawah truk itu, hujan batu telah turun. Punggung saya ditimpa oleh sekeping batu, yaitu hujan batu es, sebesar-besar empu jari kaki. Syukur saya segera sampai ke bawah truk itu. Kalau tidak segera sembunyi mungkin saya sampai ajal ditimpa batu-batu es.
Seluruh kejadian itu tidak terlebih dari setengah jam. Kira-kira sepuluh menit sembunyi di bawah mobil truk itu, hujan sudah teduh dan angin sudah berhenti, tetapi merah-merah dan luka belum hilang dari permukaan punggung saya. Kemah-kemah tidak perlu kami bongkar lagi karena semuanya telah terbongkar dari kejadian sebentar tadi dan hari sudah petang sehingga sehabis shalat Maghrib para jamaah semua sudah berbondong lagi menuju Muzdalifah dan Mina.
Sampai di Mekah kemudian, saya mendengar berita bahwa ada juga orang yang mati ditimpa celaka karena angin pancaroba hebat itu. Tentu orang yang tidak beriman akan membantah jika ada orang mengatakan bahaya akan datang, sebab dia hanya melihat awan segumpal kecil saja di tengah birunya langit dan teriknya panas. Dan segala kejadian sejak semula sampai alam cerah kembali, tidak memakan waktu sampai satu jam.
Sebab itu maka orang-orang yang beriman akan tetap percaya bahwa dari awan segumpal mudah saja Allah Ta'aala menjatuhkan adzab siksa-Nya kepada suatu negeri. Adapun terhadap yang tidak juga mau percaya, berfirmanlah Allah selanjutnya,
Ayat 45
“Biarkanlah mereka, sampai mereka benjumpa hari yang waktu itu mereka akan lensungkun."
Maka orang-orang yang tidak mau percaya betapa besarnya kekuasaan Allah itu, yang dari secercah kecil awan dapat menurunkan adzab siksa yang besar, kalau tidak juga mau percaya, biarkan sajalah mereka, sampai mereka alami sendiri kelak adzab itu, hingga mereka tersungkur jatuh, tidak bisa bangun lagi. Itulah akibat yang akan mereka derita dari sebab hati mereka lebih keras dari batu itu. Kita pun tidak akan menyesal lagi. Karena kita telah melakukan kewajiban, memberinya peringatan.
Maka adzab yang menimpa dirinya itu adalah karena lalai lengahnya sendiri.
Ayat 46
“(Yaitu) hari yang tidak akan mencukupi segala tipu daya mereka."
Maka apabila adzab itu telah datang kelak, janganlah sampai terpikir dalam hati manusia yang tidak mau percaya itu bahwa dia masih akan sanggup mengelakkan diri dengan usaha dan berbagai tipu daya. Segala tipu daya, segala usaha untuk mengelakkan diri tidaklah akan mencukupi di waktu itu. Kecerdikan manusia tidak ada upaya untuk mengelak pada masa itu. Dalam hal ini kita teringat kisah Nabi Nuh a.s. ketika topan besar itu akan terjadi. Beliau telah memberi peringatan seorang di antara putranya yang selama ini belum yakin akan seruan ayahnya. Dia ajak anak itu agar segera masuk ke dalam bahtera yang telah disediakan,
“Wahai anakku, naiklah ke dalam bahtera bersama kami dan janganlah engkau berada bersama orang-orang yang tidak mau percaya." (Huud: 42)
Tetapi si anak yang tidak juga mau percaya bahwa bahtera yang disediakan ayahnya itu akan dapat menyelamatkannya daripada tenggelam telah menolak tawaran ayahnya dengan berkata,
“Si anak menjawab, “Saya akan berlindung kepada bukit yang akan memeliharaku dari air." (Huud: 43)
Namun si ayah masih mengingatkan,
“Berkata dia, ‘Tidak ada perlindungan hari ini dari apa yang telah ditentukan Allah kecuali untuk orang yang telah dirahmati-Nya."‘ (Huud: 43)
Akhirnya apa yang terjadi? Kembali ayat menjelaskan,
“Dan dipisahkanlah di antara keduanya oleh gelombang maka jadilah anak itu termasuk orang yang tenggelam." (Huud: 43)
Ya, tenggelamlah si anak dan tentu saja sebagai seorang ayah, Nabi Nuh bersedih. Tetapi apalah yang hendak dikata, ayah telah menyampaikan kewajibannya dengan baik.
Maka uraian ayat 46 dari surah ath-Thuur telah terjadi pada anak kandung dari seorang Nabi kekasih Allah sendiri. (Kisah lengkap tentangNabi Nuh a.s. dan putranya dapat dibaca pada Tafsir al-Azhar Juz 12). Dia salah sangka, dia menyangka jika dia naik ke bukit, dia akan terpelihara dari air. Padahal puncak gunung yang tinggi pun akan direndam air. Demikianlah sebagaimana bunyi ujung ayat ini,
“Dan tidaklah mereka akan tentolong."
Ayat 47
“Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang aniaya akan ada lagi adzab selain dari itu."
Artinya, bahwasanya bagi orang yang tidak mau percaya kepada seruan yang dibawakan oleh Nabi itu, yang diterimanya pertama itu, barulah permulaan adzab. Adapun yang akan diterimanya kelak lebih besar dan lebih dahsyat lagi dari itu.
“Untuk mereka di dunia ini adalah kehinaan dan untuk mereka di akhirat adalah adzab yang besar." (al-Baqarah: 114, al-Maa'idah: 41)
Lain halnya dengan orang yang teguh mempertahankan iman dan keyakinannya di dunia. Jika mereka di dunia mendapat penderitaan hidup karena teguhnya mempertahankan iman
itu, kebahagiaan jualah yang akan ditemuinya di akhirat.
‘Tetapi kebanyakan di antaia meieka tidaklah mengetahui."
Kebanyakan di antara mereka itu, hidupnya tidak mempunyai pelajaran, Rasul ﷺ tidak mereka acuhkan, sehingga pengertian mereka tentang nilai hidup itu sendiri tidak ada. Derajat manusia seperti itu tidak naik. Dia tidak mempunyai cita-cita untuk kebahagiaan hidup. Mereka tidak percaya bahwa di belakang hidup yang sekarang ada lagi hidup. Itulah hidup yang sejati yang untuk mencapainya orang harus menilainya dari masa yang sekarang.
Ayat 48
“Dan bersabarlah tenhadap keputusan Tuhan engkau."
Inilah peringatan Allah kepada Rasul-Nya. Menyuruh beliau bersabar menghadapi semua sikap menolak, sikap ragu-ragu atau sikap-sikap menentang yang sangat kasar, sebagaimana yang telah diuraikan pada ayat-ayat yang dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan memakai ataukah itu. Disuruhlah Nabi ﷺ bersabar, berlapang dada menghadapi itu semuanya. Sesudah Allah menyuruhnya bersabar, Allah pun memberikan jaminan dengan firman-Nya, “Karena sesungguhnya engkau adalah dalam pandangan mata Kami." Apa pun yang akan terjadi atas diri Nabi Muhammad ﷺ tidaklah beliau terlepas dari pandangan Allah dan selalu akan dipelihara Allah. Dan untuk memperkuat perasaan bahwa Allah selalu menilik keadaanmu itu,
“Dan ucapkanlah tasbih dengan memuji Tuhan engkau ketika engkau tegak berdiri."
Yang dimaksud dengan ketika tegak berdiri ialah berdiri shalat. Untuk menguatkan jiwa menghadapi berbagai cobaan dalam hidup ini, tidak yang lebih kuat pengaruhnya melainkan rnelalui shalat. Sebab itu maka salah satu doa iftitah (pembuka shalat) yang pendek tetapi sesuai dengan ayat ini ialah
“Amat suci Engkau, ya Tuhan! Disertai dengan memuji kepada Engkau dan amat berkahlah nama Engkau, dan Mahatinggi keagungan Engkau dan tidak ada Tuhan selain Engkau."
Ayat 49
“Pan di malam hari pun bertasbihlah kepada-Nya."
Yaitu shalat malam. Baik shalat yang wajib dilakukan malam, yaitu waktu Isya, atau shalat tahajud, shalat yang sebelum datang perintah lima waktu, shalat malam inilah yang wajib, sebagai dijelaskan panjang lebar pada surah al-Muzammil. Maka di samping Isya yang wajib itu perkuat pulalah shalat tahajud itu untuk mencapai tempat yang lebih terpuji.
“Dan di kala mulai tenggelam bintang-bintang."
Mulai tenggelam bintang-bintang ialah bila fajar sudah mulai menyingsing, hari akan mulai siang, waktu Shubuh pun masuk. Bila waktu Shubuh telah masuk, mulailah adzan memberitahu Shubuh telah datang. Setelah adzan selesai, mulai sunnat Shubuh dua rakaat, waktu itu cahaya bintang satu demi satu jadi pudar. Selesai shalat sunnat fajar itu, mulailah shalat Shubuh.
Ibnu Abu Nujaih merawikan dari Mujahid, bahwa yang dimaksud dengan anjuran bertasbih dengan memuji Allah ketika tegak berdiri, yaitu apabila seorang telah selesai dan duduk bercakap bersama-sama hendaklah ucapkan,
“Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada Engkau. Tidak ada Tuhan melainkan Engkau. Aku memohon ampun kepada Engkau dan aku pun bertobat kepada Engkau."
Menurut hadits yang dirawikan oleh Tir-midzi dari Abu Hurairah bahwa barangsiapa membaca bacaan itu, niscaya akan diampuni Allah akan dosanya.